Pengajaran). Bilamana buku-buku berbahasa Jepang atau terjemahannya tidak diterima maka
para guru berusaha menerjemahkan dan menyusunnya sendiri ke dalam bahasa Indonesia. Di
sinilah tanggung jawab yang besar dari para guru Indonesia yang menguasai bahasa
Indonesia bukan hanya sebagai bahasa pengantar, tetapi juga sebagai bahasa ilmiah.
Pemerintah militer Jepang berusaha untuk terus bekerja sama (kooperatif) dengan para
pemimpin bangsa. Dengan cara ini diharapkan para pemimpin nasionalis dapat merekrut
massa dengan mudah dan sekaligus melakukan pengawasan terhadap bangsa Indonesia.
Untuk melaksanakan hal tersebut, Jepang membentuk satu wadah yang dapat menghimpun
orang-orang Indonesia guna menggalang kekuatan dalam menghadapi kekuatan Barat. Wadah
itu dinamai Gerakan Tiga A.
Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A yang memiliki tiga arti, yaitu Jepang Pelindung Asia, Jepang Pemimpin Asia,
dan Jepang Cahaya Asia. Pada awal gerakan ini dikenalkan kepada masyarakat Indonesia,
terlihat bahwa pemerintah Jepang berjanji bahwa saudara tua nya ini dapat mencium aroma
kemerdekaan. Pada awal gerakannya, pemerintah militer Jepang bersikap baik terhadap
bangsa Indonesia, tetapi akhirnya sikap baik itu berubah. Apa yang ditetapkan pemerintah
Jepang sebenarnya bukan untuk mencapai kemakmuran dan kemerdekaan Indonesia,
melainkan demi kepentingan pemerintahan Jepang yang pada saat itu sedang menghadapi
perang. Tetapi setelah pemerintah Jepang mengetahui betapa besarnya pengharapan akan
sebuah kemerdekaan, maka mulai dibuat propaganda-propaganda yang terlihat seolah-olah
Jepang memihak kepentingan bangsa Indonesia. Dalam menjalankan aksinya, Jepang
berusaha untuk bekerja sama dengan para pemimpin bangsa (bersikap kooperatif). Cara ini
digunakan agar para pemimpin nasionalis dapat merekrut massa dengan mudah dan
pemerintah Jepang dapat mengawasi kinerja para pemimpin bangsa. Tetapi gerakan ini tidak
bertahan lama. Hal ini dikarenakan kurang mendapat simpati di kalangan masyarakat
Indonesia. Sebagai penggantinya, pemerintah Jepang menawarkan kerja sama kepada tokohtokoh nasional Indonesia. Dengan kerja sama ini, pemimpin-pemimpin Indonesia yang
ditahan dapat dibebaskan, di antaranya Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Sutan Syahrir, dan
lain-lain.
Pusat Tenaga Rakyat (PUTERA)
Tawaran kerja sama yang ditawarkan pemerintahan Jepang pada masa itu, disambut hangat
oleh para pemimpin bangsa. Sebab menurut perkiraan mereka, suatu kerja sama di dalam
situasi perang adalah cara terbaik. Pada masa ini, muncul empat tokoh nasionalis yang
dikenal dengan sebutan Empat Serangkai, mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hattta,
K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara. Empat tokoh nasionalis ini lalu membentuk
sebuah gerakan baru yang dinamakan Pusat Tenaga Rakyat (Putera). Putera resmi didirikan
pada tanggal 16 April 1943. Gerakan yang didirikan atas dasar prakarsa pemerintah Jepang
ini bertujuan untuk membujuk kaum nasionalis sekuler dan kaum intelektual agar dapat
mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk usaha perang negara Jepang.
Gerakan ini ini tidak dibiayai pemerintahan Jepang. Walaupun demikian, pemimpin bangsa
ini mendapat kemudahan untuk menggunakan fasilitas Jepang yang ada di Indonesia, seperti
radio dan koran. Dengan cara ini, para pemimpin bangsa dapat berkomunikasi secara leluasa
kepada rakyat. Sebab, pada masa ini radio umum sudah banyak yang masuk ke desa-desa.
Pada akhirnya, gerakan ini ternyata berhasil mempersiapkan mental masyarakat Indonesia
untuk menyambut kemerdekaan pada masa yang akan datang.
