Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMUDA DI BALIK PROKLAMASI KEMERDEKAAN


(PERISTIWA RENGASDENGKLOK 1945)

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu :.
Endang Sri Estimurti,M.Pd

Disusun oleh :
Yuanita Erma Zakiya [19.71.020987]

JURUSAN D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PALANGKARAYA
2020

ii
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya untuk Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penyusunan makalah berjudul ‘Pemuda di Balik
Proklamasi Kemerdekaan (Peristiwa Rengasdengklok 1945)’ ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada uswah dan
pemimpin umat ini Nabi Muhammad Sallallaahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarganya
para sahabat dan kepada semua pengikut sunnah beliau hingga akhir zaman.

Makalah ini ditujukan guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan


Pancasila dan Kewarganegaraan. Melalui makalah ini penulis menjabarkan
kronologis peristiwa rengasdengklok yang membawa Indonesia kepada
proklamasi kemerdekaan. Selain itu penulis juga membahas kondisi yang
melatarbelakanginya.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari beberapa


pihak. Untuk itu ucapan terima kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada
semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungannya.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Seperti kata pepatah “Tak ada
gading yang tak retak”. Oleh Karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat
diharapkan demi perbaikan ke depannya. Semoga karya ini bermanfaat bagi
semua pihak.

Palangkaraya, Januari 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………1
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................1
BAB II
KONDISI SOSEKPOL PADA AKHIR PENDUDUKAN JEPANG
A. Kondisi Sosekpol Indonesia...……………….…………………………….2
B. Kondisi Jepang dan Sekutu.……………………………………………….7
BAB III
PERISTIWA RENGASDENGKLOK
A. Kronologis Peristiwa...………….………………………………………..10
B. Golongan Tua Versus Golongan Muda.............………………………….12
C. Tokoh yang Berperan Penting....…………………………………………24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan……………………………………………………………….18
B. Saran...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Berbicara mengenai sejarah, tak lepas pemuda sebagai actor di dalamnya.


Berbagai peristiwa penting dalam sejarah menempatkan pemuda sebagai
pemeran utama. Kita ingat kembali kebangkitan nasional tahun 1908 yang
ditandai dengan berdirinya organisasi Budi Oetomo. Nyatanya organisasi
tersebut dimotori oleh para pemuda bangsa yang sekolah di Stovia. Dua puluh
tahun setelah kebangkitan nasional, tepatnya pada 1928, sejarah mengukirkan
sebuah peristiwa penting yaitu Sumpah Pemuda yang menyatukan para
pemuda di seluruh Nusantara.

Maju lagi ke depan, peristiwa Proklamasi Kemerdekaan RI 1945 tak lepas


dari peran pemuda di belakangnya. Insiden Rengasdengklok merupakan
wujud keberanian dan tekad yang bulat, dari para pemuda, untuk merdeka.
Penculikan ini membawa hasil dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan pada
tanggal 17 Agustus 1945. Momen bersejarah ini menjadi tonggak penting
dalam kehidupan dan kelangsungan bangsa Indonesia selanjutnya.1

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kondisi Sosekpol pada akhir masa pendudukan Jepang?


2. Bagaimana kronologis peristiwa Rengasdengklok?
3. Bagaimana pertentangan pemikiran antara golongan muda dan tua?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

1. Mengetahui kondisi Sosekpol pada akhir masa pemerintahan Jepang di


Indonesia.
2. Mengetahui kronologis peristiwa Rengasdengklok dan tokoh-tokoh
dibaliknya.
3. Mengetahui pertentangan pemikiran antara golongan muda dan tua.
BAB II
1
Dwiluky (24 Februari 2012) “Peran Pemuda dalam Lintasan Sejarah” from
https://dwiluky.wordpress.com/2012/02/24/peran-pemuda-dalam-lintasan-sejarah/ diakses pada 20
September 2015 pukul 11:00.

1
KONDISI SOSIAL, EKONOMI DAN POLITIK (SOSEKPOL) PADA
AKHIR PENDUDUKAN JEPANG

A. KONDISI SOSEKPOL INDONESIA

Sosial
Salah satu kebijakan yang cukup penting dalam bidang sosial adalah
pembagian kelas masyarakat seperti pada zaman Belanda. Masyarakat hanya
dibedakan menjadi ‘saudara tua’ (Jepang) dan ‘saudara muda’ (Indonesia).
Sedangkan penduduk Timur asing, terutama Cina adalah golongan masyarakat
yang sangat dicurigai. Hal ini demikian karena, bangsa Cina telah mempersulit
bangsa Jepang dalam mewujudkan cita-citanya. Hal ini sesuai dengan propaganda
Jepang bahwa ‘Asia untuk bangsa Asia’.
Pemerintah Jepang juga mengerahkan pembentukan Rukun Tetangga
(RT) atau Tanarigumi, hal ini dilakukan untuk mempermudah pengawasan dan
pengerahan penduduk. Pada waktu itu, Jepang membutuhkan tenaga yang sangat
besar jumlahnya untuk membuat benteng-benteng pertahanan, lapangan pesawat
terbang darurat, jalan, dan jembatan. Pengerahan masyarakat sangat terasa dengan
adanya Kinrohoishi (kerja bakti yang menyerupai dengan kerja paksa). Oleh
karena itu, pembentukan RT dipandang sangat efektif untuk mengerahkan dan
mengawasi aktivitas masyarakat.2 Romusha adalah pengerahan tenaga kerja secara
paksa untuk membantu tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh Jepang. Pada
awalnya, romusha dilaksanakan dengan sukarela, tetapi lama kelamaan
dilaksanakan secara paksa. Bahkan, setiap desa diwajibkan untuk menyediakan
tenaga dalam jumlah tertentu. Hal ini dapat dimaklumi karena daerah peperangan
Jepang semakin luas.
Tenaga romusha dikirim ke beberapa daerah di Indonesia, bahkan ada
yang dikirim ke Malaysia, Myanmar, Serawak, Thailand, dan Vietnam. Tenaga
romusha pada umumnya adalah petani dari desa-desa, sehingga mempunyai
pengaruh terhadap keadaan ekonomi desa pada saat itu. Para tenaga romusha
diperlakukan secara kasar oleh bala tentara Jepang. Mereka dipaksa untuk bekerja
berat tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan jaminan kesehatan yang layak.
Kekejaman Jepang terhadap tenaga romusha menyebabkan para pemuda
2
Ibid,. Hlm. 39.

