Anda di halaman 1dari 12

Apa itu wawancara?

Pengertian Wawancara adalah suatu percakapan antara dua atau lebih orang yang
dilakukan oleh pewawancara dan narasumber.

Ada juga yang mengatakan bahwa definisi wawancara adalah suatu bentuk komunikasi lisan yang
dilakukan secara terstruktur oleh dua orang atau lebih, baik secara langsung maupun jarak jauh, untuk
membahas dan menggali informasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu pula.

Wawancara (interview) memiliki tujuan yang jelas dan memiliki makna yang melebihi maksud dari
percakapan biasa. Proses wawancara ini terjadi dengan adanya komunikasi bolak-balik antara
pewawancara dengan orang yang diwawancarai, untuk menggali topik tertentu yang dibahas.

Baca juga: Contoh Surat Pengunduran Diri

Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli

Untuk lebih memahami apa arti wawancara, kita dapat merujuk kepada pendapat beberapa ahli. Di
bawah ini adalah pengertian wawancara menurut para ahli:

1. Lexy J. Moleong

Menurut Lexy J. Moleong pengertian wawancara adalah suatu percakapan dengan tujuan-tujuan
tertentu. Pada metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat menjelaskan
permasalahan penelitian.

2. Charles Stewart dan W.B. Cash

Menurut Charles Stewart dan W.B. Cash pengertian Wawancara adalah proses interaksi dengan sebuah
tujuan serius yang memiliki maksud dan tujuan untuk bertukar perilaku dan melibatkan aktivitas tanya
jawab.

3. Denzig
Menurut Denzig pengertian wawancara adalah suatu kegiatan yang dipandu dan rekaman pembicaraan
atau tatap muka suatu percakapan, di mana seseorang mendapat informasi dari orang lain.

4. Robert Kahn dan Channel

Menurut Robert Kahn dan Channel, pengertian wawancara adalah suatu pola khusus dari sebuah
interaksi yang dimulai secara lisan untuk suatu tujuan tertentu dan difokuskan pada daerah konten yang
spesifik dengan suatu proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara
berkelanjutan.

5. Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat pengertian wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk tugas
tertentu, mencoba untuk mendapatkan sebuah informasi dan secara lisan pembentukan responden,
untuk berkomunikasi secara tatap muka.

6. Sugiyono

Menurut Sugiyono pengertian wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan
menggunakan jaringan telepon.

7. Arikunto

Menurut Arikunton pengertian wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk
mendapatkan informasi dari terwawancara.

Baca juga:

Pengertian Kepuasan Kerja

Pengertian Seni

Fungsi Wawancara
Seperti yang disebutkan pada definisi wawancara di atas, fungsi wawancara secara umum adalah untuk
menggali informasi dari narasumber. Selengkapnya, berikut ini adalah beberapa fungsi wawancara
tersebut:

Menghindari kesalahan informasi/ data yang simpang siur

Informasi/ data dari hasil wawancara merupakan pelengkap informasi awal

Memperoleh informasi secara komprehensif, akurat, jujur, dan mendalam

Mendapatkan informasi dan data yang objektif dan berimbang

Menggali kemunkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah

Tujuan Wawancara

Tujuan wawancara secara umum adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber
dengan menyampaikan beberapa pertanyaan tertentu kepada narasumber.

Secara khusus, berikut ini adalah beberapa tujuan wawancara:

Untuk menggali dan mendapatkan informasi atau data dari orang pertama (primer).

Untuk melengkapi informasi/ data yang dikumpulkan dari teknik pengumpula data lainnya

Untuk mendapatkan konfirmasi dengan menguji hasil pengumpulan data lainnya

Jenis-Jenis Wawancara

Dilihat dari sisi pelaksanaannya, wawancara dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis. Berikut ini adalah
jenis-jenis wawancara:

1. Wawancara Terpimpin

Ini adalah jenis wawancara dimana pewawancara sudah memiliki daftar pertanyaan yang lengkap dan
terinci untuk diajukan kepada narasumber.

2. Wawancara Bebas Terpimpin


Ini adalah jenis wawancara dimana pewawancara melakukan kombinasi antara wawancara terpimpin
dengan wawancara bebas, dimana pelaksanaannya sesuai dengan pedoman mengenai topik yang
dibahas.

3. Wawancara Bebas

Wawancara bebas adalah jenis wawancara dimana pewawancara bebas memberikan pertanyaan kepada
responden, namun harus tetap memperhatikan kaitan antara pertanyaan dengan data yang diperlukan.
Pada wawancara bebasa terkadang pertanyaan menjadi tak terkendali jika tidak berhati-hati.

