Anda di halaman 1dari 15

i

PERLAWANAN SUKAMANAH

(KONFRONTASI K. H. ZAENAL MUSTOFA

KEPADA PENGUASA JEPANG)

MAKALAH

Ditujukan untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Sejarah
Sosial yang diampu oleh Yeni Kusmarini

oleh

1703730 Yuli Yulianti

DEPARTEMEN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2018
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam
yang telah memberikan taufik hidayahNya, sehingga penulis akhirnya dapat
menyelesaikan “Perlawanan Sukamanah (Konfrontasi K. H. Zaenal Mustofa
terhadap Penguasa Jepang)” ini . Dalam makalah ini terkandung kondisi
pendudukan Jepang di Tasikmalaya hingga perlawanan yang dilakukan K. H.
Zainal Mustofa yang menentang kesewenang wenangan penguasa Jepang.
Maksud dan tujuan dari makalah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memenuhi salah satu tugas Ujian Akhir Semester mata kuliah Sejarah Sosial.

Kekurangan dan kesalahan mungkin saja terjadi dalam penulisan laporan


ini. Namun, demikian penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca. Suatu
kebahagiaan yang tak terhingga bagi penulis yang akhirnya dapat menyelesaikan
makalah ini, dan dalam penulisannya, laporan ini banyak melibatkan berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak


kekurangannnya dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi penulis agar dapat lebih
baik lagi dimasa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2018

Penyusun
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.................................................................................................1


1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan..................................................................................................2
1.4. Manfaat Penulisan................................................................................................2
BAB 2......................................................................................................................3

2.1. Kondisi Pendudukan Jepang di Tasikmalaya..........................................................3


2.2. Penyebab Perlawanan Sukamanah..........................................................................4
2.2.1. Pemaksaan Kebudayaan Jepang (Japanisasi)...............................................4

2.2.2. Penyerahan Hasil Panen..............................................................................5

2.3. Proses dan Akhir Perlawanan Sukamanah...............................................................7


BAB 3....................................................................................................................10

3.1. Simpulan...............................................................................................................10
3.2. Saran.....................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11
0
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kedatangan Jepang ke Indonesia membawa perubahan signifikan dalam
berbagai aspek. Keberhasilan pendaratan Jepang di Indonesia seketika secara kilat
mampu membuat Belanda menyerah tanpa syarat pada 8 Maret 1945. Pada awal
kedatangannya Jepang sangat diterima baik oleh rakyat Indonesia dan dipanggil
saudara tua. Namun seiring berjalannya waktu akhirnya rakyat menyadari akan
kesewenang- wenangan pihak Jepang. Seperti sebuah pepatah bahwa “Sepandai
pandainya tupai melompat pasti akan terjatuh” itulah kondisi yang dialami Jepang.
Walaupun dengan propagandanya yang berusha menarik simpati bangsa Indonesia
untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya, namun niat buruknya
tersebut telah disadari rakyat dengan tindakan kesewenang wenang yang
dilakukan.
Hal inipun yang dirasakan masyarakat Sukamanah pada saat itu. Dimana
pada awal kedatangan Jepang menyasar para ulama setempat untuk menarik
simpati rakyat. Namun pada akhirnya Jepang menerapkan berbagai kebijakan-
kebijakan yang sangat membebani rakyat. Kebijakan Japanisasi (Pemaksaan
budaya Jepang) yang bertentangan dengan ajaran Islam serta pemaksaan
pengambilan hasil panen rakyat membuat rakyat semakin sengsara, dan geram.
K. H. Zainal Mustofa, sebagai pendiri pesantren Sukamanah dan ulama di
wilayah tersebut pun geram dan memimpin pergerakan melawan perlawanan
terhadap Jepang bersama para santri dan rakyat. Pola gerakan perlawanan
Sukamanah mengandung unsur totalitas keagamaan yang dimiliki santri dan
didukung semangat Jihad fi sabilillah menumpas penguasa kafir. Kondisi tersebut
menyebabkan kajian literatur ini menarik untuk dilaksanakan. Maka dari itu, saya
mengangkat tema “Perlawanan Sukamanah”.

