Anda di halaman 1dari 12

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

MAKALAH

Dosen Pengampu: Suyono, S. Sos., M.Pd.

Disusun oleh:

1. Allycia Trecy Pawestri 205000042


2. Dewi Sri Kusumawati 205500012
3. Ulviyanti Durrotul Falihah 205000020
4.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas rahmat dan karunia-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang berjudul
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari


berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa
dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal itu di karenakan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita.

Sidoarjo, 5 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………..

Bab I Pendahuluan

Latar Belakang …………………………………………………..

Rumusan Masalah ……………………………………………….

Tujuan ……………………………………………………………

Bab II Pembahasan

Pemikiran Filosofis Pancasila Menurut Para Pendiri Bangsa…….

Pemikiran Filosofis Pancasila Menurut Para Ahli ……………….

Bab III Penutup

Kesimpulan ………………………………………………………

Daftar Pustaka ……………………………………………………


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia. Secara filosofis


tentang Pancasila secara mendalam, radikal dan komprehensif, kritis dan rasional.
Ada beberapa hal yang perlu masa zaman dahulu terkait sejarah indonesia
sebelum proses dan setelah perumusan pancasila sebagai dasar negara. Oleh
karena itu, untuk mengetahui secara mendalam tentang Pancasila perlu
pendekatan filosofis. Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang mendalam mengenai Pancasila. Pancasila juga merupakan
sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah mengalami
perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut banyak hal
atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila, sehingga berdirilah
pancasila seperti sekarang ini didepan semua bangsa Indonesia. Mulai peristiwa
pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai banyak konflik diinternal para
pencetusnya hingga sekarang pun di era reformasi dan globalisasi Pancasilamasih
hangat diperbincangkan oleh banyak kalangan berpendidikan terutama kalangan
Politikdan mahasiswa.

Dalam sejarah pemikiran filosofis Pancasila, sudah cukup banyak ahli atau
para tokoh yang menjelaskan isi Pancasila secara filosofis, seperti Ir. Soekarno,
Muh. Yamin dan Moh. Hatta dan beberapa ahli lainnya. Kebanyakan dari para
pihak yang memperbincangkan masalah Pancasila adalah mengenai awal
dicetuskan nya Pancasila tentang sila pertama berperan besar dalam pembuatan
rancangan dasar Negara. Dapat dikatakan sebagai bentuk pemikiran filosofinya
mengenai Pancasila, meskipun untuk sebagian dipengaruhi pula oleh pemikiran
yang sifatnya ideologis politis.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMIKIRAN FILOSOFIS PANCASILA MENURUT PARA


PENDIRI BANGSA

Para pendiri bangsa telah memberikan warisan berharga berupa renungan filosofis
tentang nilai atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam Pancasila. Hasil
renungan tersebut telah memberikan orientassi, gagasan, nilai dan prinsip prinsip
dasar guna memadu bagaimana meyelenggarakan kehidupan bernegara untuk
masa depan. Menyebut Pancasila adalah warisan jenius bangsa Indonesia. Ini
dicukilkan dari pemikiran Soekarno dan Moh. Hatta.

1. Pemikiran Filosofis Pancasila dari Soekarno

Soekarno sebagai orang pertama yang memperkenalkan Pancasila telah


menjelaskan isi atau substansi tiap sila Pancasila. Penjelasan tersebut dinyatakan
pada Sidang 1 BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Menurut Soekarno muatan yang
terkandung dalam masing-masing sila pertama dapat dikemukakan secara
sederhana sebagai berikut:

a. Ketuhanan Yang Maha Esa, berarti bangsa Indonesia adalah bangsa yang
bertuhan. Bukan hanya bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan,
tetapi hendaknya masing-masing orang Indonesia bertuhan menurut
Tuhannya sendiri.
b. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti, humanity atau persaudaraan
bangsa-bangsa.
c. Persatuan Indonesia berarti nasionalisme.
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, berarti demokrasi.
e. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia berarti tidak ada kemiskinan
dalam Indonesia merdeka.

