Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

LUNTURNYA JIWA NASIONALISME DALAM KEHIDUPAN


BERIDEOLOGI PANCASILA

Diajukan untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen Pengampu:

Prof. Dr Azainil, M.Si.

Penulis:

Fadya Nasya Rafila (2302056033)

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada
waktunya. Tanpa bantuan dukungan dan materi dari keluarga dan teman-
teman mungkin tugas penulis masih banyak kekurangan. Salam dan
shalawat kita curahkan kepada Nabi tercinta kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW, yang kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat nanti. Penulis mampu
menyelesaikan pembuatan makalah tentang implementasi atau kasus yang
berhubungan dengan materi Pendidikan Pancasila yang berjudul
“Lunturnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan yang berideologi Pancasila”
sebagai pelengkap tugas UAS dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa fisik maupun pikiran. Penulis menyetujui bahwa
makalah ini tidak sebaik kelihatannya, oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik
lagi. Demikian, dan apabila makalah ini terdapat banyak kesalahan, penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat untuk penulis maupun pembaca. Terima kasih.

Samarinda, 5 November 2023

2
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................... 2

Daftar Isi.................................................................................................... 3

Bab I. Pendahuluan ................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang.................................................................................. 4

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 4

1.3 Tujuan ............................................................................................... 4

Bab II. Landasan Teori ............................................................................. 5

2.1 Jiwa Nasionalisme ............................................................................ 5

2.1.1 Sejarah Jiwa Nasionalisme .................................................... 5


2.1.2. Jiwa Nasionalisme Menurut Ahli............................................ 5

2.2 Peran Pancasila dalam Jiwa Nasionalisme ...................................... 6


Bab III. Metode Penelitian ........................................................................ 8

Bab IV. Hasil dan Pembahasan ............................................................. 10

Bab V. Penutup ...................................................................................... 14

Kesimpulan ........................................................................................... 14

Saran .................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ........................................................................................ 16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Lahirnya nilai-nilai Pancasila yang sudah lama hadir di kehidupan


bangsa Indonesia jatuh pada tanggal 1 Juni tahun 1945 yang di
deklarasikan oleh bapak Soekarno dalam sidang kedua BPUPKI, dalam
sidang tersebut bapak Soekarno menyampaikan gagasannya perihal
lahirnya nilai-nilai Pancasila dan akhirnya disepakati secara mufakat untuk
menjadi dasar negara Indonesia. Pancasila dijadikan sebagai pokok
ideologi serta sebagai pandangan hidup untuk bangsa negara Indonesia,
dan Pancasila dianut oleh Indonesia untuk menjadi satu-satunya ideologi
negara Indonesia

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Urgensi Pancasila dalam kehidupan.
2. Kondisi budaya di Indonesia.
3. Upaya untuk meningkatkan rasa nasionalisme di Indonesia
4. Dampak atau pengaruh yang dapat melunturkan rasa nasionalisme

1.3 TUJUAN

Adanya tujuan dari pelajaran atau mata kuliah Pendidikan Pancasila


dalam perguruan tinggi agar pelajar atau mahasiswa/i dapat menyaring
segala konflik atau masalah. Selain itu adanya tujuan lain ialah untuk dapat
membekali sikap nasionalisme individu, menyaring dan menanggapi
kebudayaan asing, dan dapat menerapkan fungsi serta peran Pancasila
dalam kehidupan.

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 JIWA NASIONALISME

2.1.1 Sejarah Jiwa Nasionalisme :

Lahirnya rasa Jiwa Nasionalisme terjadi pertama kali di tahun 1908


dari organisasi Boedi Oetomo, dengan diawali oleh mahasiswa kedokteran
di Universitas kedokteran pertama pribumi di Indonesia pada sat jaman
kolonial Belanda, Stovia. Lalu pada tahun 1928 yaitu setelah hari
kemerdekaan nasional yang akhirnya menyadarkan pemuda pemudi
organisasi kedaerahan (Jong Java, Jong Celebes, Jong Sumatera, Jong
Ambon, Jong Batak, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, Pemuda Kaum
Betawi, dan PPPI; Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia) untuk
menyatukan negara serta bahasa negara Indonesia yang akhirnya
melaksanakan Kongres Pemuda kedua di Jakarta di tanggal 27 sampai 28
Oktober 1928. Kemudian dilanjutkan dengan menyelenggarakan Sumpah
Pemuda yang dilakukan pada tahun 1928. Lalu dilanjut dengan peristiwa
“Rengas-Dengklok” saat tanggal 16 Agustus 1945, dalam peristiwa ini
terjadinya sekelompok pemuda yang menculik Soekarno dan M.Hatta
dengan tujuan untuk mempercepat pendeklarasian kemerdekaan
Indonesia, dalam hal ini sungguh terlihat definisi bagaimana rasa nasionalis
pemuda Rengas-Dengklok dalam rangka kemerdekaan.

