MAKALAH
diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah IV
Dosen Pengampu
Dr. Nurul Umamah M.Pd.
Oleh :
Ica Sindy Putri Dwihapsari 160210302019
Kelas A
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Sejarah
Indonesia IV mengenai “Zaman Pendudukan Jepang di Indonesia” dengan baik
dan lancar. Penyusun menyadari bahwa makalah yang telah disusun ini tidak akan
selesai tanpa adanya dorongan serta bantuan dan bimbingan dari semua pihak.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Nurul
Umamah M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Indonesia IV.
PRAKATA...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB 1. PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3 Tujuan........................................................................................................2
1.4 Manfaat......................................................................................................2
BAB 2. PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Awal Kedatangan Jepang di Indonesia..........................................................3
2.2 Kebijakan Pemerintah Pendudukan Jepang di Indonesia...............................8
2.2.1 Kebijakan Politik Pemerintah Jepang......................................................9
2.2.2 Kebijakan Ekonomi Pemerintah Pendudukan Jepang...........................13
2.2.3 Kebijakan Militer Pemerintah Pendudukan Jepang...............................14
2.2.4 Kebijakan Sosial Pemerintah Pendudukan Jepang................................17
2.2.5 Kebijakan Pendidikan Pemerintah Pendudukan Jepang........................19
2.3 Perlawanan Rakyat Terhadap Tentara Jepang..............................................20
2.3.1 Perlawanan Rakyat Indonesia di Sukamanah........................................22
2.3.2 Perlawanan Rakyat di Indramayu..........................................................23
2.3.3 Pemberontakan Tentara PETA di Blitar................................................24
BAB 3. PENUTUP................................................................................................27
3.1 Simpulan..................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................28
BAB 1. PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui awal kedatangan Jepang di Indonesia.
2. Untuk memahami kebijakan dalam bidang (pemerintahan, politik,
ekonomi, sosial, pendidikan, dan militer) yang dilakukan pemerintah
Jepang di Indonesia.
3. Untuk memahami bentuk perlawanan yang dilakukan rakyat Indonesia
terhadap Jepang
1.4 Manfaat
Jepang terus memburu sisa pasukan KNIL lainnya. Sampai pada tanggal 26
Februari, 1942 Jepang menyerbu Jambi (Muara Bungo) dan berhasil juga
didudukinya secara keseluruhan. Menjelang akhir Februari 1942, pihak Jepang
telah berhasil pula menduduki Pulau Bali. Pulau Bali yang tak luput dari sasaran
Jepang. Pada pertengahan bulan Februari 1942 di sebelah selatan Pulau Bali
terjadi pertempuran antara sekutu dengan Jepang. Dalam setiap pertempuran
Jepang selalu unggul baik di darat, laut, maupun udara. Dengan demikian, dengan
waktu yang sangat singkat, angkatan perang Jepang telah dapat menduduki dan
menguasai daerah-daerah sumber-sumber minyak di Indonesia untuk mendukung
dalam usaha perang Jepang.
Akhirnya pada tanggal 1 Maret 1942, sebelum matahari terbit, Tentara Ke-
16 Angkatan Darat Jepang yang dipimpin oleh Letnan Jendral Hitosi Imammura
mulai mendarat di Pulau Jawa di tiga tempat, yaitu:
1) Di Teluk Banten, Jawa Barat
2) Di Eretan Wetan, Pantai utara Jawa Barat
3) Di Kragan, sebelah timr Rembang dan Lasem di Jawa Tengah dekat
perbatasan Jawa Timur.
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H Mas
Mansyur (Tokoh agama Isam dan Pendiri MIAI/Masyumi). Dari sini, dapat
dikatakan bahwa Pemerintah Jepang telah berhasil menggabungkan 2 orang
tokoh nasionalis terkemuka dan 2 orang penting dalam pendidikan. Hal ini
bertujuan untuk memusatkan potensi masyarakat Indonesia dalam
membantuJepang di Perang Asia Timur Raya.