Soekarno menyatakan bahwa lima prinsip yang kemudian dinamakan


Pancasila itu merupakan suatu filsafat.
Tentang sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa, oleh Soekaro ditempatkan
pada urutan kelima, yang pada perkembangan selanjutnya disepakati sebagai sila
pertama Pancasila. Menjelaskan sebagai berikut:

“ Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia bertuhan, tetapi


masing-masing orang Indonesia hendaknya bertuhan Tuhannya sendiri.
Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa al Masih, yang
Islam bertuhan menurut petunjuk Nabi Muhammad SAW. Orang Budha
menjalankan ibadahnya menurut kitab-kitab yang ada padanya. tetapi
marilah kita semuanya bertuhan dan dapat menyembah Tuhannya dengan
cara yang leluasa. Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan
yakni dengan tiada egoisme-agama. Marilah kita amalkan, jalankan
agama, baik Islam, maupun Kristen dengan cara yang berkeadaban. “

Pada kursus Pancasila Dasar Negara tanggal 16 Juni 1958, Soekarno memberikan
bantahan terhadap beberapa pendapat yang dianggapnya menyimpang dari
Pancasila. Pertama, Pancasila bukanlah agama baru, Pancasila adalah
weltanschauung. Falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi bukan satu
agama baru.

Penjelasan atas isi sila pertama dikemukakan kembali pada pidato di


hadapan Sidang Umum PPB tahun 1960, sebagai berikut:

“ Ketuhanan Yang Maha Esa. Bangsa saya meliputi orang-orang yang


menganut berbagai macam agama. ada yang Islam, Kristen, Budha, dan
ada yang tidak menganut sesuatu agama. meskipun demikian untuk
delapan puluh lima persen dari Sembilan puluh dua juta rakyat kami,
bangsa Indonesia terdiri dari para pengikut Islam. Berpangkal pada
kenyataan ini, dan mengingat akan berbeda-beda tetapi bersatunya bangsa
kami, kami menempatkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai yang paling
utama dalam filsafah hidup kami. Bahkan mereka yang tidak percaya
kepada Tuhan pun, karena toleransinya yang menjadi pembawaan,
mengakui bahwa kepercayaan kepada yang Maha Kuasa merupakan
karakteristik dari bangsanya, sehingga mereka menerima sila pertama ini “
Mengenai Sila kedua, yakni kemanusiaan yang adil dan beradab Soekarno
menyebutnya sebagai internasionalisme atau perikemanusiaan pada pidato tanggal
1 Juni 1945, ia menjelaskan isi sila tersebut sebagai berikut:

“ Kita bukan saja harus mendirikan Negara Indonesia Merdeka, tetapi kita
harus menuju pada kekeluargaan bangsa-bangsa, justru inilah prinsip saya
yang kedua. Inilah philosophisch principe yang nomor dua, yang saya
usulkan kepada tuan-tuan, yang boleh saya namakan internasionalisme.
Tetapi jikalau saya katakan internasionalisme, bukanlah saya bermaksud
kosmopolitisme, yang tidak mau adanya kebangsaan, yang mengatakan
tidak ada Indonesia, tidak ada Nippon, tidak ada Birma, tidak ada Inggris,
tidak ada Amerika, dan lain-lainnya. Internasionalisme tidak hidup subur
kalua tidak berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak
dapat hidup subur kalua tidak hidup dalam taman-sarinya
internasionalisme. Jadi dua hal ini prinsip 1 dan prinsip 2 yang pertama-
tama saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah bergandengan erat
satu sama lain.

Pada kursus Pancasila sebagai Dasar Negara tanggal 22 Juli 1958,


Soekarno menjelaskan sila kedua ini dengan menghubungkannya pada gambar
rantai di atas perisai burung garuda sebagai lambang negara. Rantai ini
menggambarkan tiada putusnya hubungan laki-laki dan pereempuan, tiada
putusnya rantai kemanusiaan. Tetapai rantai yang dilukiskan pada perisai sang
garuda Indonesia juga melukiskan hubungan antar bangsa. Dengan ini
menunjukkan kita sebagai bangsa dari Republik Indonesia merasakan bahwa kita
ini bukanlah satu bangsa yang berdiri sendiri, tetapi adalah satu bangsa dalam
keluarga bangsa-bangsa. Perikemanusiaan adalah jiwa yang merasakan bahwa
antara manusia satu dengan lain manusia adalah hubungannya, jiwa yang hendak
mengangkat membedakan jiwa manusia itu lebih tinggi dari jiwa binatang.

Tentang isi sila ketiga persatuan Indonesia atau oleh Soekarno disebutnya
kebangsaan dimaksudkan sebagai prinsip nasionalisme. Yaitu “ Persatuan antara
manusia dengan tanah” Dengan konstruksi itu, ia mengatakan hal berikut ini:
“ Pendek kata bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu
golongan orang yang hidup dengan “ le desir d’erte ensemble” diatas darah
yang kecil, seperti Minangkabau, atau Madura, atau Yogya, atau Sunda,
atau Bugi, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang
menurut geopolitik yang telah ditentukan Allah SWT tinggak di
kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera
sampai ke Papua Seluruhnya.

