Anda di halaman 1dari 23

STRATEGI DAN BENTUK PERJUANGAN BANGSA INDONESIA DALAM UPAYA

MEMPERTAHANKAN KEMERDEKAAN DARI ANCAMAN


SEKUTU DAN BELANDA

KARYA TULIS ILMIAH SEMIFORMAL

Diajukan untuk Menuntaskan Tugas Mata Pelajaran Sejarah Kelas XI Semester Genap
Tahun 2020

DISUSUN OLEH:

KEISYHA AMANDA PUTRI


XI MIA 3
0024551705/2021

SMAN 1 PANGKALPINANG
Jalan Usman Ambon Nomor 1, Taman Sari, Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. karena atas izin-Nya sajalah penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Strategi dan Bentuk Perjuangan
Bangsa Indonesia dalam Upaya Mempertahankan Kemerdekaan dari Ancaman
Sekutu dan Belanda” dengan sebaik mungkin dan tanpa hambatan yang berarti.
Adapun makalah ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas mata pelajaran
Sejarah Indonesia yang diampu oleh Ibu Dra. Anis Faridah.

Penulis berterima kasih kepada semua pihak yang membantu dan


memberikan saran terutama orangtua dan Ibu Anis. Penulis juga ingin meminta
maaf apabila terdapat banyak kesalahan terkait penggunaan EYD, tata bahasa,
maupun isi yang disampaikan. Demikian, semoga makalah ini dapat menuntaskan
tugas penulis, menambah keilmuan serta literasi bagi semua pembaca.

Pangkalpinang, 7 April 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3. Tujuan .................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
2.1. Latar Belakang Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan ................ 3
2.2. Bentuk Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan .................. 4
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
3.1. Kesimpulan .......................................................................................... 18
3.2. Saran .................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejarah panjang perjuangan bangsa Indonesia telah mencapai puncaknya dengan


proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, keadaan dimana bangsa
Indonesia mengikrarkan diri sebagai bangsa yang merdeka dari penjajahan. Saat itu, 15
Agustus 1945, Jepang terlebih dahulu mengalami kekalahan dari sekutu sehingga hal ini
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh bangsa Indonesia untuk memproklamasikan
kemerdekaan. Dengan proklamasi kemerdekaan inilah Negara Indonesia terlahir.

Sebagai negara yang baru saja merdeka, tentu Indonesia masih rentan dengan
penjajahan bangsa asing maupun pemberontakan di dalam negeri. Belum lama Indonesia
menikmati kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah mendapatkan gangguan dari Belanda.
Berawal dari kedatangan Sekutu (AFNEI atau Allied Forces Netherland East Indies) ke
Indonesia yang bertujuan melucuti Jepang, namun ternyata diketahui bahwa sekutu telah
diboncengi Belanda dalam hal ini NICA atau Netherland Indies Civil Administration.

Rakyat Indonesia menjadi cemas dan terganggu oleh Belanda yang bermaksud
menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Rakyat Indonesia
kembali berjuang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari pihak
Sekutu dan Belanda melalui berbagai strategi terutama melalui perlawanan bersenjata
dan diplomasi.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun masalah yang akan dijadikan sebagai pokok bahasan dapat dirumuskan
sebagai berikut.

a. Bagaimana reaksi bangsa Indonesia dan tujuan Sekutu (AFNEI atau Allied
Forces Netherland East Indies) datang ke Indonesia?
b. Bagaimana upaya perlawanan bangsa Indonesia dalam mempertahankan
keemerdekaan Indonesia dari ancaman pihak Sekutu dan Belanda?

1
1.3 Tujuan

Untuk memberi kejelasan terhadap arah bahasan, maka dirumuskan tujuan sebagai
berikut.

a. Untuk mengetahui reaksi bangsa Indonesia dan tujuan Sekutu (AFNEI atau
Allied Forces Netherland East Indies) datang ke Indonesia.
b. Untuk mengetahui upaya perlawanan bangsa Indonesia dalam
mempertahankan keemerdekaan Indonesia dari ancaman pihak Sekutu dan
Belanda.
c. Untuk menambah semangat dan wawasan kebangsaan dengan mengetahui
sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan

Dikutip dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, Jepang menyerah tanpa
syarat pada Sekutu dalam Perang Dunia II pada 15 Agustus 1945. Artinya sebagai
pemenang Perang Dunia II, Sekutu memiliki hak atas kekuasaan Jepang di berbagai
wilayah yang pernah dikuasai Jepang. Terutama wilayah yang sebelumnya jajahan
negara-negara yang masuk kelompok Sekutu, termasuk Belanda yang pernah menguasai
Indonesia. Sementara itu, bangsa Indonesia telah memproklamasikan kemerdekaannya
saat terjadi adanya kekosongan kekuasaan (vacuum of power) pada tanggal 17 Agustus
1945. Tentara Jepang yang masih ada di Indonesia diminta oleh pihak Sekutu untuk
menjaga kondisi Indonesia sama seperti sebelumnya, yaitu saat dijajah oleh Belanda
(status quo).