2.1.2 Jiwa Nasionalisme Menurut Ahli:

L.Stoddard menggagaskan definisinya bahwa nasionalisme


merupakah suatu kepercayaan yang telah dimiliki oleh individu
kebanyakan, di mana mereka mengungkapkan rasa kebangsaan dan
kenasionalisan sebagai sekelompok individu besar yang memiliki perasaan

5
cinta terhadap negara secara bersama-sama di dalam suatu negara.
Kelompok individu tersebut mempunyai tujuan yang sama dalam
mewujudkan suatu rasa cinta terhadap negara, baik dari segi internal
maupun eksternal.

Menurut Otto Bauer rasa nasionalisme merupakan bentuk kesatuan


karakter dan perilaku yang muncul karena adanya nasib yang sama. Ikatan
nasionalisme ini kemudian lahir di tengah masyarakat saat pikirannya mulai
terpengaruhi karena adanya terjadinya suatu peristiwa mengenai
negaranya yang menimbulkan nasib bangsa yang senasib. Kesatuan ini
sendiri terjadi saat masyarakat tinggal bersama di satu wilayah tertentu lalu
akhirnya naluri itu timbul karena adanya rasa sebagai upaya memperkuat
diri agar dapat menjaga negaranya.

Menurut Hitler bentuk rasa nasionalisme seperti rasa rela berkorban


dan melawan agar bangsa sendiri tidak terjajah atau tertindas dari bangsa
lain. Dalam gagasan Hitler dapat disimpulkan bahwa terbentuknya rasa
nasionalisme dapat timbul sendirinya saat negara atau bangsa kita terjajah
atau tertindas oleh bangsa lain, dan gagasan ini dapat divalidasi pada salah
satu peristiwa di Indonesia yaitu saat peristiwa Ambarawa pada tanggal 20
November 1945 sampai dengan 15 Desember 1945 dan akhirnya sekutu
menyerah akibat berhasilnya perlawanan dari Magelang yang telah diambil
alih oleh Kolonel Soedirman setelah gugurnya Letkol Isdiman.

2.2 PERAN PANCASILA JIWA NASIONALISME

Untuk mendalami peran jiwa nasionalisme dalam individu bangsa


negara Indonesia dibutuhkan pendidikan Pancasila dalam perguruan tinggi
selain itu lingkungan keluarga dan pertemanan juga dapat mempengaruhi
rasa kecintaan individu terhadap negara, dan meskipun begitu jiwa
nasionalisme akan tetap luntur rasa jiwa nasionalisme atau rasa kecintaan
individu terhadap negara Indonesia di masa yang akan datang. Semakin

6
berjalannya waktu pada akhirnya budaya asing akan semakin banyak
masuk dan melakukan brainwash dalam negara Indonesia adalah salah
satu alasan mengapa lunturnya rasa cinta dalam generasi yang akan
mendatang.

Dalam mendalami dan mengimplementasikan peran dan fungsi Pancasila


dalam jiwa nasionalisme sebuah bangsa dapat melakukan langkah-langkah
kecil seperti,

- Memberikan contoh atau cerita tentang rasa cinta dan


penghormatan bangsa dengan menjelaskan sejarah melalui
perjalanan wisata bersejarah seperti mengunjungi museum dan
kuburan para pahlawan.
- Menanamkan sila-sila Pancasila dengan menginternalisasi dari sila-
sila Pancasila di kehidupan sehari-hari, seperti bergotong royong,
bermusyawarah, dan lain sebagainya.
- Memberikan contoh bagaimana sikap-sikap yang baik kepada
generasi lebih muda seperti yang ada dalam sila-sila Pancasila.
- Mengajarkan keragaman tradisi dan budaya serta kekayaan SDA
budaya dan melalui hal tersebut akan muncul rasa-rasa nasionalis
dan cinta terhadap bangsa.
- Memperkenalkan berbagai keragaman budaya bangsa serta
kekayaan sumber daya alam bangsa, karena dengan itu akan
muncul jiwa nasionalisme untuk menjaga keutuhan dan persatuan
tanah air Indonesia.