Baca juga: Pengertian Sosialisasi

Ciri-Ciri Pewawancara

Seorang pewawancara harus bisa membangun suasana yang kondusif dan tidak kaku selama wawancara.
Dengan begitu, responden atau narasumber dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan.
Berikut ini adalah sikap-sikap yang harus dimiliki seorang pewawancara:

1. Netral

Pewawancara harus bisa bersikap netral, dalam artian tidak memberikan komentar setuju atau tidak
setuju terhadap pernyataan yang disampaikan oleh narasumber. Tugas utama pewawancara adalah
mengajukan pertanyaan dan merekam semua keterangan yang disampaikan narasumber.

2. Ramah

Pewawancara harus mampu menciptakan suasana yang menarik minat responden atau narasumber. Hal
ini biasanya dilakukan dengan membuat sebuah narasi terkait pertanyaan yang akan disampaikan.

3. Adil

Pewawancara harus dapat menempatkan diri sebagai orang yang netral dan memperlakukan responden
dengan sama. Dengan kata lain, pewawancara tetap sopan dan menghormati semua narasumber tidak
perduli bagaimanapun keadaannya.
4. Menghindari Ketegangan

Pewawancara sebaiknya menghindari ketegangan dalam proses wawancara, sehingga responden tidak
merasa dihakimi atau diuji. Hal ini dapat dicapai dengan memberikan pertanyaan yang sesuai dengan
topik dan terarah.

1. Interview (Wawancara)

Teknik Pengumpulan Data dengan Wawancara

Wawancara

Wawancara menurut Nazir (1988) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan
wawancara). Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab dengan tatap
muka, wawancara adalah suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian. Beberapa hal dapat
membedakan wawancara dengan percakapan sehari-hari adalah antara lain:

Pewawancara dan responden biasanya belum saling kenal-mengenal sebelumnya.

Responden selalu menjawab pertanyaan.

Pewawancara selalu bertanya.

Pewawancara tidak menjuruskan pertanyaan kepada suatu jawaban, tetapi harus selalu bersifat netral.

Pertanyaan yang ditanyakan mengikuti panduan yang telah dibuat sebelumnya.

Pertanyaan panduan ini dinamakan interview guide.

Wawabcara digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan-permasalahan yang harus diteliti. Selain itu wawancara
juga digunakan apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan
jumlah respondenya sedikit/kecil.
Untuk melakukan wawancara, ada anggapan yang harus atau perlu dipegang yaitu:

Bahawa subyek atau responden adalah yang paling tau tentang dirinya sendiri.

Bahwa yang idinyatakan oleh subyek kepada peneliti adalah hal yang sebenar-benarnya.

Bahwa interpretasi subyek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah
sama dengan apa yang dimasksud oleh peneliti.

Wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Wawancara juga dapat dibendakan menjadi
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur.

a. Wawancara Terstruktur

Wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam penelitian survey atau penelitian kuantitatif,
walaupun dalam beberapa situasi, wawancara tersetruktur juga dalam penelitian kualitatif. Wawancara
bentuk ini sangat terkesan seperti interogasi karena sangat kaku, dan pertukaran informasi antara
peneliti dengan subyek yang diteliti sangat minim. Dalam melakukan wawancara tersetruktur, fungsi
peneliti sebagian besar hanya mengajukan pertanyaan dan subyek penelitian hanya bertugas menjawab
pertanyaan saja. Terlihat adanya garis yang tegas antara peneliti dengan subyek penelitian. Selam proses
wawancara harus sesuai dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang telah dipersiapkan.
Beberapa ciri-ciri wawancara terstruktur adalah sebagai berikut:

1. Dafatar pertanyaan dan kategori jawaban terlah dipersiapkan

Dalam wawancara tersetruktur, daftar pertanyaan sudah tertulis dalam form pertanyaan serta dengan
kategori jawaban yang telah disediakan. Biasanya dalam bentuk pedoman wawancara. Peneliti hanya
tinggal membacakan pertanyaan yang telah tertulis, sementara subyek penelitian hanya tinggal
menjawab sesuai dengan jawaban yang telah disediakan.

2. Kecepatan wawancara terkendali

Karena jumlah pertanyaan dan jumlah pilihan jawaban sudah tersedia,dan kemungkinan jawaban yang
akan diperoleh sudah dapat diperediksi, tentu saja waktu dan kecepatan wawancara dapat terkendali
dan telah diperhitungkan sebelumnya oleh peneliti. Peneliti dapat melakukan simulasi terlebih dahulu
sebelum melakukan wawancara, dan mencatat waktu yang dibutuhkan selama wawancara tersebut.