2
menghindar agar tidak dijadikan tenaga romusha. Wabah penyakit semakin
meluas, makanan yang tidak cukup dan pekerjaan yang terlalu berat,
menyebabkan banyak pekerja romusha meninggal dunia dalam jumlah yang besar
di tempat kerjanya. Akhirnya, Jepang mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhan tenaga kasar.3
Pengerahan tenaga romusha tersebut telah membawa akibat jauh pada
struktur sosial di Indonesia. Hal ini demikian karena, banyak pemuda-pemudi
yang menghilang dari desanya pergi ke kota karena takut akan diambil sebagai
romusha. Setelah penyerahan Jepang, pemuda-pemuda yang telah melarikan diri
ke kota, kembali ke desanya dengan pengalaman yang banyak. Baik karena
pengerahan romusha, maupun karena datangnya gagasan-gagasan baru yang
dibawa oleh mereka yang kembali, desa-desa menjadi terbuka dan terlepas dari
isolasi.

Ekonomi
Pemerintah militer Jepang menerapkan suatu kebijakan pengerahan
sumber daya ekonomi mendukung gerak maju pasukan Jepang dalam Perang
Pasifik. Pemerintah Hindia Belanda yang tidak dapat membendung invasi dari
Jepang, akhirnya mulai melaksanakan aksi bumi-hangus4. Akibatnya adalah
diawal pendudukan Jepang, hampir seluruh kehidupan ekonomi lumpuh.
Kehidupan ekonomi kemudian sepenuhnya berubah dari keadaan normal menjadi
ekonomi perang yang menyebabkan terjadinya perombakan besar-besaran dalam
struktur ekonomi masyarakat. Kesejahteraan rakyat merosot tajam dan terjadi
bencana kekurangan pangan, karena produksi bahan makanan untuk memasok
pasukan militer dan produksi minyak jarak untuk pelumas pesawat tempur
menempati prioritas utama. Impor dan ekspor macet, sehingga terjadi kelangkaan
tekstil yang sebelumnya didapat dengan jalan impor. Seperti inilah sistem sosialis
ala bala tentara Dai Nippon. Segala hal diatur oleh pusat guna mencapai

3
Nugroho Notosusanto, The Peta Army During the Japanese Occupation of Indonesia,
Tokyo: Waseda University Press, 1979, hlm. 118-119.
4
Marwati Djoened Poesponogoro, Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia VI,
Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm. 41.

3
kesejahteraan bersama yang diharapkan akan tercapai seusai memenangkan
Perang Pasifik.5
Dalam bidang perekonomian, Jepang telah melakukan beberapa
kebijakan yang pada akhirnya sangat merugikan negara. Misalnya, tidak semua
jenis perkebunan diijinkan untuk direhabilitasi akibat tindakan bumi-hangus oleh
pemerintahan Hindia Belanda.6 Pelarangan tersebut dikaitkan dengan kepentingan
perang, karena tidak semua perkebunan dinilai sebagai perusahaan penunjang
perang. Jepang hanya mengizinkan dua jenis tanaman perkebunan yaitu karet dan
kina. Kedua jenis tanaman itu berhubungan langsung dengan kepentingan perang.
Sedangkan tembakau, teh, kopi harus dihentikan penanamannya karena hanya
berhubungan dengan kenikmatan dan diganti dengan tanaman penghasil bahan
makanan dan tanaman jarak untuk pelumas. Dengan demikian, kebijakan
pemerintah Jepang sangat merugikan rakyat.7
Surplus ekspor gula hanya diperkenan ke negeri Jepang dan Taiwan
sehingga produksi gula setiap tahunnya dikurangi dan persediaan tersebut
termasuk untuk kepentingan perang serta penduduk8. Kebijakan pelarangan
penanaman tebu dan membuat gula juga telah dikeluarkan oleh pemerintahan
Jepang dengan alasan untuk mengurangi jumlah gula yang beredar dalam
masyarakat, dan juga menekan produksi. Selain itu, terjadinya peralihan fungsi
pabrik-pabrik gula menjadi pabrik senjata atau membongkarnya dan
memindahkannya ke tempat lain untuk kepentingan perang. Bidang perdagangan
pada umumnya lumpuh akibat menipisnya persediaan. Barang-barang yang
diklasifikasikan sebagai barang penting telah dikuasai oleh pemerintah, baik
pemggunaannya dan distribusinya juga diawasi. Sistem autarki (memenuhi
kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang) diperkenalkan dengan
adanya larangan pokok bagi barang penting jenis kedua, yaitu memindahkan
barang dari satu tempat ke tempat (daerah) yang lain.

5
Rowland B.F. Pasaribu, Sistem Perekonomian Indonesia,
file:///C:/Users/yana/Downloads/sistem-perekonomian-indonesia.pdf, 16 Sep. 15, 20.46p.m
6
Oendang-oendang No.322/1942, 5 Juli 1942.
7
Dadot Eko P.N.K.M, Pendudukan Jepang di Indonesia,
http://eprints.dinus.ac.id/14415/1/[Materi]_pendudukan_jepang_di_indonesia.pdf, 16 Sep. 15,
21.11 p.m
8
Sosrohadikoesoemo, Kedudukan Goela di Jawa, Berita Perekonomian, No. 1, Th. 1, 15 Mei
1946

