Disusun Oleh :
Albert Georgius
(20190803020)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan
judul “Bandung lautan api”.
Saya berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, Saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi Saya maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya Saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan Saya mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan
kedepannya.
Albert Georgius
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………2
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………..
A. Latar Belakang…………………………………………………………………….…...4
B. Rumusan Masalah…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...….....5
C. Tujuan…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...……
D. Manfaat Penulisan...…...…...…...…...…...….......…...…...…...…...…...….......…........
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………………
A. Sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api………………………………………………6
B. Asal istilah………………………………………………………………………….…8
C. Insiden Perobekan Bendera……………………………………………………... …...9
D. Bandoeng Laoetan Api ……………………………………………………………10
E. Tujuan PeristiwaBandung Lautan Api……………………………………………..11
F. Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api……………………………………………12
BAB III PENUTUP...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…....
A. Kesimpulan…...…......…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...….........13
B. Saran…..…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…...…..14
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akan tetapi, perjuangan Indonesia tidak hanya sampai disitu saja. Di tengah-tengah
usaha pemerintah Indonesia menata kehidupan bangsa kearah yang lebih baik, Belanda terus
mencoba berbagai cara agar dapat kembali menduduki Indonesia dan menjajah serta
menguasai berbagai hasil pangan dan industri milik Indonesia.
Berbagai jalur perundingan telah dilalui oleh Indonesia dan Belanda untuk
mempertahankan kemerdekaan ini. Namun, Belanda selalu melanggar dan menyerang
Indonesia. Akibatnya jalur diplomasi ini tidak digunakan lagi dan Pemerintah Indonesia
melakukan perlawanan bersenjata untuk mengusir Belanda keluar dari Ibu Pertiwi ini. Salah
satu peristiwa perlawanan bersenjata yakni Bandung Lautan Api.
Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa
pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam
pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika ), setelah kembali dari pertemuannya
dengan Sutan Sjahrir di Jakarta , memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota
Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.Peristiwa yang terjadi di tanah
Pasundan itu berawal dari pertempuran antara para pemuda dan TKR melawan tentara Jepang
pada bulan September dan Oktober 1945. Pada tanggal 9 Oktober 1945, pertempuran yang
terjadi antara rakyat Bandung dan TKR melawan tentara Jepang dapat diselesaikan dengan
damai.
4
B. Rumusan Masalah
1. Apa latar belakang yang mendasari terjadinya peristiwa Bandung Lautan Api?
2. Apa tujuan dari peristiwa Bandung Lautan Api?
3. Bagaimana Rangkaian peristiwa Bandung Lautan Api?
4. Apa dampak-dampak dari peristiwa Bandung Lautan Api?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui latar belakang yang mendasari terjadinya peristiwa Bandung Lautan
Api.
2. Untuk mengetahui tujuan dari peristiwa Bandung Lautan Api.
3. Untuk mengetahui rangkaian peristiwa Bandung Lautan Api.
4. Untuk mengetahui dampak dari peristiwa Bandung Lautan Api.
D. Manfaat Penulisan
1. Dapat mengetahui latar belakang yang mendasari terjadinya peristiwa Bandung Lautan
Api.
2. Dapat mengetahui tujuan dari peristiwa Bandung Lautan Api.
3. Dapat mengetahui rangkaian peristiwa Bandung Lautan Api.
4. Dapat mengetahui dampak dari peristiwa Bandung Lautan Api.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Setelah Perang Asia Pasifik berakhir, sekutu membagi wilayah Asia mejadi beberapa
wilayah kekuasaan dan wilayah Indonesia diserahkan oleh Jendral Terauchi kepada Admiral
Lord Louis Mountbatten pada tanggal 12 September 1945 di Singapura.
Semenjak Jepang menyerah kepada Sekutu pada Perang Pasifik yang berlanjut dengan
berkumandangnya proklamasi Republik Indonesia tentara Jepang di berbagai kota di
Indonesia mulai dilucuti dan meninggalkan kota. Tentara Sekutu sebagai pemenang perang
pun hadir dengan puluhan ribu tentara untuk mengawasi dan melucuti tentara Jepang di
berbagai kota terutama Jakarta, Semarang dan Surabaya dengan yang dipimpin oleh tentara
Inggris, dikomandoi Gubernur Jendral Mallaby.