Seinendan
Seinendan adalah organisasi semi militer yang didirikan pada tanggal 29 April 1943. Orangorang yang boleh mengikuti organisasi ini adalah pemuda yang berumur 14-22 tahun. Tujuan
didirikannya Seinendan adalah untuk mendidik dan melatih para pemuda agar dapat menjaga
dan mempertahankan tanah airnya dengan menggunakan tangan dan kekuatannya sendiri.
Tetapi, maksud terselubung diadakannya pendidikan dan pelatihannya ini adalah guna
mempersiapkan pasukan cadangan untuk kepentingan Jepang di Perang Asia Timur Raya.
Keibodan
Organisasi ini didirikan bersamaan dengan didirikannya Seinendan, yaitu pada tanggal 29
April 1943. Anggotanya adalah para pemuda yang berusia 26 45 tahun. Tujuan didirikannya
organisasi ini adalah untuk membantu polisi dalam menjaga lalu lintas dan melakukan
pengamanan desa.
Fujinkai
Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Organisasi ini bertugas untuk mengerahkan
tenaga perempuan turut serta dalam memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan
dana wajib. Dana wajib dapat berupa perhiasan, bahan makanan, hewan ternak ataupun
keperluan-keperluan lainnya yang digunakan untuk perang.
Heiho
Anggota Heiho adalah para prajurit Indonesia yang ditempatkan pada organisasi militer
Jepang. Mereka yang tergabung di dalamnya adalah para pemuda yang berusia 18-25 tahun.
Koiso mengeluarkan Janji Kemerdekaan pada tanggal 7 September 1944 dalam sidang
parlemen Jepang di Tokyo. Sebagai realisasi dari janji tersebut, pada tanggal 1 Maret 1945,
Letnan Jenderal Kumakici Harada (pemimpin militer di Jawa) mengumumkan pembentukan
Dokuritsu Junbi Cosakai atau Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). BPUPKI bertugas untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal yang
penting dan perlu bagi pembentukan negara Indonesia, misalnya saja hal-hal yang
menyangkut segi ekonomi dan politik. BPUPKI ternyata tidak bertahan lama. Dalam
perkembangan berikutnya, BPUPKI dibubarkan, lalu diganti dengan Dokuritsu Junbi Inkai
atau Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Badan ini diresmikan sesuai dengan
keputusan Jenderal Terauchi, yaitu seorang panglima tentara umum selatan, yang membawahi
semua tentara Jepang di Asia Tenggara pada tanggal 7 Agustus 1945. Setelah itu, diadakanlah
pertemuan antara Soekarno, M. Hatta, dan Rajiman Wedyodiningrat dengan Jenderal
Terauchi di Dalat. Di dalam pertemuan itu, Jenderal Terauchi menyampaikan bahwa
Pemerintah Jepang telah memutuskan akan memberikan kemerdekaan kepada Indonesia yang
wilayahnya meliputi seluruh bekas wilayah Hindia-Belanda.[gs]
Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
adalah staf pemerintahan militer pusat yang terdiri dari lima bu (departemen): Sumabu
(Departemen Urusan Umum), Zaimubu (Departemen Keuangan), Sangyobu (Departemen
Perusahaan, Industri, dan Kerajinan), Kotsubu (Departemen Lalu Lintas), dan Shihobu
(Departemen Kehakiman).
Koordinator pemerintahan militer setempat disebut gunseibu. Pusat-pusat koordinator militer
tersebut berada di Bandung (Jawa Barat), Semarang (Jawa Tengah), dan Surabaya (Jawa
Timur). Selain itu, dibentuk pula dua daerah istimewa (koci), yaitu Surakarta dan Yogyakarta.
Untuk setiap gunseibu ditempatkan beberapa komandan militer setempat. Mereka bertugas
memulihkan ketertiban dan keamanan, menanamkan kekuasaan, dan membentuk
pemerintahan setempat. Mereka juga diberi wewenang untuk memecat para pegawai yang
berkebangsaan Belanda. Akan tetapi, usaha untuk membentuk pemerintahan setempat
ternyata tidak berjalan lancar. Jepang masih sangat kekurangan tenaga pemerintah. Jepang
telah berusaha mengirimkan tenaga yang dibutuhkan, namun tidak sampai ke tujuan karena
kapal yang mengangkut tenaga-tenaga pemerintahan tersebut tenggelam setelah terkena
serangan torpedo sekutu. Akhirnya, Jepang terpaksa mengangkat pegawai-pegawai dari
bangsa Indonesia asli. Hal ini memberi keuntungan bagi pihak Indonesia karena memperoleh
pengalaman dalam bidang pemerintahan.