4
Setiap penduduk harus menyerahkan kekayaannya kepada pemerintah
Jepang. Rakyat harus menyerahkan barang-barang berharga (emas, dan berlian),
hewan, bahan makanan kepada pemerintah Jepang. Untuk memperlancar usaha-
usahanya, Jepang membentuk Jawa Hokokai (Kebaktian Rakyat Jawa), dan
Nogyo Kumiai (Koperasi Pertanian). Kebijakan-kebijakan pemerintah Jepang di
bidang ekonomi telah mengakibatkan kehidupan rakyat Indonesia semakin
sengsara dan penuh penderitaan. Rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan
30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak
pemiliknya. Penderitaan dan kesengsaraan rakyat selama pendudukan Jepang
lebih buruk dibandingkan dengan kesengsaraan dan penderitaan pada masa
penjajahan Belanda.9
Di bidang keuangan, pemerintah hanya memperoleh pemasukan dari
sumber yang terbatas, yaitu pemungutan pajak, dan penjualan hasil perkebunan.
Pengeluaran dan pembiayaan yang sangat besar dilakukan untuk kepentingan
perang, sehingga menyebabkan defisit. Untuk menutup defisit tersebut,
pemerintahan Jepang telah mengeluarkan mata uang baru. Keadaan ini telah
menyebabkan hiperinflasi menimpa negara pada saat itu. Sumber inflasi adalah
beredarnya mata uang Jepang secara tidak terkendali. Mata uang Jepang yang
beredar di masyarakat diperkirakan berjumlah 1,5 milyar, di samping cadangan
yang tersimpan dalam bank lebih kurang 2,5 milyar 10. Pengawasan terhadap
kenaikan harga tidak berhasil dan malah menimbulkan harga-harga baru di
pasaran gelap sehingga harga barang dengan cepat menjadi naik. Pemonopolian
terhadap sektor-sektor ekonomi dikuasai oleh pemerintah, sebaliknya pedagang-
pedagang pribumi diawasi secara keras, sehingga barang yang dijual harus
didaftar dan dilaporkan hasil penjualannya11 .

Politik
Jatuhnya Saipan dan dipukul mundurnya angkatan perang Jepang oleh
angkatan perang Sekutu dari beberapa tempat dan hampir seluruh garis pertahanan
di Pasifik mulai bobol yang berarti jelas kekalahan Jepang telah terbayangkan.
Jepang juga mengalami serangan udara Sekutu di beberapa kota di Indonesia, dan
9
Ibid,.
10
Marwati, Nugroho, op.cit, hlm. 50.
11
Ibid, hlm. 51.

5
malah tentara Sekutu telah mendarat di beberapa tempat seperti Tarakan, dan
Balikpapan. Bagi menghadapi situasi yang kritis itu, pemerintah pendudukan
Jepang di Jawa di bawah pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada pada
tanggal 1 Maret 1945 telah mengumumkan pembentukan Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan. Tindakan ini merupakan langkah konkrit
pertama bagi pelaksanaan janji Koiso tentang “Kemerdekaan Indonesia kelak di
kemudian hari”. Maksud tujuannya adalah untuk mempelajari dan menyelidiki
hal-hal yang penting yang berhubungan dengan pelbagai hal yang menyangkut
pembentukan negara Indonesia merdeka.12
Semasa proses transisi kemerdekaan Indonesia, dibentuk pula Panitia
Kesiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Peresmian pembentukan badan
tersebut dilaksanakan pada tanggal 7 Agustus 1945, sesuai dengan keputusan
Jenderal Besar Terauci, Panglima Tentara Umum Selatan yang membawahkan
semua tentara Jepang di Asia Tenggara.13
Para anggota PPKI diijinkan melakukan kegiatannya menurut pendapat
dan kesanggupan bangsa Indonesia sendiri, tetapi mereka diwajibkan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Syarat pertama untuk mencapai kemerdekaan adalah menyelesaikan
perang yang sekarang dihadapi oleh bagsa Indonesia; karena itu bangsa
Indonesia harus mengerahkan tenaga sebesar-besarnya, dan bersama-sama
dengan pemerintah Jepang meneruskan perjuangan untuk memperoleh
kemenangan akhir dalam Perang Asia Timur Raya.
2. Negara Indonesia merupakan anggota Lingkungan Kemakmuran Bersama
di Asia Timur Raya, maka cita-cita bangsa Indonesia itu harus disesuaikan
dengan cita-cita pemerintah Jepang yang bersemangat Hakko-Iciu.

Pemerintahan Kemaharajaan telah memutuskan untuk memberikan


kemerdekaan kepada Indonesia. Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta ditunjuk
sebagai ketua dan wakil ketua PPKI. Pada tanggal 14 Agustus 1945, Jepang
mengalami pengeboman oleh Sekutu atas Hiroshima dan Nagasaki dengan bom
atom, sedangkan Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang seraya

12
Marwati, Nugroho, op.cit, hlm. 66-67.
13
Ibid, hlm 77.

6
melakukan penyerbuan ke Manchuria. Dengan demikian dapat diduga bahwa
kekalahan Jepang akan terjadi dalam waktu singkat, sehingga Proklamasi
Kemerdekaan harus segera dilaksanakan. Soekarno dan Hatta ingin
memperbincangkan pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sehingga
dengan demikian tidak menyimpang dari ketentuan pemerintah Jepang.

B. KONDISI JEPANG DAN SEKUTU


Pada saat perang dunia II berlangsung sekitar tahun 1939 - 1945, Pearl
Harbor menjadi salah satu lokasi yang menjadi titik perperangan. Pada 7
Desember 1941, di bawah perintah Laksamana Madya Chuichi Nagumo pesawat
dan kapal selam Angkatan Laut Kekaisaran Jepang mengadakan serangan
mengejutkan pada pangkalan Angkatan laut milik Amerika Serikat itu. Mereka
menyerang armada yang sedang berlabuh di Pearl Harbor. 14
Serangan yang dilakukan oleh Jepang terbagi dalam tiga gelombang.
Gelombang pertama dimulai pukul 06.10 pagi, Dipimpin oleh Letkol Mitsuo
Fuchida, terdiri dari 183 pesawat berbagai jenis. Dibagi menjadi tiga grup, grup
pertama terdiri dari pembom multirole Nakajima B5N2 Kate,  menyerang kapal
perang dan kapal induk. Grup 2 terdiri dari pembom Aichi D3A1 Val, menyerang
Ford Island dan lapangan udara Wheeler. Grup 3 terdiri dari Mitsubishi A6M
Zero/Zeke, menyerang pesawat2 yang ada di lapangan udara. Gelombang kedua
berangkat satu jam setelah gelombang pertama, terdiri dari 167 pesawat berbagai
jenis. Dibagi menjadi tiga grup, grup I menyerang pulau Ford dari arah timur,
grup II menyerang lapangan udara Hickam dari arah selatan, dan yang ketiga
menyerang Kaneohe, lalu melanjutkan serangan ke lapangan Bellow. Sedangkan
serangan gelombang ketiga tidak jadi dilakukan karena efek kejutan dari
penyerangan tersebut telah menghilang. Armada Amerika di Pearl Harbor telang
meningkatkan pertahanan mereka. Apabila serangan tetap dilakukan, hal itu
memicu kekhawatiran akan jatuhnya korban lebih banyak dari pihak Jepang
sendiri. Akibat serangan tiba-tiba dari jepang tersebut Seluruhnya, 21 kapal
armada Amerika tenggelam, 188 pesawat terbang musnah dan 159 rusak. 2.403