6
Semarang pun tak luput dari usaha pendudukan kembali Belanda. Pertempuran rakyat
dan TNI di Ambarawa pada tanggal 15 Desember 1945 kita kenang dengan sebutan Palagan
Ambarawa.
Bagaimana dengan Bandung? Bandung memilih jalan damai –ABCD, Anak Bandung
Cinta Damai– meskipun semenjak hari proklamasi Badan Keamanan Rakyat (BKR)
dibentuk, menyusul bulan Oktober Laskar Wanita Indonesia (LASWI) didirikan, hingga ke
satuan Pelajar Pejuang. Di bidang perjuangan lainnya yaitu jalur diplomasi Oto Iskandar Di
Nata memimpin cara damai agar Jepang keluar dari Bandung. Di saat yang sama Sekutu dan
NICA juga telah hadir melucuti tentara Jepang dan berusaha menduduki kota Bandung.
Jalur diplomasi ternyata belum tentu disukai semua pihak. Tidak hanya Oto yang
dikecam, masyarakat Bandung pun disindir sebagai orang lemah, tak punya semangat
revolusi, tak berani mengangkat senjata, dan banyak sindiran lain terutama setelah peristiwa
10 November dan Palagan Ambarawa terjadi.
Jalan diplomasi tetap dilakukan, namun corong berani Si Jalak Harupat telah
menghilang diculik bersama Residen Priangan, Walikota dan Ketua Komite Nasional
Indonesia Priangan.
7
Peringatan ini tidak dihiraukan oleh pihak tentara Republik. Sejak saat itu sering terjadi
bentrokan senjata dengan tentara Sekutu. Kota Bandung terbagi menjadi dua, Bandung Utara
dan Bandung Selatan. Oleh karena persenjataan yang tidak memadai, pasukan TKR dan para
pejuang lainnya tidak dapat mempertahankan Bandung Utara. Akhirnya Bandung Utara
dikuasai oleh tentara Sekutu.
Pada tanggal 23 Maret 1946 tentara Sekutu kembali mengeluarkan ultimatum ke-2.
Mereka menuntut agar semua masyarakat dan pejuang TKR mengosongkan kota Bandung
bagian selatan. Perlu diketahui bahwa sejak 24 Januari 1946, TKR telah mengubah namanya
menjadi TRI.
Demi mempertimbangkan politik dan keselamatan rakyat, pemerintah memerintahkan
TRI dan para pejuang lainnya untuk mundur dan mengevakuasi Bandung Selatan. setelah
mengadakan musyawarah, para pejuang sepakat untuk menuruti perintah pemerintah. Tapi
mereka tidak mau menyerahkan kota Bandung bagian selatan itu secara utuh.
B. Asal istilah
Istilah Bandung Lautan Api menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa
pembumihangusan tersebut. Jenderal A.H Nasution adalah Jenderal TRI yang dalam
pertemuan di Regentsweg (sekarang Jalan Dewi Sartika ), setelah kembali dari pertemuannya
dengan Sutan Sjahrir di Jakarta , memutuskan strategi yang akan dilakukan terhadap Kota
Bandung setelah menerima ultimatum Inggris tersebut.
"Jadi saya kembali dari Jakarta, setelah bicara dengan Sjahrir itu. Memang dalam
pembicaraan itu di Regentsweg, di pertemuan itu, berbicaralah semua orang. Nah, disitu
timbul pendapat dari Rukana, Komandan Polisi Militer di Bandung. Dia berpendapat, “Mari
kita bikin Bandung Selatan menjadi lautan api.” Yang dia sebut lautan api, tetapi sebenarnya
lautan air." - A.H Nasution, 1 Mei 1997
Istilah Bandung Lautan Api muncul pula di harian Suara Merdeka tanggal 26 maret 1946.
Seorang wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman, menyaksikan pemandangan
pembakaran Bandung dari bukit Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Dari puncak
itu Atje Bastaman melihat Bandung yang memerah dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Setelah tiba di Tasikmalaya , Atje Bastaman dengan bersemangat segera menulis berita
dan memberi judul "Bandoeng Djadi Laoetan Api". Namun karena kurangnya ruang untuk
tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi "Bandoeng Laoetan Api".
8
PadaBulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir
sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung
menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu "Halo-Halo Bandung" ditulis
untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah
menjadi lautan api
Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh
terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945. Jumlah
anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah, penyelidikan dan
perbekalan. Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada tanggal 25 November 1945.