Dengan dasar nasionalisme ini Soekarno mengajak rakyat Indonesia untuk


membentuk satu national state ,yaitu negara Indonesia yang satu. Bahwa bangsa
Indonesia ini adalah bangsa yang terbagus, termulia, dan dan tidak meremehkan
bangsa yang lain.

Perihal sila keempat, yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat


kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan. Oleh karena itu disebutnya
prinsip mufakat, dasar perwakilan atau dasar permusyawaratan. Maksud dari
prinsip ini adalah bahwa negara Indonesia bukan negara satu orang, tetapi buat
semua orang. “Kita mendirikan negara “ semua buat semua “, satu buat semua,
semua buat satu. Dalam prinsip perwakilan permusyawaratan nantinya, apa-apa
yang belum jelas dapat dibicarakan dalam dewan perwakilan”.

Tentang sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Soekarno melalui pidato tanggal 1 Juni 1945 menyebutnya sebagai prinsip
kesejahteraan. Dalam prinsip ini terkandung makna bahwa tidak aka nada
kemiskinan di dalam Indonesia Merdeka. Pada sambutan penutupan seminar
Pancasila di Yogyakarta tahun 1959, Soekarno menyebut bahwa revolusi
Indonesia bermuka dua yaitu, muka politik dan muka sosial. Muka politik adalah
mencapai satu Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berwilayah dari Sabang
sampai Merauke berdaulat penuh. Sedangkan muka sosial mengadakan satu
masyarakat adil dan Makmur, penegasan ini kembali diungkapkan dalam pidato
dihadapan Sidang Umum PBB tahun 1960. Bahwa dengan sila keadilan sosial
merupakan satu rangkaian dengan kemakmuran sosial. Hal ini dapat dikatakan
sebagai refleksi filosofis atau Pancasila.
2. Pemikiran Filosofis Pancasila dari Moh. Hatta

Moh. Hatta atau dikenal dengan Bung Hatta, juga memberikan penjelasan-
penjelasan tentang isi dari kelima sila Pancasila. Moh. Hatta adalah salah satu
pendiri negara, menjadi anggota BPUPKI, anggota Panitia Sembilan dan juga
sebagai anggota PPKI.

Dalam Demokrasi Kita, Moh.Hatta menyatakan bahwa Pancasila sebagai


filsafat negara Indonesia. Menurutnya, jika diperhatikan benar maka Pancasila
terdiri atas dua fundamen. Pertama fundamen moral yaitu, Ketuhanan Yang Maha
Esa dan fundamen politik, yaitu perikemanusiaan, persatuan Indonesia,
demokrasi, dan keadilan sosial. Dengan meletakkan dasar moral, agar negara dan
pemerintahannya memperoleh dasar yang kokoh, yang memerintahkan kebenaran,
keadilan, kebaikan, kejujuran, serta persaudaraan ke luar dan ke dalam. Dengan
politik pemerintahan yang berdasarkan kepada moral yang tinggi, diharapkan
tercapainya suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Melalui buku berjudul Uraian Pancasila, Moh. Hatta kembali


menjelaskan isi masing-masing sila Pancasila pada subbahasan sila satu-satunya.
Pokok-pokok uraian tentang sila-sila Pancasila itu dijelaskan berikut ini:

Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi dasar yang memimpin cita-cita


kenegaraan kita untuk menyelenggarakan segala hal yang baik bagi rakyat. Sila
Ketuhanan Yang Maha Esa tidak hanya hormat-menghormati agama masing-
masing. Melainkan sebagai dasar yang memimpin ke jalan kebenaran. Dengan
dasar itu sebagai pegangan. Pengakuan kepada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa
adalah kesediaan untuk berbuat dalam praktik hidup menurut sifat-sifat yang
dipujikan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dasar sila Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah kelanjutan dari
praktik hidup daripada dasar Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu dasar yang
memimpin. Bangsa Indonesia tidak dapat mengakui hak milik yang seolah-olah
tidak dapat diganggu gugat, yang nyata bersifat individualistic. Dalam system
kekeluargaan dan kegotong-royongan, individu memiliki lebih banyak kewajiban
terhadap musyawarah dari pada hak-haknya.
Sila Persatuan Indonesia di dalamnya mengandung bahwa bangsa
Indonesia itu satu, tidak dapat dipecah-pecah. Persatuan bangsa diperkuat oleh
lambang negara. Bhineka Tunggal Ika, Bersatu dalam berbagai ragam. Dasar
persatuan menegaskan sifat kita adalah negara nasional. Persatuan Indonesia di
dalamnya mengandung cita-cita persahabatan dan persaudaraan segala bangsa.

