Disusun oleh:
XI MIPA 2
DINAS PENDIDIKAN
SMAN 1 LUMAJANG
Jl. Jend. Ahmad Yani No. 07 Telp (0334)881747 Kode Pos 67316
Website:http//www.sman1lmj.sch.id Email:smasalmj@yahoo.com
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah S.W.T karena atas berkat rahmat-Nya berupa kekuatan lahir
maupun batin serta jalan semangat pada penyusunan sehingga dapat menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
Dalam karya tulis ilmiah ini kami membahas tentang “Biografi Sayuti Melik”. Karya tulis
ini dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama pengerjaan karya tulis ilmiah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada karya tulis ilmiah
ini. Oleh karena itu, kami mengundang pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan karya tulis ilmiah selanjutnya.
Akhir kata semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan bermanfaat kepada kami
sekalian. Aamiin.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................. 1
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Nama asli Sayuti Melik adalah Mohammad Ibnu Sayuti, lahir di Sleman pada 22
November 1908. Sayuti meninggal di Jakarta pada 27 Februari 1989 dan dimakamkan di
Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta. Pada 1961, ia mendapat penghargaan
Bintang Mahaputra, dan pada 1973 mendapat penghargaan Bintang Adiprana.
Mendapatkan pasangan hidup atau seorang istri S.K. Trimurti, yang sama-sama berjuang
untuk kemerdekaan Indonesia, Sayuti dan Trimurti disebut pasangan suami istri pahlawan
Indonesia yang romantis kala itu, dan keduanya berhasil mendirikan Koran Pesat,
Semarang . Sayuti Melik jadi salah satu pemuda yang ikut dalam penculikan Soekarno-
Hatta ke Rengasdengklok, Karawang pada 16 Agustus 1945 silam.
Sayuti Melik dan pemuda lainnya seperti Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana mendesak
Soekarno-Hatta untuk segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia .Desakan ini
muncul karena Jepang sudah mengalami kekalahan dari sekutunya. Setelah para pemuda,
Sayuti Melik dan rekan-rekan, membawa Soekarno-Hatta kembali ke Jakarta.
Ditemani BM Diah, Sayuti Melik mulai mengetik naskah proklamasi. Berhubung Sayuti
Melik memiliki background seorang wartawan dan pernah mengenyam pendidikan sekolah
guru, sehingga ia paham mana ejaan yang tepat digunakan dalam teks proklamasi.
Soekarno kala itu menggagas usulan tentang Nasakom yang terdiri dari nasionalisme,
agama, dan komunisme. Sayuti Melik menentangnya dan mengusulkan mengganti
Nasakom menjadi Nasasos atau sosialisme.Hal ini lantaran, saat waktu itu, Sayuti Melik
melihat PKI berusaha memanfaatkan kharisma Soekarno untuk masuk ke dalam
pemerintahan
1.2Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.3Tujuan penelitian
3. Untuk mengetahui latar belakang dan peranan Sayuti Melik dalam memperjuangkan dan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1.4Manfaat penelitian
Agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami mengenai sosok dari Sayuti Melik
dan mencontoh sikap Sayuti Melik dalam membantu untuk kemerdekaan Indonesia, di
kehidupan kita, juga agar semangat dari Sayuti Melik dapat tersalurkan dari generasi ke
generasi dalam memperjuangkan Indonesia.
BAB II
BIOGRAFI SAYUTI MELIK
Mohamad Ibnu Sayuti atau yang lebih dikenal sebagai Sayuti Melik , dicatat dalam sejarah
Indonesia sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Dia adalah
suami dari Soerastri Karma Trimurti, seorang wartawati dan aktivis perempuan di zaman
pergerakan dan zaman setelah kemerdekaan.Beliau dilahirkan di Sleman 22 November 1908.
Orang tuanya bernama Abdul Mu'in alias Partoprawito dan Sumilah. Istri beliau bernama
Soerastri Karma. Istri Sayuti Melik merupakan seorang aktivis perempuan sekaligus wartawan.
Sejak masih muda beliau merupakan penulis yang mampu membuat belanda merasa terganggu,
kisah hidup Sayuti melik juga diwarnai dengan penahanan berkali-kali oleh Belanda. Beliau juga
pernah di buang di Boven Digul (1927-1933) karena dianggap terlibat dengan PKI oleh Belanda.
Selama satu tahun beliau juga pernah ditawan dan dipenjara di Singapore, pada tahun 1937 beliau
[ulang ke Jakarta namun dimasukkan ke sel di Gang tengah hingga 1938.