Tanggal 24 September 1945, tentara sekutu dengan satuan khususnya AFNEI


(Allied Forces Netherland East Indies) yang dipimpin Sir Phillip Christison datang ke
Indonesia dengan tujuan, yaitu sebagai berikut.

a. Menerima penyerahan kekuasaan dari Jepang.


b. Melucuti Jepang yang telah kalah perang dengan sekutu.
c. Mengurus orang-orang sekutu (Belanda) yang ditawan Jepang.
d. Memelihara ketertiban dan keamanan supaya pelaksanaan tugas berjalan
lancar.
e. Menghimpun keterangan tentang penjahat dan menuntut mereka di depan
pengadilan sekutu.

Pemerintah Indonesia semula bermaksud membantu tugas tentara Sekutu. Namun,


selanjutnya diketahui bahwa AFNEI telah diboncengi oleh NICA (Netherland Indies
Civil Administration). NICA dibawah pimpinan Van Der Plas dan Van Mook bermaksud
menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Selain itu, adanya
AFNEI yang diboncengi oleh NICA telah melanggar Civil Affair Agreement (perjanjian
sipil) antara pemerintah Inggris dengan Belanda di Chequers (dekat London), tertanggal
24 Agustus 1945 yang menyebutkan bahwa hanya tentara Inggris yang diperbolehkan
mendarat di Indonesia.

3
2.2 Bentuk Perjuangan dalam Mempertahankan Kemerdekaan

Akibat masuknya pihak Sekutu yang diboncengi oleh Belanda, bangsa Indonesia
yang saat itu baru saja memproklamasikan kemerdekaan harus mempertahankan
kemerdekaan dari berbagai pihak terutama Jepang, Sekutu dan Belanda. Adapun upaya
bangsa Indonesia mempertahankan kemerdekaannya tercermin dalam perlawanan
bersenjata dan jalur diplomasi. Adapun upaya bangsa Indonesia mempertahankan
kemerdekaan melalui perlawanan bersenjata, yaitu sebagai berikut.

a. Perjuangan Rakyat Semarang


Pertempuran Lima Hari di Semarang merupakan salah satu dari
serangkaian pertempuran maupun perlawanan rakyat Indonesia dalam
mempertahankan status kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pertempuran yang terjadi pada 15 Oktober 1945 dan berakhir pada 20 Oktober
1945 ini terjadi antara warga Semarang melawan tentara Jepang. Pertempuran
ini disebut sebagai Perlawanan Lima Hari di Semarang karena lamanya
pertempuran selama 5 hari.
Pertempuran Lima Hari di Semarang ini terjadi ketika amarah para
pemuda tersulut oleh kabar tewasnya dr.Kariadi oleh tentara Jepang dimana dr.
Kariadi pada waktu itu tengah melakukan perjalanan ke Reservoir Siranda guna
memastikan berita bahwa Jepang telah meracuni sumber air tersebut.
Pertempuran ini makin memanas ketika pada tanggal 17 Oktober 1945, tentara
Jepang mengumumkan genjatan senjata, namun diam-diam juga melaksanakan
serangan ke berbagai kampung. Pada tanggal 19 Oktober 1945, pertempuran
sengit dan intens terus terjadi di seluruh penjuru kota Semarang. Pertempuran
yang berlangsung hingga 5 hari ini memakan korban sebanyak 2.000 jiwa
warga Semarang dan sebanyak 850 tentara Jepang.

b. Pengambilalihan Kekuasaan Jepang di Yogyakarta


Di Yogyakarta, perebutan kekuasaan secara serentak dimulai pada
tanggal 26 September 1945. Sejak pukul 10 pagi, semua pegawai instansi
pemerintah dan perusahaan-perusahaan yang dikuasai oleh Jepang
mengadakan aksi pemogokan. Mereka memaksa orang-orang Jepang agar
menyerahkan semua kantor mereka kepada orang Indonesia.

4
Pada tanggal 27 September 1945, KNI Daerah Yogyakarta
mengumumkan bahwa kekuasaan di daerah itu telah berada di tangan
Pemerintahan RI. Kepala Daerah Yogyakarta yang dijabat oleh Jepang (Cokan)
harus meninggalkan kantornya di jalan Malioboro. Tanggal 5 Oktober 1945,
gedung Cokan Kantai berhasil direbut dan kemudian dijadikan sebagai kantor
Komite Nasional Indonesia Daerah.
Satu hari setelah perebutan gedung Cokan Kantai, para pejuang
Yogyakarta ingin melakukan perebutan senjata dan markas Osha Butai di
Kotabaru. Sekitar pukul 03.00 WIB tanggal 7 Oktober 1945, terjadilah
pertempuran antara rakyat, pemuda, dan kesatuan dengan tentara Jepang di
Yogyakarta. Butaico Pingit segera menghubungi TKR dan menyatakan
menyerah, dengan jaminan anak buahnya tidak disiksa.
Akhirnya pada tanggal 7 Oktober 1945 sekitar pukul 10.00, markas
Jepang di Kotabaru secara resmi diserahkan ke tangan Yogyakarta. Dalam
pertempuran itu, pihak Indonesia yang gugur 21 orang dan 32 orang luka-luka.
Sedangkan dari pihak Jepang, 9 orang tewas dan 15 orang luka-luka. Setelah
markas Kotabaru jatuh, usaha perebutan kekuasaan meluas. R.P. Sudarsono
kemudian memimpin perlucutan senjata Kaigun di Maguwo. Dengan
berakhirnya pertempuran Kotabaru dan dikuasainya Maguwo, maka
Yogyakarta berada di bawah kekuasaan RI.