1.2. Rumusan Masalah


2

1. Bagaimana kondisi pendudukan Jepang di Tasikmalaya ?


2. Mengapa Perlawanan Sukamanah dapat terjadi?
3. Bagaimana proses dan akhir Perlawanan Sukamanah?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui kondisi pendudukan Jepang di Tasikmalaya.
2. Untuk mengetahui sebab- sebab terjadinya Perlawanan Sukamanah.
3. Untuk mengetahui proses dan akhir Perlawanan Sukamanah.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Mengetahui kondisi pendudukan Jepang di Tasikmalaya.
2. Mengetahui sebab- sebab terjadinya Perlawanan Sukamanah.
3. Mengetahui proses dan akhir Perlawanan Sukamanah.
3

BAB 2
PERLAWANAN SUKAMANAH (KONFRONTASI K. H.
ZAENAL MUSTOFA KEPADA PENGUASA JEPANG)

2.1. Kondisi Pendudukan Jepang di Tasikmalaya


Kedatangan Jepang pada 1 Maret 1942, membawa perubahan kilat terhadap
aspek politis, sosiologis dan ekonomi bangsa Indonesia. Selang seminggu setelah
kedatangannya. Usaha pendaratan tersebut terbilang berhasil. Terbukti pada
tanggal 1 Maret 1942, dibawah pimpinan Vince Admiral Takahasi, bala tentara
Jepang mendarat di pulau Jawa. Pendaratan pertama dilakukan di Merak, Teluk
Banten dan pendaratan kedua dilakukan di Pantai Eretan Wetan, pantai utara
Pulau Jawa, dan pendaratan kedua di Sragen Jawa Tengah. Jepang dapat langsung
menguasai Indonesia ditandai dengan meneyerahnya Belanda tanpa syarat kepada
Jepang, pada 8 Maret 1942 dalam Perjanjian Kalijati.

Pulau Jawa menjadi pusat pengerahan tenaga oleh Jepang, dikarenakan awa
merupakan salah satu pulau di Indonesia yang memiliki kekayaan alam dan
sumber tenaga kerja yang banyak. Hal inilah yang membuat Jepang mulai
membuat berbagai peraturan perekonomian di Jawa.

Pendudukan Jepang di Jawa Barat dilatar belakangi oleh dua faktor yaitu
faktor politik dan sosial- ekonomi. Jawa Barat dari segi politik, penting bagi pusat
ekonomi, Jawa Barat merupakan daerah yang banyak memiliki perkebunan dan
persawahan untuk memenuhi kebutuhan pangan Jepang. Penduduk Jawa Barat
yang sangat padat pula bermanfaat untuk kepentingan Perang Asia Timur Raya.
(Yanti, 2011:35).

Pada awal kedatangannya, Jepang sangat diterima baik oleh rakyat Indonesia
dan dianggap sebagai saudara tua. Selain itu ditunjang dengan propaganda Jepang,
untuk menarik simpati bangsa Indonesia salah satunya adalah menyasar umat
Islam dan para ulamanya. Ditunjang pula karena Indonesia mayoritas
masyarakatnya beragama Islam, maka Jepang disisi sebagai saudara tua, juga
menekankan pada persamaan antara Shinto dan Islam. (Benda, 1980:135).
4

Didukung pula bahwa umat islam Indonesia merupakan kelompok yang anti
Barat, sehingga dapat berguna untuk membantu pertempuran Jepang melawan
Barat. Hal ini pun mendapat sambutan yang baik dari para ulama di Indonesia.

Pada masa pendudukan Jepang di Tasikmalaya pun, Jepang membentuk


organisasi keislaman untuk membantu Jepangg dalam memenuhi kebutuhan
Perang Asia Timur Raya. Namun disisi lain Jepang menerapkan kebijakan-
kebijakan seperti pemaksaan budaya Jepang terhadap rakyat Indonesia dan
penarikan hasil bumi besar-besaran secara paksa dari rakyat. Kebijakan tersebut
membuat rakyat mengalami penderitaan.