3. Tidak ada fleksibilitas (pertanyaan atau jawaban)

Fleksibilitas terhadap pertanyaan atau jawaban hamper tidak ada. Peneliti tidak perlu lagi membuat
pertanyaan lain dalam proses wawancara karena semua pertanyaan yang dibuat sudah disimulasikan
terlebih dahulu dan biasanya sudah “fix” ketika turun kelapanga. Begitu juga dengan jawaban.

4. Mengikuti Pedoman/Guideline Wawancara (dalam urutan pertanyaan, penggunaan kata dan kalimat,
pilihan jawaban dan tidak improvisasi)

Pedoman wawancara mencakup serangkaian pertanyaan beserta urutannya yang telah diatur dan
disesuaikan dengan alur pembicaraan. Tidak diperkenankan menggunakan Bahasa atau kata-kata yang
tidak tertulis dalam pedoman wawancara.

5. Tujuan wawancara biasanya untuk mendapatkan penjelasan tentang suatu fenomena

Wawancara tersetruktur biasanya digunakan dalam rangka untuk mendapatkan penjelasan saja dari
suatu fenomena atau kejadian, dan bukan tujuan untuk memahami fenomena tersebut. Karena alasan
tersbut biasanya wawancara terstruktur lebih sering digunakan dalam penelitian survey atau kuantitatif
ketimbang penelitian kualitatif walaupun wawancara tersetruktur juga bias digunakan dalam penelitian
kualitatif.

Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancar,
maka pengumpulan data juga dapat melengkapi diri dengan menggunakan alat-alat bantu seperti tape
recorder, gambar, brosur dan atau material material lain yang dibutuhkan.
b. Wawacara Tidak Terstruktur

Jenis wawancara yang ketiga adalah wawancara tidak tersetruktur. Hampir mirip dengan bentuk
wawancara semi tersetruktur, hanya saja wawancara semi tersetruktur memiliki kelonggaran dalam
banyak hal termasuk dalam pedoman wawancara. Salah satu kelemahan wawancara tidak tersetruktur
adalah pembicaraan akan mudah menjadi “ngalor-ngidul” dengan batasan yang kurang tegas. Untuk
sebuah penelitian kualitatif, kami tidak menyarankan untuk menggunakan wawancara jenis wawancara
tidak tersetruktur karena kurang terfokus pada apa yang akan digali. Penggalian akan bersifat meluas,
bukan mendala. Wawancara tidak tersetruktur lebih tepat digunakan dalam konteks wawancara santai
dengan tujuan yang tidak terlalu terfokus, konteks talk-show, kontek seminar atau kualiah umum, dan
konteks lainnya yang bertujuan untuk mencari keluasan bahasam. Wawancara tidak tersetruktur
memiliki ciri-ciri seperti dibawah ini.

1. Pertanyaan yang diajukan bersifat sangat terbuka, jawaban subyek bersifat meluas dan bervariasi

Peneleliti dapat berimprovisasi sebebas-bebasnya dalam bertanya dengan membentuk pertanyaan yang
sangat terbuka, hampir tidak ada pedoman yang digunakan sebagai kontrol. Demikian pula pada halnya
dengan jawaban dan subyek/interviewee, dapat sangat luas bervariasi. Batasan pertanyaan pun tidak
tegas sehingga sangat memungkinkan pembicaraan akan meluas.

2. Kecepatan wawancara sulit diprediksi

Layaknya mengobrol santai, kecepatan waktu wawancara lebih sulit diprediksi karena sangat tergantung
dari alur pembicaraan yang kontrolnya sangat fleksibel dan lunak. Akhir dari wawancara tidak terstruktur
juga terkadang tidak mendapatkan kesimpulan yang cukup jelas dan mengrucut.
3. Sangat Fleksibel ( dalam hal pertanyaan maupun jawaban)

Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti/interviewer dan jawaban yang diperoleh dari subyek
penelitian/interviewee sangat fleksibel. Bahkan terkesan seperti ngobrol santai “ngalor-ngidul”. Jika
peneliti yang memilih bentuk wawancara ini belum berpengalaman atau yang memiliki jam terbang yang
kurang, maka akan mengalami kedala dalam merumuskan tema serta menarik kesimpulan wawancara.
Maka dari itu jika peneliti masih belum cukup pengalaman sebaiknya tidak menggunakan bentuk
wawancara tidak terstruktur.

4. Pedoman wawancara (guideline interview) sangat longgar urutan pertanyaan, penggunaan kata, alur
pembicaraan, dan lain sebagainya.

