Anda di halaman 1dari 9

SOAL PENILAIAN HARIAN SEJARAH INDONESIA XI

01. Berikan dua alasan mengapa Jepang setelah menduduki Indonesia membagi wilayah
Indonesia menjadi tiga wilayah kekuasaan?
02. Berkait dengan upaya untuk menjalankan pemerintahan secara efektif, cepat, dan tepat, di
Indonesia Jepang membentuk….
03. Jelaskan penyebab kemunduran Pendidikan pada jaman Jepang
04. Salah satu bentuk penindasan yang dilakukan Jepang pada masa pendudukannya adalah
penerapan sistem ekonomi perang yaitu segala kegiatan ekonomi yang dilakukan ditujukan
untuk kepentingan perang. Jelaskan dua tujuan Jepang menerapkan sistem ekonomi
tersebut!
05. Dampak pendudukan Jepang di Indonesia pada bidang politik diantaranya adalah
penghapusan semua organisasi pergerakan nasional yang muncul pada masa pemerintahan
kolonial Belanda dan menggantinya dengan organisasi baru. Tapi ada satu organisasi yang
masih diperbolehkan berdiri oleh Jepang. Apa organisasi tersebut dan mengapa masih
diperbolehkan berdiri oleh Jepang? Kemukakan minimal dua alasan.
06. Organisasi sosial kemasyarakatan ketiga yang dibentuk Pemerintah Jepang adalah Jawa
Hokokai. Pembentukan organisasi ini tidak lepas dari kelemahan dua organisasi sebelumnya.
Jelaskan pembelajaran apa yang Jepang dapatkan dari dua organisasi sebelumnya tersebut?
Dan pembelajaran apa yang Jepang terapkan pada Jawa Hokokai?
07. Jelaskan tiga alasan Jepang menjadi sebuah negara imperialis!
08. Jelaskan penyebab kemunduran Pendidikan pada jaman Jepang.
09. Barisan pelopor dibentuk pada 1 November 1944. Organisasi ini merupakan substruktur dari
Jawa Hokokai. Tujuannya adalah memudahkan dalam mengontrol aktivitas Jawa Hokokai.
Jelaskan tugas-tugas yang dibebankan Jepang pada Jawa Hokokai?
10. Muhammad Husni Thamrin pada awalnya dipandang sebagai tokoh nasional yang bersikap
kooperatif. Dalam perkembangannya tokoh Muhammad Husni Thamrin justru dianggap
berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda. Diskripsikan fakta yang membuktikan
pernyataan tersebut!
1. Dua alasan mengapa Jepang membagi wilayah Indonesia menjadi tiga wilayah kekuasaan
setelah mendudukinya adalah sebagai berikut:
 Kontrol yang lebih mudah: Dengan membagi wilayah Indonesia menjadi tiga wilayah
kekuasaan, Jepang dapat mengendalikan wilayah yang lebih kecil dan lebih
terorganisir. Hal ini memudahkan Jepang untuk memonitor dan mengendalikan
kegiatan di setiap wilayah, termasuk aktivitas politik dan ekonomi, serta
memperkuat kekuatan militer di setiap wilayah.
 Mempermudah perekonomian: Pemecahan wilayah Indonesia menjadi tiga wilayah
kekuasaan juga mempermudah Jepang untuk mengatur ekonomi di setiap wilayah
dengan lebih efektif. Jepang dapat mengarahkan sumber daya ekonomi seperti
bahan makanan, bahan bakar, dan sumber daya manusia ke wilayah yang
dibutuhkan, meningkatkan produksi dan kemakmuran di setiap wilayah dan
memperkuat ekonomi secara keseluruhan.