Beliau juga mendirikan koran Pesat di semarang yang segala bagian redaksi hingga percetakan
dan penjualan beliau kerjakan sendiri bersama istrinya. Namun mereka tetap tidak terlepas dari
pengasingan. Selama menerbitkan koran tersebut, Sayuti Melik atau istrinya bergantian keluar
masuk penjara dan pengasingan. Hal itu dikarenakan tulisan mereka yang tajam dan kritis. Pada
kependudukan Jepang tepatnya Putera didirikan, atas bantuan Bung Karno Sayuti Melik dan
istrinya dapat bersatu kembali. Selain aktif dalam dunia jurnalis, biografi Sayuti melik juga
menyebutkan bahwa dirinya juga menjadi anggota PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia)Sayuti melik merupakan pemuda ataupun golongan tua yang sangat mendukung segera
diproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945, Seokarno dan Hatta di
culik dan dibawa ke Rengasdengklok. Penculikan tersebut bertujuan untuk menyakinkan Bung
Karno dan Bung Hatta segera menyatakan kemerdekaan Indonesia, ketika Jepang sedang kalah
dari sekutu.
Setelah terjadi kesepakatan akhirnya naskah proklamasi dirumuskan oleh Bung Karno dan Bung
Hatta di rumah Laksmana Muda Maeda. Biografi Sayuti melik menyatakan bahwa dirinya dan
sukarni menjadi sanksi dan membantu mereka dalam merumuskan proklamasi. Atas usul Sayuti
melik juga proklamasi ditanda tangani oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama bangsa
Indonesia.Karier politik Sayuti Melik semakin berkembang. Beliau pernah menjabat sebagai
anggota Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Sedangkan pada masa orde baru karier politik
Sayuti Melik berkembang menjadi DPR pada tahun 1971 hingga 1977. Beliau meninggal pada 27
Februari 1989. Penghargaan yang beliau dapat adalah Bintang Mahaputra (1961) dan BIntang
mahaputra Adiprana pada tahun 1973.
Sayuti Melik memulai pendidikan dari Sekolah Ongko Loro (SD) di Srowolan Solo hanya
sampai kelas 4 dan kemudian dilanjutkan di Yogyakarta.Sayuti Melik kemudian melanjutkan ke
Sekolah Guru di Solo pada 1920. Ketika bersekolah di sana, Sayuti Melik belajar tentang
nasionalisme kepada guru sejarahnya yang berkebangsaan Belanda, HA Zurink. Sayuti Melik juga
mewarisi semangat nasionalisme dari sang ayah. Setelah diasah, akhirnya muncul keinginan
dalam dirinya untuk menentang penjajah.
Ayah Sayuti Melik ternyata bukan kepala desa biasa, namun seorang pokrol yang berperan
layaknya pengacara bagi kaum tani di daerah yang ditindas perusahaan-perusahaan perkebunan
milik orang Eropa atau pemerintah kolonial. Menjelang usia remaja, Sayuti Melik mulai tertarik
dengan isu-isu kebangsaan. Ia rajin membaca buku, koran, juga mengikuti berbagai acara diskusi
yang menghadirkan tokoh berpengaruh. Salah satu tokoh panutan Sayuti Melik adalah pendiri
Muhammadiyah, Kiai Haji Ahmad Dahlan.Dikutip Solichin Salam dalam Wajah-wajah Nasional
(1990), Sayuti Melik kemudian tertarik dengan ide-ide yang lebih berani. Pada 1920, ia
bersekolah di Solo dan mulai membaca tulisan-tulisan Haji Mohammad Misbach, seorang muslim
revolusioner. Sayuti Melik pun berguru kepada Haji Misbach.
Sejak muda, Sayuti Melik sudah menyukai dunia tulis-menulis. Tulisan Sayuti Melik juga kerap
membuat Belanda terganggu, hingga sempat beberapa kali ditahan oleh Belanda.Sejak masih
belia, Sayuti Melik sudah berminat pada isu-isu kebangsaan. Sayuti Melik gemar membaca buku,
koran, serta mengikuti acara diskusi yang menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh. Salah satu
tokoh panutannya adalah pendiri Muhammadiyah, Kyai Haji Ahmad Dahlan. Terlebih rumahnya
tidak terlalu jauh dengan markas Muhammadiyah di Kauman.Namun seiring pikirannya yang
semakin kritis, Sayuti Melik mulai jenuh dengan pemikiran Ahmad Dahlan yang dinilai kurang
progresif-revolusioner. Akhirnya Sayuti Melik meninggalkan Ahmad Dahlan dan kemudian
berguru pada Haji Misbach. Haji Misbach juga seorang ulama terkenal di Solo yang berhaluan
kiri. Sayuti Melik pertama kali mengenalnya ketika bersekolah di Solo pada 1920 lewat tulisan-
tulisannya di majalah Islam Bergerak atau Medan Moeslimin.
