Anda di halaman 1dari 21

TEKNIK PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian Kuantitatif

Dosen Pengampu :

dr. Arulita Ika Fibriana, M.Kes (Epid)

Disusun oleh:

Laurell Shanisa (6411417080)

Nurul Maulidiyah (6411417081)

Gladisya Ima Riadiyuana Aliyyu (6411417082)

Advina Mega Yohana Simamora (6411417083)

Fajar Abi Rafdi (6411417084)

Kelompok 4

Rombel 3 Kesehatan Masyarakat

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Pengumpulan data memegang peranan yang sangat penting dalam mendapatkan


informasi kesehatan, penelitian klinik dan kesehatan masyarakat. Pengumpulan data dapat
diibaratkan sebagai orang yang memasak makanan, untuk itu timbullah pertanyaan seperti
akan memasak apa, bahan apa yang dibutuhkan, berapa banyak, siapa yang belanja, dimana
tempat untuk mendapatkan bahan tersebut dan siapa yang memasak agar agar menghasilkan
masakan yang enak. Apabila bahan yang dibeli tidak baik atau terdapat bahan penting yang
tidak diperoleh maka makanan yang dihasilkan tidak enak walaupun dimasak oleh ahlinya,
demikian juga dengan pengumpulan data. Kegiatan pengumpulan data yang baik dan sesuai
dengan tujuan dibagi menjadi 2 tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Pada
tahap persiapan hal yang dilakukan adalah menentukan dan merumuskan tujuan penelitian
secara baik, menentukan metode yang akan digunakan, menentukan teknik pengmpulan data,
menyusun pedoman daftar pertanyaan yang dapat menjawab tujuan, menentukan sasaran,
menentukan tempat dimana data dikumpulkan dan jumlah responden, menentukan siapa
pelaksana pengumpulan data. Pada tahap pelaksanaan, hal yang dilaksanakan adalah
pengumpulan data dan survey lapangan sebelum data dibawa dan diolah.

1. Sumber Data

Sumber data adalah tempat didapatkannya data yang diinginkan. Pengetahuan tentang
sumber data merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui agar tidak terjadi kesalahan
dalam memilih sumber data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Misalnya suatu penelitian
tentang beberapa jenis penyakit yang sedang diderita oleh masyarakat di suatu daerah untuk
itu dilakukan survei didaerah tersebut.

Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari tangan pertama), sementara data
sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah ada. Data primer
contohnya adalah data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner, kelompok fokus,
dan panel,atau juga data hasil wawancara peneliti dengan nara sumber. Data sekunder
misalnya catatan atau dokumentasi rekam medik, riskesdas, sensus, catatan vita (kematian,
kelahiran), yang dapat diperoleh dari biro statistik, survei sebelumnya, rumah sakit,
puskesmas, poliklinik, dan lan-lain yang dapat dikombinasikan dengan data yang
dikumpulkan untuk penelitian dalam rangka memperoleh analisis.
Metode atau teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan seorang peneliti
untuk mendapatkan data yang diperlukan. Dengan metode pengumpulan data yang tepat
dalam suatu penelitian akan memungkinkan pencapaian masalah secara valid dan terpercaya
yang akhirnya akan memungkinkan generalisasi yang obyektif. Setelah ditemukan sumber
data yang digunakan kemudian dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan
dengan berbagai metode:

1.1. Mengumpulkan data dari catatan medik di sarana kesehatan atau instansi yang
berhubungan dengan kesehatan, cara ini mempunyai keuntungan, yaitu mudah
dilakukan, membutuhkan waktu dan biaya yang relatif kecil. Kelemahannya sering
ditemukan data yang tidak lengkap.
1.2. Pengumpulan data dilakukan dengan survey. Pengumpulan data dengan cara survei
data yang dikumpulkan adalah data primer dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
Akan tetapi membutuhkan tenaga, waktu dan biaya yang cukup besar. Sebelum
melakukan survey perlu dipertimbangkan dahulu masalah waktu, biaya dan tenaga
yang tersedia. Keuntungan pengumpulan data dengan metode survey adalah data
yang didapatkan data primer yang dipercaya, sedangkan kekurangannya adalah
membutuhkan waktu, tenaga dan biaya yang cukup besar.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan adalah teknik pengumpulan data yang
paling tepat, sehingga benar-benar didapat data yang valid dan reliabel. Jangan semua teknik
pengumpulan data dicantumkan jika sekiranya tidak dapat dilaksanakan. Selain itu
konsekuensi dari mencantumkan teknik pengumpulan data itu adalah setiap teknik
pengumpulan data yang dicantumkan harus ada datanya, untuk mendapatkan data yang
lengkap dan objektif penggunaan berbagai teknik sangat diperlukan. Jika satu teknik
dipandang mencukupi, maka teknik lain tidak perlu digunakan dan tidak efisien. Secara garis
besar, teknik yang dapat digunakan untuk pengumpulan data adalah wawancara, angket,
observasi, pemeriksaan.