Menurut Undang-Undang No. 27 tentang Perubahan Tata Pemerintahan Daerah, seluruh
Pulau Jawa dan Madura (kecuali kedua koci, Surakarta dan Yogyakarta) dibagi atas enam
wilayah pemerintahan.
1. Syu (karesidenan), dipimpin oleh seorang syuco.
2. Syi (kotapraja), dipimpin oleh seorang syico.
3. Ken (kabupaten), dipimpin oleh seorang kenco.
4. Gun (kawedanan atau distrik), dipimpin oleh seorang gunco.
5. Son (kecamatan), dipimpin oleh seorang sonco.
6. Ku (kelurahan atau desa), dipimpin oleh seorang kuco.
Dalam menjalankan pemerintahan, syucokan dibantu oleh Cokan Kanbo (Majelis
Pemusyawaratan Cokan) yang terdiri dari tiga bu (bagian), yaitu Naiseibu (bagian
pemerintahan umum), Keizaibu (bagian ekonomi), dan Keisatsubu (bagian kepolisian). Para
syucokan secara resmi dilantik oleh gunseikan pada bulan September 1942. Pelantikan ini
merupakan awal dari pelaksanaan organisasi pemerintahan daerah dan menyingkirkan
pegawai-pegawai Indonesia yang pernah menduduki kedudukan tinggi pada masa
pemerintahan sementara. Pemerintahan militer di Sumatra yang berada di bawah Panglima
Tentara Keduapuluhlima membentuk sepuluh karesidenan (syu) yang terdiri dari bungsyu
(subkaresidenan), gun, dan son. Kesepuluh syu tersebut adalah Aceh, Sumatra Timur,
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, Jambi, Palembang, Lampung, dan Bangka Bilitan
(Belitung). Jabatan syucokan dipegang oleh orang Jepang. Selain pemerintahan militer
(gunsei) angkatan darat, Armada Selatan Kedua juga membentuk suatu pemerintahan yang
disebut Minseibu. Pemerintahan ini terdapat di tiga tempat, yaitu Kalimantan, Sulawesi, dan
Seram. Daerah bawahannya meliputi syu, ken, bunken (subkabupaten), gun, dan son. Seperti
di Pulau Jawa dan Sumatra, tidak lama setelah pendaratan tentara Jepang, orang-orang
Indonesia mendapatkan jabatan-jabatan tinggi. Namun, setelah bulan Agustus 1942,
jabatanjabatan yang disediakan untuk orang Indonesia hanya terbatas sampai gunco dan
sanco, sedangkan jabatan wali kota untuk Makassar, Manado, Banjarmasin, dan Pontianak
dipegang oleh orang Jepang.
Dalam bidang ekonomi, Jepang membuat kebijakan-kebijakan yang pada intinya terpusat
pada tujuan mengumpulkan bahan mentah untuk industri perang. Ada dua tahap perencanaan
untuk mewujudkan tujuan tersebut, yaitu tahap penguasaan dan tahap menyusun kembali
struktur.
Pada tahap penguasaan, Jepang mengambil alih pabrik-pabrik gula milik Belanda untuk
dikelola oleh pihak swasta Jepang, misalnya, Meiji Seilyo Kaisya dan Okinawa Seilo Kaisya.
Adapun dalam tahap restrukturisasi (menyusun kembali struktur), Jepang membuat
kebijakankebijakan berikut.
1. Sistem autarki, yakni rakyat dan pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan
sendiriuntuk menunjang kepentingan perang Jepang.
2. Sistem tonarigumi, yakni dibentuk organisasi rukun tetangga yang terdiri atas 10 20
KKuntuk mengumpulkan setoran kepada Jepang.
3. Jepang memonopoli hasil perkebunan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1942 yang
dikeluarkanoleh Gunseikan.