c. Arek-arek Surabaya untuk Indonesia


Pada tanggal 25 Oktober 1945 Brigade 49 di bawah pimpinan Brigadir
Jenderal A W.S. Mallaby, pihak Sekutu mendarat di pelabuhan Tanjung Perak
Surabaya. Brigadir ini merupakan bagian dari Divisi India ke-23, dibawah
pimpinan Jenderal D.C. Hawthorn. Mereka mendapat tugas melucuti tentara
Jepang dan menyelamatkan tawanan Sekutu. Rakyat dan pemerintah Jawa
Timur di bawah pimpinan Gubernur R.M.T.A Suryo semula enggan menerima
kedatangan Sekutu. Kemudian antara wakil-wakil pemerintah RI dan Birgjen
AW.S. Mallaby mengadakan pertemuan yang menghasilkan kesepakatan
sebagai berikut.
1. Inggris berjanji mengikutsertakan Angkatan Perang Belanda.
2. Disetujui kerja sama kedua belah pihak untuk menjamin
keamanan dan ketenteraman.

5
3. Akan dibentuk kontak biro agar kerja sama berjalan lancar.
4. Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.

Pada tanggal 26 Oktober 1945 pasukan Sekutu melanggar kesepakatan


terbukti melakukan penyergapan ke penjara Kalisosok. Mereka akan
membebaskan para tawanan Belanda di antaranya adalah Kolonel Huiyer.
Tindakan ini dilanjutkan dengan penyebaran pamflet yang berisi perintah agar
rakyat Surabaya menyerahkan senjata-senjata mereka. Rakyat Surabaya dan
TKR bertekad untuk mengusir Sekutu dari bumi Indonesia dan tidak akan
menyerahkan senjata mereka. Kontak senjata antara rakyat Surabaya melawan
Inggris terjadi pada tanggal 27 Oktober 1945. Para pemuda dengan perjuangan
yang gigih dapat melumpuhkan tank-tank Sekutu dan berhasil menguasai
objek-objek vital.
Strategi yang digunakan rakyat Surabaya adalah dengan mengepung dan
menghancurkan pemusatan-pemusatan tentara Inggris kemudian
melumpuhkan hubungan logistiknya. Serangan tersebut mencapai kemenangan
yang gemilang walaupun di pihak Indonesia banyak jatuh korban. Pada tanggal
29 Oktober 1945 Bung Karno beserta Jenderal D.C. Hawthorn tiba di Surabaya.
Dalam perundingan antara pemerintah RI dengan Mallaby dicapai kesepakatan
untuk menghentikan kontak senjata. Kesepakatan ini dilanggar oleh pihak
Sekutu. Dalam salah satu insiden, Jenderal Mallaby terbunuh. Dengan
terbunuhnya Mallaby, pihak Inggris menuntut pertanggungjawaban kepada
rakyat Surabaya.
Pada tanggal 9 November 1945 Mayor Jenderal E.C. Mansergh sebagai
pengganti Mallaby mengeluarkan ultimatum kepada bangsa Indonesia di
Surabaya. Ultimatum itu isinya agar seluruh rakyat Surabaya beserta
pemimpin-pemimpinnya menyerahkan diri dengan senjatanya, mengibarkan
bendera putih dan dengan tangan di atas kepala berbaris satu-satu. Jika pada
pukul 06.00 ultimatum itu tidak diindahkan maka Inggris akan mengerahkan
seluruh kekuatan darat, laut, dan udara. Ultimatum ini dirasakan sebagai
penghinaan terhadap martabat bangsa Indonesia. Oleh karena itu, rakyat
Surabaya menolak ultimatum tersebut secara resmi melalui pernyataan
Gubernur Suryo. Karena penolakan ultimatum itu maka meletuslah
pertempuran pada tanggal 10 November 1945.

6
Gambar 1. Pertempuran Surabaya
Sumber: https://sosok.grid.id/read/411913658/bukan-hanya-mallaby-jenderal-inggris-ini-
juga-mati-kojol-di-pertempuran-surabaya-karena-remehkan-senjata-para-pejuang-
republik?page=all

Melalui siaran radio yang dipancarkan dari Jl. Mawar No.4 Bung Tomo
membakar semangat juang arek-arek Surabaya. Kontak senjata pertama terjadi
di Perak sampai pukul 18.00. Pasukan Sekutu di bawah pimpinan Jenderal
Mansergh mengerahkan satu Divisi infantri sebanyak 10.000 - 15.000 orang
dibantu tembakan dari laut oleh kapal perang penjelajah “Sussex” serta pesawat
tempur “Mosquito” dan “Thunderbolt”. Setiap tanggal 10 November bangsa
Indonesia memperingati Hari Pahlawan. Hal ini sebagai penghargaan atas jasa
para pahlawan di Surabaya yang mempertahankan tanah air Indonesia dari
kekuasaan asing.

d. Pertempuran Palangan Ambarawa


Kedatangan Sekutu di Semarang tanggal 20 Oktober 1945 dibawah
pimpinan Brigadir Jenderal Bethel semula diterima dengan baik oleh rakyat
karena akan mengurus tawanan perang. Akan tetapi, secara diam-diam mereka
diboncengi NICA dan mempersenjatai para bekas tawanan perang di
Ambarawa dan Magelang. Setelah terjadi insiden di Magelang antara TKR
dengan tentara Sekutu maka pada tanggal 2 November 1945 Presiden Soekarno
dan Brig.Jend. Bethel mengadakan perundingan gencatan senjata. Pada tanggal
21 November 1945 pasukan Sekutu mundur dari Magelang ke Ambarawa.
Gerakan ini segera dikejar resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan Letnan
Kolonel M. Sarbini dan meletuslah pertempuran Ambarawa.

