Wawancara
Ada juga yang mengatakan bahwa definisi wawancara adalah suatu bentuk
komunikasi lisan yang dilakukan secara terstruktur oleh dua orang atau lebih,
baik secara langsung maupun jarak jauh, untuk membahas dan menggali
informasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu pula.
Untuk lebih memahami apa arti wawancara, kita dapat merujuk kepada
pendapat beberapa ahli. Di bawah ini adalah pengertian wawancara menurut
para ahli:
1. Lexy J. Moleong
Menurut Charles Stewart dan W.B. Cash pengertian Wawancara adalah proses
interaksi dengan sebuah tujuan serius yang memiliki maksud dan tujuan untuk
bertukar perilaku dan melibatkan aktivitas tanya jawab.
3. Denzig
Menurut Denzig pengertian wawancara adalah suatu kegiatan yang dipandu dan
rekaman pembicaraan atau tatap muka suatu percakapan, di mana seseorang
mendapat informasi dari orang lain.
Menurut Robert Kahn dan Channel, pengertian wawancara adalah suatu pola
khusus dari sebuah interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu tujuan
tertentu dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik dengan suatu proses
eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara berkelanjutan.
5. Koentjaraningrat
6. Sugiyono
7. Arikunto
Tujuan Wawancara
Jenis-Jenis Wawancara
3. Wawancara Bebas
Ciri-Ciri Pewawancara
Seorang pewawancara harus bisa membangun suasana yang kondusif dan tidak
kaku selama wawancara. Dengan begitu, responden atau narasumber dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan. Berikut ini adalah sikap-
sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara:
1. Netral
3. Adil
Pewawancara harus dapat menempatkan diri sebagai orang yang netral dan
memperlakukan responden dengan sama. Dengan kata lain, pewawancara tetap
sopan dan menghormati semua narasumber tidak perduli bagaimanapun
keadaannya.
4. Menghindari Ketegangan
2. Ceramah
Metode ceramah adalah sebuah bentuk interaksi belajar mengajar yang dilakukan
melalui penuturan dan penjelasan secara lisan oleh seorang guru terhadap
sekelompok anak didiknya.
Fakta bahwa ceramah itu sangat dipengaruhi oleh kepribadian dan kemampuan
guru yang didapatkan dari pengalaman-pengalaman hidupnya serta bakat yang
dimiliki dan penguasaan materi.
Seorang guru atau penceramah harus memiliki keterampilan yang baik dalam
mengemas sebuah informasi dalam sebuah ceramah lisan dengan menggunakan
bahasa yang mudah dipahami.
Kualitas ceramah ini dipengaruhi oleh gaya bahasa, penampilan suara, prosedur,
kelancaran, dan sebagainya yang membuat para audiens lebih mudah menyerap
informasi yang disampaikan.
Metode ceramah adalah sebuah teknik penyampaian pesan dalam pelajaran yang
sudah lazim disampaikan oleh seorang guru di sekolah.
Ceramah diartikan sebagai sebuah cara penyampaian dan penjelasan bahan secara
lisan oleh seorang guru bila mana diperlukan.
Selain itu, ceramah juga sangat efektif dalam mengatasi kelangkaan literatur atau
rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya beli dan daya paham siswa.
Menurut KBBI
Menurut KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang disebut dengan metode
ceramah adalah salah satu cara belajar mengajar yang menekankan pada
pemberitahuan satu arah dari seorang pengajar kepada para pelajar.
Mereka memandang suatu hal dari sudut pandang yang baru, mengambil titik
pandang yang tak terduga pada hal-hal umum.
Mereka sangat ingin tahu. Mereka bertanya, “Mengapa?” Mereka ingin tahu
lebih banyak mengenai apa yang Anda katakan.
Ceramah Umum
Ceramah Khusus
Penceramah
Unsur dari ceramah yang pertama adalah penceramah itu sendiri yaitu orang
yang melakukan kegiatan ceramah. Untuk menjadi seorang penceramah,
wajib memiliki ilmu yang mumpuni terhadap materi yang diberikan kepada
pendengar.
