Tim Penulis:
G.A. Ohorella
Sri Sutjiatiningsih
. Much taruddin Ibrahim
vii
PENGANTAR
ix
memadai bagi masyarakat peminatnya serta memberi petunjuk
bagi kajian selanjutnya.
x
DAFTAR ISi
Ha la man
xi
PENDAHULUAN
3
4
12
BAB II
13
14
"Nanti akan dapat anda lihat bagaimana berdirinya salah satu dari
sekolah-sekolah yang pertama, yang di Bandung berhasil didirikan
dengan penerangan dari Inspektur pendidikan pribumi waktu itu,
tuan C.A. den Hamer, dengan bantuan yang kuat dari Bupati
R.A.A. Marta Negara. Yakni dengan menyediakan sebuah ba-
ngunan uritu~_ digunakan di dalam Kabupaten. Dengan demikian
sekolah berada di bawah lingkungan pengusa pribumi tertinggi,
dan orang tua mana akan mundur untuk mengirimkan anak·anak
gadisnya ke sekolah". (6)
31
32
33
34
dengan Ny. Arini Suwandi sebagai ketua dan· Ny. Ruswa sebagai
sekretaris.
55
56
58
59
Berkibarlah benderaku
l..ambang suci gagah perwira
Di seluruh pantai Indonesia
Kau tetap pujaan bangsa
Siapa berani menurunkan engkau
Serentak rakyatmu ~ membela.
Sang Merah Putih yang kucinta
Berkibarlah slama-lamanya.
"Hu bungan antara sesama pej uang pada waktu itu terj alin de·
ngan penuh keakraban dan rasa persaudaraan, masing·masing
menyadari bahwa persatuan dan kerj asama perlu ditingkatkan
untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi. Kami
semua kompak, pandang bulu, baik pemimpin maupun rakyat
biasa menyadari bahwa perj uanganan belum selesai. Masih banyak
hal perlu ditangani secara sungguh-sungguh; oleh karena itu
dapur umum menjadi sangat sibuk, banyak manusia yang harus
dilayani oleh dapur umum. Bukan hanya kantor-kantor peme·
rintah yang baru terbentuk itu saja yang dilayani oleh dapur
umum, tetapi juga para pejuang tidak punya tempat tinggal
yang tetap dan tidak mempunyai penghasilan semuanya kami
tampung di dapur ·u mum, termasuk dokter·dokter dan para
petugas lainnya di CBZ".
84
85
87
88
.
lain. Selain melalui sekolah mereka juga mencoba meluaskan
gagasan melalui penerbitan media massa. Seperti yang dilaku-
kan Amal Setia dengan Sunting Melayu dan Pikat dengan
Tjahaya Siang.
Di samping itu ada pula perkumpulan wanita yang bertu-
juan untuk meningkatkan kecakapan yang bersifat khusus
seperti n1emasak, menjahit, merenda, dan lain-lain. Perkumpul-
an semacam ini antara lain adalah Pawiyatan Wanito di Ma-
gelang tahun 1915. Wanito Susilo di Pemalang tahun 1918,
Wanito Hadi di Jepara tahun 1915, Wanito Rukun Sentosa
di Malang, dan lain-lain. Selain itu ada perkumpulan wanita
yang bersifat keagamaan seperti Sopo Tresno di Yogya yang
kemudian menjadi Aisyiah, Sarikat Siti Fatimah di Garut,
dan Wanodya Utomo di Yogya.
Setelah tahun 1920 jumlah perkumpulan wanita semakin
banyak dan kegiatannya pun semakin luas. Seperti De
Gorontalosche Mohammadanch Vrauwch Vereniging di Go-
rontalo, Wanito Utomo di Yogyakarta. Banyak juga yang
bercorak kebangsaan dan bahkan politik seperti Ina Tuni di
Ambon, Yong · Java Meisyeskring, Wanita Taman Siswa,
Yong Jslamieten Bond Dames Afdelling, dan Putri Indonesia.
Pada tahun 1928 para pemuda menyelenggarakan kongres
kedua d~ menghasilkan suatu keputusan yang kemudian di-
se but Sumpah Pemuda.,Di kalangan kaum wanita juga muncul ·
· gagasan untuk mengadakan perikatan di antara perkumpulan-
perkumpulan yang ada atas prakarsa tujuh organisasi wanita.
Di Yogyakarta dibentuk Komite Kongres Perempuan yang ber-
tugas untuk mewujudkan adanya satu perikatan organisasi
wanita. Komite ini kemudian menyelenggarakan Kongres
Perempuan Indonesia I dan membentuk Perikatan Perkumpulan
Perempuan Indonesia (PPPI). Untuk menyampaikan gagasan-
gagasannya, · PPPI menerbitkan surat kabar Istri, sedangkan
untuk menolong gadis-gadis dibentuklah sebuah studie fonds
yang kemudian berkembang menjadi Yayasan Seri Dharma.
89
92
93