Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH SEJARAH

UPAYA DAN NILAI-NILAI DALAM MEMPERTAHANKAN


KEDAULATAN NEGARAN INDONESIA
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik lagi.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Denpasar, Januari 2016

Penyusun

i
Daftar isi

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Latar Belakang Perjuangan Bangsa Indonesia ............................................... 3


B. Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Menegakkan Kedaulatan Negara ....... 4
C. Nilai-Nilai Mempertahankan Kedaulatan Bangsa .......................................... 6
D. Upaya Untuk Melestarikan Kejuangan Bangsa Indonesia ............................. 8

BAB III PENUTUP ................................................................................................... 9

A. Kesimpulan ..................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................... 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemerdekaan yang kita raih secara de facto pada tanggal 17
Agustus 1945 saat itu sangat tidak diinginkan oleh Belanda dan sekutunya, karena dengan
merdekanya Indonesia maka Belanda kehilangan ladang uang yang saat itu sangat diperlukan
oleh Belanda untuk menutupi biaya Perang Dunia ke-2. Hal ini terbukti dari sasaran Agresi
Militer Belanda yang pertama dimana target-target mereka adalah daerah-daerah yang
memiliki sumber daya alam yang berkualitas, dimana fokus serangan tentara Belanda ada di
tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran
mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh
pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat
perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Bangsa Indonesia yang baru lahir tentu saja tidak mau kedaulatannya digregoti oleh
Belanda. Maka dilakukanlah perjuangan untuk menegakkan kedaulatan negara yang
berlangsung antara tahun 1945 sampai tahun 1949. Berbagai cara dilakukan Bangsa Indonesia
untuk mempertahankan kedaulatan negara, karena selain melalui pertempuran fisik Bangsa
Indonesia juga berusaha untuk menegakkan kedaulatan negara melalui jalur diplomasi yang
sudah dilakukan oleh para tokoh negara yang jumlahnya tidak sedikit.

Setiap kejadian yang kita alami dalam hidup ini pasti ada hikmahnya, tidak terkecuali usaha
dalam mempertahankan kedaulatan negara yang tentu memberikan banyak pelajaran kepada
Bangsa Indonesia ini. Pasti ada hikmah yang tidak sedikit dalam usaha memperjuangkan
kedaulatan negara. Perjuangan pada masa ini pun mengandung nilai-nilai kejuangan yang
dapat anda teladani dan kembangkan dalam era pembangunan seperti ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang melatarbelakangi perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan


kedaulatan negara?
2. Bagaimana perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatan Negara?
3. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan
bangsa pada masa revolusi?
4. Apa saja upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan nilai kejuangan Bangsa
Indonesia pada era pembangunan seperti ini?

1
C. Tujuan

1. Menambah wawasan pembaca tentang alasan yang melatarbelakangi perjuangan


bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatan negara
2. Mengetahui perjuangan bangsa Indonesia dalam menegakkan kedaulatan Negara
3. Mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam perjuangan mempertahankan
kedaulatan bangsa pada masa revolusi
4. Memberikan kesadaran kepada pembaca untuk terus menumbuhkan nilai perjuangan
Bangsa yang telah memudar

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Perjuangan Bangsa Indonesia

Semenjak Jepang menyerah tanpa syarat kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945
maka secara hukum tidak lagi berkuasa di Indonesia. Hal ini mengakibatkan Indonesia
berada dalam keadaan vacum of power (tidak ada pemerintah yang berkuasa) dan waktu
itu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaannya. Pada tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia memproklamasikan
kemerdekaannya. Akan tetapi, ada pihak-pihak yang tidak mengakui kedaulatan
pemerintahan Republik Indonesia. Ketika negara kita memproklamasikan kemerdekaan,
tentara Jepang masih ada di Indonesia. Sekutu menugaskan Jepang untuk menjaga keadaan
dan keamanan di Indonesia seperti sebelum Jepang menyerah kepada Sekutu. Tugas
tersebut berlaku saat Sekutu datang ke Indonesia. Rakyat Indonesia yang menginginkan
hak-haknya dipulihkan, berusaha mengambil alih kekuasaan dari tangan Jepang. Usaha
tersebut mendapat rintangan dari pihak Jepang sehingga di beberapa tempat terjadi
pertempuran antara tentar Jepang dengan rakyat Indonesia. Pertempuran-pertempuran
tersebut menimbulkan korban di kedua belah pihak. Pada tanggal 10 September 1945
Panglima Bala Tentara Kerajaan Jepang di Jawa mengumumkan bahwa pemerintahan akan
diserahkan pada Sekutu, bukan pada pihak Indonesia. Dan pada tanggal 14 September 1945
Mayor Greenhalg perwirwa Sekutu datang ke Jakarta untuk mempelajari dan melaporkan
keadaan di Indonesia menjelang pendaratan rombongan Sekutu.
Pada tanggal 29 September 1945 Sekutu tiba mendarat di Jakarta dan bertugas melucuti
tentara jepang. Tugas ini dilakukan oleh Komando Pertahanan Sekutu di Asia Tenggara
yang bernama South East Asia Command (SEAC) di bawah pimpinan Lord Louis
Mountbatten yang berpusat di Singapura. Untuk melaksanakan tugas itu, Mountbatten
membentuk suatu komando khusus yang diberi nama Allied Forces Natherland East Indies
(AFNEI) di bawah pimpinan Letnan Jendral Sir Philip Chirstison. Adapun tugas AFNEI :

1. Melindungi dan menjalankan pemindahan tawanan perang dan orang interniran.


2. Melucuti tentara Jepang dan mengembalikannya.
3. Menegakkan dan mempertahankan keadaan damai untuk kemudian diserahkan
kepada pemerintah sipil.
4. Menghimpun keterangan tentang penjahat perang.