14
James William “http://www.jendelasarjana.com/2013/10/sejarah-9-alasan-jepang-
menyerang-pearl.html”.

7
orang Amerika tewas dalam penyerangan tersebut. Jumlah itu termasuk 68 orang
sipil, dan ada 1.178 anggota militer. 15
Penyerangan Jepang terhadap Pearl Harbor akhirnya membawa Amerika
untuk ikut ambil bagian dalam perang dunia II, di saat mereka masih disibukan
dampak yang di timbulkan oleh Perang dunia I (1914-1919). Terdapat beberapa
alasan mengapa Jepang melakukan penyerangan terhadap pangkalan angkatan laut
Amerika, pearl harbor. Di antaranya yaitu embargo yang dilakukan Presiden
Roosevelt terhadap Jepang. Dimana ia melarang semua ekspor besi, baja, dan
minyak ke Jepang sebagai akibat dari Invasi yang dilakukan Jepang ke China.
Dengan adanya embargo ini Jepang kehilangan 90% dari pasokan minyak. Isolasi
ekonomi melumpuhkan perekonomian dan militer mereka.16

Pembalasan Amerika
Pemboman Amerika terhadap dua kota besar Hiroshima dan Nagasaki
tanggal 6 Agustus 1945 adalah peristiwa sejarah yang membuat trauma
masyarakat dunia hingga saat ini. Pemboman dengan menggunakan Bom Atom
yang dikenang sebagai sejarah besar peperangan dan penderitaan besar rakyat
jepang atas kesalahan dua kubu yang saling berperang mempertahankan prinsip
politik mereka. Bom Atom telah meluluh lantakkan kedua kota itu hingga
mengalami penderitaan yang panjang dari generasi ke generasi akibat radiasi
kimia yang diturunkan lewat genetika. Pemboman itu mengakibatkan kehancuran
yang merata didaerah itu.
Pengeboman atom Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan nuklir selama
Perang Dunia II terhadap kekaisaran Jepang oleh Amerika Serikat atas perintah
Presiden Amerika Serikat Harry S. Truman. Setelah enam bulan pengeboman 67
kota di Jepang lainnya, senjata nuklir "Little Boy" dijatuhkan di kota Hiroshima
pada tanggal 6 Agustus 1945, diikuti dengan pada tanggal 9 Agustus 1945,
dijatuhkan bom nuklir "Fat Man" di atas Nagasaki. Kedua tanggal tersebut adalah
satu-satunya serangan nuklir yang pernah terjadi. Bom ini membunuh sebanyak
140.000 orang di Hiroshima dan 80.000 di Nagasaki pada akhir tahun 1945. Sejak
15
Clarita “Pembahasan Serangan ke Pearl Harbour 7-12-1941_THE FLYING
FORTRESS.htm”
16
Ervan Hardoko
“http://internasional.kompas.com/read/2014/12/07/07000051/Apakah.AS.Sengaja.Biarkan.Jepang.
Serang.Pearl.Harbor”

8
itu, ribuan telah tewas akibat luka atau sakit yang berhubungan dengan radiasi
yang dikeluarkan oleh bom. Pada kedu akota, mayoritas yang tewas adalah
penduduk. Enam bulan setelah dijatuhkannya bom di Nagasaki, pada 15 Agustus,
Jepang mengumumkan bahwa Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu,
menandatangani instrumen menyerah pada tanggal 2 September, yang secara
resmi mengakhiri Perang Pasifik dan Perang Dunia II.
Berbagai alasan Amerika menjatuhkan bom atom kepada Jepang adalah
untuk mengakhiri perang secepatnya. Kelelahan luar biasa yang ditimbulkan
setelah perang Eropa. Pihak Jepang sendiri, walaupun menyadari sekutu dekatnya,
Jerman telah kalah tapi tidak mengeluarkan tanda-tanda menyerah dengan mudah
(mereka siap berkamikaze) yang dianggap akan membawa korban jauh lebih
banyak di kedua pihak.
Untuk membalas kejadian Pearl Harbor yang menyeret AS ke dalam
perang dunia II, AS memang sudah punya rencana untuk membalas menyerang
ke Jepang, dan itulah salah satu sebab AS terlibat perang Pasifik. Namun hasil
intelijen dan laporan militer AS menghasilkan option memakai bom atom adalah
karena dianggap penyerangan ke Jepang akan memakan waktu, biaya dan korban
jiwa yang lebih banyak padahal banyak negara sudah lelah berperang. Bahkan
korban sipil akan jatuh lebih banyak bila sekutu benar-benar menjalankan
penyerangan ke Jepang.17
Itu adalah dari sudut alasan sekutu, sedangkan pihak Jepang sendiri ada
sebuah ironi yang terjadi. Tanggal 26 juli 1945 pihak sekutu menyiarkan hasil
Deklarasi Postdam yang menyatakan agar pihak Jepang menyerah tanpa syarat
dalam PD II, kalau tidak akan diserang. Pada saat itu pemerintah Jepang
menerima tekanan pula dari rakyatnya yang menuntut keras deklarasi tersebut.
Selain itu, pemrintah juga menunggu tindakan Uni Soviet yang tetap netral tidak
menyerang Jepang. Keesokan harinya, PM Jepang, Suzuki Kantarou, mengadakan
pidato kenegaraan di radio yang disiarkan ke seluruh penjuru bumi. Pidatonya
berbunyi, “Seifu wa kore o mokusatsu shi, aku made sensou kanchiku ni maishin
suru”. Kantor berita Doumei menerjemahkan menjadi “Goverment is ignoring the
declaration and until then we still go forward with the war solution.” Pemerintah
17
https://forumsoshum.wordpress.com/2014/12/03/melihat-kebangkitan-jepang-pasca-
perang-dunia-kedua/