Kerakyatan yang dianut bangsa Indonesia bukanlah kerakyatan yang


mencari suara terbanyak saja, tetapi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Asas kerakyatan menjamin
setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan.

Sila keadilan sosial bagi masyarakat Indonesia tidak hanya menjadi dasar
negara, tetapi sekaligus menjadi tujuan yang harus dilaksanakan. Keadilan sosial
adalah langkah yang menentukan untuk melaksanakan Indonesia yang adil dan
Makmur. Langkah pertama adalah menetapkan bahwa “tiap-tiap warga negara
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.

B. PEMIKIRAN FILOSOFIS PANCASILA MENURUT PARA AHLI

Pemikiran filosofis perihal Pancasila tidak hanya dijelaskan oleh para


pendiri negara. Para ahli Pancasila sesudahnya, juga banyak memberikan
sumbangan pemikiran filosofis perihal Pancasila.

1. Pemikiran Filosofi Pancasila dari Ruslan Abdulgani

Menurut Ruslan Abdulgani, Pancasila adalah filsafat negara yang


lahir sebagai ideologi kolektif (cita-cita bersama) seluruh bangsa
Indonesia.Mengapa pancasila dikatakan sebagai filsafat? Hal itu
dikarenakan pancasilamerupakan hasil perenungan jiwa yang mendalam
yang dilakukan oleh parapendahulu kita, yang kemudian dituangkan dalam
suatu sistem yang tepat. Filsafat pancasila dapatdidefinisikan sebagai refleksi
kritis dan rasionl tentang pancasila sebagai dasarnegara dan kenyataan
budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkanpokok-pokok
pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh. Pancasiladikatakan sebagai
filsafat karena pancasila merupakan hasil perenungan jiwayang mendalam
yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang dituangkan dalam
suatu system (Abdul Gani 1998).Pengertian filsafat pancasila secara umum
adalah hasil berfikir ataupemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa
Indonesia yang dianggap,dipercaya dan diyakini sebagai kenyataan, norma-
norma dan nilai-nilai yangbenar, adil, bijaksana dan paling sesuai dengan
kehidupan dan kepribadianbangsa Indonesia. Filsafat pancasila kemudian
dikembangkan oleh Soekarnosejak 1955 sampai kekuasaannya berakhir
pada 1965. Pada saat itu Soekarnoselalu menyatakan bahwa pancasila
merupakan filsafat asli Indonesia yangdiambil dari budaya dan tradisi
Indonesia, serta merupakan akulturasi budayaIndia (hindu-buddha), Barat
(Kristen), Arab (Islam).Filsafat pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat
praktis sehinggafilsafat pancasila tidak hanya mengandung pemikiran yang
sedalam-dalamnyaatau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil
pemikiran yang berwujudfilsafat pancasila tersebut dipergunakan sebagai
pedoman hidup sehari-hari(way of life atau weltanschauung) agar hidup
bangsa Indonesia dapatmencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik dunia
maupun di akhirat (Salam,

19 Objek Filsafat Pancasila Ditinjau dari segi obyektifnya, filsafat


meliputihal-hal yang ada atau dianggap dan diyakini ada, seperti manusia,
dunia,Tuhan dan seterusnya.Ruang lingkup obyek filsafat :a.Obyek
materialb.Obyek formalLebih jauh E.C. Ewing dalam bukunya
Fundamental Questions ofPhilosophy (1962) menyatakan bahwa pertanyaan-
pertanyaan pokok filsafat(secara tersirat menunjukan objek filsafat) ialah :
Truth (kebenaran), Matter(materi), Mind (pikiran), The Relation of matter
and mind (hubungan antaramateri dan pikiran), Space and Time (ruang dan
waktu), Cause(sebab-sebab),Freedom (kebebasan), Monism versus Pluralism
(serba tunggal lawan serbajamak), dan God (Tuhan).Pendapat-pendapat
tersebut diatas menggambarkan betapa luas danmencakupnya objek filsafat
baik dilihat dari substansi masalah maupun sudutpandangnya terhadap
masalah, sehingga dapat disimpulkan bahwa objekfilsafat adalah segala
sesuatu yang berwujud dalam sudut pandang dan kajianyang mendalam
(radikal). Secara lebih sistematis para ahli membagi objekfilsafat ke dalam
objek material dan obyek formal. Obyek material adalah

Anda mungkin juga menyukai