Dalam menjalankan misiya di Indonesia, AFNEI hanya berkonsentrasi tugas di Jawa


dan Sumatera. Terbagi dalam 3 divisi,yaitu :
1. 23 tahun Indian Division dibawah komando Mayor Jendral D.C Hawthorn (divisi
ini berlokasi di Jawa Barat)

3
2. 5 tahun Indian Division,di bawah komando Mayor Jendral E.C Mansergh (divisi
ini berlokasi di Jawa Timur)
3. 26 tahun Indian Division,di bawah komando Mayor Jendral H.M Chambers (divisi
ini berlokasi di Sumatera)

Sementara daerah-daerah Indonesia lainnya di pegang tentara Australia-turut


bergabung dalam tentara sekutu. Awalnya rakyat Indonesia, menyambut gembira
kedatangan tentara Sekutu. Namun, ketika diketahui bahwa tentara Sekutu membawa
NICA (Nederland Indies Civil Administration) yang ingin menengakkan kembali
kekuasaan kolonial Hindia Belanda, rakyat Indonesia mengambil sikap bermusuhan. Sikap
ini memiliki dasar menilik Civil Affair Agreement (perjanjian sipil) antara pemerintah
Inggris dengan Belanda di Chequers (dekat London), tertanggal 24 Agustus 1945
menyebutkan yang diperbolehkan mendarat di Indonesia hanyalah tentara Inggris.

B. Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Menegakkan Kedaulatan Negara


Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya memiliki dua cara, yakni dengan
cara konfrontasi dan diplomasi. Perjuangan konfrontasi atau fisik diwujudkan dengan
melakukan berbagai perlawanan di beberapa daerah di Indonesia. Sedangkan perjuangan
diplomasi diwujudkan dengan cara mengadakan perundingan-perundingan untuk
mendapat pengakuan internasional atas merdekanya Indonesia. Indonesia dalam
perjuangan diplomasinya telah melakukan berbagai perundingan, sebagai berikut:

a) Perjuangan Diplomasi

1. Perundingan Pendahuluan di Jakarta

Pada tanggal 23 Oktober 1945 diadakan perundingan antara Indonesia dan Belanda.
Belanda diwakili oleh van Mook dan Charles O. van der Plas menyatakan Belanda ingin
mejalankan pemerintahan di Indonesia sesuai dengan pernyataan Ratu Wihelmina.
Namun pernyataan van mook tersebut ditolak . Hingga akhir tahun 1945 belum ada
perundingan antara Belanda dan Indonesia yang mebuahkan hasil. Belanda menginginkan
Indonesia merdeka dibawa persemakmuran belanda. Sementara Indonesia menginginkan
pengakuan sebagai sebuah Negara yang merdeka dan berdaulat. Pada tanggal 10 febuari
1946 indonesia dan belanda kembali dipertemukan dalam perundingan di Jakarta. Dalam
perundingan ini van mook kembali mengusulkan beberapa gagasan politik yang mengacu
pada pidato ratu wihelmina pada 7 desember 1942. Perundingan kembali diadakan pada
tanggal 27 maret 1946. Perdana menteri sutan sjahrir telah menyiapkan dua belas pasal
usulalan untuk menanggapi gagasan van mook. Inti usulan sjahrir adalah pengakuan
sebagai Negara yang berdaulat penuh atas wilayah bekas Hindia Belanda. Perundingan
ini lagi lagi belum mebuahkan hasil yang menggembirakan. Van Mook memilih kembali

4
ke belanda untuk merundingkan usulan tersebut dengan pemerintah belanda. Usulan
tersebut akan dibahas dalam perundingan selanjutnya yang diadakan di Belanda.

2. Perjanjian Linggarjati

Perjanjian Linggarjati diselenggarakan pada tanggal 10 November 1946 di Linggarjati,


Cirebon. Dalam perundingan, Sutan Syahrir menjadi ketua delegasi Indonesia, sedangkan
Belanda diwakili oleh tim yang dinamakan Komisi Jendral dan dipimpin oleh Wim
Schermerhorn dengan anggota H.J Van Mook, dan yang bertindak sebagai mediator dalam
perundingan ini adalah Lord Killearn yang berasal dari Inggris.
Isi perjanjian Linggarjati :
a. Belanda hanya mengakui kekuasaan RI atas 3 Pulau, yakni Jawa, Madura, dan Sumatera
secara de facto.
b. Dibentuknya RIS (Republik Indonesia Serikat) atas kesepakatan RI dan Belanda dan
Indonesia merupakan salah satu negara bagiannya.
c. Akan dibentuknya Uni Indonesia-Belanda yang mencakup RIS dan Belanda yang akan
diketuai oleh Ratu Belanda.
Perjanjian Linggarjati ini ditandatangani secara sah di Istana Merdeka pada bulan
Maret 1947. Namun, dalam kenyataannya, Belanda masih terus melakukan Agresi Militer
I nya dan Van Mook berpidato dalam radio menyatakan bahwa Belanda tidak lagi
berhubungan dengan Perjanjian Linggarjati sebagai kedok internasional dan mengaku-
ngaku bahwa agresi tersebut sebagai Aksi Polisionil.
Kelebihan : Indonesia mendapat pengakuan kedaulatannya oleh internasional, yakni dari
Mesir, Afghanistan, Yaman, Saudi Arabia, dan beberapa negara lainnya di Timur Tengah.
Kekurangan : Pemerintah Indonesia wajib turut pada Belanda akibat dari Uni Indonesia-
Belanda dan wilayah kekuasaan Indonesia yang sangat sempit, yakni hanya Jawa,
Madura, dan Sumatera,