Pendengar
Unsur ceramah yang kedua adalah pendengar. Pendengar merupakan orang
yang menerima nasehat dan petunjuk dari penceramah.
Materi
Materi yang diberikan dalam ceramah berasal dari ajaran-ajaran suatu
agama. Namun, ceramah yang baik adalah ceramah yang mampu dan
sanggup membuat pendengar terdorong dan tergugah untuk melakukan
nasehat-nasehat yang telah diberikan oleh penceramah. Selain itu, materi
ceramah harus disusun secara sistematis agar materi disampaikan dapat
diterima dengan baik oleh pendengar.
Metode Ceramah
Pendahuluan
Pembuka: bagian ini berisi salam pembuka, ucapan penghormatan, dan ucapan
syukur.
Pengantar: bagian ini adalah paragraf pengantar yang mengarah pada topik.
Biasanya pengantar berasal dari informasi atau berita yang faktual yang masih
terkait dengan topik ceramah.
Isi Ceramah
Inti: berisi paparan dari penceramah, pandangan umum, ilustrasi dari materi yang
disampaikan.
Gagasan: berisi ide besar yang ingin disampaikan kepada pendengar. Ceramah
yang baik berisi satu gagasan besar yang kemudian dikembangkan dalam subtopik.
Penutup
Simpulan
Ucapan permintaan maaf
Salam penutup
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah memberikan
kepada kita semua nikmat sehat serta nikmat iman sehingga kita dapat berkumpul di
tempat yang insya Allah mulia ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita NAbi Agung
Muhamamd SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
ilmiah yang terang benderang seperti sekarang ini. Juga kepada keluarganya,
sahabatnya, serta para pengikutnya dan sampailah kepada kita selaku umatnya.
Aamiin.
Allah serta Rasul-Nya telah mengajarkan kepada kita untuk dapat menjalani hidup
dengan lapang dan tenang. Salah satu sifat yang harus kita miliki untuk dapat hidup
lapang dan tenang adalah adalat sifat sabar. Kata sabar berasal dari bahasa arab
yang artinya menahan diri. Apabila diartikan dalam kehidupan sehari-hari maka
cakupan artinya sangat luas.
Kita akan semakin mudah untuk dapat bersabar dalam menghadapi cobaan apabila
kita semakin sadar akan siapa diri kita sebenarnya. Untuk itu hal pertama yang
dapat kita bangun dalam diri kita adalah dengan menyadari bahwa kapanpun dan di
manapun kita berada pasti tidak akan pernah lepas dari yang namanya cobaan.
Dalam Al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang membahas mengenai balasan bagi
orang-orang yang bersabar. Beberapa ayat tentang sabar ada dalam surah Al-
Baqarah ayat 153, 155,156,157. Untuk ayat 153 berbunyi yang artinya “Wahai
orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan
shalat. Sungguh Allah akan bersama pada orang-orang yang sabar.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya, saya mengajak saudara – saudara semua
untuk selalu meningkatkan kualitas sabar kita mengenai hal apapaun yang telah
terjadi dalam hidup kita. Sehingga hati kita dapat lebih tenang dalam menerima apa
yang telah Allah takdirkan.
3.role playing
Role playing atau bermain peran. Sebagai salah satu metode pembelajaran yang
dapat diterapkan oleh guru pada siswa. Artikel ini akan memberikan penjelasan
tentang metode pembelajaran dengan teknik ini.
Apakah yang dimaksud dengan metode pembelajaran role playing? Akan dijelaskan
di artikel ini. Selain itu, masih ada banyak hal lagi yang akan dijelaskan pada artikel
ini. Semoga pembahasan metode pembelajaran dengan teknik role playing akan
dapat membantumu untuk memahami metode tersebut
Tangdilintin (2008) menyatakan bahwa metode role playong dapat juga disebut
sebagai sosiodrama. Dia menyatakan bahwa metode ini dapat menunjukkan
dampak dari tekanan yang kita berikan ke orang lain, mampu menunjukkan suatu
kondisi kehidupan yang nyata, dan menghentika sementara suatu drama secara
tepat untuk mencari tahu dan merefleksikan perasaan yang ditunjukkan oleh peran
tersebut. Fatmawati (2015) menyatakan role playing atau bermain peran merupakan
suatu model pembelajaran yang meminta siswa untuk melaksanakan suatu peran
sesuai dengan skenario yang telah disusun. Tujuannya untuk mencapau kompetensi
yang dibutuhkan dalam pembelajaran.