9
AS yang mendengarnya mengira “ignoring” sama dengan “rejecting” dan 10 hari
kemudian menjatuhkan bom atom di Hiroshima yang berakibat akhirnya Jepang
menyerah kepada sekutu.18
BAB III
PERISTIWA RENGASDENGKLOK

A. KRONOLOGIS PERISTIWA
Jepang menyatakan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 14
Agustus 1945. Berita tentang kekalahan Jepang ini masih dirahasiakan oleh
Jepang. Namun berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh para
pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh,
Abubakar Lubis, Wikana.19
Pada Rabu, 15 Agustus 1945 sekitar jam 20.00, para pemuda mengadakan
pertemuan di sebuah ruangan di belakang Laboratorium Biologi Pegangsaan
Timur 17 (sekarang FKM UI). Pertemuan dihadiri oleh Chaerul Saleh, Darwis,
Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Aidit Sunyoto, Abubakar,
E. Sudewo, Wikana, dan Armansyah.20 Dari rapat tersebut memutuskan bahwa
golongan muda menginginkan kemerdekaan Indonesia diajukan pada tanggal 16
Agustus 1945 dari tanggal yang telah dijanjikan oleh Jepang, karena tidak ingin
dicap sebagai negara bentukan Jepang. Kemudian para tokoh pemuda tersebut
mendatangi kediaman Soekarno untuk membahas hal tersebut, namun pendapat
para pemuda itu ditolak oleh Soekarno. Terjadilah perbedaan pendapat antara
golongan tua dan golongan muda.
Sekitar pukul 24.00, tanggal 15 Agustus 1945, setelah meninggalkan
kediaman Soekarno, mengadakan pertemuan di Jl. Cikini 71 Jakarta, yang
memutuskan untuk mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok.
Dengan tujuan agar selamat dari tangan Jepang dan dapat melaksanakan
Proklamasi kemerdekaan tanggal 16 Agustus 1945. Rencana itu pun disepakati
dan Shodanco Singgih ditunjuk untuk memimpin pelaksanaan rencana tersebut.

18
https://news.okezone.com/read/2011/08/07/413/489128/alasan-hiroshima-dan-nagasaki-
dibom-atom-oleh-as/
19
Her Suganda, Rengasdengklok : Revolusi Dan Peristiwa 16 Agustus 1945, (Jakarta :
Kompas Media Nusantara, 2009), hlm. viii.
20
http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2011/05/11/peristiwa-rengasdengklok/, 18
September 2015, 23.40 WIB

10
Pada dini hari sekitar pukul 03.00 tanggal 16 Agustus 1945, sekelompok
pemuda mengamankan Soekarno dan Hatta di masing-masing kediamannya untuk
menuju Rengasdengklok. Menjelang subuh (sekitar 04.00) tanggal 16 Agustus
1945 mereka segera menuju Rengasdengklok. Perjalanan ke Rengasdengklok
dengan pengawalan tentara Peta dilakukan sesudah makan sahur, sebab waktu itu
memang bulan Puasa.21 Sesampainya di Rengasdengklok, Soekarno dan
Rombongan ditempatkan di rumah seorang keturunan Tionghoa Djiaw Kie Siong
yang berlokasi di RT 001/09 Nomor 41 Desa Rengasdengklok Utara, Kecamatan
Rengasdengklok, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.22
Pada 16 Agustus 1945 yang semestinya diadakan pertemuan PPKI pukul
10.00 di Jakarta, tetapi Soekarno dan Moh. Hatta tidak ada di tempat. Maka
Ahmad Subarjo segera mencari kedua tokoh tersebut. Setelah bertemu Yusuf
Kunto dan Weikana, kemudian terjadilah kesepakatan, sehingga Ahmad Subarjo
diantara ke Rengasdengklok oleh Yusuf Kunto. Mereka tiba di Rengasdengklok
pukul 17.30 WIB. Kemudian Ahmad Subarjo berbicara kepada para pemuda dan
memberikan jaminan, bahwa proklamasi akan dilaksanakan tanggal 17 Agustus
sebelum pukul 12.00. Akhirnya Shodanco Subeno mewakili para pemuda melepas
Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, dan rombongan kembali ke Jakarta. 23 Namun, para
pemuda belum percaya sepenuhnya untuk melepaskan Soekarno-Hatta. Sampai
akhirnya Ahmad Subardjo menjadikan dirinya sendiri sebagai jaminan, ia siap
ditembak mati oleh tentara PETA jika kemerdekaan Indonesia tidak
diproklamirkan selambat-lambatnya hari berikutnya pukul 12.00 WIB. Alhasil,
Sukarni mempersilakan Soekarno-Hatta beserta Subardjo untuk kembali ke
Jakarta.
Sesampainya di Jakarta, tanpa membuang banyak waktu, rombongan
tersebut segera berkumpul di rumah Laksamana Maeda. Setelah beberapa waktu,
Maeda mengajak mereka untuk bertemu Letnan Jendral Otoshi Nishimura
(Direktur Departemen Umum Pemerintahan Militer). Dalam pertemuan itu Letnan
Jenderal Nishimura menyampaikan bahwa pemerintah Jepang keberatan akan

21
http://www.ilmusiana.com/2015/07/peristiwa-rengasdengklok-latar-belakang.html ,
15 September 2015, pukul 14.10 WIB.
22
Her Suganda, Op. Cit., hlm. 71.
23
St. Sularto dan D Rini Yunarti, Konflik di Balik Proklamasi, (Jakarta : Kompas Media
Nusantara, 2010)

11
kemauan pemimpin dan pemuda Indonesia untuk mempercepat proklamasi
kemerdekaan dengan alasan karena Jepang sudah menyerah kepada Sekutu dan
diminta untuk menjaga status quo di wilayah Indonesia. Namun karena tekad
bangsa Indonesia sudah kuat dan bersatu, maka rencana mempercepat proklamasi
kemerdekaan tetap dilaksanakan.24 Golongan tua dan pemuda Indonesia bersatu
melanjutkan rapat untuk membahas teks proklamasi. Hasil rapat tersebut adalah
lahir dan ditandatanganinya teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia
Soekarno-Hatta dan pengumuman bahwa hari itu, Jumat, 17 Agustus 1945 pukul
10.00 WIB proklamasi kemerdekaan akan dibacakan di halaman rumahnya di Jl.
Pegangsaan Timur No.56.