3. Perjanjian Renville

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani
pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang AS sebagai tempat netral, USS
Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada
tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komisi Tiga Negara (KTN), Committee of
Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari AS, Australia, dan Belgia. Indonesia diwakili
oleh Amir Syarifudin Harahap dan Belanda diwakili oleh Kolonel KNIL yaitu Abdulkadir
Widjajaatmodjo. Sedangkan Amerika dalam delegasi diwakili oleh F.P Graham.
Isi perjanjian Renville :
1. Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia

5
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi (garis Van Mook) yang memisahkan wilayah
Indonesia dan daerah pendudukan Belanda
3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di
Jawa Barat dan Jawa Timur
Akibat buruk bagi Indonesia :
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah
kekuasaan Belanda.
2. Timbulnya reaksi kekerasan di kalangan para pemimpin Republik Indonesia yang
mengakibatkan jatuhnya kabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara
kepada Belanda.
3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda.
4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-
daerah gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan Republik Indonesia, Belanda membentuk
negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera
Timur, dan Negara Jawa Timur. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO
(Bijeenkomstvoor Federal Overslag).
Dampak bagi Belanda karena adanya perjanjian renville, yaitu :
1. Berdaulat penuh atas seluruh wilayah Indonesia sampai Republik Indonesia Serikat
terbentuk.
2. Wilayah yang dikuasai Belanda pada Agresi Militer I menjadi wilayah penduduk
Belanda.

4. Perjanjian Roem-Royen

Namanya diambil dari kedua pemimpin delegasi, Mohammad Roem (Indonesia) dan
Herman van Royen (Belanda). Perjanjian ini dimulai pada tanggal 14 April 1949 dan
akhirnya ditandatangani pada tanggal 7 Mei 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Maksud
pertemuan ini adalah untuk menyelesaikan beberapa masalah mengenai kemerdekaan
Indonesia sebelum Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tahun yang sama.
Hasil pertemuan ini adalah:
1. Angkatan bersenjata Indonesia akan menghentikan semua aktivitas gerilya
2. Pemerintah Republik Indonesia akan menghadiri Konferensi Meja Bundar
3. Pemerintah Republik Indonesia dikembalikan ke Yogyakarta
4. Angkatan bersenjata Belanda akan menghentikan semua operasi militer dan
membebaskan semua tawanan perang
Pada tanggal 22 Juni 1949 diadakan perundingan segitiga antara Republik Indonesia,
Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda di bawah pengawasan Komisi
PBB yang dipimpin oleh Christchley. Perundingan itu menghasilkan tiga keputusan:

6
1. Pengembalian pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta akan dilaksanakan pada
tanggal 4 Juni 1949.
2. Perintah penghentian perang gerilya akan diberikan setelah pemerintahan Republik
Indonesia berada di Yogyakarta pada tanggal 1 Juli 1949.
3. Konferensi Meja Bundar (KMB) akan dilaksanakan di Den Haag.
Setelah tercapainya perundingan Roem Royen, pada tanggal 1 Juli 1949 pemerintah
Republik Indonesia secara resmi kembali ke Yogyakarta. Selanjutnya, disusul dengan
kedatangan para pemimpin Republik Indonesia dari medan gerilya. PB Jenderal Sudirman
tiba kembali di Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949. Setelah pemerintahan RI kembali ke
Yogyakarta, pada tanggal 13 Juli 1949 diselenggarakan sidang kabinet. Dalam sidang
tersebut Syafruddin Prawiranegara (presiden Pemerintahan Darurat Republik Indonesia)
mengembalikan mandat kepada wakil presiden Moh Hatta. Dalam sidang tersebut juga
diputuskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX diangkat menjadi menteri pertahanan
merangkap koordinator keamanan.

5. Konferensi Inter-Indonesia

Dampak dari Konferensi Inter-Indonesia adalah adanya konsensus yang dibangun


melalui Konferensi Inter-Indonesia yang menjadi modal berharga bagi pemerintah RI,
terutama delegasi Indonesia yang ditunjuk untuk berunding dengan Belanda pada
Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag. Keberadaan BFO dan sikap tegas Gede
Agung untuk menolak intervensi Belanda membuat pemerintah Indonesia memiliki
legitimasi yang makin kuat untuk berunding dengan Belanda di KMB.

6. Konferesi Meja Bundar (KMB)

Dampak positif KMB bagi Indonesia :


1. Berhentinya perang antara belanda dan Indonesia
2. Diakuinya Indonesia sebagai sebuah negara oleh belanda
3. Penarikan mundur tentara - tentara Belanda di wilayah Indonesia

Dampak negatif KMB bagi Indonesia :


1. Tertundanya penyelesaian masalah Irian Barat
2. Hutang Belanda pada 1942 sampai disepakatinya RIS akan ditangung RIS
3. Indonesia menjadi negara bagian RIS di mana menjadi bawahan dari pemerintahan
Belanda

Perjuangan diplomasi inilah yang kemudian melejitkan tokoh-tokoh politik di Indonesia,


seperti Sutan Syahrir, H. Agus Salim, Sujatmoko, dan Dr. Sumitro Jayahadikusumo yang
terlibat dalam perwakilan Indonesia di sidang PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Perjuangan diplomasi mengedepankan ideologi-ideologi yang matang dan kuat, bukan

7
fisik yang kemudian menjatuhkan banyak korban. Kembali Ke NKRI (Negara kesatuan
Republik Indonesia )

