DESKRIPSI SINGKAT
1. Apersepsi
2. Fasilitator membagi kelas menjadi beberapa kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari maksimal 8 orang.
3. Fasilitator meminta kelompok untuk menggambarkan profil
pewawancara yang baik dalam kertas flipchart
4. Wakil dari masing-masing kelompok mempresentasikan gambar yang
telah disepakati. Fasilitator bertindak sebagai moderator.
5. Fasilitator memberikan rangkuman atau menguatkan informasi yang
sudah disampaikan pada proses sebelumnya, dengan mengacu pada uraian
materi yang ada (sikap pewawancara yang baik)
6. Fasilitator menggali pengalaman peserta pada saat menjadi
pewawancara (pengumpul data) mengenai hambatan atau masalah yang
ditemui di lapangan dan bagaimana cara mengatasi masalah.
7. Fasilitator memberikan penugasan kepada kelompok untuk
mensimulasikan teknik wawancara.
8. Fasilitator memperhatikan dengan seksama setiap tahapan simulasi
tehnik wawancara yang dilakukan oleh setiap kelompok
9. Fasilitator memberikan tanggapan terhadap simulasi tehnik wawancara
yang dilakukan oleh setiap kelompok
10. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya atau
meminta klarifikasi selama sesi berlangsung.
Karakteristik Rural:
Karakteristik Urban:
Skenario 1:
Kepala rumah tangga tidak pernah sekolah formal tapi bisa baca tulis.
Rumah tangga terdiri dari Keluarga besar (extended family), punya anak
balita dan istrinya sedang hamil 7 bulan. Keadaan sosial ekonomi cukup.
Skenario 2:
Kepala rumah tangga tidak pernah sekolah formal dan tidak bisa baca
tulis. Rumah tangga terdiri dari Keluarga inti, tidak punya anak balita.
Keadaan sosial ekonomi kurang.
Skenario 3:
Rumah tangga dengan karakteristik :
Skenario 4:
Kepala rumah tangga sekolah formal SLTA. Rumah tangga terdiri dari
Keluarga besar (extended family), punya anak balita dan istrinya sedang
hamil 7 bulan. Keadaan sosial ekonomi cukup.
V. URAIAN MATERI
Berbicara dengan orang lain merupakan aktivitas yang relatif mudah, tetapi
melakukan wawancara merupakan kegiatan yang tidak mudah. Hal ini
disebabkan wawancara memiliki batas-batas metodologis yang harus
dipatuhi oleh pewawancara, sedangkan berbicara (ngobrol) tidak memiliki
metodologi tertentu, dalam arti orang boleh saja mengajak ngobrol lawan
bicaranya sesuka hati tanpa dikendalikan oleh misi pembicaraannya. Oleh
karena itu, apabila muncul pertanyaan bagaimana melakukan wawancara
dengan baik, maka ada jawabannya. Untuk melaksanakan wawancara
dengan baik, maka ada beberapa faktor utama yang harus diperhatikan
dalam wawancara yaitu: bagaimana pewawancara, apa isi wawancara,
bagaimana situasi wawancara, dan bagaimana kesiapan responden.
Daftar Bacaan
Prof. Ir. Sukandarrumudi, MSc., Ph.D, 2006. Metodologi Penelitian
Petunjuk Praktis
Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin, S.Sos., M.Si. 2006 Metodologi Penelitian
kuantitatif,
Kencana, Jakarta.