2.1. Wawancara Terpimpin


Wawancara ini merupakan jenis wawancara yang dilakukan berdasarkan pedoman-
pedoman berupa kuesioner yang telah disiapkan masak-masak terlebih dahulu. Sehingga
interviu tinggal membacakan pertanyaan-pertanyaan tersebut kepada interviewee.
Pertanyaan-pertanyaan didalam pedoman (kuesioner) tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga mencakup variabel-variabel yang berkaitan dengan hipotesisnya.
Kelebihan dari wawancara terpimpin adalah:
a. Pengumpulan data dan pengolahan data dapat berjalan dengan cermat dan teliti
b. Hasilnya dapat disajikan secara kualitatif maupun kuantitatif
c. Interviewer dapat dilakukan oleh beberapa orang, karena adanya pertanyaan-
pertanyaan yang uniform.
Sedangkan kelemahan wawancara jenis ini antara lain:
Pelaksanaan wawancara kaku (rigid), interview selalu selalu dibayangi pertanyaan-
pertanyaan yang telah tersusun. Disamping itu interviewer menjadi terlalu formal, sehingga
hubungannya dengan responden kurang fleksibel.
Pedoman dan tatacara pencatatan wawancara:
Secara garis bearnya pencatatan data wawancara dapat dilakukan dengan 5 cara yaitu,
pencatatan langsung, pencatatan ingatan, pencatatan dengan alat recording, pencatatan
dengan field rating, dan pencatatan dengan field coding.
a. Pencatatan langsung
Maksudnya pewawancara mencatat langsung jawaban-jawaban dari interviewee,
sehingga alat-alat dan pedoman interviewer harus selalu siap ditangan. Memang hal ini
ada keuntungannya, bahwa interviewer belum lupa tentang jawaban-jawaban atau
datayang diperoleh. Tetapi kerugiannya, hubungan antara pewawancara dengan
responden menjadi kakudan tidak bebas, sehingga rapport dapat terganggu.
b. Pencatatan dari ingatan
Dalam jenis pencatatan ini, pencatatan dilakukan setelah wawancara selesai
seluruhnya. Jadi dalam wawancara ini tidak memegang apa-apa, sehingga hubungan
antara kedua belah pihak tidak terganggu, dan rapport mudah tercipta. Tetapi cara ini
mempunya beberapa kelemahan, antara lain:
- Banyak data/jawaban yang hilang karena terlupakan
- Banyak data yang terdesak oleh keterangan-keterangan lain yang oleh informan
diceritakan secara menonjol dan dramatis
- Data yang dicatat dari ingatan, terutama dalam waktu yang agak lama akan
mengandung banyak kesalahan
- Sering juga dapat yang dicatat dari ingatan kehilangan sarinya.
c. Pencatatan dengan alat recording
Pencatatan dengan alat recording ini sangat memudahkan pewawancara, karena dapat
mencatat jawaban secaratepat dan detail. Pada saat ini banyak alat-alat elektronik
semacam ini yang berukuran mini, yang mudah dibawa kemana-mana dan tanpa
memerlukan persiapan yang berarti serta tidak mencolok.
Tetapi kelemahan alat pencatatan ini ialah, memerlukan kerja dua kali. Sebab
interviewer harus menyalin atau menulislagi dari alat recording tersbut. Disamping itu
pencatatan semacam ini sangat mahal harganya.
d. Pencatatan dengan field rating (depan angka)
Sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya interviewer mempersiapkan lebih
dulu formulir isian atau kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan, dan
sekaligus memperhitungkan jawaban yang digolongkan kedalam beberapa kategori.
Tiap-tiap kategori diberi nilai atau “katanilai”. Misalnya kita ingin mengukur
tanggapan dan penilaian terhadap Program Keluarga Berencana, maka jawaban yang
kita sediakan:
- Sangat setuju sekali atau dengan angka 5
- Sangat setuju, dnegan angka 4
- Setuju, dengan angka 3
- Tidak setuju, dengan angka 2
- Sangat tidak setuju, dengan angka 1
- Tak ada tanggapan, dengan angka 0
e. pencatatan dengan field coding.
Seperti pada field rating jawaban reponden tidak dinilai dengan angka “kata angka”,
melainkan hanya dnegan tanda atau kode saja. Biasanya kodetersebut berupa huruf
atau tanda-tanda lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya. Misalnya dnegan huruf
A, B, C, D, dan sebagainya. Atau dengan tanda positif (+) atau tanda negative (-),
untuk jawaban “ya” atau “tidak”.
Kelebihan dan kekurangan metode wawancara
Kelebihannya:
- metode ini tidak akan menemui kesulitan meskipun respondennya buta huruf
sekalipun, atau pada lapisan masyarakat yang mana pun, karena alat utamanya
adalah bahasa verbal
- karena keluwesan dan fleksibilitasnya ini, maka metode wawancara dapatdipakai
sebagai verifikasi data terhadap data yang diperoleh dengan cara observasi ataupun
angket
- kecuali untuk menggali informasi, sekaligus dipakai untuk mengadakan observasi
terhadap perilaku pribadi
- merupakan suatu teknik yang efektif untuk menggali gejala-gejala psychis terutama
yang berada dibawah sadar
- dari pengalaman para peneliti, metode ini sangat cocok untuk dipergunakan
didalam pengumpulan data-data social.