4. Adanya pengerahan tenaga untuk kebutuhan perang.
Pengaruh Jepang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Belanda dilarang digunakan. Sebagai gantinya, bahasa Jepang dan bahasa
Indonesia wajib digunakan di sekolah-sekolah dan kantor-kantor. Selain itu, Jepang
juga mengajarkan penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana.
2. Untuk mengembangkan bidang budaya, diterbitkan koran berbahasa Jepang dan
dibukakursus bahasa Jepang.
3. Rakyat diwajibkan mengikuti tradisi menghormat matahari dengan seikeirei atau
menghadap ke timur pada setiap pagi ketika matahari terbit.
4. Pada tanggal 1 April 1943 didirikan Pusat Kebudayaan Keiman Bunka Shidosko.
Sebagai usaha penunjang kebutuhan perang, Jepang memberlakukan mobilitas sosial yang
meliputi:
1. pelaksanaan kinrohoshi atau latihan kerja paksa,
2. pelaksanaan romusa atau kerja paksa tanpa bayarselamanya, dan
3. pembentukan tonarigumi atau organisasi rukun tetangga.
Untuk membangun mentalitas, ditanamkan seiskin atau semangat serta bhusido atau jalan
ksatria yang berani mati, rela berkorban, siap menghadapi bahaya, dan menjunjung tinggi
keperwiraan. Bentuk-bentuk organisasi kemiliteran yang dibentuk Jepang sebagai berikut.
1. Seinendan, yaitu barisan pemuda yang berumur14 22 tahun.
2. Iosyi Seinendan, yaitu barisan cadangan atauseinendan putri.
3. Bakutai, yaitu pasukan berani mati.
4. Keibodan, yaitu barisan bantu polisi yang anggota-nya berusia 23 35 tahun. Barisan
ini di Sumatra disebut Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konon
Hokokudan.
5. Hisbullah, yaitu barisan semimiliter untuk orang Islam.
6. Heiho, yaitu pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berusia 18 25 tahun.
7.Jawa Sentotai, yaitu barisan benteng perjuangan Jawa.
8. Suisyintai, yaitu barisan pelopor.
9. Peta atau Pembela Tanah Air, yaitu tentara daerah yang dibentuk oleh Kumakichi
Harada berdasarkan Osamu Serei No. 44 tanggal 23 Oktober 1943.
10. Gokutokai, yaitu korps pelajar yang dibentuk pada bulan Desember 1944.
11. Fujinkai, yaitu himpunan wanita yang dibentuk pada tanggal 23 Agustus 1943.
Jabatan-jabatan militer yang dapat diperoleh setelah seseorang menamatkan pendidikan
adalah sebagai berikut.
1. Daidanco (komandan batalyon), dipilih dari kalangan tokoh-tokoh masyarakat, seperti
pegawai pemerintah, pemimpin agama, pamong praja, politikus, dan penegak hukum.
2. Cudanco (komandan kompi), dipilih dari kalangan mereka yang telah bekerja, namun
belum mencapai pangkat yang tinggi, seperti guru dan juru tulis.
3. Shodanco (komandan peleton), umumnya dipilih dari kalangan pelajar sekolah
lanjutan pertama atau sekolah lanjutan atas.
4. Budanco (komandan regu), dipilih dari kalangan pemuda yang lulus sekolah dasar.
5. Giyuhei (prajurit sukarela), dipilih dari kalangan pemuda yang masih setingkat
sekolah dasar.
Calon perwira Peta mendapat latihan pertama kali di Bogor. Setelah mendapatkan latihanlatihan tersebut, tentara Peta ditempatkan di daidan-daidan (batalyon) yang tersebar di Jawa,
Madura, dan Bali. Semuanya berjumlah 66 daidan. Dalam perkembangannya, banyak
anggota Peta yang merasa kecewa terhadap pemerintah pendudukan Jepang. Mulai tahun
1944 terjadi pemberontakan pemberontakan, yang terbesar adalahTentara Peta
pemberontakan Peta Blitar, Jawa Timur, pada tanggal 14 Februari 1945 yang diikuti oleh
sekitar separuh dari seluruh anggota daidan. Sayangnya, pemberontakan yang dipimpin oleh
Supriyadi dan Muradi tersebut dapat ditumpas Jepang.[pi]