Sayuti Melik kemudian tertarik pada sosialisme, komunisme, marxisme, dan sebagainya. Saat
itu, ideologi-ideologi tersebut belum dilarang, bahkan menjadi ujung tombak perlawanan terhadap
kolonial. Sebagai seorang penulis, Sayuti Melik kerap menuliskan pemikiran-pemikirannya dan
dikirim ke berbagai surat kabar. Karena tulisan-tulisan pergerakan tersebut, Sayuti Melik sempat
ditahan Belanda ketika usianya baru 16 tahun.Pada 1924, Sayuti Melik menjadi tahanan kolonial
Belanda di Ambarawa, Jawa Tengah karena tuduhan telah menghasut rakyat untuk melawan
pemerintah. Dua tahun berselang, Sayuti Melik menghadapi masalah yang lebih serius. Sayuti
melik dituding terlibat dalam aksi pemberontakan yang dilakukan oleh Partai Komunis Indonesia
(PKI) pada 1926. Kabarnya, Sayuti Melik tidak hanya ditahan, tapi juga dibuang ke Boven Digul
Papua bersama orang-orang PKI.
Sayuti Melik baru pulang dari Boven Digul pada 1933, namun hanya berselang tiga tahun
kembali dijebloskan ke penjara. Saat itu, Sayuti Melik tengah merantau ke Singapura dan
ditangkap oleh kolonial Inggris karena dicurigai terlibat dalam gerakan bawah tanah.Kembali ke
tanah air pada 1937, Sayuti Melik kemudian bertemu dengan SK Trimurti yang kemudian menjadi
istrinya. SK Trimurti adalah seorang jurnalis perempuan sekaligus aktivis pergerakan nasional
yang juga kerap keluar-masuk penjara. Keduanya menikah pada 1938 dan menerbitkan koran
Pesat di Semarang
Ayah Sayuti Melik bernama Abdul Muin alias Partoprawito, seorang kepala desa di Sleman,
Yogyakarta, sedangkan ibunya bernama Sumilah.Sayuti Melik menikah dengan seorang
wartawati sekaligus aktivis masa kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, Soerastri Karma Trimurti
atau SK Trimurti. Dari pernikahan tersebut, Sayuti Melik dan SK Trimurti dikaruniai duaorang
anak, yaitu Heru Baskoro dan Moesafir Karma Boediman.
PENUTUP
3.1KESIMPULAN
Sayuti Melik berperan cukup penting dalam kemerdekaan Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai
orang yang mengetik naskah atau teks proklamasi, ia juga punya sejarah hidup yang panjang dan
berliku, melintas batas zaman, hingga wafat pada 27 Februari 1989 dalam usia 80 tahun.
Tergabung dengan golongan muda yang menghendaki kemerdekaan Indonesia secepat-cepatnya
tanpa menunggu janji Jepang, Sayuti Melik terlibat krusial dalam rangkaian peristiwa sejarah
menjelang proklamasi tanggal 17 Agustus 194
Sehari sebelumnya, tanggal 16 Agustus 1945, Sayuti Melik dan para pemuda revolusioner
lainnya “mengamankan” Sukarno dan Mohammad Hatta ke Rengasdengklok, dekat Karawang.
Tujuannya untuk mendesak dua tokoh golongan tua itu agar segera menyatakan kemerdekaan
Indonesia. Pada akhirnya, Sukarno dan Hatta setuju dan malam harinya kembali ke Jakarta untuk
merumuskan naskah proklamasi di kediaman Laksamana Muda Maeda, seorang petinggi militer
Angkatan Laut Jepang yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Sukarno, Hatta, dan Achmad
Soebardjo saling bertukar pandangan, berbalas ide, dan merangkai kata-kata yang tepat untuk
mengisi teks proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Di ruangan yang sama, Sayuti Melik
diminta untuk mengetik naskah hasil rumusan tersebut. Dan sampai sekarang Sayuti Melik
dikenal sebagai pengetik naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
https://tirto.id/m/sayuti-melik-Wn
https://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Sayuti-Melik_42977_unkris_p2k-
unkris.html
https://tirto.id/sejarah-hidup-dan-peran-sayuti-melik-pengetik-teks-proklamasi-ri-
giEf