2.2. Penyebab Perlawanan Sukamanah

2.2.1. Pemaksaan Kebudayaan Jepang (Japanisasi)


Masalah krusial yang menjadi penyebab penentangan terhadap Jepang
adalah mengenai kedewaan Kaisar Jepang dan penghormatannya yang sangat
bertentangan dengan Islam. Kekaguman dan harapan masyarakat muslim
Indonesia berubah menjadi kebencian yang mendalam ketika pemerintah
Jepang melakukan kebijakan Japanisasi, sebuah kebijakan yang memaksakan
tradisi Jepang untuk diberlakukan kepada masyarakat Indonesia. Kebijakan
saikeirei, membungkukkan badan ke istana kaisar serupa dengan ruku’ dalam
shalat. Pemaksaan seremoni penghormatan ini telah memunculkan keresahan
dan resistensi masyarakat muslim Indonesia.12 (Zuhri, 1981: 226).

Saikeirei menyebabkan komunitas Nahdatul Ulama (NU) merapatkan


barisan, kiai-kiai NU dan pengasuh pesantren menyatakan penolakan secara
tegas mengenai hal itu, kemudian disampaikan kepada Saikoo Sikikan,
panglima tentara Jepang di Jakarta, namun keharusan untuk melakukan
saikeireitetap diberlakukan.(Zuhri, 1981: 226).

Protes terhadap kewajiban saikeirei banyak disuarakan oleh kiai-kiai


NU, K.H. Hasyim Asy’arie mengeluarkan fatwa haram, yaitu melarang umat
Islam khususnya warga Nahdatul Ulama (NU) untuk melakukan saikeirei.
(Khuluq, 2000:96.). Fatwa haram terhadap saikeirei ini cepat menyebar ke
5

seluruh pesantren di Jawa dan menjadi pegangan bagi kiai pengasuh


pesantren untuk menolak kewajiban saikeirei. Fatwa haram ini dipahami
sebagai keputusan resmi Nahdatul Ulama (NU) karena dikeluarkan oleh Rais
Akbar Nahdatul Ulama (NU). (Mawardi, 2006:78)

2.2.2. Penyerahan Hasil Panen


Dalam bidang ekonomipun, Jepang menerapkan berbagai kebijakan-
kebijakan yang sangat membebani rakyat, dimana rakyat harus menyerahkan
hasil taninya untuk kepentingan Jepang, karena kebutuhan logistik yang besar
untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada masa awal pendudukan,
pemerintah militer Jepang membentuk bagian khusus perekonomian
(keizaibu) yang mempunyai tugas merancang aturanaturan untuk memperkuat
keadaan ekonomi di daerah. Pada tahap awal aturan yang dikeluarkan oleh
Keizaibuhanyalah anjuran-anjuran, namun kemudian menjadi aturan-aturan
yang memaksa, seperti penanaman bahan makanan di pekarangan-
pekarangan, tumbuhan-tumbuhan berserat untuk bahan pakaian, dan
pendaftaran berbagai harta masyarakat seperti, pohon dan hewan ternak yang
kemudian dibeli pemerintah dengan harga yang telah ditentukan secara
sepihak oleh pemerintah. (Soekadri,1991:22).

Namun, hal yang paling membertakan warga adalah harga yang dipatok
pemerintah sangat rendah di bawahharga pasar, dengan banyaknya barang
yang dibeli pemerintah, maka barang di pasaran sangat langka, kalaupun ada
harganya sangat tinggi. Ibid Tekanan berat terhadap petani adalah dengan
adanya kewajiban penyetoran padi hasil panen kepada pemerintah dengan
ketentuan 40% menjadi milik petani, 30% disetor kepada pemerintah melalui
Beikoku Seimeigyo (komisi penggilingan padi) yang dibeli dengan harga
pemerintah, dan 30% disediakan untuk bibit yang harus disetor ke lumbung
desa.Ibid Penyetoran padi ini merupakan tekanan yang berat bagi petani,
persediaan padi untuk cadangan bahan makanan cenderung kurang bahkan
untuk benih juga mengalami kekurangan. Persoalan ini menyebabkan
munculnya kelaparan di pedesaan. (Ibid:24).
6