Kekurangannya:

- kurang efisien, karena memboroskan waktu, tenaga, pikiran dan biaya


- diperlukan adanya keahlian/penguasaan bahasa dari interviewer
- memberi kemungkinan interviewer dengan sengaja memutarbalikkan jawaban.
Bahkan memberikan kemungkinan interviewer untuk memalsukan jawaban yang
dicatat dalam catatan wawancara (tidak jujur)
- apabila interviewer dan interviewee mempunyai perbedaan yang snagat mencolok,
sulit untuk mengadakan rapport sehingga data yang diperoleh kurang akurat
- jalannya interview sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar, sehingga
akan menghambat dan mempengaruhi jawaban dan data yang diperoleh.
2.2. Angket

Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu
masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak). Angket ini
dilakukan dengan mengedarkan suatu daftar pertanyaan yang berupa formulir-formulir,
diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi,
jawaban, dan sebagainya. Teknik ini lebih cocok dipakai untuk memperoleh data yang cukup
luas, daari kelompok/masyarakat yang berpopulasi besar dan bertebaran tempatnya.

Oleh karena angket ini selalu berbentuk formulir-formulir yang berisikan pertanyaan-
pertanyaan (question), maka angket sering disebut “questionaire”. Tetapi tidak berarti
kuesioner itu sama dengan angket. Sebab kuesioner (daftar pertanyaan) itu tidak selalu
responden sendiri yang mengisi, dimana kuesioner ditanyakan secara lisan kepada responden
melalui wawancara, dan yang mengisi kuesioner itu adalah interviewer berdasarkan jawaban
lisan dari responden. Jadi ada kuesioner yang langsung diisi oleh responden sendiri, yang
disebut “angket”, dan ada kuesioner sebagai pedoman (pegangan) wawancara.
Angket adalah pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden, jawaban diisi oleh
responden sesuai daftar pertanyaan yang diterima, sedangkan pada wawancara jawaban
responden diisi oleh pewawancara. Untuk pengembalian daftar isian dapat dilakukan dengan
2 cara yaitu;

1) Canvaser, yaitu daftar yang telah di isi ditunggu oleh petugas yang menyerahkan;
2) Householder, yaitu jawaban responden dikirmkan kepada alamat yang telah ditentukan.

Keuntungan teknik pengumpulan data dengan cara angket adalah relatif murah, tidak
membutuhkan banyak tenaga, dapat di ulang. Sedangkan kerugiannya adalah jawaban tidak
spontan, banyak terjadi non respon, pertanyaan harus jelas dan disertai dengan petunjuk yang
jelas, jawaban sering tidak lengkap terutama bila pertanyaan kurang dimengerti responden,
sering tidak di isi oleh responden, tetapi di isi oleh orang lain, tidak dapat digunakan oleh
responden yang buta huruf. Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kerugian ini antara
lain lakukan kunjungan dan dilakukan wawancara pada nonrespon, jawaban yang terlambat
harus dikeluarkan dan tidak dianalisis, apabila tejadi non respon terlalu banyak dapat diulang.

2.3. Observasi

Observasi merupakan salah teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Dalam
wawancara dan kuesioner, selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas
pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan
perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak
terlalu besar.