2. Berkaitan dengan upaya untuk menjalankan pemerintahan secara efektif, cepat, dan tepat di
Indonesia, Jepang membentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI) pada tanggal 29 April 1945. BPUPKI bertujuan untuk mengadakan penyelidikan
tentang persiapan kemerdekaan Indonesia dan memberikan saran kepada pemerintah
Jepang mengenai langkah-langkah yang harus diambil untuk mempersiapkan kemerdekaan
Indonesia. BPUPKI terdiri dari 67 anggota, yang terdiri dari perwakilan dari berbagai
kalangan masyarakat Indonesia, seperti pemimpin politik, tokoh agama, dan cendekiawan.
BPUPKI bertugas untuk merumuskan dasar negara, konstitusi, dan pemerintahan Indonesia
yang baru setelah Indonesia merdeka dari penjajahan Jepang. Proses penyelidikan dan
pengambilan keputusan oleh BPUPKI dilakukan secara cepat dan efektif untuk mempercepat
proses persiapan kemerdekaan Indonesia.

3. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), terjadi kemunduran pendidikan di


Indonesia. Beberapa faktor penyebab kemunduran pendidikan pada masa itu antara lain:

 Kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan pendidikan: Kurikulum pendidikan


yang diterapkan oleh pemerintah Jepang pada masa itu tidak memperhatikan
kebutuhan pendidikan di Indonesia. Kurikulum yang diterapkan lebih menekankan
pada pelajaran militer, sehingga kurang memberikan ruang bagi pendidikan umum
seperti ilmu pengetahuan, agama, dan seni.
 Keterbatasan fasilitas pendidikan: Pemerintah Jepang tidak memberikan perhatian
yang cukup dalam membangun dan memperbaiki fasilitas pendidikan di Indonesia.
Hal ini menyebabkan banyak sekolah yang rusak dan tidak dapat digunakan untuk
kegiatan belajar mengajar. Selain itu, sarana dan prasarana pendidikan juga sangat
minim, seperti buku-buku pelajaran, alat tulis, dan peralatan laboratorium.
 Penghapusan pendidikan untuk orang-orang non-Jepang: Pemerintah Jepang
melarang pendidikan bagi orang-orang non-Jepang, termasuk bagi orang Indonesia
yang berpendidikan tinggi. Hal ini menyebabkan banyak guru dan dosen Indonesia
kehilangan pekerjaannya dan tidak dapat memperjuangkan pendidikan di Indonesia.
 Peran guru dan dosen yang tidak efektif: Banyak guru dan dosen Indonesia yang
kehilangan semangat dalam memberikan pendidikan kepada murid-muridnya akibat
penindasan dan pemaksaan oleh pemerintah Jepang. Selain itu, banyak juga guru
dan dosen Indonesia yang meninggalkan profesi mereka akibat kurangnya
pengakuan dan perlindungan dari pemerintah Jepang.
Kondisi ini menyebabkan kemunduran pendidikan di Indonesia pada masa itu. Pasca
kemerdekaan, pemerintah Indonesia berusaha untuk membangun kembali sistem
pendidikan yang lebih baik dengan melibatkan banyak tokoh pendidikan dan masyarakat
dalam mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan bangsa.

4. Beberapa tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan sistem ekonomi perang tersebut
adalah:
 Memperoleh sumber daya alam: Jepang membutuhkan bahan mentah seperti
minyak bumi, karet, dan timah untuk mendukung perangnya di Asia Timur. Oleh
karena itu, pemerintah Jepang mendorong produksi dan ekspor bahan mentah dari
Indonesia untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
 Menguasai pasar di Asia Timur: Jepang juga ingin menguasai pasar di Asia Timur
dengan mengembangkan industri militer dan mendominasi produksi bahan mentah
di wilayah tersebut. Dengan memperoleh kendali atas produksi bahan mentah dan
sumber daya alam di Indonesia, Jepang berharap dapat mempertahankan
keunggulan ekonomi dan memperluas pengaruhnya di wilayah tersebut.
Namun, penerapan sistem ekonomi perang ini menyebabkan penderitaan bagi masyarakat
Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang dipaksa untuk bekerja dalam kondisi yang
tidak manusiawi untuk memenuhi kebutuhan Jepang, seperti dalam produksi bahan mentah,
proyek infrastruktur, dan tenaga kerja paksa. Selain itu, harga kebutuhan pokok seperti
beras dan gula meningkat drastis, menyebabkan kesulitan bagi masyarakat Indonesia dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