Di Wilayah Tasikmalaya, pesantren dijadikan tempat penyimpanan untuk


menyelamatkan hasil panen rakyat. Contohnya di Pesantren Sukamanah yang
dijadikan lumbung untuk menyelamatkan hasil panen warga dari kebijakan
Jepang untuk meyerahkan dua kuintal setiap hasil panen. Pendukung utama
NU yang mayoritas petani pedesaan yang secara ekonomi tergolong lemah
merupakan salah satu komunitas yang paling merasakan kesengsaraan akibat
berbagai kebijakan ekonomi dan pertanian Jepang. Kesengsaraan yang
mereka alami berakibat pada merosotnya ketaatan beribadah dalam komunitas
akar rumput NU ini. Banyak digambarkan bahwa pada masa-masa itu, rakyat
sangat sulit untuk mendapatkan bahan pakaian dan makanan, dalam
kesengsaraan yang sangat seperti ini menyebabkan banyak masyarakat
muslim meninggalkan ibadah kepada Allah. Kebanyakan perempuan dari
masyarakat bawah NU meninggalkan shalat karena tiadanya rukuh atau
pakaian shalat untuk perempuan.(Mawardi, 2006: 85).

Kondisi sengsara semacam ini juga banyak dialami oleh kiai-kiai NU


terutama di daerah Jawa Tengah yang kebanyakan merupakan petani kecil
yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya lebih banyak disokong oleh
pengikut setianya. Pada masa pendudukan Jepang banyak kiai yang miskin.

Begitu juga pesantren, pada masa pendudukan Jepang termasuk terkena


dampak buruk yang ditimbulkan oleh kebijakan pemerintah, dampak yang
paling nyata adalah menurunnya jumlah santri. Banyak pesantren yang
jumlah santrinya tinggal separuh, bahkan tidak jarang pula pesantren yang
ditinggalkan oleh seluruh santri mukim yang ada tinggal santri kalong. Hal ini
disebabkan kemiskinan yang dialami wali santri dan tidak sanggup lagi
mengirimkan bekal bagi anaknya di pesantren sehingga kebanyakan santri
harus pulang ke daerah asal.(Zuhri, 1981:261). Akan tetapi, ada beberapa
pesantren yang mendapat bantuan logistik dari pemerintah pendudukan
Jepang.(As-Su’lah:9)
7

2.3. Proses dan Akhir Perlawanan Sukamanah


Propaganda yang dilakukan Jepang dengan menyusur dan menarik smpati
umat Islam Indonesia, diterima baik oleh para ulama dan penguasa lokal. Terlihat
dari kebijakan yang dikeluarkan Bupati R. A. A. Wratanoeningrat membentuk
organisasi keagamaan dengan tujuan untuk mengakomodasi para ulama di
Tasikmalaya dalam sebuahorganisasi keagamaan Idzharu Baitil Muluk wal Ulama
(IBMU) yang agar tetap berada dalam kontrol pemerintah dan hampir semua
ulama Tasikmalaya bergabung dalam IBMU. Namun sejak hadirnya Nahdatul
Ulama di Tasikmalaya beberapa ulama memisahkan diri dari IBMU. Secara garis
besar dapat terlihat telah adanya dua kelompok dimana terdapat kelompok yang
pro pemerintah dan kontra pemerintah. (Yahya 16:2013)

Para ulama yang ikut bergabung ke Nahdatul Ulama adalah golongan kiai
muda yang sejalan dengan sikap kontra pemerintah, yang dipelopori oleh
Ajengan Sobandi Cilengan dan santri- santrinya yang sudah menjadi kiai
seperti Zainal Mustofa Sukamanah kemudian Ruhiat Ciapasung. (Yahya,
16:2013). Salah satunya adalah K. H. Zainal Mustofa yang bernama asli Umri
alias Hudaeni merupakan pendiri Pondok Pesantren di Kampung Cikembang,
yang diberi nama Pondok Pesantren Sukamanah didirikan paad tahun 1927
diatas tanah wakaf untuk rumah dan mesjid dari seorang janda dermawan,
yakni Hj. Siti Juariah.(Oktorino, 2013: 131). Ia merupakan salah seorang
ulama yang bersikap kontra terhadap pemerintahan . Sikap tegasnya mulai
terlihat dengan menyelenggarakan rapat- rapat gelap, mengeluarkan
pernyataan pernyataan anti pemerintah, dan membentuk organisasi “Pasukan
Tempur Sukamanah” yang dipimpin oleh Ajengan Najmuddin.
(Nasution,:113)