Langkah-langkah tersebut adalah cara kita untuk membuktikan bahwa


peran pendidikan Pancasila selain sebagai pelajaran dalam perguruan
tinggi adalah sebagai salah satu cara untuk mengimplementasikan dan
pembuktian dari suatu bangsa untuk menerapkan Pancasila sebagai
ideologi negara Indonesia.

7
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode pendekatan


kualitatif karena dalam metode ini menggunakan informasi yang sudah
dipaparkan dalam artikel maupun jurnal atau buku yang memiliki keterkaitan
dengan pembuatan makalah ini. Metode kualitatif adalah metode yang
menggunakan cara penelitian riset literatur, riset pustaka, dan segala
aktivitas yang berkaitan dengan pengumpulan informasi, membaca dan
mencatat teori dari jurnal, buku, atau artikel penelitian yang memiliki
kesinambungannya dengan penelitian ini. Makalah ini akan berpusat
kepada hasil-hasil yang menurut peneliti ada keterkaitannya dengan
pentingnya Pancasila dalam membekali rasa kecintaan terhadap bangsa
yang mungkin semakin lama akan larutnya Jiwa Nasionalisme di generasi
yang akan datang pada saat era globalisasi, selain itu makalah ini juga
tertuju untuk melahirkan anak bangsa yang cinta terhadap tanah airnya,
nilai-nilai, tradisi maupun budaya yang ada di Indonesia dengan sukarela
dan tetap menjaga kesatuan Indonesia di kemudian hari.

Adapun alat-alat pengumpulan data atau informasi pada penelitian


makalah ini adalah berupa studi pengamatan dan pengumpulan data
penelitian pada umumnya, alat pengumpulan informasi ini diambil melalui
sumber-sumber informasi yang berupa :

- Primary sources

Sumber primer merupakan pengumpulan data yang berisi ilmu


pengetahuan ilmiah atau kebenaran dari jurnal yang berupa artikel surat
kabar, jurnal penelitian, maupun buku yang ditulis oleh peneliti dan
penulis tentang penemuan atau pengetahuan baru.

8
- Secondary sources

Sumber sekunder adalah ilmu pengetahuan yang melalui perantara


yang ditulis tidak pada saat tragedi itu terjadi, sumber sekunder berisi
dokumen informasi tentang bahan acuan atau referensi tulisan.

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indonesia telah memasuki abad ke-21 di mana teknologi sudah


merajalela lalu budaya asing pun dengan mudahnya menyamar dan mulai
dinormalisasikan menjadi dalam negara Indonesia, dalam sila-sila
Pancasila di sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”, mulai luntur,
budaya LGBT sudah bukan hal yang tabu, begitu pula seperti sex bebas,
dan narkoba, tidak adanya ketakutan dan ketaatan lagi dalam posisi agama
ketika saat mengontrol perilaku. Lunturnya jiwa nasionalisme anak bangsa
karena lingkungan sekitar kita sudah mulai menormalisasikan hal yang
seharusnya tabu. Pendidikan Pancasila dalam hal ini sangat berpengaruh
besar karena Indonesia sendiri merupakan negara yang berideologi
Pancasila, di mana Pancasila adalah sebuah peraturan atau kebijakan yang
menjadi ide pokok pikiran bangsa negara Indonesia. Masuknya budaya
asing yang kerap dikenal sebagai “Globalisasi” dapat mengubah segalanya
yang telah kita pelajari dalam sekolah, bahkan sifat nasionalisme dan
keagamaan dapat diubah dengan cepat. Jiwa nasionalisme sendiri dapat
timbul karena perasaan individu yang mempunyai rasa kecintaan, dan
bangga terhadap tanah air. Bentuk dari rasa cinta tanah air itu sendiri dapat
mengharumkan nama baik negara serta membangun kesatuan anak
bangsa melalui prestasi yang menjuru di kancah dunia, persoalan era
globalisasi yang sudah masuk adalah bibit masalah dari lunturnya jiwa
nasionalisme anak bangsa.

Indonesia sendiri merupakan negara dengan sifat nasionalisme yang


menganut demokratis dan kekeluargaan (Integralistik), dalam kekeluargaan
yang berarti tidak adanya sifat intimidasi dalam gender, ras, dan agama,
segala keragaman dalam budaya di Indonesia selalu diakui dan dihargai.
Dalam persoalan nasionalisme memang tidak mudah, banyak upaya-upaya

10
yang harus diperkuat untuk membekali rasa nasionalisme anak bangsa
terhadap negara dalam masuknya budaya globalisasi yang selama ini kerap
masuk dengan berjalannya waktu.