7
Pasukan Angkatan Muda di bawah Pimpinan Sastrodihardjo yang
diperkuat pasukan gabungan dari Ambarawa, Suruh dan Surakarta
menghadang Sekutu di desa Lambu. Dalam pertempuran di Ambarawa ini
gugurlah Letnan Kolonel Isdiman, Komandan Resimen Banyumas. Dengan
gugurnya Letnan Kolonel Isdiman, komando pasukan dipegang oleh Kolonel
Soedirman, Panglima Divisi di Purwokerto. Kolonel Soedirman mengkoordinir
komandan-komandan sektor untuk menyusun strategi penyerangan terhadap
musuh. Pada tanggal 12 Desember 1945 pasukan TKR berhasil mengepung
musuh yang bertahan di benteng Willem, yang terletak di tengah-tengah kota
Ambarawa. Selama 4 hari 4 malam kota Ambarawa di kepung. Karena merasa
terjepit maka pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu meninggalkan
Ambarawa menuju ke Semarang.

e. Pertempuran Medan Area


Berita Proklamasi Kemerdekaan baru sampai di Medan pada tanggal 27
Agustus 1945. Hal ini disebabkan sulitnya komunikasi dan adanya sensor dari
tentara Jepang. Berita tersebut dibawa oleh Mr. Teuku M. Hasan yang diangkat
menjadi Gubernur Sumatra. Ia ditugaskan oleh pemerintah untuk menegakkan
kedaulatan Republik Indonesia di Sumatera dengan membentuk Komite
Nasional Indonesia di wilayah itu. Pada tanggal 9 Oktober 1945 pasukan
Sekutu mendarat di Sumatera Utara di bawah pimpinan Brigadir Jenderal
T.E.D. Kelly. Serdadu Belanda dan NICA ikut membonceng pasukan ini yang
dipersiapkan mengambil alih pemerintahan. Pasukan Sekutu membebaskan
para tawanan atas persetujuan Gubernur Teuku M. Hassan. Para bekas tawanan
ini bersikap congkak sehingga menyebabkan terjadinya insiden di beberapa
tempat.
Achmad Tahir, seorang bekas perwira tentara Sukarela memelopori
terbentuknya TKR Sumatra Tirnur. Pada tanggal l0 Oktober 1945. Di samping
TKR, di Sumatera Timur terbentuk Badan-badan perjuangan dan laskar-laskar
partai. Pada tanggal 18 Oktober 1945 Brigadir Jenderal T.E.D. Kelly
memberikan ultimatum kepada pemuda Medan agar menyerahkan senjatanya.
Aksi-aksi teror mulai dilakukan oleh Sekutu dan NICA. Pada tanggal 1
Desember 1945 Sekutu memasang papan-papan yang bertuliskan Fixed
Boundaries Medan Area di berbagai sudut pinggiran Kota Medan.

8
Pemuda Medan dengan gigih membalas setiap aksi yang dilakukan pihak
Inggris dan NICA. Pada tanggal 10 Desember 1945 pasukan Sekutu
melancarkan serangan militer secara besar-besaran dengan menggunakan
pesawat-pesawat tempur. Pada bulan April 1946 pasukan Inggris berhasil
mendesak pemerintah RI ke luar Medan. Gubernur, Markas Divisi TKR,
Walikota RI pindah ke Pematang Siantar. Walaupun belum berhasil menghalau
pasukan Sekutu, rakyat Medan terus berjuang dengan membentuk Laskar
Rakyat Medan Area.

f. Peristiwa Bandung Lautan Api

Gambar 2. Pertempuran Bandung Lautan Api


Sumber: https://republika.co.id/berita/selarung/breaking-history/poww2v282/bandung-
lautan-api-saat-tanah-pasundan-bergelora

Pada tanggal 17 Oktober 1945 pasukan Sekutu mendarat di Bandung.


Pada waktu itu, para pemuda dan pejuang di kota Bandung sedang gencar-
gencarnya merebut senjata dan kekuasaan dari tangan Jepang. Oleh Sekutu,
senjata dari hasil pelucutan tentara Jepang supaya diserahkan kepadanya.
Bahkan pada tanggal 21 November 1945, Sekutu mengeluarkan ultimatum agar
Kota Bandung bagian utara dikosongkan oleh pihak Indonesia paling lambat
tanggal 29 November 1945 dengan alasan untuk menjaga keamanan. Oleh para
pejuang, ultimatum tersebut tidak diindahkan sehingga sejak saat itu sering
terjadi insiden dengan pasukan-pasukan Sekutu. Sekutu mengulangi
ultimatumnya pada tanggal 24 Maret 1946 yakni agar TRI meninggalkan kota
Bandung. Dengan adanya ultimatum ini, pemerintah Republik Indonesia di
Jakarta menginstruksikan agar TRI mengosongkan kota Bandung, akan tetapi
dari markas TRI di Yogyakarta menginstruksikan agar kota Bandung tidak
dikosongkan.