B. GOLONGAN TUA VERSUS GOLONGAN MUDA


Golongan tua merupakan para tokoh pergerakan nasional tahun 1930-an,
yang saat itu telah tergabung dalam kepengurusan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) bentukan Jepang, antara lain Ir. Soekarno dan Moh.
Hatta. Golongan tua yang banyak menuangkan gagasan mereka dalam PPKI,
berpemikiran matang dan bijaksana. Mereka berpendapat bahwa kemerdekaan
Indonesia, baik berstatus dari pemerintah Jepang maupun hasil perjuangan bangsa
Indonesia, tidak perlu dipermasalahkan karena pada kenyataannya Jepang sudah
kalah dalam Perang Pasifik. Justru hal utama yang perlu mendapat sorotan dan
tanggapan adalah pasukan Sekutu yang berusaha untuk mengembalikan
kekuasaan Belanda atas wilayah Indonesia. Maka dari itu, untuk
memproklamirkan kemerdekaan harus dilakasanakan melalui revolusi yang
terorganisasi. Golongan tua percaya pada janji Jepang yang telah merestui
kemerdekaan Indonesia dan pada tanggal 16 Agustus 1945 PPKI akan bersidang,
untuk selanjutnya melaksanakan kemerdekaan itu.
Golongan pemuda, dengan rentang usia 17 sampai 30 tahun, yang satu
suara menyerukan, agar selama masa kekosongan kekuasaan (status quo)
Indonesia, keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk sesegera mungkin
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia. Dengan demikian, Indonesia dapat
segera bebas oleh belenggu penjajahan dari bangsa manapun dan dapat berdiri
sebagai sebuah bangsa yang berdaulat penuh tanpa embel-embel “pemberian
24
Saifulloh Ramdani, Op.cit

12
kemerdekaan”. Pemuda menilai jika kemerdekaan Indonesia menunggu
dilaksanakan oleh panitia bentukan Jepang (PPKI) maka sama artinya
kemerdekaan yang nantinya lahir hanyalah kemerdekaan buatan Jepang yang
sewaktu-waktu bisa dijajah lagi.25 Disamping itu, para pemuda juga ingin
membangun image bahwa kemerdekaan yang diraih oleh bangsa Indonesia bukan
semata-mata karena pemberian dari bangsa penjajah, namun merupakan usaha
perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Golongan pemuda menginginkan agar
proklamasi kemerdekaan Indonesia cepat dilaksanakan karena hal ini merupakan
hak dan masalah rakyat Indonesia sendiri tanpa bergantung pada negara atau
bangsa yang lain.26
Dikarenakan upaya dialog untuk menciptakan proklamasi kemerdekaan
bagi Indonesia, antara golongan pemuda dan golongan tua pada 15 Agustus 1945
di Jakarta telah gagal, maka para pemuda membawa Ir. Soekarno dan Moh. Hatta
ke Rengasdengklok. Tujuan para pemuda membawa Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok selain untuk menghindari pengaruh dan tekanan Jepang terhadap
Soekarno – Hatta, juga untuk mengamankan keduanya dari hal-hal yang tidak
diinginkan.27
Dalam suasana perdebatan panjang antara golongan pemuda dan
Soekarno-Hatta yang saling meyakinkan gagasan masing-masing, Ahmad
Subardjo datang ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno – Hatta kembali
ke Jakarta dan segera melaksanakan proklamasi kemerdekaan. Subardjo terus
berupaya menyakinkan Sukarni bahwa semua persediaan untuk persiapkan
proklamasi sudah diatur di Jakarta. Soekarno-Hatta pun berjanji akan
menandatangani proklamasi kemerdekaan itu dengan syarat harus ditanda-tangani
di Jakarta.28

25
Saifulloh Ramdani, Peran Strategis Pemuda dalam Proklamasi Kemerdekaan: Studi Kasus
Pengamanan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok 1945, terdapat dalam
https://ilmibsi.wordpress.com/2013/11/22/peran-strategis-pemuda-dalam-proklamasi-
kemerdekaan-studi-kasus-pengamanan-soekarno-hatta-ke-rengasdengklok-1945/, diakses pada
Kamis, 17 September 2015 pukul 04.45 WIB di Surakarta
26
Edy Mulyawan, Peristiwa Rengasdengklok : Peran Pemuda yang Terselip Dalam Sejarah
Kemerdekaan Indonesia, terdapat dalam https://tautankata.wordpress.com/2010/08/16/peristiwa-
rengasdengklok-peran-pemuda-yang-terselip-dalam-sejarah-kemerdekaan-indonesia/, diakses
pada Kamis, 17 September 2015 pukul 04:47 WIB di Surakarta
27
Muh. Ridhwan Indra dan Sophian Marthabaya, Peristiwa-Peristiwa di Sekitar Proklamasi
17-8-1945, Jakarta: Sinar Grafika, 1989, hlm. 124-125
28
Ibid, hlm. 126

13
Pendapat Hatta yang menyatakan bahwa pengamanan yang dilakukan
golongan pemuda atas dirinya dan Soekarno ke Rengasdengklok hanya sia-sia
tidak sepenuhnya benar. Memang terbukti tidak terjadi apa-apa di Jakarta, tetapi
dalam masa pengamanan tersebut perundingan panjang antara golongan pemuda
dan golongan tua telah membentuk suatu tekad yang kuat untuk segera
memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, sehingga apa yang telah dicita-citakan
bangsa Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dapat menjadi
kenyataan. Inilah potret konkret kontribusi semangat dan perjuangan golongan
pemuda untuk bangsa Indonesia.

C. TOKOH YANG BERPERAN PENTING


Berdasarkan kronologis Peristiwa Rengasdengklok, dapat dilihat bahwa
pemuda memiliki peran yang sangat besar dan penting. Berikut adalah tokoh-
tokoh yang berperan penting.