5. Organisasi yang masih diperbolehkan berdiri oleh Jepang pada masa pendudukan di
Indonesia adalah Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Ada beberapa alasan mengapa PSII
masih diperbolehkan berdiri oleh Jepang, di antaranya:
 Kebijakan Jepang yang mengedepankan nasionalisme: Jepang pada awalnya
memiliki tujuan untuk mengembangkan nasionalisme di Indonesia dan memperkuat
identitas nasional Indonesia. Oleh karena itu, Jepang memandang PSII sebagai
organisasi yang memiliki semangat nasionalisme dan dapat mendukung tujuan
tersebut.
 Keterlibatan PSII dalam politik kolaborasi: PSII menjadi salah satu organisasi politik
yang terlibat dalam politik kolaborasi dengan Jepang, yang menandakan
keterbukaannya untuk bekerja sama dengan pemerintah Jepang. Dalam hal ini, PSII
dinilai lebih dapat diandalkan oleh Jepang dibandingkan dengan organisasi
pergerakan nasional lainnya yang cenderung menentang kebijakan Jepang.
Namun, meskipun PSII masih diperbolehkan berdiri, pengaruhnya terhadap politik di
Indonesia pada masa pendudukan Jepang tidak sebesar organisasi pergerakan nasional
lainnya seperti Partai Nasional Indonesia (PNI) dan Partai Komunis Indonesia (PKI). Setelah
kemerdekaan Indonesia, PSII juga mengalami kemunduran dan bergabung dengan partai-
partai lainnya dalam pembentukan Partai Masyumi pada tahun 1945.

6. Dari pengalaman pembentukan dua organisasi tersebut, Jepang memperoleh beberapa


pembelajaran, antara lain:
 Pentingnya dukungan rakyat: Jepang menyadari bahwa untuk menjalankan
pemerintahan yang efektif, mereka membutuhkan dukungan rakyat. Oleh karena
itu, Jepang mulai memperhatikan aspirasi rakyat Indonesia dan memperjuangkan
kepentingan mereka dalam organisasi sosial kemasyarakatan.
 Perlunya organisasi yang representatif: Jepang menyadari bahwa organisasi sosial
kemasyarakatan yang terbentuk harus mampu mewakili kepentingan rakyat secara
keseluruhan dan bukan hanya sebagian kecil dari masyarakat.
Pembelajaran tersebut kemudian diterapkan pada pembentukan Jawa Hokokai. Jepang
membentuk Jawa Hokokai dengan tujuan untuk mengumpulkan dukungan rakyat Jawa dan
memperjuangkan kepentingan mereka dalam pemerintahan Jepang. Jawa Hokokai juga
dirancang agar mampu mewakili kepentingan rakyat secara keseluruhan, terdiri dari
berbagai lapisan masyarakat dan memiliki struktur organisasi yang representatif. Jepang
berharap Jawa Hokokai dapat menjadi mitra yang kuat dalam menjalankan pemerintahan di
Jawa. Namun, di sisi lain, Jawa Hokokai juga merupakan alat kontrol politik bagi Jepang
untuk mempertahankan kekuasaannya di Jawa.