 Fungsi Observasi
a. Sebagai metode pembantu dalam penelitian eksploratif. Dilakukan bila peneliti belum
mengetahui sama sekali permasalahan, maka dilakukan pengamatan di tempat-tempat
gejala terjadi.
b. Sebagai metode pembantu dalam penelitian yang sifatnya sudah lebih mendalam.
Dalam hal ini, biasanya observasi dijadikan sebagai metode pembantu untuk
menunjang wawancara sebagai metode utama. Observasi akan membantu untuk
mengontrol/memeriksa di lapangan, seberapa jauh wawancara tersebut sesuai dengan
fakta yang ada.
c. Sebagai metode utama dalam penelitian. Misalnya penelitian yang menyangkut tingkah
laku bayi.
 Jenis-jenis observasi
Dari segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi:
a. Participant observation
Dalam observasi ini peneliti terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang
sedang diamati atau yang akan digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil
melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang sedang dikerjakan oleh
sumber data dan ikut merasakan perasaan suka dukanya. Dengan observasi ini, data
yang diperoleh akan lebih lengkap, jelas, tajam dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang tampak pada orang yang diobservasi.
b. Nonparticipant observation
Dalam observasi ini peneliti tidak terlibat dan hanya sebagai pengamat independen.
Pengumpulan data dengan observasi ini tidak akan mendapatkan data yang mendalam,
dan tidak sampai pada tingkat makna, dimana makna adalah nilai-nilai dibalik perilaku
yang tampak, yang terucapkan dan yang tertulis.
c. Observasi terstruktur
Observasi terstruktur adalah observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang
apa yang akan diamati, dimana tempatnya. Jadi observasi ini dilakukan apabila peneliti
telah tahu dengan pasti tentang variabel yang akan diamati. Dalam melakukan
pengamatan peneliti menggunakan instrument penelitian yang telah teruji validitas dan
reliabilitasnya. Pedoman wawancara terstruktur atau kuesioner tertutup juga dapat
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan observasi ini.
d. Observasi tidak terstruktur
Observasi ini adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa
yang akan diobservasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang
apa yang akan diamati. Dalam melakukan pengamatan peniliti tidak menggunakan
instrument yang baku, tetapi hanya berupa rambu-rambu pengamatan.
 Karakteristik Observasi
Observasi sebagai metode pengumpulan data memiliki karakteristik tertentu.
a. Melibatkan aktivitas fisik dan mental. Banyak hal yg diamati oleh mata “catches” yang
terlihat, tetapi perhatian difokuskan pada data yang berhubungan dengan tujuan
penelitian.
b. Observasi selektif. Seorang peneliti tidak mengamati apa saja, tapi memilih kisaran hal
yang harus diamati berdasarkan sifat, lingkup dan tujuan studinya.
c. Pengamatan adalah purposive dan tidak casual. Hal ini dibuat untuk tujuan tertentu
yang relevan dengan penelitian.
d. Ia menangkap konteks sosial alam di mana terjadi perilaku orang yg ada di dalamnya.
 Perencanaan Observasi
Penggunaan metode observasi memerlukan perencanaan yang tepat:
a. Peneliti harus hati-hati memeriksa relevansi metode observasi untuk data kebutuhan
studi yang dipilih.
b. Harus mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan investigasi untuk penggunaan metode
observasi. Ini menentukan data yang akan dikumpulkan.
c. Harus memutuskan isi observasi, yaitu, kondisi tertentu, acara dan kegiatan yang harus
diamati untuk data yang dibutuhkan.
d. Untuk setiap variabel yang dipilih, definisi operasional harus ditentukan.
e. Pengaturan observasi, mata pelajaran yang diamati, waktu dan cara observasi, prosedur
merekam, rekaman instrumen yang digunakan, dan rincian lain dari tugas harus
ditentukan.
f. Pengamatan harus dipilih dan dilatih. Orang orang yang dipilih harus memiliki
kekuatan konsentrasi yang cukup, daya memori yang kuat dan tdk sedang tergganggu.
Orang yang dipilih harus diberikan pelatihan teori dan praktek
 Etika Observasi
a. Privasi subjek
b. Keamanan subjek
c. Persetujuan subjek
d. Perlindungan terhadap kenyamanan dan keamanan
e. Proses diseminasi informasi kepada para profesional dan komunitas ilmuwan
f. Pencegahan kecuragan dan penipuan terhadap subjek, kelompok atau masyarakat
g. Penggunaan oleh dirinya dan pihak lain dengan maksud negative
 Kelebihan
Kelebihan dari teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi:
a. Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keakuratan yang
lebih tinggi.
b. Dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakana, pekerjaan-pekerjaan yang rumit
kadang-kadang sulit untuk diterangkan.
c. Dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak
mesin, penerangan, gangguan suara dan lain-lain.
d. Dapat mengukur tingakt suatu pekerjaan, dalam hal waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan satu unit pekerjaan tertentu.
 Kekurangan
Kekurangan dari teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi:
a. Orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman sehingga akan melakukan
pekerjanaannya dengan tidak semestinya.
b. Pekerjaan yang sedang diamati mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan
pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu lakukan.
c. Dapat mengganggu proses yang sedang diamati.
d. Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari
biasanya dan sering menutup-nutupi kekurangannya.
 Alat Observasi
Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa pelaksanaan observasi agar dengan
cermat memperoleh data, diperlukan beberapa alat bantu. Salah satunya adalah Check
List. Check List adalah suatu daftar pengecek, berisi nama subjek dan beberapa
gejala/identitas lainnya dari sasaran pengamatan. Pengamatan tinggal memberikan tanda
check (x) pada daftar tersebut yang menunjukkann adanya gejala/ciri dari sasaran
pengamatan. Check List ini dapat bersifat individual dan juga dapat bersifat kelompok.
Kelemahan check list ini adalah hanya dapat menyajikan data yang kasar saja, hanya
mencatat ada atau tidaknya suatu gejala atau dalam bentuk penilaian yang hasilnya bagus,
kurang bagus, tidak bagus.
2.4 kuesioner

A. Pentingnya kuisioner sebagai alat pengumpul data adalah untuk memperoleh suatu data
yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Oleh karena itu, isi dari kuesioner adalah
sesuai dengan hipotesis penelitian tersebut. Kuesioner adalah bentuk penjabaran dari
hipotesis. Oleh karena itu suatu kuesioner harus mempunyai beberapa persyaratan, antara
lain:
 Relevan dengan tujuan penelitian
 Mudah ditanyakan
 Mudah dijawab
 Data yang diperoleh mudah diolah (diproses) dan sebagainya

B. Jenis Daftar Pertanyaan

Di dalam pengumpulan data sering digunakan 3 macam kuesioner/formulir, yakni:

a. Kuesioner (formulir) untuk keperluan administrasi.


Formulir ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui saluran – saluran
administrasi. Oleh karena itu, jenis fomulir ini lebih dikenal dengan keperluan-
keperluan administrasi. Pengisian formulir ini sepenuhnya oleh pihak respoonden
tetapi biasanya ada petunjuk pengisian.
Contoh:
 Formulir masuk
 Kartu klinik
b. Kuesioner untuk observasi (from of observation).
Agar observasi itu terarah dan dapat memperoleh data yang benar-benar
diperlukan, maka sebaiknya di dalam melakukan observasi juga mempergunakan
daftar pertanyaan yang disiapkan terlebih dahulu. Kuesioner ini mencakup hal-hal
yang diselidiki/diobservasi.
c. Kuesioner untuk wawancara (from ffor questioning)
Jenis kuesioner ini dgunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara
(interview). Alat ini lebih digunakan untuk memperoleh jawaban yang akurat dari
responden. Wawancara dapat dilakukan dengan:
 Personal Interview (door to door)
 Telepon Interview

C. Prinsip Dasar Perancangan Kuesioner

 Kesulitan – kesulitan umum yang sering dijumpai di dalam interview:


1. Responden sering tidak/kurang mengerti maksud pertanyaan sehingga jawaban yang
diberikan tidak ada hubungan dengan yang diajukan atau tidk memperoleh data yang
relevan.
2. Responden mengerti pertanyaannya dan mungkin mempunyai informasinya, tetapi
responden kurang tepat mengingatnya atau lupa.