Hampir sama seperti wawancara semi tersetruktur, dalam wawancara tidak terstruktur pedoman
wawancara tetap masih diperlukan. Hanya saja, wawancara semi terstruktur, masih terdapat tema-tema
yang dibuat sebagai kontrol atau pembicaraan yang mengacu pada satu tema sentral, pada pedoman
wawancara tidak terstruktur tidak terdapat topik-topik yang mengatur alur pembicaraan, tetapi hanya
terdapat tema sentral saja yang digunakan peneliti/interviewer sebagai kontrol alur pembicaraan selama
wawancara berlangsung.

5. Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui suatu fenomena

Dalam hal tujuan, terdapat kesamaan dengan wawancara semi terstruktur yaitu untuk memahami suatu
fenomena, hanya dalam kedalaman pembahasan dan pengendalian data tidak seakurat wawancara semi
terstruktur sehingga bentuk wawancara semi terstruktur kurang sesuai untuk digunakan dalam
penelitian kualitatif
Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna
dalam suatu topik tertentu.

Teknik Pengamatan/Observasi, Sutrisno Hadi dalam Sugiyono (2013:145) mengemukakan bahwa,


observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Menurut Sugiyono [2011:317]

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit. Teknik
pengumpulan data dengan wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan
dapat dilakukan melalui tatap muka maupun dengan menggunakan telepon.

Menurut Esterberg [dalam Sugiyono, 2011:317-321]

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Macam-Macam Wawancara:

Wawancara Terstruktur. Digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti telah mengetahui
dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh. Dalam teknik ini peneliti telah menyiapkan
instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannyapun telah
dipersiapkan. Dalam wawancara ini setiap responden diberikan pertanyaan yang sama. Alat bantu yang
dapat digunakan dalam wawancara antara lain tape recorder, gambar brosur dan sebagainya.

Wawancara Semiterstruktur. Pelaksanaan wawancara ini lebih bebas jika dibandingkan dengan
Wawancara terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk menentukan permasalahan secara lebih
terbuka, di mana pihak yang wawancarai di minta pendapat dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara ini pendengar secara teliti dan mencatat apa yang dikemukakan oleh narasumber.

Wawancara Tak Terstruktur. Adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk mengumpulkan data.
Pedoman yang digunakan dalam wawancara jenis ini hanyalah berupa garis-garis besar permasalahan
yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data
apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh
responden.
Langkah-Langkah Wawancara

Lincoln And Guba Sebagaimana dikutip dalam Faisal (dalam Sugiyono,2011:322), mengemukakan ada
tujuh langkah dalam penggunaan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif,
yaitu:

Menetapkan kepada siapa wawancara itu akan dilakukan.

Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan.

Mengawali atau membuka alur wawancara.

Menginformasikan iktisar hasil wawancara dan mengakhirinya.

Menulis hasil wawancara kedalam catatan lapangan.

Mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

Jenis-Jenis Pertanyaan dalam Wawancara

Patton sebagaimana dikutip Melleong (dalam Sugiyono,2011:322-324) menggolongkan enam jenis


pertanyaan yang paling berkaitan yaitu:

Pertanyaan yang berkaitan degan pengalaman.

Pertanyaan yang berkaitan dengan pendapat.

Pertanyaan yang berkaitan dengan pertanyaan.

Pertanyaan tertang pengetahuan.

Pertanyaan yang berkenaan dengan indera.

Pertanyaan yang berkaitan dengan latar belakang atau demografi.

Alat-Alat Wawancara

Supaya hasil wawancara dapat terkam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan
wawancara kepada informan, maka diperlukan alat bantu yaitu buku catatan, tape recorder, dan kamera.
Menurut Kusumah [2011:77-78], wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan
pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti.

Keuntungan Metode Wawancara

Memberi umpan balik dilihat dari sudut pandang responden.

Dapat langsung mendiskusikan masalah yang muncul, dan memperoleh informasi segera.

Dapat merupakan catatan mengenai episode atau suasana tertentu secara umum.

Dapat membantu mengidentifikasi masalah pribadi responden.

Mengajak responden untuk memecahkan masalah.

Dipakai sebagai bahan triangulasi.

Peneliti langsung berhubungan dengan siswa.

Dapat secara langsung mencari informasi yang dibutuhkan.

Dapat dilakukan kapan saja.

Kerugian Metode Wawancara

Sering tidak umum dilakukan di sekolah.

Sukar bagi anak kecil untuk mencatat gagasan dan perasaannya.

Responden dapat merasa tidak enak untuk membicarakan perasaannya kepada peneliti.

Dapat sangat subjektif.

Dapat menimbulkan masalah etnis.

Memakan waktu lama.

Sukar dilakukan pada anak kecil.

Anda mungkin juga menyukai