7. Jepang menjadi sebuah negara imperialis karena beberapa alasan, antara lain:
 Ambisi untuk memperluas pengaruh dan kekuasaan: Jepang menganggap dirinya
sebagai negara yang superior dan memiliki tanggung jawab untuk memperluas
pengaruhnya ke negara-negara lain. Dalam upaya untuk memperluas pengaruhnya,
Jepang melakukan ekspansi wilayah dan mengambil alih kontrol atas sumber daya
alam di wilayah yang dikuasainya.
 Kebutuhan akan sumber daya alam dan pasar ekspor: Jepang merupakan sebuah
negara yang kekurangan sumber daya alam, seperti minyak bumi, besi, dan
batubara. Untuk memenuhi kebutuhan ini, Jepang melakukan ekspansi ke negara-
negara yang kaya akan sumber daya alam. Selain itu, Jepang juga memerlukan pasar
ekspor untuk memasarkan produk-produk manufakturnya, sehingga memperluas
wilayah kekuasaannya menjadi salah satu cara untuk memperoleh pasar ekspor yang
lebih luas.
 Tekanan internal untuk mencapai status sebagai negara besar: Setelah muncul
sebagai sebuah negara modern pada akhir abad ke-19, Jepang merasa perlu untuk
mencapai status sebagai negara besar di mata dunia. Salah satu cara untuk
mencapai status ini adalah dengan melakukan ekspansi wilayah dan memperkuat
kekuasaannya atas negara-negara tetangga. Jepang juga menganggap bahwa
melakukan ekspansi wilayah merupakan sebuah tindakan yang sesuai dengan
semangat Bushido, yaitu kode etik samurai yang menekankan keberanian dan
kejayaan dalam pertempuran.

8. Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, terjadi kemunduran pendidikan akibat


beberapa faktor, antara lain:
 Kurikulum yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia: Pemerintah
Jepang menerapkan kurikulum pendidikan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan industri dan militer Jepang, bukan kebutuhan masyarakat Indonesia.
Kurikulum ini lebih menekankan pada keterampilan teknis dan kecakapan militer
daripada pendidikan yang holistik dan mengembangkan potensi manusia secara
menyeluruh.
 Penurunan kualitas guru dan staf pendidikan: Sejumlah guru dan staf pendidikan
Belanda yang berpengalaman telah dipulangkan oleh Jepang, dan mereka digantikan
oleh orang-orang yang tidak berpengalaman atau tidak memenuhi syarat. Selain itu,
Jepang juga menempatkan tentara dan pegawai pemerintah dalam jabatan
pendidikan, sehingga mengurangi kualitas pengajaran dan manajemen pendidikan.
 Penghancuran sistem pendidikan yang sudah ada: Pemerintah Jepang
menghancurkan sistem pendidikan yang sudah ada di Indonesia, seperti sekolah-
sekolah Belanda, Madrasah, dan sekolah-sekolah swasta, serta melarang pendidikan
di luar sistem yang disediakan oleh pemerintah Jepang. Hal ini menyebabkan
kesulitan bagi masyarakat untuk mendapatkan pendidikan yang memadai.
 Pengalihan dana pendidikan ke kepentingan militer: Pemerintah Jepang
mengalihkan dana pendidikan ke kepentingan militer dan pembangunan
infrastruktur yang dibutuhkan untuk perang, sehingga mengurangi anggaran
pendidikan yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan sekolah dan
peningkatan kualitas pendidikan.
 Kurangnya kebebasan akademik dan kebebasan berpendapat: Jepang menerapkan
kontrol ketat terhadap dunia pendidikan dan membatasi kebebasan akademik serta
kebebasan berpendapat. Hal ini menghambat perkembangan ilmu pengetahuan dan
kreativitas dalam dunia pendidikan, serta memicu ketidakpercayaan terhadap
pemerintah Jepang.