Kartini (2007) menyatakan bahwa metode bermain peran merupakan suatu cara
yang digunakan untuk meniru cara bertingkah laku seseorang dalam sebuah drama.
Tingkah laku yang ditekankan dalam metode bermain peran, kaitannya dengan
hubungan sosial. Santoso (2010) menyatakan bahwa metode bermain peran
mendayagunakan pengaruh kinestetik atau gerakan, sebab subjek diminta untuk
melakukan suatu peranan tertentu. Metode ini digunakan untuk mengembangkan
kemampuan interpersonal atau kemampuan individu untuk melakukan interaksi
dengan orang lain.
1. Guru atau pembimbing perlu untuk menyusun atau menyiapkan tentang skenario
yang akan ditampilkan di kelas.
2. Guru membentuk siswa dalam kelompok – kelompok.
3. Guru memberikan penjelasan pada siswa tentang kompetensi – kompetensi yang
ingin dicapai melalui kegiatan pembelajaran role playing.
4. Kemudian, guru memanggil siswa yang telah ditunjuk untuk memainkan peran
sesuai dengan skenario yang telah disiapkan oleh guru.
5. Masing – masing siswa berada dalam kelompoknya, kemudian siswa tersebut
melakukan pengamatan pada siswa yang sedang memperagaka skenarionya.
6. Guru meminta masing – masing kelompok untuk menyusun dan menyampaika hasil
kesimpulan berdasarkan skenario yang dimainkan oleh kelompok yang lain.
7. Pada langkah terakhir ini, guru memberikan kesimpulan dari kegiatan role
playing yang dilakukan bersama siswa. Kesimpulan yang diberikan guru bersifat
umum.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa ada tujuh langkah yang harus dilakukan
oleh guru, ketika menerapkan suatu teknik bermain peran dalam kegiatan
pembelajaran. Skenario sebagai bagian yang penting dalam bermain peran perlu
disusun oleh guru dengan cara sebaik mungkin. Meninjau dari skenario yang harus
disusun oleh guru, sebenarnya apakah tujuan dari metode pembelajaran yang
menerapkan teknik bermain peran? Di bawah ini penjelasannya.
4.sosial drama
. Pengertian Sosiodrama
Sosiodrama terdiri dari dua suku kata “sosio” yang artinya masyarakat, dan
“drama” yang artinya keadaan seseorang atau peristiwa yang dialami orang, sifat
dan tingkah lakunya, hubungan seseorang, hubungan seseorang dengan orang lain
dan sebagainya. Metode sosiodrama adalah suatu metode mengajar dimana guru
memberikan kesempatan kepada murid untuk melakukan kegiatan memainkan
peran tertentu seperti yang terdapat dalam kehidupan masyarakat sosial.
Sosiodrama adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk
tingkah laku dalam hubungan sosial.
Langkah-langkah dan Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pelaksanaan
Sosiodrama.
Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama:
1. Menentukan secara pasti situasi masalah.
2. Menentukan pelaku dan pemeran.
3. Permainan sosiodrama atau peragaan situasi.
4. Menghentikan peragaaan setelah mencapai klimaks.
5. Menganalisa dan membahas permainan peran.
6. Mengadakan evaluasi.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan sosiodrama:
1. Masalah yang dijadikan tema-tema hendaknya dialami oleh sebagian besar
siswa.
2. Penentuan pemeran hendaknya secara sukarela dan motivasi diri sendiri.
3. Jangan terlalu banyak menyutradai, biarkan murid mengembangkan kreatifitas
dan spontanitas mereka.
4. Diskusi diarahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan), bukan terhadap baik atau
buruknya lakon seorang murid.
5. Kesimpulan diskusi dapat dirumuskan oleh guru.
6. Sosoidrama bukanlah sandiwara atau drama biasa, melainkan peranan situasi
sosial yang ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.