Beberapa pengaruh globalisasi akhirnya melunturkan bahkan


menghilangkan rasa jiwa nasionalisme anak bangsa melalui media sosial
dan lingkungan sekitar, salah satu pengaruh budaya asing adalah kasus
LGBT di mana sikap tersebut adalah sebuah bentuk ketimpangan dari
gender dan melakukan hubungan sesama gender, bukti kasus seperti ini
akhirnya meruntuhkan beberapa sila-sila Pancasila seperti sila pertama
yaitu, “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab”, dalam kasus seperti ini telah
mencemarkan individu suatu bangsa dan mencerminkan sikap yang tidak
beradab bagi nama bangsa Indonesia.

Menurut salah satu ahli yaitu, Malcom Waters, seorang profesor


sosiologi dari Universitas Tasmania, menulis gagasannya bahwa
globalisasi adalah sebuah proses sosial yang berakibat pembatasan
geografis pada keadaan sosial budaya menjadi kurang penting yang
terjelma di dalam kesadaran orang. Dalam negara kita sendiri era
globalisasi telah menjamah ekonomi dan budaya negara kita, pakaian serta
gaya hidup yang pada akhirnya mengikuti bagaimana cara budaya barat
melakukan. Budaya asing telah melahirkan tantangan dan permasalahan
besar yang harus ditangani agar dapat menjaga rasa cinta dan semangat
terhadap negara tetap utuh. Munculnya kata globalisasi sendiri pada abad
ke-1 di mana orang Eropa mulai memperdagangkan dagangannya ke Asia
saat itu adalah awal sejarah besar dalam masuknya era globalisasi yang
akhirnya membuat kita jadi terbiasa dengan barang-barang dari belahan
dunia lain. Wacana proses globalisasi ditandai dengan majunya teknologi
dan pengetahuan dalam negara sehingga globalisasi sendiri dapat
mengubah dunia secara mendasar dan dikira-kira akan dapat memajukan
bangsa.

11
Contoh kasus lain dalam bentuk surutnya rasa cinta terhadap negara
Indonesia adalah bagaimana masyarakat lebih menyukai barang dari luar
negeri, namun melihat proses hukum dari Indonesia sendiri sudah cukup
baik di mana saat tanggal 4 Oktober 2023 bapak Jokowi sudah menutup
akses perdagangan luar negeri dari berbagai macam platform e-commerce
adalah usaha yang tepat karena jika dibiarkan maka mudahnya akses yang
seperti itu kian hari akan semakin besar dan merajalela lalu akhirnya
kontribusi UMKM semakin kecil celah dan aksesnya dalam berdagang
dalam negaranya sendiri. Namun perdagangan ekspor dari luar negeri yang
kerap disapa Thrift masih ada dan masih marak dalam negeri kita saat ini,
harapannya jika suatu saat nanti hukum akan lebih tegas dan memperkuat
sanksi agar toko-toko yang menjual barang luar negeri setidaknya
berkurang dan barang dagangan dalam negeri akan semakin meningkat
kualitas dan kuantitasnya.

Dampak negatif dari masuknya era globalisasi lain dalam kehidupan


berideologi Pancasila adalah sebagai berikut:

- Pola Hidup Konsumtif


Perdagangan dari belahan dunia yang disebabkan dari
perkembangan industri yang pesat membuat pasokan barang dan
kebutuhan masyarakat melimpah dari luar neger. Dengan begitu
akhirnya masyarakat mudah tertarik untuk memakai dan membeli
barang dari luar negeri karena masuknya pasokan barang dagangan
luar negeri yang lebih menarik kualitas dan kuantitasnya.

- Sifat Individualistik
Masyarakat merasa diuntungkan dengan perkembangan iptek yang
maju membuat mereka merasa tidak peduli bahkan tidak
membutuhkan oranglain. Banyaknya individu yang melupakan
bahwa hakikat mereka yang merupakan makhluk sosial yang

12
akhirnya menolak aksi sosialisasi yang kerap dilakukan, seperti
gotong royong dan pos ronda dan aktivitas sosial lainnya.

- Westernisasi
Hampir semua masyarakat yang menggunakan budaya barat dalam
berpakaian, namun tidak semua budaya barat baik dan cocok
diterapkan di Indonesia, karena adanya sila-sila Pancasila yang
mengontrol bagaimana caranya sopan dan beradab dalam
berperilaku. Budaya negatif juga mulai menggeser budaya asli
adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas
remaja, dan lain-lain.