Hasil persetujuan dalam KMB berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah
dibentuknya satu negara federal Indonesia yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS
terdiri dari Negara-negara bagian diantaranya Republik Indonesia, Negara Sumatera
Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura,
Negara Indonesia Timurdan 9 satuan kenegaraan yang berdiri sendiri yaitu Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Bangka, Belitung, Riau, Jawa Tengah.
Namun, dalam Kabinet RIS hanya dua orang yang mendukung sistem federal di Indonesia
(yaitu Sultan Hamid II dan Anak Agung Gede Agung), sisanya (seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Arnold Manuhutu, dan lain-lain) lebih mendukung sistem NKRI.
Dengan demian, maka keinginan untuk membubarkan RIS dan membentuk NKRI semakin
kuat
Dasar pembentukan negara federal di Indonesia sangat lemah dan tidak didukung
oleh suatu ikatan ideology yang kuat, dengan tujuan kenegaraan yang tidak jelas dan tanpa
dukungan rakyat banyak. Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda
yang terdiri dari Koninklijk Leger (KL) atau tentara Kerajaan Belanda dan Koninklijk
Nederland Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk
mempersiapkan prosedur pembentukan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh pPerdana
Menteri Moh. Hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim. Menurut persetujuan itu,
Negar Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan dibentuk oleh RIS bersama-sama dengan
RI di Yogyakrta. Untuk pelaksanaan dibentuk panitia gabungan RIS dan RI yang bertugas
merancang Undang-Undang Negara Kesatuan yang dipimpin oleh Prof. Soepomo dan pada
tanggal 20 Juli 1950 berhasil menyelesaikan tugasnya. Rancangan Undang-Undang Negara
Kesatuan diserahkan kepada dewan-dewan perwakilan negar bagian untuk disempurnakan.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung unsur-unsur dari UUD
1945 dan UUD RIS. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia diterima dengan baik oleh senat dan parlemen
RIS serta KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani Rancangan
Undang-Undang Dasar menjadi Undang-Undang Dasar Sementara dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia kemudian dikenal dengan UUDS 1950. pada tanggal 17 Agustus 1950,
dengan resmi RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusinya. Namun demikian, sebagain besar rakyat
Indonesia percaya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat ini merupakan
kelanjutan dari Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945.

8
b) Agresi Militer Belanda I

Perundingan Linggarjati bagi Belanda hanya dijadikan alat untuk mendatangkan


pasukan yang lebih banyak dari negerinya.
Untuk memperoleh dalil guna menyerang Republik Indonesia mereka mengajukan
tuntutan sebagai berikut:
1. Supaya dibetuk pemerintahan federal sementara yang akan berkuasa di seluruh
Indonesia samapai pembentukan Republik Indonesia Serikat. Hal ini berarti Republik
Indonesia ditiadakan.
2. Pembentukan gendermeri (pasukan Keamanann) bersama yang akan masuk ke
daerah Republik Indonesia.

Republik Indonesia menolak usul itu karena berarti menghancurkan dirinya sendiri.
Penolakan itu menyebabakan Belanda melakukan agresi militer terhadap wilayah Republik
Indonesia. Serangan belanda dimulai tanggal 21 Juli 1947 dengan sasaran kota-kota besar
di Pulau Jawa dan sumatera. Menghadapi militer Belanda yang bersenjata lengkap dan
modern menyebabakan satuan-satuan tentara Indonesia terdesak ke luar kota. Selanjutnya,
TNI dan lascar rakyat melakukan serangan balasan dan taktik perang gerilya.
Adanya agresi Militer Belanda I menimbulkan simpati dan reaksi keras dari dunia
Internasional. Bentuk simpati dunia Internasional ditujukan dengan tindakan sebagai
berikut:
1. Palang Merah Malaya (Malaysia) dan India mengirimkan bantuan obat-obatan
yang diangkut oleh pesawat Dakota dari Singapura. Namun, ketika akan mendarat di
Yogyakarta pesawat itu ditembaki jatuh oleh tentara Belanda.
2. Australia dan India bereaksi keras dengan mendesak Dewan Keamanan PBB agar
segera membahas masalah Indonesia.
Pada tanggal 4 Agustus 1947 pemerintah republic Indonesia dan Belanda
mengumumkan mulai berlakuknya gencatan senjata. Sejak pengumuman gencatan
sebnjata tersebutlah, secara resmi berakhirnya agresi milter Belanda I. akan tetapi,
kenyataannya Belanda masih terus memperluas wilayahnya samapi dengan dibentuk garis
demakrasi yang jauh ke depan ( garis Van Mook ). Indonesia menolak, dengan demikian
gencatan senata yang diserukan oleh PBB belum berlakuk secara efektif. Berkat
perjuangan diplomasi di forum PBB, banyak negara yang mendukung perjuangan bangsa
Indonesia dan membantu mencari jalan penyelesaian secara damai. Dalam upaya
penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda secara damai dan mengawasi
gencatan senjata yang telah disepakati bersama maka Dewan Keamanan PBB membentuk
Komisi Tiga Negara (KTN). Negara yang duduk dalam KTN adalah hasil tunjukan
Republik Indonesia, Belanda dan sebuah negara lagi yang bersifat netral negara tersebuat
adalah:
1. Australia (tunjukan Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.