. Kelebihan dan Kekurangan dalam Metode Sosoidrama
Kelebihan metode Sosiodrama:
1. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. disamping
merupakan pengalaman yang menyenangkan yang sulit untuk dilupakan.
2. Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan
penuh antusias.
3. Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi.
4. Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat
memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan penghayatan
siswa sendiri.
5. Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat
menumbuhkan/membuka kesempatan bagi lapangan kerja.
C. Tujuan sosiodrama
Tujuan sosiodrama antara lain sebagai berikut:
1. Agar anak didik mendapatkan keterampilan sosial sehingga diharapkan nantinya
tidak canggung menghadapi situasi sosial dalam kehidupan sehari-hari.
2. Menghilangkan perasaan kurang percaya diri dan rendah diri yang tidak pada
tempatnya.
3. Mendidik dan mengembangkan kemampuan dan untuk mengemukakan pendapat
didepan teman sendiri atau orang lain.
4. Membiasakan diri untuk sanggup menerima dan menghargai pendapat orang lain.
D. Bentuk-bentuk Dramatisasi
Terdapat beberapa bentuk dramatisasi yang dapat digunakan dalam pembelajaran
di antaranya:
1. Permainan bebas
Pendidik hanya mengemukakan cerita dan memberikan sedikit saja pengarahan,
kemudian peserta didik melakukan sesuai dengan apa yang dapat diserapnya
menurut fantasi dan imajinasinya sendiri.
2. Melakonkan suatu cerita
Melakonkan suatu cerita atau mempertunjukkan suatu tingkah laku tertentu yang
disimak dari suatu cerita. Caranya dapat bermacam-macam. Cerita itu dibacakan
keras-keras baik oleh pendidik maupun oleh salah seorang peserta didik dan
kemudian peserta didik mencoba menirukan tingkah laku atau perbuatan yang
diceritakan itu melalui pantomim. Pendidik mungkin terlebih dahulu mendiskusikan
tingkah-tingkah yang sekiranya dapat dilakonkan dan peserta didik berfantassi atau
membayangkan betapa tingkah-tingkah yang dibicarakan itu dapat dinyatakan
dalam bentuk dramatisasi.
3. Sandiwara boneka dan wayang
Peserta didik juga dapat bebas memainkan boneka atau wayang yang dibawa
mereka atau yang telah disediakan oleh sekolah. Ide-ide cerita dapat dirangsang
melalui berbagai media seperti : cerita pendidik, cerita dari buku, radio, televisi,
maupun film.
5.peer teaching
Metode Pembelajaran Peer Teaching
Senin, 10 Desember 2012
Pembelajaran model peer teaching adalah metode belajar yang melibatkan siswa secara
aktif. Jadi disini satu siswa akan mengajari siswa lain yang mengalami kesulitan dalam memahami
materi yang diberikan. Ada ujaran yang menyebutkan bahwa “orang tua dua puluh tahun yang akan
datang adalah pemuda pada masa kini” Pendidikan sebagai upaya terorganisasi, terencana,
sistimatis, untuk mentransmisikan pengetahuan dalam arti luas (sikap, moral dan nilai-nilai hidup
dan kehidupan, ketrampilan, dll.) dari suatu generasi ke generasi lain, bertujuan ingin mencapai
perubahan sikap dan perilaku tertentu.
Bagi kita sebagai bangsa dalam suatu negara bangsa (nation state) yang merdeka,
pendidikan kita niscaya dilandasi oleh pengetahuan dari mulai dilahirkan dan sudah kita sepakati dan
anut bersama. Aktifitas apapun yang dilakukan manusia memerlukan daya nalar yang tinggi. Dan
untuk menguji dan mengasah daya nalar tersebut manusia harus melakukan latihan demi latihan.
Sejak manusia berada dalam kandungan telah diberikan oleh Tuhan akal dan pikiran. akal dan pikiran
tersebut harus digunakan dan dimanfaatkan oleh manusia terutama guru sebagai agen perubahan
tersebut.
Dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik, guru dituntut memberikan layanan
terbaiknya agar materi yang diajarkan dapat tersampaikan dan tersalurkan secara tuntas, dan
indikator yang diharapkan dapat direspon positif oleh peserta didik. Strategi pembelajaran yang
tepat akan menuntun siswa untuk mencapai tujuan tersebut.
Selain tukar pikiran, strategi lain yang masih dapat digunakan adalah siswa saling memberi
pengetahuannya kepada sesama temannya atau mengajar teman sejawat (peer teaching). Peer
Teaching adalah pola belajar antar sesama siswa. Dalam proses ini guru tak dapat dipisahkan dari
proses perubahan afeksi siswa dalam belajar.
Untuk menerapkan strategi ini selain membutuhkan skil yang memadai, juga perlu
penguasaan konsep materi yang akan diajarkan kepada siswa. Biologi sebagai salah satu
pembelajaran sains merupakan pembelajaran yang menuntut daya fikir siswa untuk lebih kreatif dan
mandiri.
Materi biologi berkaitan dengan alam secara sistematis, sehingga biologi bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip saja tetapi juga
merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran biologi dibutuhkan
pemahaman dari suatu konsep secara universal. Satu metode yang sesuai dengan tuntutan KTSP
dapat dilakukan dengan menerapkan Peer Teching.
Pembelajaran Biologi dapat dikatakan berhasil dan berkualitas dari segi proses apabila
seluruh dan sebagai besar peserta didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu
menyerap materi yang diajarkan, sehingga pembelajaran biologi tersebut dapat dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan daya pikIr terhadap suatu konsep yang telah ditetapkan.
1. Cara pertama dalam menggunakan strategi ini yaitu, setelah melakukan apersepsi atau memberi
salam dan melakukan pre test terhadap materi minggu lalu, guru juga menghubungkan materi
minggu lalu dengan topik yang akan dibahas pada waktu itu. Kemudian guru menerangkan secara
umum tentang topik yang dibahas pada waktu itu. Kemudian guru membuat kelompok antar siswa
secara merata, artinya dalam satu kelompok terdapat siswa yang pintar sedang dan kurang pintar.
Maksudnya agar terdapat keseragaman pemikiran nantinya.
2. Langkah berikutnya adalah menjelaskan secara detil materi yang akan dibahas pada waktu itu
meliputi indicator yang harus dicapai oleh siswa pada waktu itu. Selanjutnya siswa diberikan
lembaran berisi tugas berupa pertanyaan untuk didiskusikan menurut pengetahuan yang mereka
kuasai.
3. Dalam lembaran tersebut setiap kelompok diminta untuk memberikan pendapat menurut persepsi
mereka sendiri masing-masing, lalu satu pendapat didiskusikan sampai permasalahan yang di
indikasikan terpecahkan. Dalam diskusi tersebut di tuntut setiap anggota kelompok memberikan
tanggapan serta pendapat mereka sendiri yang nantinya akan di satukan dalam satu kesimpulan
yang mengerucut pada tujuan yang hendak dicapai dalam materi tersebut. Peran guru di sini adalah
mengawasi serta mengamati kegiatan diskusi yang dilakukan setiap kelompok siswa, serta
memberikan bantuan bila mereka mendapatkan kesulitan dalam hal-hal tertentu, namun bukan
berarti guru harus ikut memecahkan masalah tersebut. Mengenai pemecahan masalah tersebut,
setiap kelompok siswa harus memikirkannya sendiri dan tidak keluar dari batasan materi yang
diberikan pada waktu itu. Bila ada yang menyimpang dari koridor, maka guru harus mengembalikan
perdebatan mereka ke materi semula.
4. Bila masing-masing setiap kelompok telah selesai melaksanakan semua instruksi yang ada dalam
lembaran kerja tersebut, maka setiap kelompok harus merumuskan hasil diskusinya dalam satu
kesimpulan yang telah disepakati bersama. Kemudian hasil diskusinya diserahkan ke guru dalam
bentuk lembaran yang ditulis rapi.