9
Akhirnya, para pejuang Bandung meninggalkan Kota Bandung walaupun
dengan berat hati. Sebelum meninggalkan Kota Bandung terlebih dahulu para
pejuang Republik Indonesia menyerang ke arah kedudukan-kedudukan Sekutu
sambil membumihanguskan kota Bandung bagian Selatan. Peristiwa ini
kemudian dikenal dengan Bandung Lautan Api.

g. Berita Proklamasi di Sulawesi


Berita proklamasi yang dikumandangkan oleh Sukarno dan Moh. Hatta,
sampai pula di Sulawesi. Sam Ratulangi, yang saat itu menjabat sebagai
Gubernur Sulawesi, yang berkedudukan di Makasar mendapat tugas dari PPKI
untuk menyusun Komite Nasional Indonesia. Sementara itu, para pemuda
Sulawesi memperbanyak teks proklamasi untuk disebarluaskan ke seluruh
pelosok penjuru. Saat itu tentara Sekutu dengan cepat dapat menguasai
Indonesia bagian Timur, termasuk Sulawesi. Upaya Sam Ratulangi untuk
menyampaikan berita proklamasi ke penjuru Sulawesi mendapat halangan dari
tentara Sekutu.
Para pemuda mulai mengorganisasi diri dan merencanakan untuk
merebut gedung-gedung vital. Pada tanggal 28 Oktober 1945, kelompok
pemuda yang tediri dari bekas Kaigun Heiho dan pelajar SMP, bergerak
menuju sasarannya dan mendudukinya. Akibat peristiwa itu pasukan Australia
yang telah ada, bergerak dan melucuti para pemuda. Sejak itu pusat gerakan
pemuda dipindahkan dari Ujungpandang ke Polombangkeng. Bahkan Sam
Ratulangi kemudian ditangkap oleh NICA dan diasingkan ke Serui, Papua.
Berita proklamasi di Sulawesi Tenggara diterima di Kolaka, Kendari.
Mula- mula berita diterima oleh Idie Heiso dan Sudamitsu Heiso. Sementara
berita proklamasi baru diketahui oleh rakyat Muna, saat Jepang menyerahkan
pemerintahan Muna kepada Ode Ipa yang kemudian meninggalkan Muna
menuju Kendari. Di Buton berita proklamsi diterima rakyat dari para pelayar
yang tiba dari Jakarta dan Bangka serta dari orang-orang Jepang yang datang
ke Makasar. Mula-mula berita itu diterima di Kepulauan Tukang Besi
Wakatobi. Di Sulawesi Tengah, berita proklamasi diterima pada tanggal 17
Agustus pada pukul 15.00 waktu setempat. Berita itu diterima Abdul Latief dari
tentara Jepang yang dikawal dari dua tentara heiho dari Sulawesi Selatan, yaitu
Saleh Topetu dan Djafar.

10
Di Manado, berita proklamasi pertama kali diterima di markas besar
tentara Jepang yang berkedudukan di Minahasa. Di markas itu terdapat alat-
alat sarana komunikasi yang mempekerjakan tenaga Indonesia diantaranya
adalah A.S. Rombot. Saat itu, Rombot sedang mendapat tugas untuk menerima
berita Domei dari Tokyo. Pada saat itulah berita tentang proklamasi yang
disebarkan diseluruh penjuru dunia itu diketahuinya, tepatnya pada 18 Agustus
1945. Berita itu kemudian disebarkan ke Sangit Talaud, Bolaang Mongondow,
dan Gorontalo.
Setelah berita proklamasi kemerdekaan tersebar keseluruh penjuru
Sulawesi, sejak itupula bendera merah putih mulai berkibar menjadi lambang
Indonesia merdeka. Cita-cita yang sudah lama diinginkan oleh rakyat pun
terwujud. Di Sulawesi Tenggara misalnya, bendera merah putih dikibarkan
pada 17 September 1945 dengan dipimpin oleh D. Andi Kasim. Di Lasusua
bendera bendera merah putih dikibarkan pada 5 Oktober 1945 yang dihadiri
oleh kepala distrik Patampanua dan beberapa pimpinan pemuda RI dari Luwu.

h. Pertempuran Margarana di Bali

Gambar 3. Puputan Margarena


Sumber: https://9bpgs.wordpress.com/2016/02/25/perang-puputan-margarana-bali/

Pertempuran Puputan Margarana adalah satu dari banyak pertempuran


antara Indonesia dan Belanda yang terjadi pada 20 November 1946.
Pertempuran ini dipimpin oleh Kepala Divisi Sunda Kecil, yaitu Kolonel I
Gusti Ngurah Rai. Pertempuran ini mengambil tempat di Desa Adeng,
Kecamatan Marga, Tabanan, Bali, Indonesia. Peristiwa ini terjadi dengan niat
Pasukan TKR setempat untuk mengusir Pasukan Belanda yang datang setelah
kekalahan Jepang untuk menguasai kembali wilayah yang direbut Jepang pada
Perang Dunia II.