Contoh:“ Apakah ada anggota keluarga disini yang sakit pada tahun ini ?”. Untuk
pertanyaan ini sudah baraang tentu sulit mengingatnya. Maka pertanyaan ini perlu
disederhanakan. Misal: “ Selama 3 bulan terakhir ini siapa saja di dalam rumah ini
yang sakit?”

3. Responden sering tidak bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sangat


bersifat pribadi, misal, tentang jumlah pendapatan/gaji, jumlah perkawinan, dan
sebagainya.
4. Responden kadang-kadang mengerti pertanyaannya, tetapi ia tidak mampu
memberikan jawaabnnya, atau menguraikan jawaban.
Misalnya : “ Apa maksud Ibu menjadi akseptor KB ?”
5. Responden mengerti pertanyaannya dan tahu jawabnnya, tetapi pertanyaannya kurang
tepat diajukan pada responden. Misalnya, responden tidak/belum mempunyai anak,
ditanyakan dimana tempat melahirkan

Oleh karena itu, dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan, hal-hal seperti tersebut perlu
diperhitungkan. Untuk itu dalam mendesain suatu kuesioner, sebaiknya mengingat
persyaratan sebagai berikut :

1. Pertanyaan hendaknya “jelas” maksudnya:


 Menggunakan kata-kata yang tepat dan jelas artinya. Penggunaan kata atau
istilah yang sulit atau ganjil akan memperoleh jawaban yang “bias”. Demikian
juga penggunaan kata-kata ilmiah akan membingungkan responden.
 Pertanyaan tidak terlalu luas atau indifinit. Pertanyaan yang sangat luas akan
membingungkan responden untuk menjawab.
Misalnya : “Di manakah Ibu melahirkan ?”. Pertanyaan inni jawabannya
sangat luas, sebab kemungkinan ibu tersebut sudah beberapa melahirkan dan
empatnya berbeda-beda pula. Maka sebaiknya dibatasi, misal, “ Di mana Ibu
melahirkan anak Ibu yang terakhir?”
 Pertanyaan tidaak terlalu panjang, atau menggabungkan beberapa pertanyaan.
Misalnya : “ Apakah Ibu sudah menjadi akseptor KB dan apa sebabnya?” .
Pertanyaan ini menghendaki 2 macam jawaban, sehingga menyulitkan
responden. Maka sebaiknya dijadikan 2 pertanyaan.
 Pertanyaan tidak boleh memimpin (leading), misalnya : “Ibu sudah mengetahu
KB bukan?”. Pertanyaan seperti ini sudah memimpin, seolah-olah si ibu
tersebut sudah dipojokkan untuk menjawab “Sudah”. Sebaiknya ditanyakan,
“Apakah Ibu sudah memakai cara-cara mencegah kehamilan?”
 Sebaiknya hindari pertanyaan yang dobel negatif, misalnya: “Bukankah
keluarga yang sudah 3 anaknya sebaiknya tidak menambah anak lagi?”.
Pertanyaan ini akan membingungkn si ibu tersebut dalam menjawabnya.
Sebaiknya diubah, “Jumlah anak suatu keluargs itu sebaiknya cuku 3 orang
saja. Bagaimana pendapat Ibu ?”
2. Pernyataan hendaknya membantu ingatan responden
Hal ini berarti bahwa pertanyaan sedapat mungkin harus memdahkan yang
bersangkutan (responden) untuk mengingat kembali hal-hal yang akan
diperlukan/dijawab. Misalnya, akan menanyakan umur responden waktu melahirkan
anak pertama kali. Sebelumnya perlu ditanyakan tahun berpa yang bersangkutan
(responden) itu lahir, tahun berapa ia melahirkan anaknya yang sulung dan
sebagainya.
3. Pertanyaan itu menjamin responden untuk dengan mudah mengutarakan jawabannya.
Hal ini dimaksudkan perrtanyaan itu harus menyediakan berbagai perkiraan jawaban
yang sudah dirumuskan, sehingga responden tidak disulitkan untuk memikir jawaban
yang mungkin sukar dirumuskan.
4. Pertanyaan hendaknya menghindari “bias”

Jawaban yang bias kadang-kadang terjadi karena responden tidak mau menjawab
keadaan yang sebenarnya, dan memberikan jawaban yang lain. Jawaban – jawaban
yang bias ini paling sering terjadi berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan
mengenai umur, penghasilan, kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik, dan sebagainya.
Untuk menguasai hal ini maka dalam menanyakan income ataupun umur, sebaiknya
tidak ditanyakan mengenai jumlah tepatnya, melainkan menanyakan dalam bentuk
“range”.

Misalnya : “ Berapa umur ibu sekarang?”