Selain menghadapi serangan musuh, rakyat menghadapi banjir besar meluapnya Sungai
Cikapundung. Ratusan korban terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat
tinggal. Keadaan ini dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi
musibah.
9
Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan Belanda. Tanggal
5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah Lengkong Besar. Pada
tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan bom dan rentetan tembakan membabi
buta di Cicadas. Korban makin banyak berjatuhan.
Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota dan rakyat,
melahirkan politik "bumihangus". Rakyat tidak rela Kota Bandung dimanfaatkan oleh musuh.
Mereka mengungsi ke arah selatan bersama para pejuang. Keputusan untuk
membumihanguskan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan
Priangan (MP3) di hadapan semua kekuatan perjuangan, pada tanggal 24 Maret 1946.
Kolonel Abdul Haris Nasution selaku Komandan Divisi III, mengumumkan hasil
musyawarah tersebut dan memerintahkan rakyat untuk meninggalkan Kota Bandung. Hari itu
juga, rombongan besar penduduk Bandung mengalir panjang meninggalkan kota.
Bandung sengaja dibakar oleh TRI dan rakyat dengan maksud agar Sekutu tidak dapat
menggunakannya lagi. Di sana-sini asap hitam mengepul membubung tinggi di udara. Semua
listrik mati. Inggris mulai menyerang sehingga pertempuran sengit terjadi. Pertempuran yang
paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di mana terdapat pabrik
mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang mesiu tersebut.
Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda itu berhasil
meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak dan terbakar,
tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya. Staf pemerintahan kota Bandung pada
mulanya akan tetap tinggal di dalam kota, tetapi demi keselamatan maka pada jam 21.00 itu
juga ikut keluar kota. Sejak saat itu, kurang lebih pukul 24.00 Bandung Selatan telah kosong
dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih membubung membakar kota. Dan Bandung pun
berubah menjadi lautan api.
10
Pembumihangusan Bandung tersebut merupakan tindakan yang tepat, karena kekuatan
TRI dan rakyat tidak akan sanggup melawan pihak musuh yang berkekuatan besar.
Selanjutnya TRI bersama rakyat melakukan perlawanan secara gerilya dari luar Bandung.
Peristiwa ini melahirkan lagu "Halo-Halo Bandung" yang bersemangat membakar daya juang
rakyat Indonesia.
Bandung Lautan Api kemudian menjadi istilah yang terkenal setelah peristiwa
pembakaran itu. Banyak yang bertanya-tanya darimana istilah ini berawal. Almarhum
Jenderal Besar A.H Nasution teringat saat melakukan pertemuan di Regentsweg (sekarang
Jalan Dewi Sartika), setelah kembali dari pertemuannya dengan Sutan Sjahrir di Jakarta,
untuk memutuskan tindakan apa yang akan dilakukan terhadap Kota Bandung setelah
menerima ultimatum Inggris.
Setelah ultimatum pertama oleh Belanda, kota Bandung bagian utara tidak dapat
dipertahankan oleh Tentara Republik Indonesia, akibat kurang memadainya pasokan
persenjataan. Sehingga tentara dan rakyat harus mengosongkan daerah tersebut. akan tetapi
Bandung bagian selatan belum berhasil di kalahkan oleh Belanda. Oleh karena itu, Belanda
mengeluarkan ultimatum kedua pada tanggal 23 Maret untuk mengusir TRI dan rakyat
mengosongkan Bandung selatan. Tetapi ultimatum itu tidak disambut baik oleh rakyat dan
TRI akan tetapi disambut dengan pertempuran oleh mereka. Saat pertempuran berlangsung
pemerintah mengeluarkan intruksi agar daerah Bandung Selatan dikosongkan. Akan tetapi,
TRI berencana meninggalkan Kota Bandung Selatan dalam keadaan tidak utuh, mereka tidak
mengingini kota Bandung dapat digunakan sebagai markas strategis militer oleh Belanda.
TRI ingin melakukan penghancuran besar-besaran di kota Bandung Selatan yakni sarana
milik Belanda. Tetapi TRI juga melakukan pembakaran terhadap rumah warga sipil.