13
BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa Pancasila adalah ideologi dan pokok


pikiran yang sudah ada sejak turun temurun, pentingnya pendidikan
Pancasila dalam kehidupan bernegara dan kehidupan sehari hari adalah
agar bangsa dapat mengontrol segala perilaku dan sikap dalam
menghadapi kasus atau kejadian yang terjadi dan masuk begitu saja dalam
negara Indonesia. Namun karena seiring berjalannya waktu dan zaman
akhirnya era globalisasi atau budaya asing menjamah gaya berkehidupan
dan segala bidang dalam Indonesia yang mulai merambah luas akhirnya
melunturkan jiwa nasionalisme dan rasa kecintaan terhadap tanah air serta
meruntuhkan identitas anak bangsa. Jika kita dapat menyaring budaya
asing yang masuk dengan baik tentunya globalisasi ini dapat melahirkan
wawasan dan ilmu pengetahuan yang baik juga dan tentunya dapat
mempererat hubungan antar negara selain itu rasa kenasionalisan akan
tetap utuh pada nilai-nilai Pancasila dan budaya negeri sendiri meskipun
era globalisasi atau budaya asing sudah sering kali mencuci otak dan jiwa
anak bangsa.

SARAN

Adanya kasus-kasus yang dapat kita lihat sehari hari membuat


bertanya-tanya bagaimana cara mengatasi dan menumbuhkan rasa
kenasionalisan kita tetap terjaga utuh. Tentu perlu adanya evaluasi dan
mengaktualisasikan dari adat, budaya, dan nilai-nilai bangsa yang ada.
Secara bahasa, kebudayaan dapat didefinisikan sebagai upaya dan
perilaku yang sudah menjadi kebiasaan turun menurun dan dilakukan
dengan sejumlah individual atau komunitas besar dari suatu bangsa.

14
Berikut adalah beberapa upaya dalam menumbuhkan jiwa
nasionalisme dan rasa cinta serta semangat tanah air pada generasi
milenial :

1. Mengenang dan mengenalkan jasa pahlawan entah pada diri


sendiri atau komunitas.
2. Mencari tahu pengetahuan lebih luas mengenai sejarah dari kota
asal maupun negara.
3. Melakukan upacara bendera dalam rangka hari peringatan
kemerdekaan maupun tidak.
4. Menaati dan mengikuti pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan atau Pancasila sedari dini.
5. Mengenakan, melestarikan, dan memakai produk dalam negeri.
6. Mencari tahu dan belajar tentang keberagaman budaya
Indonesia.
7. Melestarikan, mengupayakan, dan mengenalkan karya anak
bangsa.
8. Menonton film bertema sejarah dan perjuangan pahlawan.
9. Mempelajari, dan melestarikan bahasa daerah.
10. Mempelajari budaya dari kota asal maupun daerah lain.
11. Melihat museum atau pameran yang memamerkan budaya
Indonesia.
12. Belajar dan melestarikan lagu-lagu nasional maupun daerah.
13. Membaca buku sejarah.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hendrastomo, G. (2007). Nasionalisme vs Globalisasi ‘Hilangnya’ Semangat


Kebangsaan dalam Peradaban Modern. Dimensia, I(1), 1–11.

Insya Musa, M. (2015). DAMPAK PENGARUH GLOBALISASI BAGI


KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA. Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) JURNAL PESONA DASAR Universitas Syiah Kuala, 3(3), 1–14.

Nada, S., Ekaprasetya, A., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (n.d.).


Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Generasi Millenial di Era Globalisasi
melalui Pancasila.

Puspita Ratri, E., & Najicha, F. U. (2022). Urgensi Pancasila Dalam Menanamkan
Jiwa Nasionalisme Pada Generasi Muda Di Era Globalisasi. Jurnal Global
Citizen : Jurnal Ilmiah Kajian Pendidikan Kewarganegaraan, 11(1), 25–33.
https://doi.org/10.33061/jgz.v11i1.7455

Rifa’i, A. M. (2015). Nasionalisme dalam Perspektif Bahasa Sebagai Perwujudan


Jati Diri Bangsa. Journal Studi Islam Dan Sosial, 9(2), 1–19.

Tambusai, J. P., Ishmah, Z., Aisy, R., Dewi, D. A., & Furnamasari, Y. F. (n.d.).
Mengembangkan Jiwa Nasionalisme di Era Globalisasi.

http:/www.kompasiana.com/rafaafri/63b2ee03812e6958b958c412/cara-
menumbuhkan-jiwa-nasionalisme-bagi-generasi-muda. Dikunjungi pada
tanggal 15 November 2023.

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2023/03/20/sejarah-pertempuran-
ambarawa. Dikunjungi pada tanggal 14 November 2023.

16

Anda mungkin juga menyukai