11
Pada awalnya, Pertempuran Margarana dipicu pada tanggal 2 dan 3 Maret
1946, pada saat itu, kurang lebih 2.000 tentara Belanda mendarat di Bali. Ketika
Belanda sampai di Bali, pemimpin Laskar Bali, Kolonel I Gusti Ngurah Rai
sedang menghadap ke Markas Tertinggi TKR di Yogyakarta, dengan tujuan
untuk membicarakan masalah pembinaan Resimen Sunda Kecil dan cara-cara
untuk menghadapi Belanda. Ketika kembali dari Yogya, I Gusti Ngurah Rai
menemukan pasukannya dalam keadaan porak-poranda. Ini disebabkan oleh
serangan pasukan Belanda. Ngurah Rai terus berusaha untuk mengumpulkan
kembali pasukannya dan menyerang Belanda. Perang sampai habis atau
puputan inilah yang kemudian mengakhiri hidup I Gusti Ngurah Rai.

Selain melakukan perlawanan bersenjata, bangsa Indonesia juga mengambil jalur


diplomasi atau perundingan untuk mempertahankan kemerdekaan. Adapun upaya
perlawanan yang ditempuh, yaitu sebagai berikut.

a. Rangkaian Perjanjian Linggarjati


Perjanjian Linggarjati dilakukan pada tanggal 10-15 November 1946 di
Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam Perjanjian ini, Indonesia diwakili oleh
Perdana Menteri Sutan Syahrir dan tiga anngota lainnya yaitu, Mohammad
Roem, Susanto Tirtoprodjo, dan AK GANI, sedangkan Belanda diwakili oleh
Prof. Scermerhorn yang beranggotakan Max Van Poll, Fde Boer, dan H.J.Van
Mook. Perjanjian tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang diplomat
Inggris. Pada tanggal 7 Oktober 1946 Lord Killearn berhasil mempertemukan
wakil-wakil pemerintah Indonesia dan Belanda ke meja perundingan yang
berlangsung di rumah kediaman Konsul Jenderal Inggris di Jakarta. Dalam
perundingan ini masalah gencatan senjata yang tidak mencapai kesepakatan
akhirnya dibahas lebih lanjut oleh panitia yang dipimpin oleh Lord Killearn.
Hasil kesepakatan di bidang militer sebagai berikut:
1. Gencatan senjata diadakan atas dasar kedudukan militer pada waktu itu
dan atas dasar kekuatan militer Sekutu serta Indonesia.
2. Dibentuk sebuah Komisi bersama Gencatan Senjata untuk masalah-
masalah teknis pelaksanaan gencatan senjata.

12
Gambar 4. Perjanjian Linggarjati
Sumber: https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/28/190000069/tokoh-
perjanjian-linggarjati?page=all

Sedangkan, hasil perundingan Linggarjati ditandatangani pada tanggal 25


Maret 1947 di Istana Rijswijk (sekarang Istana Merdeka) Jakarta, yang isinya
adalah sebagai berikut:
1) Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah
kekuasaan yang meliputi Sumatra, Jawa dan Madura.
2) Belanda harus meninggalkan wilayah de facto paling lambat 1 Januari
1949.
3) Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk
Negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat yang
salah satu bagiannya adalah Republik Indonesia.
4) Republik Indonesia Serikat (RIS) dan Belanda akan membentuk Uni
Indonesia-Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

b. Agresi Militer I
Perjanjian Linggarjati yang telah disepakati tanggal 25 Maret 1947 hanya
berlangsung sekitar 4 bulan. Karena Belanda melanggarnya dan mulai
melancarkan serangan serentak di beberapa daerah di Indonesia dengan sebutan
“Operatie Product”. Terjadi perbedaan penafsiran pada 21 Juli 1947, Belanda
melakukan serangan militer yang disebut sebagai Agresi Militer Belanda I.
TNI melawan serangan agresi Belanda tersebut menggunakan taktik gerilya.
TNI berhasil membatasi gerakan Belanda hanya di kota-kota besar saja dan di
jalan raya. Untuk menyelesaikan masalah Indonesia-Belanda, pihak PBB
membentuk Komisi yang dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN). Tugas
KTN adalah menghentikan sengketa RI-Belanda.

13
Indonesia diwakili oleh Australia, Belanda diwakili oleh Belgia, dan
Amerika Serikat sebagai penengah. Adapun delegasinya adalah sebagai
berikut:
1) Australia (mewakili Indonesia), diwakili oleh Richard Kirby.
2) Belgia (mewakili Belanda), diwakili oleh Paul Van Zeland.
3) Amerika Serikat (netral), diwakili oleh Dr. Frank Graham.

c. Perjanjian Renville
Atas usul KTN maka pada tanggal 8 Desember 1947 dilaksanakan
perjanjian antara Indonesia dan Belanda di atas kapal Renville milik AS yang
sedang berlabuh di Jakarta.
1) Delegasi Indonesia dipimpin oleh Mr. Amir Syarifuddin.
2) Delegasi Belanda dipimpin oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmojo.
3) Delegasi Australia dipimpin oleh Richard C. Kirby.
4) Delegasi Belgia dipimpin oleh Paul van Zeeland.
5) Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Frank Porter Graham.
Setelah melalui perdebatan dan permusyawaratan dari tanggal 8
Desember 1947 sampai 17 Juni 1948 maka diperoleh persetujuan Renville. Isi
dari Perjanjian Renville, antara lain sebagai berikut.
1) Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia sampai dengan
terbentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS).
2) Sebelum RIS dibentuk, Belanda dapat menyerahkan sebagian
kekuasaannya kepada pemerintah federal.
3) RIS mempunyai kedudukan sejajar dengan Negara Belanda dalam Uni
Indonesia-Belanda.
4) Republik Indonesia merupakan bagian dari RIS.
Kerugian-kerugian yang diderita Indonesia dari perjanjian Renville, yaitu
sebagai berikut.
1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya Negara Indonesia serikat
melalui masa peralihan.
2. Indonesia kehilangan sebagian daerahnya karena garis Van Mook
terpaksa harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.
3. Pihak republik harus menarik seluruh pasukannya yang ada di daerah
kekuasaan Belanda dan dari kantong-kantong gerilya masuk daerah RI.

