Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SELINGKUNG UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah


Profesi Keguruan

Dosen Pengampu : Drs. Akhmad Junaedi, M.Pd

oleh :
Kelompok 8

1. Wasiatun Isomah (1401414196)


2. Marga Retna Utama (1401414205)
3. Renggo Saputro (1401414238)
Rombel 6D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menulis merupakan kegiatan kebahasaan yang memegang peran penting
dalam dinamika peradaban manusia. Dengan menulis orang dapat melakukan
komunikasi, mengemukakan gagasan baik dari dalam maupun luar dirinya, dan
mampu memperkaya pengalamannya. Melalui kegiatan menulis pula orang dapat
mengambil manfaat bagi perkembangan dirinya. Keterampilan menulis merupakan
keterampilan yang bersifat mekanistis.
Keterampilan menulis tidak mungkin dikuasai hanya melalui teori saja, tetapi
dilaksanakan melalui latihan dan praktik yang teratur sehingga menghasilkan
tulisan yang tersusun dengan baik. Kejelasan organisasi tulisan bergantung pada
cara berpikir, penyusunan yang tepat, dan struktur kalimat yang baik (Hasani,
2005: 2).
Keterampilan menulis tidak hanya didapatkan karena ide-ide tulisan yang
bagus, namun juga cara menulis, dan kaidah bahasa tulis yang baik. Dalam
menulis, penulis harus menaati aturan-aturan yang berlaku dalam setiap jenis
tulisan yang ditulisnya. Penulis juga perlu mengetahui kaidah-kaidah penulisan
agar hasil tulisannya dapat diterima oleh para pembaca. Kita juga harus
mengetahui gaya menulis, maupun kaidah menulis, salah satunya yaitu selingkung.
Selingkung merupakan pedoman tata cara penulisan. Biasanya tiap penerbit
memberlakukan gaya yang berlainan, sehingga penulis perlu mentaati dan
mempelajari kaidah selingkung. sehingga akan dibahas lebih lanjut mengenai gaya
dan kajian selingkung pada makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apasajakah kaidah dalam penulisan ilmiah?
2. Apa pengertian gaya selingkung?
3. Apa pengertian kaidah selingkung?
4. Bagaimana kaidah selingkung Unnes
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui kaidah dalam penulisan ilmiah
2. Untuk mengetahui gaya selingkung
3. Untuk mengetahui kaidah selingkung
4. Untuk mengetahui kaidah selingkung UNNES
BAB II

PEMBAHASAN

Kaidah Dalam Penulisan Unnes

Tulisan akademik merupakan representasi pemikiran yang disusun dengan


mengikuti sistematika dan kaidah penulisan ilmiah. Indikator keilmiahan tulisan
dapat dilihat dari:
1. Hasil pemikiran

2. Bahasa tulis sebagai alat ekspresi

3. Sistematika penulisan

4. Kaidah penulisan atau tata tulis

Kaidah penulisan dalam penulisan ilmiah dibagi menjadi:


a) Kaidah yang Umum
Kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tata tulis yang umum
pada karangan ilmiah mengacu pada aturan dalam penggunaan bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Aturan itu meliputi:
1) Pemakaian ragam bahasa baku
2) Penulisan ejaan
3) Pemakaian tanda baca
4) Penyusunan kalimat
5) Kohesi dan koherensi
b) Kaidah yang Khusus
Kaidah yang bersifat teknis, ditetapkan oleh suatu institusi, dan berlaku di
lingkungan tersebut (gaya selingkung)
Gaya Selingkung
Secara umum terdapat dua gaya penulisan di dalam sebuah publikasi, yaitu
gaya publikasi POPULER versus gaya publikasi ILMIAH. Coba perhatikan
perbedaan gaya penulisan di bawah ini.
"Mengacu pada pendapat James Bower (1995), Sistem Informasi adalah suatu cara
tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
beroperasi dengan cara yang sukses dan hasil yang menguntungkan. Sementara
Johansyah (2008) menyatakan bahwa Sistem Informasi terdiri dari komponen-
komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu tujuan yaitu menyajikan
informasi."