Sukarni

Nama lengkapnya adalah Sukarni Kartodiwirjo, lahir di Blitar, Jawa Timur


14 Juli 1916 dan meninggal di Jakarta 7 Mei 1971 pada umur 54 tahun. Dalam
peristiwa Rengasdengklok ia berperan mendesak Soekarno untuk segera
memproklamasikan kemerdekaan RI. Serta beliau juga mengidekan untuk menulis
‘atas nama Bangsa Indonesia’ di akhir teks proklamasi.

Chaerul Saleh

14
Ia adalah seorang pejuang dan tokoh politik Indonesia yang pernah
menjabat sebagai menteri, wakil perdana menteri, dan ketua MPRS antara tahun
1957 sampai 1966. Ia bersama Wikana, Sukarni dan pemuda lainnya Soekarno
dan Hatta dalam Peristiwa Rengasdengklok agar kedua tokoh ini segera
menyiarkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia setelah kekalahan Jepang dari
Sekutu  pada tahun 1945.

Wikana

Ia lahir di Sumedang, Jawa barat pada 18 Oktober 1914. Setelah


Kemerdekaan Wikana ditunjuk menjadi Ketua Angkatan Pemuda Indonesia (API)
yang mempunyai  tujuan memperteguh negara Kesatuan Republik Indonesia
dengan memperjuangkan kemakmuran yang merata pada masyarakat

Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo

15
Ia adalah Menteri Luar Negeri Indonesia yang pertama. Mr. Achmad
Soebardjo merupakan salah seorang tokoh dari golongan tua yang berperan dalam
mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Mr. Achmad Soebardjo
menyusun konsep teks proklamasi di rumah Laksamana Tadashi Maeda bersama
Bung Karno dan Bung Hatta

Adam Malik Batubara

Ia lahir di Pematangsiantar, Sumatera Utara, 22 Juli 1917. Ia adalah


mantan Menteri  Indonesia pada beberapa Departemen, antara lain beliau pernah
menjabat menjadi Menteri Luar Negeri. Ia juga pernah menjadi  Wakil Presiden
Indonesia yang ketiga. Menjelang 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul
Saleh, dan Wikana, beliau pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Demi
mendukung kepemimpinan Soekarno-Hatta, ia menggerakkan rakyat berkumpul
di lapangan Ikada, Jakarta.

Sayuti Melik

Nama aslinya adalah Mohamad Ibnu Sayuti, tokoh pemuda yang juga
sangat berperan dalam Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Peran Sayuti Melik
adalah mengetik naskah Proklamasi Kemerdekaan setelah ia sempurnakan dari
tulisan tangan Bung Karno

16
Latif Hendraningrat

Abdul Latief Hendraningrat, lahir di Jakarta, 15 Februari 1911 –


meninggal di Jakarta, 14 Maret 1983 pada umur 72 tahun, adalah seorang prajurit
PETA berpangkat Sudanco pengerek bendera Sang Saka Merah Putih tanggal 17
Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur 56.

17
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Peristiwa Rengasdengklok memiliki makna penting mengenai peran


pemuda dalam menyongsong kemerdekaan, kontribusi pemuda untuk
mempersiapkan kemerdekaan bagi Indonesia. Peristiwa Rengasdengklok
merupakan suatu bentuk upaya pemuda agar proklamasi kemerdekaan Indonesia
segera dilaksanakan. Pada dasarnya, peristiwa ini terjadi oleh munculnya suatu
perbedaan gagasan antara golongan tua dan golongan pemuda. Baik para
pemimpin “angkatan tua” maupun para pemuda dari “generasi muda” sama-sama
berkeingan baik dan bertujuan sama: memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Hanya saja cara yang mereka tempuh “berlainan langgamnya”.
Semasa proses transisi kemerdekaan Indonesia, terdapat perbedaan
pandangan antara golongan tua dan golongan muda. Baik golongan tua maupun
golongan muda sama-sama berpendapat bahwa kemerdekaan Indonesia harus
segera diproklamasikan, hanya mengenai caranya melaksanakan Proklamasi itu
terdapat beda pendapat. Golongan tua sesuai dengan perhitungan politiknya
berpendapat bahwa Indonesia dapat merdeka tanpa pertumpahan darah hanya jika
tetap bekerjasama dengan Jepang. Mereka menggantungkan Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia pada rapat Panitia Kesiapan Kemerdekaan Indonesia
(PPKI).
Sikap inilah yang tidak disetujui oleh golongan muda, yang menganggap
PPKI adalah badan bikinan Jepang. Mereka juga tidak menyetujui
dilaksanakannya Proklamasi Kemerdekaan secara yang telah digariskan oleh
Jenderal Besar Terauci dalam pertemuan di Dalat. Sebaliknya, mereka
menghendaki terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan dengan kekuatan sendiri
lepas sama sekali dari Jepang. Golongan muda telah melakukan rapat yang
diketuai oleh Chairul Saleh dan dihadiri oleh beberapa golongan muda lainnya
seperti Kusnandar, dan Subianto. Keputusan rapat tersebut menunjukkan tuntutan-
tuntutan radikal golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan Indonesia
adalah hak dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat digantungkan pada orang
lain maupun kerajaan lain. segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan

18
dari Jepang harus diputuskan dan sebaliknya diharapkan diadakannya
perundingan dengan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta agar supaya mereka
diikutsertakan menyatakan Proklamasi.

B. SARAN

Berilah saya seribu orang tua, saya bersama mereka kiranya dapat memindah
gunung, tetapi apabila saya diberi sepuluh pemuda yang bersemangat dan berapi-
api, kecintaannya pada bangsa dan tanah air tumpah darahnya, saya akan
menggemparkan dunia” (Bung Karno, Presiden RI pertama)
Kutipan salah satu founding fathers kita di atas agaknya benar adanya.
Karena peran pemuda dalam lintas sejarah membuktikan perkataannya. Baiknya
kisah kejayaan pemuda ini dapat dijadikan refleksi bagi pemuda masa kini untuk
terus menyalakan spirit kecintaannya pada bangsa dan tanah air, sesuai dengan
kutipan di atas. Tanpa keberanian Sukarni, Wikana dan kawan-kawan, mungkin
sejarah akan berubah. Mungkin kita masih dijajah. Ataukah kemerdekaan itu
hanyalah status saja? Karena kesejahteraan belum merata, kemandirian belum
terasa.