14
4. Wilayah RI menjadi semakin sempit dan dikurung oleh daerah-daerah
kekuasaan Belanda.
5. Terjadi perpindahan TNI ke pusat pemerintahan di Yogyakarta.
6. Terjadinya pemberontakan DI/TII.
7. Terjadinya pemberontakan PKI di Madiun 1948.
8. Jatuhnya kabinet Amir Syarifudin diganti dengan Moh.Hatta.

d. Agresi Militer II
Pada 18 Desember 1948, Belanda di bawah pimpinan Dr. Bell
mengumumkan bahwa Belanda tidak terikat lagi oleh Persetujuan Renville.
Pada 19 Desember 1948 Belanda mengadakan Agresi Militer II ke ibu kota
Yogyakarta. Dalam agresi itu Belanda dapat menguasai Yogyakarta. Presiden
Sukarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta ditawan dan diasingkan ke
Pulau Bangka. Beliau lalu mengirimkan mandat lewat radio kepada Mr.
Syaffruddin Prawiranegara. Isinya agar membentuk Pemerintah Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Bukit Tinggi, Sumatra Barat.
Pada 1 Maret 1949 pasukan Indonesia mengadakan serangan umum ke
Yogyakarta. Penyerangan ini dipimpin Letkol. Soeharto. Serangan ini dikenal
juga dengan "Serangan Umum 1 Maret". Dalam penyerangan ini Tentara
Republik Indonesia dalam serangan ini berhasil menduduki Kota Yogyakarta
selama 6 jam. Serangan Umum ini dilakukan dengan mengkonsentrasikan
pasukan dari sektor Barat (Mayor Ventje Samual), Selatan dan Timur (Mayor
Sarjono) dan Sektor Kota (Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki).
Serangan umum ini membawa hasil yang memuaskan sebab para pejuang
dapat menguasai kota Yogyakarta selama 6 jam yakni jam 06.00 sampai jam
12.00. Berita Serangan Umum ini disiarkan RRI yang sedang bergerilya di
daerah Gunung Kidul, yang dapat ditangkap RRI di Sumatera, selanjutnya dari
Sumatera berita itu disiarkan ke Yangoon dan India. Keesokan harinya
peristiwa itu juga dilaporkan oleh R. Sumardi ke PDRI di Buktitinggi melalui
radiogram dan juga disampaikan pula kepada Maramis. (Diplomat RI di New
Delhi, India) dan L.N. Palar (Diplomat RI di New York, Amerika Serikat).
Adanya serangan umum ini menunjukkan upaya bangsa Indonesia agar
keberadaan Republik Indonesia sebagai negara berdaulat diakui di dunia.

15
e. Perjanjian Roem-Royen
Perjanjian ini merupakan perjanjian setelah adanya agresi militer yang
dilakukan oleh pihak Belanda dan serangan umum sebagai balasan dari pihak
Indonesia. Salah satu kesepakatan yang dicapai adalah Indonesia bersedia
menghadiri KMB (Konferensi Meja Bundar) yang akan dilaksanakan di Den
Haag, Belanda. Untuk menghadapi KMB dilaksanakan Konferensi Inter-
Indonesia yang bertujuan untuk mengadakan pembicaraan antara badan
permusyawaratan federal (BFO/Bijenkomst Voor Federal Overleg) dengan RI
agar tercapai kesepakatan mendasar dalam menghadapi KMB. Komisi PBB
yang menangani Indonesia digantikan UNCI. UNCI berhasil membawa
Indonesia-Belanda ke meja perjanjian pada tanggal 7 Mei 1949 yang dikenal
dengan persetujuan Belanda dari Indonesia, yaitu sebagai berikut.
1) Menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta.
2) Menghentikan gerakan militer dan membebaskan para tahanan republik.
3) Menyetujui kedaulatan RI sebagai bagian dari Negara Indonesia Serikat.
4) Menyelenggarakan KMB segera sesudah pemerintahan RI kembali ke
Yogyakarta.
Adapun yang menjadi persetujuan Indonesia dari Belanda, yaitu sebagai
berikut.
1) Mengeluarkan perintah untuk menghentikan perang gerilya.
2) Bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian, menjaga ketertiban
dan keamanan.
3) Ikut serta dalam KMB di Den Haag.
Setelah adanya perjanjian ini baik Indonesia maupun Belanda sama-sama
menjalankan kesepakatan yang telah ditentukan. Peristiwa-peristiwa penting
terkait realisasi Roem-Royen Statement, antara lain.
1) Penarikan tentara Belanda secara bertahap dari Yogyakarta dari 24 Juni
sampai 29 Juni 1949.
2) Pemerintah RI kembali ke Yogyakarta tanggal 1 Juli 1949.
3) Presiden, wakil presiden dan para pejabat tinggi Negara kembali ke
Yogyakarta tanggal 6 Juli 1949.
4) Jendral Sudirman kembali ke Yogyakarta tanggal 10 Juli 1949.