9. Jepang memberikan tugas-tugas tertentu pada Jawa Hokokai, antara lain:


 Menyebarkan propaganda pro-Jepang: Jawa Hokokai diberikan tugas untuk
menyebarkan propaganda yang mendukung kebijakan pemerintah Jepang di
Indonesia, serta mempromosikan ideologi dan kebudayaan Jepang kepada
masyarakat Indonesia.
 Menjaga ketertiban dan keamanan: Jawa Hokokai juga diberikan tugas untuk
menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh Jepang. Hal
ini termasuk mengawasi aktivitas masyarakat Indonesia dan melaporkan kegiatan
yang dianggap mencurigakan kepada pihak berwenang.
 Membantu pemerintah Jepang dalam kegiatan militer: Jawa Hokokai juga diberikan
tugas untuk membantu pemerintah Jepang dalam kegiatan militer, seperti
membantu pemungutan pajak untuk membiayai perang, serta merekrut tenaga
kerja untuk proyek-proyek militer.
 Memfasilitasi pengumpulan informasi: Jawa Hokokai juga berperan dalam
memfasilitasi pengumpulan informasi bagi pihak berwenang, seperti mengumpulkan
data mengenai potensi ekonomi, sosial, dan politik di wilayah-wilayah yang dikuasai
oleh Jepang.
 Membentuk kader pro-Jepang: Jawa Hokokai diberikan tugas untuk membentuk
kader-kader pro-Jepang di kalangan masyarakat Indonesia, termasuk di kalangan
pemuda. Hal ini dilakukan dengan memberikan pelatihan-pelatihan dan mendidik
mereka dengan ideologi dan budaya Jepang, serta mempromosikan kebijakan
pemerintah Jepang yang dianggap positif untuk masyarakat Indonesia.

10. Muhammad Husni Thamrin awalnya memang dikenal sebagai seorang tokoh nasional yang
bersikap kooperatif terhadap pemerintah kolonial Belanda. Namun, seiring berjalannya
waktu, ia mulai menunjukkan sikap yang lebih kritis dan bahkan menentang kebijakan
pemerintah kolonial. Fakta-fakta berikut ini membuktikan bahwa Muhammad Husni Thamrin
dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial Belanda:
 Aktivitas politik: Muhammad Husni Thamrin aktif dalam kegiatan politik dan
menjadi salah satu pendiri Partai Sarekat Islam (PSI) pada tahun 1912. Partai ini
merupakan salah satu organisasi pergerakan nasional yang dianggap oleh
pemerintah kolonial Belanda sebagai ancaman terhadap kestabilan pemerintahan
mereka.
 Posisi dalam parlemen: Pada tahun 1925, Muhammad Husni Thamrin terpilih
menjadi anggota Volksraad, yaitu badan perwakilan rakyat Belanda di Hindia
Belanda. Di dalam Volksraad, ia memperjuangkan hak-hak politik dan ekonomi untuk
rakyat Indonesia, serta menentang kebijakan kolonial Belanda yang merugikan
rakyat Indonesia.
 Kritik terhadap pemerintah kolonial: Muhammad Husni Thamrin seringkali
memberikan kritik terhadap kebijakan pemerintah kolonial Belanda, baik di dalam
maupun di luar Volksraad. Ia memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dan menolak
upaya Belanda untuk mengontrol ekonomi Indonesia.
 Pendidikan dan pers: Selain aktif dalam kegiatan politik, Muhammad Husni Thamrin
juga terlibat dalam bidang pendidikan dan pers. Ia mendirikan sekolah-sekolah dan
surat kabar yang berisi tulisan-tulisannya yang kritis terhadap pemerintah kolonial
Belanda. Hal ini membuatnya semakin dikenal oleh masyarakat Indonesia dan
dianggap berbahaya oleh pemerintah kolonial.
Akibat sikap kritisnya terhadap pemerintah kolonial Belanda, Muhammad Husni Thamrin
seringkali menjadi sasaran pengawasan dan penganiayaan dari pihak kolonial. Ia ditangkap
dan dipenjara beberapa kali, dan akhirnya meninggal dunia pada tahun 1941 setelah
dibebaskan dari penjara. Namun, perjuangannya dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia dan hak-hak rakyat terus dikenang dan dihormati hingga saat ini.

Anda mungkin juga menyukai