9
2. Belgia (tunjukan Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeeland
3. Amerika Serikat (tunjukan Australia dan Belgia), diwakili Dr. Frank Graham

c) Agresi Militer Belanda II

Melihat situasi Republik Indonesia yang kacau akibatnya meletus pemberontakan


PKI di Madiun maka pada tanggal 18 Desember 1948, Belanda secara sepihak
membatalkan persetujuan gencatan senjata esok harinya (19 Desember 1948 dini hari)
tentara Belanda langsung menyerbu Lapangan Udara Maguwo, Yogyakarta. Serangan
Belanda yang tiba-tiba berhasil dengan gemilang sehingga pada jam 16.00 WIB seluruh
Yogyajarta sudah jatuh di tangan Belanda. Presiden dan Wakil Presiden memutuskan untuk
tetap tinggal di Ibu kota, meskipun mereka akan ditawan oleh musuh. Alasanya, supatya
mereka mudah ditemui oleh KTN dari kegiatan diplomasi dapat berjalan terus Tentara
Belanda berhasil memasuki istana keprisidenanan dan para pejabat tinggi negara ditawan,
semuanya ada 150 orang. Pagi harinya tanggal 22 Desember 1948, Presiden Soekarno, Haji
agus salim dan Sutan Syahrir diasingkan ke Berastagi, kemudian dipindahkan ke Prapat di
tepi danau Toba, Sumatera Utara. Moh.hatta, Moh Roem, Mr. A.G Pringgodigdo,
Mr.Assaat dan Komandor S. suyadayrman diasingkan ke Montok di Pulau Bangka. Pada
bulan Januari akhir, Presiden Sukarno dan Ahji Agus salim dipindahkan ke Muntok
sehingga berkumpul dengan Moh. Hatta dan kawan-kawan.
Untuk menghindari serangan Belanda dan agar selalu tetap bersama-sama dengan
TNI, Panglima Besar jenderal Sudirman memimpin perang gerilya dengan berpindah-
pindah tempat. TNI melakukan serangan umum terhadap kota Yogyakarta pada tanggal 1
Maret 1949 yang dipimpin oleh Letnan Kolonel suharto, Komado Brigade 10 Daerah
Wehrkereise III yang membawahi daerah Yogyakarta. Serangan umum pada tanggal 1
Maret dilakukan serentak dari berbagai jurusan kota sehingga tentara Belanda sangat
terkejut dan tidak mampu menguasi keadaan. Mulai pukul 6.00 WIB hingga 12.00 WIB,
TNI berhasil menguasai Yogyakarta. TNI walaupun hanya enam jam menduduki kota
Yogyakarta, seranganya mempunyai arti yang sangat penting yaitu:
1. Meningkatkan moral rakyat dan TNI yang sedang berjuang
2. Mematahkan moral pasukan Belanda
3. Menunjukkan kepada dunia internasional bahwa TNI mempunyai kekuatan untuk
menyerang dan menunjukan bahwa Indonesia masih ada atas eksis.
Dunia mengutuk agresi Belanda dan mendukung perjuangan bangsa Indonesia. Negara
Indonesia Timur dan Negara Pasundan sebagai negar boneka bentukan Belanda juga
mengecam berlangsungnya Angresi Militer Belanda II. Atas prakarsa Burma ( Myanmar)
dan India maka terselenggaralah Konferensi Asia di New Delhi, India pada tanggal 20-23
Januari 1949. konferensi dihadiri oleh beberapa negara Asia, Afrika dan Ausralia
menghasilkan resulusi mengenai masalah Indonesia yang kemudian disampaikan kepada
Dewan Keamanan PBB. Agresi Militer Belanda II juga mengundang reaksi dari PBB

10
karena Belanda secara terang-terangan melanggar Perjanjian Renville di depan Komisi
Tiga Negara yang ditugaskkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tanggal 4 Januari
1949, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resulusi agar Republik Indonesia dan Belanda
menghentikan permusuhan. Kegagalan Belanda dalam berbagai pertempuran dan tekanan
dari dunia Internasional, terutama Amerika Serikat memaksa Belanda kembali ke meja
perundingan.

d) Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI)

Akibat agresi Militer Belanda II, Presiden dan Wakil Presiden beserta beberapa pejabat
tinggi dapat ditawan oleh Belanda. Namun, ketika masih berlangsung Agresi Militer
Belanda II para pemimpin republic tersebut sempat sempat bersidang dan menghasilkan
tiga keputusan penting antara lain sebagai berikut:
1. Pemberian kuasa penuh kepada Syarifudin Prawiranegara untuk membentuk
Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI)
2. Kepada Marimis, L.N Palar, dan Dr. Sudarsono sedang berda di India agar
membentuk pemerintahan RI di pengasingan.
3. Presiden dan wakil Presiden RI memutuskkan tidak mengungsi, tetap tinggal di
kota dengan kemungkinann ditawan dan dekat dengan KTN.
Hasil keputusan sidang para pemimpin RI itu segera dikirim kepada Syarifuddin
Prawiranegara di Bukittinggi, Sumatera Barat yang ditandatangani oleh Presiden sukarno
dan wakil Presiden Moh hatta. Apabila tugas itu gagal agar segera dibentuk pemerintahan
RI di pengasingan oleh tokoh Indonesia yang ada di India, yaitu Marimis, L.N Palar, dan
Dr. Sudarsono. Berita tersebut ternyata tidak pernah samapi ke Bukittingi karena seluruh
hubungan telepon keluar Yogyakarta telah diputus oleh Belanda.
Terbentuknya PDRI sendiri pada tanggal 19 Desember 1948 pada jam 18.00 WIB atas
inisiatif Mr. Syarifudin dan beberapa pemuka pemerintahan di Sumatera. Alasannya,
mereka ikut meras bertanggung jawab atas kelangsungan hidup republic Indonesia dan
untuk keselamatan perjuangan. Dengan terbentuknya PDRI, perjuangan masih tetap
dilaksanakan dan dikoordinir melalaui peamncar yang dilaksanakan oleh Angkatan Udara
Republik Indonesia.

e) Terbentuknya Republik Indonesia Serikat

Pada tanggal 29 Oktober 1949 dapat ditandatangani Piagam Persetujuan Konstitusi RIS.
Piagam persetujuan konferensi RIS antara Republik Indonesia dengan BFO. Hasil
keputusan KMB diajukan kepada Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Selanjutnya
KNIP bersidang dari tanggal 6-14 Desember 1949 untuk membahas hasil-hasil itu.
Pembahasan hasil KMB oleh pihak KNIP dilakukan melalui pemungutan suara dengan
KNIP menerima hasil KMB.