16
f. Konferensi Meja Bundar

Gambar 5. Konferensi Meja Bundar


Sumber: https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/23/hari-ini-dalam-sejarah-23-
agustus-1949-dimulainya-konferensi-meja-bundar-kmb-di-den-haag-belanda

Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan tindak lanjut dari


Perundingan Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI mengadakan
pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini
dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII) yang tujuannya adalah
untuk menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam
menghadapi KMB.
Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22 Juli 1949 di
Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta. Pembicaraan
difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS). Keputusan
yang cukup penting adalah dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa ikatan
politik dan ekonomi.
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari
penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di
Den Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB
tersebut dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI.
Berikut ini para delegasi yang hadir dalam KMB:
1) Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Prof.Dr. Mr.
Soepomo.
2) BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
3) Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
4) UNCI diwakili oleh Chritchley.

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sebagai negara yang baru saja merdeka, Indonesia masih rentan dengan penjajahan
bangsa asing maupun pemberontakan di dalam negeri. Belum lama Indonesia menikmati
kemerdekaan, bangsa Indonesia sudah mendapatkan gangguan dari Belanda. Berawal
dari kedatangan Sekutu (AFNEI atau Allied Forces Netherland East Indies) ke Indonesia
yang bertujuan melucuti Jepang, namun ternyata diketahui bahwa sekutu telah
diboncengi Belanda dalam hal ini NICA atau Netherland Indies Civil Administration.
Rakyat Indonesia menjadi cemas dan terganggu oleh Belanda yang bermaksud
menegakkan kembali pemerintahan Hindia Belanda di Indonesia. Rakyat Indonesia
kembali berjuang dalam rangka mempertahankan kemerdekaan dari pihak Sekutu dan
Belanda.
Perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan dilakukan
melalui perlawanan bersenjata dan jalur diplomasi. Perlawanan bersenjata meliputi
perjuangan Rakyat Semara, pengambilalihan Kekuasaan Jepang di Yogyakarta,
Pertempuran 10 November di Surabaya, Pertempuran Palangan Ambarawa, Pertempuran
Medan Area, Bandung Lautan Api, berita Proklamasi di Sulawesi dan Pertempuran
Margarana di Bali. Sedangkan wujud perjuangan diplomasi antara lain rangkaian
Perjanjian Linggarjati, Agresi Militer I, Perjanjian Renville, Agresi Militer II, Perjanjian
Roem-Royen dan Konferensi Meja Bundar.

3.2 Saran

Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah keilmuan penulis dan seluruh
pembaca. Penulis merasa bahwa di dalam makalah ini banyak terdapat kekurangan dan
kesalahan. Oleh sebab itu, masih diperlukan pengkajian dan pembenahan ulang terhadap
keseluruhan isi makalah ini. Sekian dan terimakasih.

18
DAFTAR PUSTAKA

9bpgs. 2016. Perang Puputan Margarana, Bali. Dikutip pada 9 April 2020 dari SMPK Penabur
GS: https://9bpgs.wordpress.com/2016/02/25/perang-puputan-margarana-bali/

Sadirman AM dan Amurwani Dwi Lestariningsih. 2017. Sejarah Indonesia


SMA/MA/SMK/MAK Kelas XI Semester 2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ditelaah pada 9 April 2020.

Putri, Arum Sutrisni. 2020. Kedatangan Sekutu dan Belanda pada Awal Kemerdekaan. Dikutip
pada 9 April 2020 dari Kompas.com: https://www.kompas.com/skola/read/2020
/03/20/130000169/kedatangan-sekutu-dan-belanda-pada-awal-kemerdekaan?page=all

Putri, Adelia Surya. 2015. Makalah Perjuangan Indonesia dalam Mempertahankan


Kemerdekaan. Diakses pada 9 April 2020 dari Blogger:
http://aaphilla.blogspot.co.id/2015/05/makalah-perjuangan-bangsa-indonesia.html

19
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Keisyha Amanda Putri


Tempat Tanggal Lahir: Pangkalpinang, 27 Oktober 2002
Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Belum Kawin


Alamat : Perumahan Graha Rosmania No.B21, Gabek II
Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam
Nomor Handphone : 0812-1345-1407
Alamat Email : amanda.keisyha@gmail.com
Pendidikan :

1. SD Negeri 3 Pangkalpinang 2009-2015


2. SMP Negeri 2 Pangkalpinang 2015-2018
3. SMA Negeri 1 Pangkalpinang 2018- sekarang

Riwayat Organisasi :

1. Ketua kelompok ilmiah remaja (KIR) 2019-2020


2. Ketua ekstrakulikuler olimpiade ekonomi 2019-2020
3. Pimpinan redaksi Smansa Student Newspaper (SSN) 2019-2020

Minat dan Keahlian :

1. Mampu berbicara dengan baik.


2. Mampu bermain permainan bola basket dengan baik.
3. Menguasai penggunaan komputer, laptop, dan alat komunikasi lain termasuk perangkat
lunak yang bekerja didalamnya.
4. Suka menulis.

20

Anda mungkin juga menyukai