5. Selanjutnya guru memerintahkan setiap kelompok satu per satu membacakan hasil diskusinya. Hasil
diskusi yang dibacakan di depan kelompok yang lainnya. Sementara kelompok yang lain memberikan
tanggapan tentang hasil diskusi kelompok tersebut serta memberikan pendapat atau sanggahan
kepada kelompok tersebut. Setiap masalah baru yang muncul, dicatat guru.
6. Terakhir, semua masalah yang muncul pada waktu diskusi kelompok tersebut diberikan solusinya
oleh guru. Dan guru mengevaluasi serta menyimpulkan semua masalah dan pemecahannya kepada
seluruh anggota kelas. Sehingga terdapat satu pemahaman yang seragam bagi setiap siswa. Terakhir
guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum semua penjelasan guru tadi untuk
dikumpulkan sebagai post test bagi siswa.
Metode ini sangat cocok digunakan untuk kelas yang memiliki mahasiswa dalam jumlah
banyak. Aktivitas ini memberikan simulasi pada setiap kelompok untuk melatih setiap sub bab lebih
baik.
Aktivitas yang akan dideskripsikan disini merupakan ”cooperative learning activity” yang
merupakan suatu strategi dimana mahasiswa bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan
tujuan untuk memaksimalkan pembelajaran anggota kelompok yang ada didalamnya (Cooper,
KcKinney dan Robinson 1991). Metode tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan proses belajar.
1. Pada akhir suatu bagian, misalnya akhir suatu bab, mahasiswa diberikan latihan yang
berhubungan dengan materi yang telah dibahas sebelumnya. Latihan ini harus dikerjakan oleh
mahasiswa diluar jadwal. Materi pada latihan tersebut merupakan pertanyaan yang terstruktur dari
prosedur yang mudah sampai prosedur yang bersifat konseptual. Tujuan dari latihan ini adalah untuk
memfasilitasi pembelajaran dan tidak berhubungan dengan nilai. Mahasiswa bebas untuk
mengerjakan atau tidak mengerjakan latihan tersebut. Mahasiswa yang dapat menyelesaikan latihan
tersebut dan merasa percaya diri untuk menerangkan kepada temannya dijadikan volunteers
teacher.
2. Dosen kemudian mengadakan prepatory meeting dengan tujuan untuk menyusun tim
pengajar (teaching teams) yang terdiri dari mahasiswa yang bersedia untuk menjadi volunteers
teachers kemudian mendiskusikan semua pertanyaan yang timbul dari latihan yang telah mereka
kerjakan sebelumnya.
3. Setelah semua pertanyaan didiskusikan, mahasiswa dari teaching teams masing-masing
membentuk suatu kelompok dari diluar teaching teams untuk dijadikan ”peer”.
4. Mahasiswa dari teaching teams bertindak sebagai instruktur kepada anggotanya untuk
menerangkan latihan yang telah diberikan sebelumnya (peer-teaching).
5. Partisipasi student-students ataupun teacher-student merupakan kegiatan yang bersifat
optional dan tidak berhubungan dengan nilai mahasiswa. Penilaian disini berasal dari indiviual
assignment ataupun dari hasil ujian.
Esensi dari aktivitas ini adalah untuk mencari tempat dan waktu yang tepat baik
untuk prepatory meeting ataupun peer teaching. Namun kuncinya adalah jika mahasiswa yang
dijadikan volunteers teachers telah menyelesaikan latihan yang diberikan, maka prepatory meeting
tersebut dilakukan dengan efektif tanpa membuang waktu.
Keuntungan untuk mahasiswa yang berperan sebagai mahasiswa adalah remoteness yang
menyebabkan mahasiswa enggan untuk bertanya pada kelas reguler dapat diminimalisir. Bukan
hanya karena adanya jumlah anggota kelompok yang sedikit, adanya kesamaan usia dan gaya
diantara peers membuat para anggota kelompok nyaman untuk bertanya mengenai materi yang ada
sehingga memudhkan pembelajaran.
Sedangkan untuk mahasiswa yang berperan sebagai teacher adanya metode ini akan
semakin meningkatkan pemahaman mahasiswa tersebut akan materi yang ada. Selain itu dengan
adanya kompetisi antara kelompok mendorong mahasiswa yang berperan sebagai pengajar akan
menngkatkan kualitas kelompoknya.