Sikap inipun didukung oleh para rakyat dan pengikut- pengikutnya


dimana dalam kesengsaraan rakyat ia tampil seorang Ratu Adil yang
dipercaya rakyat. Banyak pengikutnya meyakini bahwa Zainal Mustofa
memiliki kekuatan illahi yang dapat melindungi orang yang beriman dan
menghukum orang yang tidak percaya. (Oktorino, 2013:122)
8

Menjelang pendudukan Jepang, K. H. Zaenal Mustofa berstatus sebagai


tahanan Belanda, dan pada pemerintah Jepang, K. H. Zaenal Mustofa
dibebaskan. Namun sikap kontra pemerintah pun tetap ia pegang teguh.
Terlihat dalam pidato singkatnya, pada upacara penyambutan kembali di
pesantren, ia memperingatkan para pengikut dan santrinya agar tetap percaya
pada diri sendiri dan tidak mudah termakan oleh propaganda Jepang dan
meyatakan bahwa fasisme Jepang lebih berbahaya dibanding imperialisme
Belanda. (Romli

Mulai memuncak karena arogansi dan kebutuhan logistik yang sangat


banyak untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Selain itu pula,
pemerintah pendudukan Jepang membuat kebijakan-kebijakan yang kontra
produktif terhadap janji-janjinya terhadap umat Islam, seperti Masalah krusial
yang menjadi penyebab adalah mengenai kedewaan Kaisar Jepang dan
penghormatannya yang sangat bertentangan dengan Islam. Kebijakan
seikeirei, membungkukkan badan ke istana kaisar serupa dengan ruku’ dalam
shalat. Pemaksaan seremoni penghormatan ini telah memunculkan keresahan
dan resistensi masyarakat muslim Indonesia. (Zuhri, 1979: 226).

Kemudian kebijakan wajib serah padi menambah sikap antipati K. H.


Zainal Musthafa setelah kebijakan Jepang yang memaksakan tradisi Seikerei,
pesantren Sukamanah dijadikan lumbung untuk menyelamatkan hasipanen
warga dari kebijakan Jepang untuk meyerahkan dua kuintal setiap hasil
panen.(Romli)

Bentuk gerakan Sukamanah ini terdiri dari kaum santri dan warga petani
menjadikan pola gerakannya mengandung unsur totalitas keagamaan yang
dimiliki santri dan didukung semangat Jihad fi sabilillah menumpas penguasa
kafir.

Ketika kempetai mendengar keresahan yang terjadi didaerah tersebut


mereka mengirimkan beberapa anggotanya untuk melakukan berbagai
penyelidikan. Namun sikap kasar mereka kemudian mendorong para pengikut
sang kyai untuk membunuh mereka semua kecuali disisakan satu orang,
umtuk menyampaikan pesan kepada penguasa Jepang.
9

Satu hari sebelum perlawanan, Jepang mengirimkan utusan ialah goto-


sidokan dari kepolisian Tasikmalayadengan beberapa keibuho Indonesia ke
Sukamanah untuk mengadakan perundingan dengan K. H. Zainal Mustofa.
Selanjutnya, Kyai Zainal Mustofa dan pengikutnya dilucuti senjata. Namun,
Goto Sidokan sendirilah yang harus kembali ke Tasikmalaya untuk
menyampaikan ultimatum dari kyai kepada emerintah Jepang, bahwa agar
Jumat 1 Maulud pulau Jawa dimerdekakan. Jika tidak maka akan terjadi
pemberontakan. (Oktorino, 2013:123)