11
Salah satu keputusan KMB di Den Haag Belanda adalah Indonesia menjadi negara serikat
dengan nama Republik Indonesia serikat. Untuk menjadi RIS tersebut, KNIP dan DPR
mengadakan sidang di Jakarta. Sidang tersebut berhasil menyetujui naskah konstitusi untuk
RIS yang dikenal sebagai UUD RIS. Pada tanggal 16 Desember 1949 diadakan sidang
pemilihan Presiden RIS di Gedung Kepatihan, Yogyakarta oleh wakil dari enam belas
negara bagian. Sidang itu dipimpin oleh Muh. Roem dan anak Agung Gede Agung. pada
tanggal 14 Desember 1949 para wakil pemerintah yang menjadi bagian dari RIS. Pada
tanggal 14 Desember 1949 diadakan pemilihan Presiden RIS dengan calon tunggal Ir.
Soekarno. Akhirnya, Ir. Soekarno terpilih sebagai presiden, kemudian dilantik dan diambil
sumpahnya pada tanggal 17 Desember 1949. Tanggal 17 Desember 1949 diadakan upacara
pelantikan Presiden RIS di Bangsal Sitinggil, Keraton Yogyakarta. Drs Moh. Hatta
menjadi perdana menteri yang akan memimpin kabinet RIS. Berdasarkan UUD RIS maka
DPR RIS terdiri dari Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Negara yang
disebut senat. Kekuasaan pemerintahan dipegang oleh perdana menteri. Presiden hanya
mempunyai wewengang untuk mengesahkan hasil keputusan kabinet yang dipimpin oleh
perdana menteri.

f) Pengakuan Kedulatan

Pada tanggal 23 Desember 1949 delegasi RIS diketuai oleh Drs. Moh Hatta dengan
anggota Sultan Hamid Algadrie, Suyono Hadinoto, Dr. Suparmo, Dr. Kusumaatmaja dan
Prof Dr. Supomo berangkat ke Belanda. Pada tanggal 27 Desember 1949 pemerintah
Belanda menyerahkan kedaulatan atas Indonesia kepada Republik Indonesia Serikat. Di
dua tempat:
1. Negeri Belanda
Ratu Juliana, Perdana Menteri Willem Dress, dan Menteri Seberang Lautan, A.M.J.M.
Sassen menyerahakan kedaulatan kepada pemimpin delegasi Indonesia (RIS), Drs. Moh.
Hatta.
2. Jakarta
Wakil Tinggi Mahkota A.H.J Lovink menyerahkan kedaulatan kepada wakil
pemerintah RIS., Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Bersama dengan itu, di Yogyakrta
Presiden Sukarno menerima penyerahan kedaulatan Republik Indonesia ke dalam RIS
Pejabat Presiden Assaat. Dan tanggal 28 Desember 1949 pusat pemerintahan RIS
dipindahkan lagi ke Jakarta. Sebulan kemudian, yaitu pada tanggal 29 Januari 1950,
Jenderal Soedirman meninggal pada usia 32 tahun. Soedirman adalah pahlawan besar bagi
TNI dan rakyat Indonesia.

12
g) Kembali Ke NKRI (Negara kesatuan Republik Indonesia )

Hasil persetujuan dalam KMB berakhir pada tanggal 2 November 1949 adalah
dibentuknya satu negara federal Indonesia yaitu Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS
terdiri dari Negara-negara bagian diantaranya Republik Indonesia, Negara Sumatera
Timur, Negara Sumatera Selatan, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura,
Negara Indonesia Timurdan 9 satuan kenegaraan yang berdiri sendiri yaitu Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Bangka, Belitung, Riau, Jawa Tengah.
Namun, dalam Kabinet RIS hanya dua orang yang mendukung sistem federal di Indonesia
(yaitu Sultan Hamid II dan Anak Agung Gede Agung), sisanya (seperti Sri Sultan
Hamengkubuwono IX, Arnold Manuhutu, dan lain-lain) lebih mendukung sistem NKRI.
Dengan demian, maka keinginan untuk membubarkan RIS dan membentuk NKRI semakin
kuat
Dasar pembentukan negara federal di Indonesia sangat lemah dan tidak didukung
oleh suatu ikatan ideology yang kuat, dengan tujuan kenegaraan yang tidak jelas dan tanpa
dukungan rakyat banyak. Eksistensinya sangat tergantung pada kekuatan militer Belanda
yang terdiri dari Koninklijk Leger (KL) atau tentara Kerajaan Belanda dan Koninklijk
Nederland Indisch Leger (KNIL) atau Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Pada tanggal 19 Mei 1950, diadakan persetujuan antara RIS dengan RI untuk
mempersiapkan prosedur pembentukan negara kesatuan. Pihak RIS diwakili oleh pPerdana
Menteri Moh. Hatta dan pihak RI diwakili oleh dr. Abdul Halim. Menurut persetujuan itu,
Negar Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan dibentuk oleh RIS bersama-sama dengan
RI di Yogyakrta. Untuk pelaksanaan dibentuk panitia gabungan RIS dan RI yang bertugas
merancang Undang-Undang Negara Kesatuan yang dipimpin oleh Prof. Soepomo dan pada
tanggal 20 Juli 1950 berhasil menyelesaikan tugasnya. Rancangan Undang-Undang Negara
Kesatuan diserahkan kepada dewan-dewan perwakilan negar bagian untuk disempurnakan.
Undang-Undang Negara Kesatuan Republik Indonesia mengandung unsur-unsur dari UUD
1945 dan UUD RIS. Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1950, rancangan Undang-Undang
Dasar Negar Kesatuan Republik Indonesia diterima dengan baik oleh senat dan parlemen
RIS serta KNIP.
Pada tanggal 15 Agustus 1950, Presiden Soekarno menandatangani Rancangan
Undang-Undang Dasar menjadi Undang-Undang Dasar Sementara dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia kemudian dikenal dengan UUDS 1950. pada tanggal 17 Agustus 1950,
dengan resmi RIS dibubarkan dan dibentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusinya. Namun demikian, sebagain besar rakyat
Indonesia percaya bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia Serikat ini merupakan
kelanjutan dari Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus
1945.