Metode peer teaching dilaksanakan di luar jadwal kuliah. Mahasiswa dibagi menjadi 8
kelompok, masing-masing beranggotakan 9-10 mahasiswa yang dipandu oleh seorang volunteers
teacher. Materi dalam peer teaching ini terdiri atas materi kebidangan dan materi problem based
learning. Materi kebidangan bertujuan menjabarkan silabi statistika dengan memberikan contoh-
contoh kasus ekonomi dan perbankan. Dengan demikian mahsiswa menjadi paham ruang lingkup
statistika. Materi problem based learning, bertujuan untuk menghidupkan berbasis pada ”student
centerred learning” untuk mem ”back up” materi perkuliahan. Dengan demikian wawasan statistika
tidak hanya dipahami secara teoritis saja melainkan secara nyata melalui studi kasus di lapangan.
Materi khusus terdiri dari membuat makalah mengenai data-data ekonomi dan perbankan.
Ada pola ajar yang mungkin tepat bagi guru untuk menyampaikan materi ajarnya. Yaitu
tukar pendapat atau brain storming dimana materi yang disampaikan hanya sebatas materi pokok,
selanjutnya diberikan waktu bagi siswa untuk memberikan tanggapan atau respon materi tadi, lalu
guru memberikan jawaban atas respon tadi dengan menyelipkan indicator yang ingin disampaikan.
6. Curah pendapat
Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu
merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh
mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru
hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam
kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.
Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau
bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan melatih merumuskan
pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu
dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani
mengemukakan pendapatnya.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode
brainstorming :
Pemberian informasi dan motivasi
Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak
peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya.
Identifikasi
Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran
sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik.
Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal
ini agar kreativitas peserta didik tidak terhambat.
Klasifikasi
Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan
berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa
berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain.
Verifikasi
Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan.
Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat
sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak
relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasinnya.
Konklusi (Penyepakatan)
Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir
alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil
kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat.
7. Simulasi
Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberikan
penyajian berupa pelajaran dengan menggunakan situasi maupun suatu proses
yang nyata. Dalam metode jenis ini, siswa diminta untuk terlibat secara aktif dalam
melalukan interaksi dengan situasi yang ada disekitar lingkungannya. Siswa diminta
untuk menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh atau yang telah dipelajari
sebelumnya.
Pengertian di atas menunjukkan bahwa dalam metode simulasi penerapan antara
teori dengan kehidupan nyata dalam bentuk praktek, sangat diperlukan oleh siswa.
Sebenarnya apa sih tujuan dari metode pembelajaran dengan teknik simulasi ini?
Sehingga siswa diminta untuk menerapkan teori yang telah di pelajari.
1. Membantu siswa dalam menerapkan keterampilan untuk membuat keputusan dan dalam
menyelesaikan masalah.
2. Membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan dalam berinteraksi antarsesama
manusia.
3. Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan tentang berbagai prinsip dan
teori.
4. Membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya.
Tujuan – tujuan di atas merupakan hal – hal yang ingin dicapai dari penerapan
metode pembelajaran dengan teknik simulasi ini. Kemudian, apa sajakah jenis –
jenis dari metode pembelajaran teknik simulasi ini? Hal tersebut akan dijabarkan di
bawah ini.
1. Guru maupun pembimbing perlu menyampaikan tentang tujuan dari simulasi yang
dilakukan.
2. Guru maupun pembimbing perlu memberikan penjelasan tentang jalannya simulasi.
3. Guru maupun pembimbing perlu untuk mengatur siswa dalam memainkan perannya sesuai
dengan perannya dalam kegiatan simulasi.
4. Guru atau pembimbing perlu untuk melakukan uji coba. Uji coba ini dapat dilakukan pada
siswa yang dikenal oleh pembimbing.
5. Guru atau pembimbing perlu untuk memberikan komentar atau pendapatnya setelah
simulasi selesai dilaksanakan. Kondisi ini terjadi, jika ditemukan suatu masalah dan siswa
kurang dapat untuk menguasai masalah yang sedang dihadapi.