Menurut K. H. Zainal Mustofa perlawanan akan dilakukan pada tanggal


1 Maulud atau 25 Februari 1944 setelah shalat Jum’at terjadi perlawanan
bersenjata yang dilakukan oleh K.H. Zainal Mustofa dan pengikutnya, setelah
sebelumnya melakukan persiapan seperti semedi, puasa dan sebagainya.
(Nasution,:113). Pda hari itulah rombongan Jepang kembali datang untuk
kembali mengadakan perundingan, ialah kempetaico Tasikmalaya,
kempetaico Garut, seorang juru bahasa dan serdadu Jepang. Namun, setelah
kaum muslimin selesai shalat jumat, empat kempetai Jepang yang memanggil
serasa menyinggung perasaan ajengan Najmuddin, dan tiga orang
kempetaipun dibinasakan. Lalu Jepang kembali mengirim kembali pasukan
dengan jumlah lebih banyak, pertarungan terjadi selama kurang lebih satu
jam. Para pemberontak menggunakan senajata sederhana dari bambu saja
dibarengi teriakan takbir. (Nasution, :115 Segera setelah itu diadakan
penumpasan secara brutal oleh pemerintah militer Jepang, mengirimkan bala
bantuan yang didukung oleh sejumlah unit Keibodan. Dalam pertempuran
yang terjadi 153 orang penduduk desa dan banyak orang Jepang terbunuh.
(Oktorino, 2013:123)

kemudian dilanjutkan penangkapan-penangkapan tokoh-tokoh


perlawanan di antaranya K.H. Zainal Mustofa dan beberapa kiai NU yang
lain. (Letje Marlina, 1990:202)
10

BAB 3
PENUTUP

3.1. Simpulan
Perlawanan Sukamanah adalah perlawanan totalitas keagamaan yang
dimiliki santri dan didukung semangat Jihad fi sabilillah menumpas penguasa
kafir, yaitu terhadap penjajahan Jepang yang sewenang wenang melakukan
pemaksaan budaya (Seikerei) dan penyerahan hasil panen.

Hal inilah yang mendorong K. H. Zaenal Mustofa sebagai pimpinan


pondok pesantren Sukamanah dan para santrunya untuk melakukan
perlawanan. Namun perlawanan dapat ditumpas oleh Jepang, karena
lemahnya persenjataan yang digunakan para santri dan rakyat. Sampai pada
akhirnya K. H. Zaenal Mustofa dan para pengikutnya ditangkap dan
dieksekusi.

3.2. Saran
1. Bagi Generasi Muda

Bagi para penerus generasi bangsa hendaknya meneladani semangat


juang dan sikap pamntang menyerang para rakyat dan santri dalam
menghaapi perlawanan Jepang.

2. Bagi Mahasiswa Pendidikan Sejarah

Bagi Mahasiswa Pendidikan Sejarah hendaknya terus menggali berbagai


disiplin ilmu, untuk dapat menunjang kompetensi- kompetensi pembelajaran
sehingga dapat menjadi guru sejarah yang kompeten dan profesional.

.
11

DAFTAR PUSTAKA

Romli, Ceng. (2017)."Sikap Politk Ajengan Sukamanah (Konfrontasi K. H.


Zaenal Mustofa dengan Penguasa Jepang 1942-1944". Fakultas Adab dan
Ilmu Budaya. Universitas Islam Negeri Kalijaga. Yogyakarta

Mawarti, Kholid. (2018). "Kolaborasi Manifestasi Komunikasi “Kiai


Kampoeng”: Komunikasi Politik Kiai NU Masa Pendudukan Jepang".
Komunika. Vol. 2 233-249.

Yanti, Eny Nopy. (2011). Pendudukan Jepang di Jawa Barat 1942-1945. Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jember. Jember

Zuhri, Saifuddin. (1979). Sejarah Perkembangan Islam dan Kebangkitannya di


Indonesia. Al Ma’arif: Bandung

Marlina, Itje. 1990. “K.H.Z. Mustofa dalam Perlawanan Santri terhadap Jepang
Tahun 1944, Studi di Pesantren Sukamanah Singaparna Kabupaten
Tasikmalaya”, dalam Seminar Sejarah Nasional V Sub Tema Sejarah
Perjuangan (Jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Depdikbud,
1990), hal. 202.

Mawardi, Kholid. (2014). “Militansi Kiai Kampoeng Sejarah Nahdatul Ulama


Masa Pendudukan Jepang 1942- 2945”. JPA. Vol. 15 No. 1.

Yahya D. Iip. (2013). “Dari Galunggung ke Tasikmalaya”. Soekapora Institute.


Vol. 1 No. 1.

Anda mungkin juga menyukai