Hokokai didirikan bagi setiap orang yang berusia lebih dari 14 tahun ke
atas. Soekarno dan Hasyim Asyari dijadikan penasehat utamanya, sementara
pengelolaannya diserahkan kepada Hatta dan Mansyur. Pihak Jepang tentu
saja memanfaatkan para pemimpin Indonesia untuk mencapai tujuan mereka
sendiri, tetapi para pemimpin Indonesia justru mengambil kesempatan dan
keuntungan dari orang Jepang. Soekarno berhasil memanfaatkan propaganda
bagi Hokokai untuk memperkokoh posisinya sebagai pemimpin utama rakyat,
sehingga para pejabat priyai dapat secara langsung terikat ke dalam organisasi
tersebut dengan diangkat menjadi ketua pada setiap tingkat pemerintahan
(Ricklefs, 2005: 419).
2. Keibodan
Pembentukan barisan pembantu polisi (Keibodan) diperuntukkan
bagi pemuda yang berusia 25-35 tahun. Keibodan berfungsi sebagai
pembantu polisi, kebakaran, dan polusi udara. Oleh karena itu, di setiap
desa yang memiliki pemuda usia tersebut dan berbadan sehat wajib
mengirimkan warganya untuk menjadi Keibodan. Konon, lebih dari 2 juta
pemuda Indonesia berada dalam organisasi-organisasi semacam itu pada
akhir perang, kira-kira 60% di antaranya dalam Keibodan (Ricklefs, 2005:
415).
3. Fujinkai
Bulan Agustus 1943, dibentuk Fujinkai yang merupakan sebuah
perkumpulan atau perhimpunan wanita. Para anggota Fujinkai diberi
latihan-latihan militer oleh tentara Jepang. Latiha-latihan tersebut
diberikan dan disesuaikan dengan sifat dan tugas kewanitaannya. Tugas
Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan
dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk
kepentingan perang (Sagimun,1987:229).
2.2.3.2 Militer
1) Heiho (Pasukan Pembatu Prajurit)
(Sagimun 1987:238).
4. Setiap regu terdiri dari 10 orang anggota prajurit sukarela ditambah seorang
Budanco
Sejak pagi buta sampai petang, mereka dipaksa melakukan pekerjaan kasar
tanpa makan dan perawatan cukup. Hanya pada malam hari saja mereka bisa
melepaskan kelelahn mereka. Dalam keadaan demikian, mereka tidak punya daya
tahan lagi terhadap penyakit karena tidak sempat memasak air minum, buang air
besar sembarangan, sehingga mnyebarlah wabah penyakit disentri. Kesehatan
yang tidak dijamin, makanan yang tidak cukup, dan pekerjaan yang terlalu berat
menyebabkan pekerja romusha meninggal (Poesponegoro,2008:65).
3.2.4.2 Tonarigumi
Pembentukan tonarigumi oleh pihak Jepang, ditujukan untuk kepentingan
Jepang dalam usaha pengerahan pangan. Tiap Tonarigumi terdiri dari 10-20
Rumah Tangga. Beberapa Tonarigumi dikelompokkan ke dalam Ku (desa atau
kelurahan). Meskipun diletakkan di bawah pemerintahan desa atau kelurahan,
namun segala konsepsi dan tugasnya diatur sendiri oleh Jepang dan sepenuhnya
menjadi alat militer Jepang (Imran, 2012: 58).
Tentara Jepang membeli dengan paksa hasil bumi dengan harga yang
ditentukan secara sepihak oleh tentara Jepang. Uang kertas Pemerintah tentara
Jepang sangat merosot bahkan hampir tidak bernilai. Toko-toko banyak yang
kosong. Para petani sekalipun banyak yang tidak memilki beras dan bahan pangan
lagi untuk dimakan bersama dengan keluarganya. Bahkan meskipun tanah
Indonesia adalah tanah yang kaya dan subur, namun masih banyak ditemukan
rakyat yang kelaparan. Rakyat Indonesia juga kekurangan sandang (pakaian).
Pakaian yang dikenakan itupun hanya berupa pakaian compang-camping dan juga
berpakaian yang terbuat dari bagor, yaitu bahan kain tenunan kasar yang terbuat
dari daun rumbia. Pada zaman pendudukan Jepang, rakyat Indonesia sungguh
mengalami penderitaan yang luar biasa (Sagimun,1987:243).
