MAKALAH
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
Penyusun
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan
Tujuan ……………………………………………………………
Bab II Pembahasan
Kesimpulan ………………………………………………………
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sejarah pemikiran filosofis Pancasila, sudah cukup banyak ahli atau
para tokoh yang menjelaskan isi Pancasila secara filosofis, seperti Ir. Soekarno,
Muh. Yamin dan Moh. Hatta dan beberapa ahli lainnya. Kebanyakan dari para
pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila adalah mengenai awal
dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama berperan besar dalam pembuatan
rancangan dasar Negara. Dapat dikatakan sebagai bentuk pemikiran filosofinya
mengenai Pancasila, meskipun untuk sebagian dipengaruhi pula oleh pemikiran
yang sifatnya ideologis politis.
BAB II
PEMBAHASAN
Para pendiri bangsa telah memberikan warisan berharga berupa renungan filosofis
tentang nilai atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Hasil
renungan tersebut telah memberikan orientassi, gagasan, nilai dan prinsip prinsip
dasar guna memadu bagaimana meyelenggarakan kehidupan bernegara untuk
masa depan. Menyebut Pancasila adalah warisan jenius bangsa Indonesia. Ini
dicukilkan dari pemikiran Soekarno dan Moh. Hatta.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti bangsa Indonesia adalah bangsa yang
bertuhan. Bukan hanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan,
tetapi hendaknya masing-masing orang Indonesia bertuhan menurut
Tuhannya sendiri.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti, humanity atau persaudaraan
bangsa-bangsa.
c. Persatuan Indonesia berarti nasionalisme.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, berarti demokrasi.
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia berarti tidak ada kemiskinan
dalam Indonesia merdeka.
Pada kursus Pancasila Dasar Negara tanggal 16 Juni 1958, Soekarno memberikan
bantahan terhadap beberapa pendapat yang dianggapnya menyimpang dari
Pancasila. Pertama, Pancasila bukanlah agama baru, Pancasila adalah
weltanschauung. Falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi bukan satu
agama baru.
“ Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia Merdeka, tetapi kita
harus menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, justru inilah prinsip saya
yang kedua. Inilah philosophisch principe yang nomor dua, yang saya
usulkan kepada tuan-tuan, yang boleh saya namakan internasionalisme.
Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud
kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan
tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris,
tidak ada Amerika, dan lain-lainnya. Internasionalisme tidak hidup subur
kalua tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak
dapat hidup subur kalua tidak hidup dalam taman-sarinya
internasionalisme. Jadi dua hal ini prinsip 1 dan prinsip 2 yang pertama-
tama saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat
satu sama lain.
Tentang isi sila ketiga persatuan Indonesia atau oleh Soekarno disebutnya
kebangsaan dimaksudkan sebagai prinsip nasionalisme. Yaitu “ Persatuan antara
manusia dengan tanah” Dengan konstruksi itu, ia mengatakan hal berikut ini:
“ Pendek kata bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu
golongan orang yang hidup dengan “ le desir d’erte ensemble” diatas darah
yang kecil, seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda,
atau Bugi, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang
menurut geopolitik yang telah ditentukan Allah SWT tinggak di
kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera
sampai ke Papua Seluruhnya.
Moh. Hatta atau dikenal dengan Bung Hatta, juga memberikan penjelasan-
penjelasan tentang isi dari kelima sila Pancasila. Moh. Hatta adalah salah satu
pendiri negara, menjadi anggota BPUPKI, anggota Panitia Sembilan dan juga
sebagai anggota PPKI.
Dasar sila Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kelanjutan dari
praktik hidup daripada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu dasar yang
memimpin. Bangsa Indonesia tidak dapat mengakui hak milik yang seolah-olah
tidak dapat diganggu gugat, yang nyata bersifat individualistic. Dalam system
kekeluargaan dan kegotong-royongan, individu memiliki lebih banyak kewajiban
terhadap musyawarah dari pada hak-haknya.
Sila Persatuan Indonesia di dalamnya mengandung bahwa bangsa
Indonesia itu satu, tidak dapat dipecah-pecah. Persatuan bangsa diperkuat oleh
lambang negara. Bhineka Tunggal Ika, Bersatu dalam berbagai ragam. Dasar
persatuan menegaskan sifat kita adalah negara nasional. Persatuan Indonesia di
dalamnya mengandung cita-cita persahabatan dan persaudaraan segala bangsa.
Sila keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi dasar
negara, tetapi sekaligus menjadi tujuan yang harus dilaksanakan. Keadilan sosial
adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan
Makmur. Langkah pertama adalah menetapkan bahwa “tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.