1. 20 – 25
2. 25 – 30

3. 30 – 35

dan sebagainya

5. Pertanyaan hendaknya memotivassi responden untuk menjawab. Hal ini berarti akan
memungkinkan responden untuk mnjawab semua pertanyaan. Untuk itu maka
diperlukan susunan pertanyaan atau kata-kata yang tepat. Usahakan agar pertanyaan-
pertanyaan permulaan dengan pertanyaan – pertanyaan yang menyenangkan
responden Pertanyaan yang berhubungan dengan income, ataupun pertanyaan yang
memerlukan ingatan, sebaiknya diletakkan pada bagian akhir dari pertanyaan-
pertanyaan tersebut.
6. Pertanyaan hendaknya dapat menyaring responden. Artinya, bila ada pertanyaan-
pertanyaan yang khusus untuk si R. tertenu, harus didahului dengan pertanyaan-
pertanyaan penyaring. Sebab apabila tidak, pertanyan tersebut tidak akan terjawab
oleh responden yang lain.
7. Pertanyaan hendaknya sesederhana mungkin, sebab makin sederhana makin tegas
sifatnya. Pertanyaan yang tidak tegas, misalnya : “Apakah Saudara setuju dengan
dokter Puskesmas itu ?”. Sikap setuju atau tidak setuju bukan ditujukan kepada orang,
tetapi kepada perbuatannya, kebijaksanaannya dan sebagainya.

D. Unsur – Unsur Dalam Kuesioner

1. Jenis Pertanyaan
Yang perlu diperhatikkan pada jenis pertanyaan ini ialah sifat data yang mana yang
akan diperoleh. Berdasarkan ini, suatu daftar pertanyaan dapat menggali 3 hal, yaitu :
 Pertanyaan mengenai fakta
Pertanyaan ini menghendaki jawaban fakta-fakta dari responden. Biasanya
mengenai data-data demografi, misalnya pertanyaan tentang sex, income,
penndidikan agama, status perkawinan, jumlah anak dan sebagainya.
 Pertanyaan mengenai pendapat dan sikap
Kedua hal ini sulit untuk membedakannya. Sebab kadang-kadang sikap
seseorang itu mencerminkan dari pendapatnya. Atau pendapat seseorang itu
merupakan pernyataan dari sikapnya. Oleh karena itu pertanyaan-pertanyaan
mengenai sikap dan pendapat adalah mengenali jawaban-jawaban mengenai
perasaan, kepercayaan, konsepsi/pendapat/ide, dan sebagainya.
 Pertanyaan-pertanyaan informatif
Pertanyaan-pertanyaan ini menghendaki jawaban-jawaban dari responden
mengenai apa yang telah diketahui, apa yang telah didengar daan seberapa
jauh apa yang diketahui serta dari mana mereka tahu dan sebagainya.
2. Bentuk Pertanyaan
 Bentuk Pertanyaan Terbuka (Open Ended)
a) Free Response Question
Pertanyaan ini memberikan kebebasan keada responden untuk
menjawab. Pada umumnya jenis pertanyaan ini dipergunakan untuk
memperoleh jawaban mengenai pendapat atau motif tertentu dari
responden
b) Directed Response Question
Seperti halnya dengan free response, jenis pertanyaan ini juga
memberikan kebebasan menjawab bagi respondennya, tetapi sudah
sedikit diarahkan.
 Bentuk Pertanyaan Tertutup (Closed Ended)
Bentuk pertanyaan yang demikian mempunyai kuntungan mudah
mengarahkan jawaban responden, dan juga udah diolah (ditabulasi).Tetapi
kurang mencakup atau mencerminkan semua jawaban dari responden.
a) Dichotomous Choice
Dalam pertanyaan ini disediakan dua jawaban/alternatif, dan
responden hanya memilih satu diantaranya. Biasanya pertanyaan yang
menyangkut pendapat, perasaan atau sikap responden. Keuntungan
pertanyaan jenis ini ialah mudah mengolah/tabulasinya. Di samping
itu, menjawabnya pun tidak sulit karena hanya memilih satu diantara
dua jawaban. Pertanyaan ini dapat digunakan, bila kita sudah yakin
dan tahu benar kemungkinan jawaban-jawabannya dari pertanyaan
yang akan diajukan.
b) Multiple Choice
Pertanyaan ini menyediakan beberapa jawaban/alternatif dan
responden hanya memilih satu di antarannya yang sesuai dengan
pendapatnya.
c) Check List
Bentuk ini sebenarnya hanya modifikasi dai multiple choice.
Bedanya, responden diberikan kebebasan untuk memilih jawaban
sebanyak mungkin yang sesuai dengan apa yang dikatakan, dilihat,
dipunyai atau pendapatnya.
d) Rangking Question
Sama seperti pada check list, tetapi jawaban rresponden diurutkan
dari jawaban-jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapat,
pengetahuan atau perasaan responden, biasannya menyangkut gradasi
dari pendapat, sikap dan sebagainya. Jadi responden diminta untuk
mengurutkan jawaban – jawaban yang tersedia sesuai dengan
pendapatnya.
3. Isi Pertanyaan
Isi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan tujuan dari penelitian serta tergantung
pada dalam atau dangkalnya data yang digali. Banyaknya pertanyaan sangat relatif,
tergantung dari luasnya penelitian tersebut. Tetapi perlu diperhatikan pertanyaan yang
terlalu banyak akan memakan waktu yang panjang dapat menimbulkan kebosanan
dari responden. Apabila responden sudah bosan, maka jawaban-jawaban akan “bias”.
Sebagai pegangan sementara, jumlah pertanyaan yang optimal adalah apabila
pertanyan tersebut ditanyakan akan memakan waktu 15 sampai 30 menit dan paling
panjang 45 menit. Apabila pertanyaan tersebut terlalu panjang sehingga memakan
waktu lebih dari 45 menit, sebaiknya interviewer datang dua kali untu responden yang
sama.
4. Urutan Pertanyaan
Model pertanyaan dapat dibentuk dari 4 bagian yakni : inroduksi, pertanyaan
pemanasan, pertanyaan demografi dan pertanyaan pokok.
a) Introduksi (pengantar)
Sebelum pertanyaan dimulai biasanya dibuka dengan judul penelitian tersebut.
Sesudah itu diberi semacam kalimat pengantar, yang menjelaskan kepada
responden tentang maksud atau tujuan dari penelitian tersebut juga tentang
identitas responden.
b) Pertanyaan Pemanasan adalah pertanyaan mengenai latar belakang responden,
misalnya dimana dilahirkan, dari mana asalnya, sudah berpa lama tinggal di
kota tersebut dn sebagainya.
c) Pertanyaan Demografi
Biasanya pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan umur, status
pendidikan, pekerjaan, latar belakang etnis, agama, seks, dan sebagainya,
diletakkan pada urutan kedua, sekaligus sebagai pertanyaan pemanasan. Tetapi
ada juga yang terpisah.
d) Pertanyaan-pertanyaan pokok adalah merupakan jantungnya kuesioner. Sebab
tujusn penelitian atau data-data yang akan diperoleh akan tercakup di dalam
pertanyaan-pertanyaan ini. Dari sini digali semua data yang diperlukan dalam
penelitian tersebut.