13
C. Nilai-Nilai Dalam Mempertahankan Kedaulatan Bangsa

Masa revolusi merupakan masa terberat pada awal kemerdekaan Indonesia. Pada masa
ini Indonesia harus menghadapi Sekutu dan Belanda yang mengancam kemerdekaan
bangsa Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan kemerdekaan dan
memperjuangkan kedaulatan bangsa.Tokoh-tokoh yang berperan penting pada masa
revolusi dalam perjuangan bangsa, yaitu : Bung Tomo, Jenderal Sudirman, Sultan Sjahrir,
Sultan Hamengku Buwono IX. Seperti yang kita tahu, perjuangan pada masa revolusi
mengandung nilai-nilai kejuangan yang dapat di teladani dan di kembangkan dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu :

1. Persatuan dan Kesatuan

Pada masa ini berbagai lapisan masyarakat bersatu padu melawan Sekutu dan
NICA (Belanda), perbedaan paham ataupun ideologi tidak menghalangi perjuangan rakyat
demi mewujudkan kesatuan bangsa dan mempertahankan kemerdekaan dari ancaman
Sekutu dan Belanda. Persatuan dan kesatuan merupakan nilai penting dalam setiap
perjuangan, persatuan dan kesatuan tidak hanya menjiwai rakyat dalam berbagai
pertempuran fisik. Jalur diplomasi yang ditempuh pemerintah dilaksanakan demi menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa. Dengan kesatuan tekad, para pemimpin bangsa mampu
menghadapi berbagi perundingan yang harus dijalani.

2. Rela Berkorban dan Tanpa Pamrih

Rela berkorban tanpa pamrih memang sangat dibutuhkan dalam sebuah perjuangan.
Rakyat berjuang bersama-sama dengan mengutamakan sikap rela berkorban demi
kepentingan bangsa dan negara. Contohnya seperti; Rakyat Bandung membakar isi Kota
Bandung agar fasilitas yang ada di dalam kota tidak dimanfaatkan oleh Sekutu dan
Belanda. Rakyat rela mengorbankan harta bendanya demi mempertahankan kemerdekaan,
mereka tidak mengharapkan pamrih dari pemerintah.Rakyat Bandung hanya ingin
membantu pemerintah Republik Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Para pemimpin, rakyat, dan pejuang rela berkorban tanpa pamrih dalam berjuang
mempertahankan kemerdekaan, mereka telah mempertaruhkan jiwa dan raga demi
kedaulatan bangsa. Waktu, harta, dan benda mereka korbankan demi mempertahankan
kemerdekaan.

3. Cinta Tanah Air

Rasa dan semangat cinta tanah air melandasi perjuangan para pahla
wan dan rakyat. Perasaan cinta terhadap tanah air mendorong rakyat Indonesia melakukan
berbagai pertempuran fisik untuk mempertahankan kemerdekaan. Begitu pula para
pemimpin bangsa yang menempuh jalur diplomasi dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan. Perasaan cinta tanah air melandasi para pemimpin bangsa untuk
memperjuangkan nasib bangsa melalui perundingan dan diplomasi ke luar negeri.
Semangat cinta tanah air yang ditnjukkan para pemimpin, rakyat, dan para pejuang
pada masa revolusi inilah yang dikenal dengan semangat ’45. Pada era globalisasi seperti

14
ini, semangat dan rasa cinta tanah air seperti semangat ’45 sangat diperlukan untuk tetap
menjaga eksistensi sebuah negara.

4. Toleransi dan Saling Menghargai

Toleransi sangat diperlukan dalam sebuah perjuangan. Pada masa revolusi sering
terjadi perbedaan pendapat ataupun pandangan mengenai upaya yang harus ditempuh
untuk mempertahankan kemerdekaan dari ancaman Sekutu dan Belanda. Contoh ; pada
masa revolusi berbagi laskar perjuangan rakyat terbentuk yang terdiri atas berbagai suku,
ras, agama, dan ideologi. Walaupun terkadang terjadi konflik di antara laskar perjuangan,
dengan adanya sikap saling menghargai konflik dapat diatasi.
Pada masa revolusi baik perjuangan fisik maupun diplomasi berperan penting
dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Kedua jalur perjuangan tersebut saling
mendukung dan melengkapi. Dan perjuangan rakyat melalui prjuangan fisik maupun
diplomasi mampu mempertahankan kemerdekaan dan memperoleh kedaulatan.
Keberhasilan itu tentu tidak lepas dari sikap saling menghargai di antara kedua golongan.
Perjuangan fisik dan diplomasi sama-sama memiliki arti penting dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan. Begitu pula dengan sikap toleransi dan saling menghargai.
Dengan sikap toleransi, perjuangan dapat membuahkan hasil mengembirakan.