6. Guru atau pembimbing perlu untuk melakukan diskusi. Diskusi dimaksudkan untuk
membahas proses dari kegiatan simulasi.
Penjabaran di atas memberikan gambaran pada guru maupun pembimbing, ketika
memberikan suatu bimbingan yang menerapkan metode pembelajaran dengan
menggunakan teknik simulasi. Memahami tentang metode pembelajaran dengan
teknik simulasi, tidak akan lengkap rasanya tanpa mengetahui kelebihan dan
kelemahan dari metode jenis ini. Berikut ini pembahasan yang selanjutnya akan
menguraikan tentang kelebihan dan kelemahan dari metode simulasi.
1. Metode simulasi dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Selain itu,
memberikan pengalaman secara tidak langsung yang diperlukan oleh siswa untuk
menghadapi permasalah yang berhubungan dengan sosial.
2. Siswa diberikan kesempatan untuk menyalurkan perasaannya yang terpendam. Perasaan
yang terpendam tersebut, akan memperoleh kepuasan, kesegaran, dan kesehatan jiwa
dengan menerapkan teknik simulasi ini.
3. Metode simulasi dapat membantu siswa dalam mengembangkan bakat dan kemampuan
yang dimiliki.
Setelah dijabarkan tentang kelebihan dari metode simulasi, selanjutnya akan
dijelaskan tentang kelemahan dari metode simulasi, yaitu sebagai berikut.
1. Metode simulasi tidak selalu tepat dalam memberikan pengalaman pada siswa. Ketepatan
tersebut berhubungan dengan kenyataan di lapangan atau kehidupan.
2. Metode simulasi tidak jarang dijadikan sebagai ajang hiburan bagi siswa, sehingga
mengabaikan fungsi belajarnya.
3. Kurangnya pengalaman dalam menerapkan metode simulasi, dapat menyebabkan
kesalahan arah dan menjadi kaku dalam pelaksanaannya.
4. Pengaruh emosional dalam menerapkan metode simulasi ini, memberikan dampak yang
cukup signifikan.
8. Demonstrasi
E. Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia 3-4 Tahun Melalui
Metode Demonstrasi
Di dalam kegiatan anak usia dini, banyak jenis kegiatan yang tidak cukup dimengerti
oleh anak apabila hanya disampaikan dengan penjelasan verbal, tetapi perlu penjelasan
dengan cara memperlihatkan suatu cara kerja berupa tindakan/gerakan. Misalnya,
dalam kegiatan keterampilan yang berupa melipat, menggunting, membentuk.
Demonstrasi dapat dilakukan sebagai improvisasi maupun dirancang terlebih dahulu.
Keduanya sangat efektif dalam kegiatan pembelajaran pada anak usia dini. Metode
demonstrasi yang dipadukan dengan metode penemuan, memungkinkan guru
membimbing anak menemukan hal-hal baru berdasarkan praduga atau hipotesis yang
disusun oleh anak. Dari hasil pembuktian itu anak akan dapat menarik kesimpulan yang
berlaku secara umum. Anak-anak membuat praduga dengan menerapkan pengetahuan
yang telah dimilikinya dan mengujinya pada kegiatan demonstrasi tersebut.
Demonstrasi dapat pula dipadukan dengan metode ekspositorik. Dalam metode
ekspositorik guru menyajikan informasi kepada anak dengan cara menjelaskan melalui
buku, film atau slide. guru menjelaskan kepada anak apa yang diharapkan terjadi
apabila guru melakukan tindakan tertentu.
Metode demonstrasi bisa juga dilakukan melalui dramatisasi. Dramatisasi banyak
dipergunakan dalam bidang bahasa maupun sosial. Berdasarkan hasil penelitian, baik
demonstrasi murni ( menjelaskan – menunjukkan - mengerjakan) maupun demonstrasi
sebagai kegiatan dramatisasi merupakan kegiatan yang efektif bagi anak usia dini.
Pembelajaran dikatakan efektif apabila guru dapat membimbing anak-anak memasuki
situasi yang memberikan pengalaman-pengalaman yang menimbulkan kegiatan belajar
pada anak.
9. Pameran
10. Cst