Pre Coding

Hasil jawaban dari suatu kuesioner selanjutnya akan diprroses (diolah) baik melalui
“coding sheet” atau dimasukkan ke dalam kartu kode, maupun dengan alat-alat elektronik
(computer). Agar memudahkan dalam proses ini maka sebaiknya tiap jawaban atau alternatif
dari tiap pertanyaan diberi kode-kode tertentu misalnya dengan huruf atau dengan angka.
Proses semacam ini diberi nama prakoding (pre coding).

E. Uji Kuesioner Sebagai Alat Ukur

Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai disusun, belum berarti
kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk mengumpulkan data. Kuesioner dapat
digunakan sebagai alat ukur penelitian perlu uji validitas dan reliabilitas. Untuk itu maka
kuesioner tersebut harus dilakukan uji coba “trial” di lapangan. Respon yang digunakan
untuk uj coba sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat dimana penelitian
tersebut harus dilaksanakan.

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal, maka sebaiknya
jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil-hasil uji coba ini kemudian
digunakan untuk mengetahui sejauh mana alat ukur (kuesioner) yang telah disusun tadi
memiliki “validitas” dan “relibilitas”. Suatu alat ukur harus mempunyai kriteria “validitas”
dan “reliabilitas”

F. Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat kur itu bnar-benar mengukur
apa yang diukur. Apabila suatu kuesioner untuk mengukur pengetahuan responden tentang
sesuatu, maka akan menghasilkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden
yang diukur.

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu mengukur apa
yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi antara skor (nilai) tiap-tiap item
pertanyaan dengan skor total kuesioner tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai
korelasi yang bermakna (constrct vaidity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas
konstruk, berarti semua item pertanyaan yang ada di dalam kuesioner itu mengukur konsep
yang kita ukur.

G. Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dippercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran
itu tetap konsisten atau tetap asas bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap
gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama.

Cara perhitungan reliabilitas suatu alat ukur dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai teknik, yaitu:

1. Teknik Tes – Tes Ulang


Dengan teknik ini kuesioner yang sama diteskan (diujikan) kepada sekelompok
responden yang sama sebanyak dua kali. Sedang waktu antara tes yang pertama
dengan yang kedua, sebaiknya tidak terlalu jauh, tetapi juga tidak terlalu dekat.
Sedang waktu antara 15-30 hari adalah cukup memnuhi persyaratan. Apabila selang
waktu terlalu pendek, kemungkinan responden masih ingat pertanyaan-pertanyaan
pada tes yang pertama. Sedangkan kalau selang waktu itu terlalu lama, kemungkinan
pada responden sudah terjadi perubahan dalam variabel yang akan diukur.
2. Teknik Belah Dua
Dengan menggunakan teknik ini berarti alat pengukur (kuesioner) yang telah disusun
dibelah atau dibagi menjadi dua. Oleh sebab itu, pertanyaan dalam kuesioner ini harus
cukup banyak (memadai) sekitar 40-60 pertanyaan. Langkah-langkah yang dilakukan
antara lain:
a. Mengajukan kuesioner tersebut kepada sejumlah responden, kemudian dihitung
validitas masing masing pertanyaannya. Pertanyaan-pertanyaan yang valid dihitung
sedangkan yang tidak valid dibuang.
b. Membagi pertanyaan-pertanyaan yang valid tersebut menjadi dua kelompok secara
acak(random).
c. Skor untuk masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan sehingga akan
menghasilkan 2 kelompok skor total, yakni untuk belahan pertama dan belahan kedua.
d, Melakukan uji korelasi dengan rumus korelasi product moment tersebut, antara
belahan pertama dengan belahan kedua.
e. Selanjutnya dengan daftar seperti uji korelasi sebelumnya, dapat diketahui
reliabiitas kuesioner tersebut.
3. Teknik Paralel
Dengan menggunakan teknik ini kita membuat dua alat pengukur (kuesioner)
untuk mengukur aspek yang sama. Kedua kuesioner tersebut dicobakan terhadap
sekelompok responden yang sama. Kemudia masing-masing pertanyaan pada kedua
kuesioner tersebut dihitung validitasnya. Pertanyaan-pertanyaan dari kedua alat ukur
(kuesioner) tersebut yang tidak valid dibuang dan yang valid dihitung skornya, lalu
skor total dari masing-masing responden dari kedua kuesioner tersebut dihitung
korelasinya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