5. Kerja Sama dan Cinta Damai

Perjuangan pada masa revolusi untuk mempertahankan kemerdekaan tidak identik


dengan pertempuran fisik yang menggunakan senjata untuk menaklukan lawan.
Perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilakukan melalui jalur pertempuran fisik dan
jalur damai, melalui upaya diplomasi.
Kerja sama dan cinta damai diterapkan dalam perjuangan mempertahankan
kemerdekaan untuk menghindari pertempuran fisik dengan Belanda. Meskipun demikian,
ketidakpuasan Belanda terhadap hasil perundingan sering dilampiaskan dengan melalukan
serangan militer terhadap Indonesia. Menghadapi aksi Belanda tersebut, para pemimpin
bangsa tetap berupaya mengutamakan sikap kerja sama dan cinta damai dalam
menyelesaikan setiap permasalahan.
Upaya perjuangan melalui jalur damai akhirnya membuahkan hasil. Berdasarkan
kesepakatan dalam Konferensi Meja Bundar, Belanda mengakui kedaulatan Indonesia
dalam bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS). Terbentuknya RIS juga berkat
adanya kerja sama para pemimpin Republik Indonesia dengan para pemimpin negara
negara BFO yang menghendaki adanya pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia.

D. Upaya Untuk Melestarikan Kejuangan Bangsa Indonesia

1. Belajar dengan baik bagi pelajar dan mahasiswa serta bekerja dengan baik bagi yang sudah
bekerja lagi halal.
2. Menjaga keamanan dan ketertiban nasional dari segala bentuk ancaman pihak dalam
maupun luar.
3. Menjalankan pancasila, peraturan perundang-undangan yang berlaku, aturan agama, serta

15
budaya dalam masyarakat dengan baik dan benar.
4. Saling menghormati dan menghargai sesama anggota masyarakat dengan menerapkan
musyawarah mufakat, tepo seliro, gotong royong, toleransi, dan lain sebagainya.
5. Mencintai produk dalam negeri dengan menggunakan dan mengembangkan hasil produksi
dalam negeri daripada produk luar negeri.
6. Tidak melakukan perbuatan sia-sia yang tidak memberi manfaat seperti begadang, hura-
hura, madat, tawuran, dugem, clubbing, nongkrong di mall, melakukan tindak kenakalan,
dan lain sebagainya.
7. Rela berkorban dalam bela negara ketika kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
diinjak-injak bangsa asing.
8. Memupuk semangat untuk maju dan menyetarakan diri dari bangsa-bangsa yang telah maju
dengan cara-cara yang baik demi terciptanya tujuan nasional seperti kesejahteraan rakyat
dan terciptanya kedamaian di dunia.
9. Berperan aktif dalam pembangunan negara dan daerah lingkungan sekitar serta menjaga
kondisi tersebut tetap dalam kondisi yang baik.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Latar belakang perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan


Diawali dengan kedatangan pasukan Sekutu ke Indonesia. Pada mulanya disambut
dengan sikap netral oleh pihak Indonesia. Namun, setelah diketahui bahwa Sekutu
membawa NICA(Netherland Indies Civil Administration) sikap masyarakat
berubah menjadi curiga karena NICA adalah pegawai sipil pemerintah Hindia
Belanda yang dipersiapkan untuk mengambil alih pemerintahan sipil di Indonesia.
Hal ini menumbuhkan perlawanan rakyat Indonesia di berbagai daerah.
2. Upaya bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia di
lakukan dengan perjuangan fisik dan diplomasi. Sedangkan perjuangan diplomasi
diwujudkan dengan cara mengadakan perundingan-perundingan untuk mendapat
pengakuan internasional atas merdekanya Indonesia.
3. Dalam mempertahankan kedaualatan Negara pada masa revolusi terdapat nilai-nilai
kejuangan yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari guna
mempertahan kedaulatan Negara Republik Indonesia, antara lain persatuan dan
kesatuan, rela berkorban dan tanpa pamrih, cinta tanah air, toleransi dan saling
menghargai, kerjasama dan cinta damai.
4. Nilai-nilai kejuangan yang diterapkan oleh pahlawan-pahlawan kita sudah terbukti
mampu membela dan menegakkan NKRI dan lepas dari penjajahan, serta perekat
persatuan dan kesatuan bangsa. Berbagai krisis yang menimpa bangsa Indonesia
dalam banyak hal disebabkan oleh lunturnya nilai kejungan 1945,terutama
dikalangan pemimpinan dan elit politik. Oleh karenanya diperlukan kesadaran
dalam diri kita untuk terus mempertahankan nilai kejuangan yang dahulu sangat
menggebu itu dengan profesi kita masing-masing
B. Saran

Adapun dari penulisan makalah ini saya selaku penulis menyarankan agar kita
dapat menghargai perjuangan-perjuangan para pejuang yang telah mempertahankan
kedaulatan Negara Republik Indonesia agar perjuangan mereka tidak sia-sia. Selain itu,
kepada generasi muda agar tetap mempertahankan kemerdekaan Indonesia dengan cara
ikut berpartisipasi dalam mengisi kemerdekaan Indonesia, dan mencontoh semangat
para pahlawan terdahulu, karena betapa sulitnya mereka meraih kemerdekaan
Indonesia dan mempertahankannya hingga sekarang.

17

Anda mungkin juga menyukai