Pertempuran yang paling seru terjadi di Desa Dayeuhkolot, sebelah selatan Bandung, di
mana terdapat pabrik mesiu yang besar milik Sekutu. TRI bermaksud menghancurkan gudang
mesiu tersebut. Untuk itu diutuslah pemuda Muhammad Toha dan Ramdan. Kedua pemuda
itu berhasil meledakkan gudang tersebut dengan granat tangan. Gudang besar itu meledak
dan terbakar, tetapi kedua pemuda itu pun ikut terbakar di dalamnya.
11
F. Dampak Peristiwa Bandung Lautan Api
12
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Peristiwa Bandung Lautan Api di latar belakangi oleh adanya ultimatum dari sekutu yaitu
sekutu meminta TRI dan rakyat Bandung Utara dan Selatan untuk mengosongkan dan
menyerahkan seluruh senjata rakyat kepada sekutu namun permintaan itu di tolak dengan
menyambut ultimatum itu dengan pertempuran. Namun pada saat pertempuran berlangsung
Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan intruksi agar TRI untuk mengosongkan kota
Bandung. Tetapi sebelum menggalkan kota Bandung TRI dan Rakyat membumihanguskan
kota Bandung Selatan.
Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi dengan tujuan TRI yang tidak ingin meninggalkan Kota
Bandung dalam keadan utuh dan dapat di gunakan sebagai markas strategis militer oleh
Belanda dengan cara melakukan penghancuran secara besar-besaran di kota Bandung Selatan
terutama sarana milik belanda salah satunya yaitu gudang mesin milik belanda.
Berawal dari sekutu yang memasuki bandung, dan mengeluarkan ultimatum pertama untuk
melakukan perintah pengosongan di Bandung utara. Selanjutnya ultimatum kedua di
Bandung Selatan. Perintah itu ditolak oleh rakyat dan TRI dan disambut dengan pertempuran.
Tetapi saat pertempuran berlangsung pemerintah melakukan instruksi agar rakyat dan TRI
mengosongkan daerah tersebut. TRI berencana untuk meninggalkan Bandung selatan dalam
keadaan tidak utuh sehingga tidak digunakan sebagai markas militer Belanda, oleh karenanya
mereka membumihanguskan Bandung selatan yang dikenal dengan peristiwa Bandung
Lautan Api.
Peristiwa Bandung Lautan Api tidak hanya berdampak bagi Rakyat Bandung tetapi juga
berdampak bagi Sekutu yaitu:
Dampak terhadap Rakyat Indonesia berupa banyakx infrastruktur dan rumah warga sipil
yang rusak dan lenyab akibat kebakaran yang terjadi sehingga menimbulkan kerugian bagi
Rakyat Bandung
Dampak terhadap Sekutu tentang peristiwa Bandung lautan Api tidak begitu besar karena
bangunan-bangunan yang di bangun oleh pemerintah kolonial sangat kokoh dan hanya di
13
hancurkan dengan peledak buatan local sehingga kerusakan yang terjadi tidak begitu berarti
dan untuk memperbaiki apa yang rusak dapat di lakukan dalam waktu yang cepat dan
bangunan tersebut dapat di gunakan kembali
2. Saran
Bandung lautan api merupakan tragedi yang terkenal dalam kehidupan masyarakat sejak
zaman orde lama, namun seiring dengan berjalannya waktu, sejarah tersebut mulai dan
sedikit demi sedikit sirna. Hal ini dapat dipengaruhi oleh bertambahnya teknologi dan media-
media hiburan yang menyajikan hal-hal yang tidak ada sangkut pautnya dengan peristiwa-
peristiwa penting dan bersejarah yang salah satunya adalah tragedi “Bandung lautan api”.
Oleh karena itu, kepada para pengguna media-media modern, walaupun zaman telah
berganti dan bertambah modern, jangan melupakan sejarah-sejarah bangsa Indonesia dan
dengan adanya fasilitas media yang yang canggih, diharapkan sejarah bangsa Indonesia dapat
dengan mudah diketahui dengan cara menyebar luaskan sejarah tersebut.
Pemerintah yang lebih berwenang mengeluarkan media-media informasi mengenai
pendidikan khususnya sejarah, kiranya dapat mengelurkan media atau fasilitas (buku, artikel,
informasi internet) yang dapat menjadi jembatan untuk mengetahui sejarah Indonesia itu
sendiri dalam bentuk sajian yang menarik. Dan kita harus mensyukuri nikmat yang Tuhan
berikan pada kita saat ini.
14
Daftar Pustaka
15