Meskipun penjajahan Jepang hanya seumur jagung, namun dampaknya
membawa malapetaka terhadap rakyat Indonesia. karena kekurangan makanan,
rakyat menjadi lemah dan mudah terserang penyakit, seperti beri-beri, malaria,
tipes, kolera dan disentri. Banyak rakyat Indonesia yang mati dalam keadaan yang
menyedihkan, dan banyak di antaranya yang mati dibunuh, dianiaya secara kejam
oleh tentara Jepang. Bagi para pekerja Romusha, mereka mati dalam keadaan
yang jauh dari kampung halamannya dan jauh dari sanak saudara. Begiu juga para
wanita dan gadis-gadis bangsa Indonesia yang dibujuk rayu dengan kata-kata
manisnya, kemudian dirusak dan dihina. Para wanita yang diiming-imingi akan
diberi pekerjaan dengan gaji dan jaminan sosial yang baik ternyata itu hanya
kelicikan. Banyak pula gadis-gadis terpelajar yang tertarik akan mendapatkan
pendidikan dan disekolahkan dengan layak oleh tentara Jepang ternyata juga
dirusak kehormatannya dengan dijadikan wanita penghibur dan menjadi pemuas
nafsu rendah tentara Jepang (Sagimun,1987:243).
Daerah hutan Ngancar, masih banyak ditemukan kurang lebih 200 orang
pemberontak tentara PETA di Blitar. Pasukan ini dipimpin oleh Shudanco Muradi
yang dibantu oleh Shudanco Suparyono dan Shudanco S.Jono. pasukan ini telah
mengambil posisi di tempat-tempat pertahanan mereka. Secara militer, jelas
bahwa Jepang dapat mengalahkan pasukan-pasukan Shudanco Muradi. Namun,
Jepang mencari jalan yang lebih aman yaitu dengan mengambil jalan mengadakan
perundingan dengan pihak pemberontak. Perundingan tersebut menghasilkan
pengampunan bagi Shudanco Muradi beserta pasukannya oleh pihak Jepang.
Sebagai tanda bahwa Jepang berkata jujur, maka Kolonel Katagiri menyerahkan
pedang Samurainya. Perundingan tersebut terjadi pada tanggal 21 Februari 1945
malam hari di rumah Purwosudharmo, seorang Mandor besar Perkebunan
Sumberlumbu. Selesai perundingan itu, maka pasukan-pasuka Shudanco Muradi
di tertibkan dan turun dari pertahanan mereka masing-masing dan naik truk yang
tela disediakan. Mereka berangkat menuju Kota Bitar dan langsung menuju ke
asrama Dai Ni Dan. Mereka diminta berkumpul di halaman dan melapokan Dai Ni
Daidanco bahwa 200 orang anggota Dai Ni Daidan telah siap untuk kembali.
Kemudian, secara licik, Jepang melucuti semua senjata mereka.
3.1 Simpulan
Masa penjajahan Jepang di Indonesia yang berlangsung sejak tahun 1942-
1945 Serangan Jepang ke Indonesia diawali dengan penguasaan atas Tarakan,
Balikpapan, Palembang, dan daerah di Pulau Jawa. Setelah secara resmi menerima
penyerahan kedaulatan dari pemerintah Belanda, maka pemerintahan Jepang
langsung membagi wilayah Indonesia menjadi 3 pemerintahan militer. Usaha
pertama yang dilakukan Jepang guna menggalang dukungan rakyat Indonesia
dalam rangka menciptakan Negara Asia Timur Raya adalah Gerakan 3A.
kedudukan Jepang membawa kesengsaraan bagi bangsa Indonesia. di bidang
ekonomi, semua kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang Jepang.
Oleh karena itu, Jepang selalu berusaha menguasai sumber daya alam dan sumber
daya manusia Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Imran, Amrin. 2012. Indonesia dalam Arus Sejarah Jilid IV Jakarta: PT. Ichtiar
Baru van Hoeve.