19
DAFTAR PUSTAKA

Abdulah, Taufik, (ed.). 2015. Sejarah Pemikiran Indonesia Modern. Jakarta:


Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya.
Indra, Muh. Ridhwan., Marthabaya, Sophian. 1989. Peristiwa-Peristiwa di
Sekitar Proklamasi 17-8-1945. Jakarta: Sinar Grafika.
Isnaeni, Hendri F., (ed.), 2015, Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Kesaksian,
Penyiaran dan Keterlibatan Jepang, Jakarta: Kompas
Notosusanto, Nugroho. 1979. The Peta Army During the Japanese Occupation of
Indonesia. Tokyo: Waseda University Press.
Notosusanto, Nugroho., Poesponogoro, Marwati Djoened Nugroho, dkk. 1993.
Sejarah Nasional Indonesia VI. Jakarta: Balai Pustaka.
Oendang-oendang No.322/1942, 5 Juli 1942.
Sosrohadikoesoemo. 1946. Kedudukan Goela di Jawa, Berita Perekonomian. No.
1, Th. 1, 15 Mei 1946.
Suganda, Her. 2009. Rengasdengklok : Revolusi Dan Peristiwa 16 Agustus 1945.
Jakarta : Kompas Media Nusantara.
Sularto, St., Yunarti, D Rini. 2010. Konflik di Balik Proklamasi. Jakarta: Kompas
Media Nusantara.

20
Sumber Internet
Avandi Satya, Sneevliet, ISDV, Sarekat Islam Semarang dan Bibit-bibit
Komunisme. Diposting 20 November 2013 jam 06.24 WIB dalam
http://avandysatya.blogspot.com/2013/11/sneevliet-isdv-sarekat-islam-
semarang.html, diakses pada 2 April 2015, pukul 19.42 WIB.
Mulyawan, Edy, 2010, Peristiwa Rengasdengklok : Peran Pemuda yang Terselip
Dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia, terdapat dalam
https://tautankata.wordpress.com/2010/08/16/peristiwa-rengasdengklok-
peran-pemuda-yang-terselip-dalam-sejarah-kemerdekaan-indonesia/,
diakses pada Kamis, 17 September 2015 pukul 04:47 WIB di Surakarta
Ramdani, Saifulloh, 2013, Peran Strategis Pemuda dalam Proklamasi
Kemerdekaan: Studi Kasus Pengamanan Soekarno-Hatta ke
Rengasdengklok 1945, terdapat dalam
https://ilmibsi.wordpress.com/2013/11/22/peran-strategis-pemuda-dalam-
proklamasi-kemerdekaan-studi-kasus-pengamanan-soekarno-hatta-ke-
rengasdengklok-1945/, diakses pada Kamis, 17 September 2015 pukul 04.45
WIB di Surakarta
Ervan Hardoko
“http://internasional.kompas.com/read/2014/12/07/07000051/Apakah.AS.Se
ngaja.Biarkan.Jepang.Serang.Pearl.Harbor.” Di akses di Surakarta, kamis 17
september 2015 pukul 21.00 WIB
James William “http://www.jendelasarjana.com/2013/10/sejarah-9-alasan-jepang-
menyerang-pearl.html”. Di akses di Surakarta, kamis 17 september 2015
pukul 21.20 WIB
Clarita “Pembahasan Serangan ke Pearl Harbour 7-12-1941 _ THE FLYING
FORTRESS.htm” Di akses di Surakarta, kamis 17 september 2015 pukul
21.25 WIB
Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.htm Di akses di Surakarta, kamis
17 september 2015 pukul 21.30 WIB
Dwiluky (24 Februari 2012) “Peran Pemuda dalam Lintasan Sejarah” from
https://dwiluky.wordpress.com/2012/02/24/peran-pemuda-dalam-lintasan-
sejarah/ diakses pada 20 September 2015 pukul 11:00.
Rowland B.F. Pasaribu, Sistem Perekonomian Indonesia,
file:///C:/Users/yana/Downloads/sistem-perekonomian-indonesia.pdf, 16
Sep. 15, 20.46p.m
Dadot Eko P.N.K.M, Pendudukan Jepang di Indonesia,
http://eprints.dinus.ac.id/14415/1/[Materi]_pendudukan_jepang_di_indonesi
a.pdf, 16 Sep. 15, 21.11 p.m

21
James William “http://www.jendelasarjana.com/2013/10/sejarah-9-alasan-jepang-
menyerang-pearl.html”.
Clarita “Pembahasan Serangan ke Pearl Harbour 7-12-1941 _ THE FLYING
FORTRESS.htm”
https://forumsoshum.wordpress.com/2014/12/03/melihat-kebangkitan-jepang-
pasca-perang-dunia-kedua/
https://news.okezone.com/read/2011/08/07/413/489128/alasan-hiroshima-dan-
nagasaki-dibom-atom-oleh-as/
http://sejarahbangsaindonesia.blogdetik.com/2011/05/11/peristiwa-
rengasdengklok/, 18 September 2015, 23.40 WIB
http://www.ilmusiana.com/2015/07/peristiwa-rengasdengklok-latar-belakang.html
15 September 2015, pukul 14.10 WIB.
Saifulloh Ramdani, Peran Strategis Pemuda dalam Proklamasi Kemerdekaan:
Studi Kasus Pengamanan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok 1945,
terdapat dalam https://ilmibsi.wordpress.com/2013/11/22/peran-strategis-
pemuda-dalam-proklamasi-kemerdekaan-studi-kasus-pengamanan-
soekarno-hatta-ke-rengasdengklok-1945/, diakses pada Kamis, 17
September 2015 pukul 04.45 WIB di Surakarta
Edy Mulyawan, Peristiwa Rengasdengklok : Peran Pemuda yang Terselip Dalam
Sejarah Kemerdekaan Indonesia, terdapat dalam
https://tautankata.wordpress.com/2010/08/16/peristiwa-rengasdengklok-
peran-pemuda-yang-terselip-dalam-sejarah-kemerdekaan-indonesia/,
diakses pada Kamis, 17 September 2015 pukul 04:47 WIB di Surakarta

22

Anda mungkin juga menyukai