3. Analisis Data
3.1. Definisi Analisis Data

Menurut kamus Bahasa Indonesia (Suharto dan Iryanto, 1996), analisa yaitu uraian,
kupasan dan data yaitu fakta atau fenomena yang sifatnya mentah belum dianalisis, seperti
angka, nama dan sebagainya. Data merupakan kumpulan dari nilai-nilai yang mencerminkan
karakteristik dari individu-individu dari suatu populasi. Data bisa berupa angka, huruf, suara
maupun gambar. Dari data ini diharapkan akan diperoleh informasi sebesar-besarnya tentang
populasi. Dengan demikian, diperlukan pengetahuan dan penguasaan metode analisis sebagai
upaya untuk mengeluarkan informasi yang terkandung dalam data yang dimiliki.

Sedangkan Susan Stainback (dalam Sugiyono, 2006: 88) mengemukakan bahwa “Data
analysis is critical to the qualitative research process. It is to recognition, study, and
understanding of interrelationshp and concept in your data that hypotheses and assertions
can be developed and evaluated” Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses
penelitian kualitatif data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan dievaluasi. Selain itu,
Spradley (dalam Sugiyono, 2006: 89) menyatakan bahwa analsis dalam penelitian jenis
apapun, adalah merupakan cara berfikir kritis. Hal itu berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan
hubungannya dengan keseluruhan.

Selanjutnya Sugiyono mendefinisikan pengertian analisis data adalah proses mencari


dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam katagori, menjabarkan ke
dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan
mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh sendiri
maupun orang lain.

Berdasarkan paparan para ahli diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa analisis data
dapat diartiakan sebagai suatu bentuk pola pikir untuk melaksanakan, mengolah data dengan
tujuan menjadikan data tersebut sebagai suatu informasi. sehingga karakteristik atau sifat-
sifat datanya dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-
masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Analisis data merupakan salah satu
langkah penting dalam rangka memproleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal ini
disebabkan data akan menuntun kita kearah temuan ilmiah, bila dianalisis dengan teknik-
teknik yang tepat. Data yang belum dianalisis merupakan data mentah. Dalam kegiatan
penelitian, data mentah akan memberi arti bila dianalisis dan ditafsirkan. Sehingga analisis
data sangat memegang peranan penting dalam penelitian. Dalam rangka analisis dan
interpretasi data, perlu dipahami tentang keberadaan data itu sendiri. Secara garis besar,
keberadaan data dapat digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu data bermuatan kualitatif dan
data bermuatan kuantitatif.

3.2. Jenis-Jenis Analisis Data

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Keberadaan data bermuatan
kuantitatif adalah angka-angka (kuantitas), baik diperoleh dari jumlah suatu penggabungan
ataupun pengukuran. Data bermuatan kuantitatif yang diperoleh dari jumlah suatu
penggabungan selalu menggunakan bilangan cacah. Contoh data seperti ini adalah angka-
angka hasil sensus, angka-angka hasil tabulasi terhadap jawaban terhadap angket atau
wawancara terstruktur. Adapun data bermuatan kuantitatif hasil pengukuran adalah skor-skor
yang diperoleh melalui pengukuran, seperti skor tes prestasi belajar, skor skala motivasi, skor
pertimbangan, dan semacamnya.
Berikut jenis – jenis analisis data kuantitatif:
a. Analisis Univariat
a) Dilakukan pada tiap variabel hasil penelitian (pada variabel tunggal)
b) Hanya mengetahui karakteristik data
b. Analisis Bivariat
a) Dilakukan pada 2 variabel yang diduga berhubungan / berkorelasi
b) Dilakukan pengujian statistic
c) Pada variabel yang bersifat kategorik untuk menilai apakah ada hubungan yang
signifikan diantara kedua variabel dapat dilakukan dengan uji Chi Square dan
kekuatan hubungan dapat dilakukan dengan analisa epidemiologi untuk menghitung
Odds Ratio atau Risiko Relatif.
c. Analisis Multivariat
a) Dilakukan terhadap lebih dari 2 variabel
b) Biasanya hubungan antara 1 variabel terikat dengan beberapa variabel bebas
c) Uji statistik : regresi berganda (multiple regression), analisis variance, dll

Anda mungkin juga menyukai