Atau perhatikan yang ini :


“Tahukan Anda apa itu Sistem informasi?Mungkin anda pernah baca bukunya sang
Maaestro James Bower tentang Sistem Informasi. Menurut JamesBowe, Sistem
Informasi adalah suatu cara tertentu untuk menyediakan informasi yang dibutuhkan
oleh organisasi untuk beoperasi dengan cara yang sukses dan hasil yang
mengutungkan. Jelas Bukan?”

Kedua artikel tersebut sama-sama membahas tentang pengertian Sistem Informasi,


tetapi memiliki gaya penulisan yang berbeda. Gaya pertama adalah gaya Penulisan
Ilmiah, sedangkan gaya yang kedua merupakan gaya Penulisan Populer. Penulisan
ilmiah, tentu harus mengikuti kaidah-kaidah tertentu agar bisa dianggap sebagai karya
ilmiah. Misalnya harus menggunakan ejaan yang disempurnakan, tidak boleh
menggunakan kata ganti orang, dan sebagainya.
Selanjutnya meskipun aturan umumnya sama, tetapi terkadang antara satu artikel
ilmiah dengan artikel ilmiah yang lain memiliki format yang berbeda. Penulisan
artikel ilmiah memang memiliki format standard tertentu seperti pendahuluan,
metodologi, pembahasan dan penutup. Tetapi tata cara dan teknik penulisannya bisa
saja berbeda satu sama lain sesuai dengan kebutuhan dimana artikel tersebut ditulis.
Gaya penulisan artikel ilmiah tertentu mungkin berbeda dengan gaya penulisan
artikel ilmiah lain. Gaya penulisan yang berbeda-beda itulah yang disebut dengan
nama Gaya Selingkung. Sebagai contoh, gaya selingkung penulisan Jurnal AITI di
FTI UKSW tentu berbeda dengan gaya penulisan Jurnal SISTEM KOMPUTER
UNDIP, meski format umumnya sama.
Gaya selingkung adalah pedoman tata cara penulisan. Tiap penerbit memberlakukan
gaya yang biasanya berlainan. Ada yang sangat taat KBBI sehingga mengikuti setiap
pergantian istilahnya bila direvisi, ada juga yang hanya menerapkan sebagian. Gaya
selingkung bersifat dinamis. Perubahan evolusioner terjadi terus menerus sampai
didapatkan keunikan dan kekhasan pada setiap penerbit. Penyunting jurnal harus
menyelaraskan antara gaya pribadi penyumbang naskah dengan gaya selingkung yang
dianut. Bagi penerjemah, mengetahui selingkung sangat penting untuk mencapai hasil
yang sesuai dan berkenan mengingat kerja editor relatif lebih ringan karenanya.
Bukan hanya urusan peristilahan (ada yang tetap memakai „nafas‟, bukan „napas‟),
tetapi juga loyalitas pada naskah. Ada penerbit yang menetapkan seratus persen
menjaga keutuhan buku asli, terlepas dari gaya berbelit-belit dan kalimat super
majemuk, ada juga yang memberikan panduan lebih jauh untuk mencairkan kekakuan
dan mempertinggi keterbacaan. Penerapan selingkung penerbit satu dengan lainnya
berbeda-beda dan tidak semua penerbit menaati Ejaan yang Disempurnakan [atau
tepatnya patuh pada Kamus Besar Bahasa Indonesia] seratus persen. Hal ini
dikarenakan bahasa adalah sesuatu yang „cair‟, sehingga bahkan perubahan dan
ketentuan dalam KBBI tidak senantiasa disetujui oleh semua pihak. Di sisi lain,
panduan selingkung bukan materi hafalan melainkan rujukan yang perlu ditengok
terus-menerus. Dengan demikian, seorang penerjemah atau penyunting lepas harus
giat membaca buku-buku yang diterbitkan mitranya guna memudahkan penyerapan
selingkung dalam pekerjaan masing-masing.
Beberapa faktor baik dari dalam maupun dari luar secara berkala dapat
mempengaruhi perkembangan pemapanan gaya selingkung. Meskipun demikian
kunci utama terletak ditangan penyunting, terutama penyunting pelaksana yang
bertanggung jawab atas pengejawantahan produksi dan penampilan berkalanya.
Tekanan dari luar dapat mempengaruhi gaya selingkung secara langsung, seperti
misalnya ada penyumbang naskah yang mempunyai otoritas besar, sehingga
penyunting sungkan untuk mengubah naskahnya. Bagaimanapun para penyunting
harus menyadari fungsinya sebagai penjaga gaya selingkung agar ke khasan dari
berkala tersebut tidak hilang.
Perkembangan teknologi juga berdampak besar terhadap pemapanan gaya
selingkung. Kemajuan teknik percetakan, keadaan produksi dan perdagangan kertas,
dan pembakuan universal akan menentukan kesinambungan gaya selingkung.
Kecanggihan komputer dengan perangkat lunaknya sangat mempengaruhi tampilan
gaya selingkung suatu berkala.
Kemapanan gaya selingkung sering berarti keberhasilan mempertahankan visualisasi
berkala secara sepintas. Unsur penampakan merupakan komponen yang menonjol
dalam menjaga kemapanan gaya selingkung. Beberapa pengamat melihat bahwa gaya
selingkung sebenarnya merupakan hasil total penampilan fisik dan kedalamam
falsafah yang melandasi penuangan pesan yang disampaikan melalui terbitan. Pada
dasarnya terdapat tiga kelompok komponen yang menentukan gaya selingkung suatu
berkala, yaitu:

1. Perwajahan dan format,


Kemantapan wajah berkala (ukuran, warna, hiasan, isi, dan tata letak sampul) setiap
terbit merupakan kesan pertama yang diamati orang. Format dan tata letak halaman,
tipe dan ukuran huruf, sistem penomoran, organisasi atau pengaturan isi naskah, jenis
kertas, dan faktor penampilan fisik merupakan tolok ukur kecermatan para
penyunting mempertahankan kemapanan gaya selingkungnya.
2. Pola penulisan,
Ketaatasan penulisan dan pengejaan kata, istilah, angka, lambing, satuan ukur,
singkatan, rumus, dan kata-kata asing dalam tubuh teks merupakan dasar pemapanan
gaya selingkung yang keterangan pendukungnya ikut tidak segera terlihat oleh orang
awam. Cara penyuguhan ilustrasi dan tabel beserta rincian berperan dalam menjaga
jati diri berkala. Konsistensi pola perujukan dan pendokumentasianpustaka yang
dipakai merupakan bagian yang paling sering kurang disimak oleh calon penyumbang
nakah. Dengan demikian kejelian dan perhatian para penyunting sangat menentukan
kelestarian gaya selingkung yang dianut.

3. Kedalaman dan kerincian penyajian.


Kedalaman dan kerincian data serta informasi, gaya bahasa dan nuansa yang tersirat,
urutan penyuguhan fakta dan argumentasi, serta intensitas pemikiran yang mendasari
penulisan isi berkala, merupakan segi gaya selingkung yang menjamin jati diri dan
sekaligus mutu suatu berkala.
Dengan demikian gaya selingkung merupakan cermin besar kepribadian dan jati diri
suatu berkala. Pengembangan kemapanannya hanya dapat dipeoleh melalui
kesinambungan penerbitan dan ketaatasasan pemeliharaan gaya setiap penerbitan.
Keberhasilannya untuk dipertahankan sangat ditentukan oleh kesungguhan para
penyuntingnya dalam melaksanakan hak, kewajiban, tugas, dan fungsinya secara
bertaatasas.
Bagi calon penyumbang naskah, gaya selingkung harus diperhatikan agar potensi
keberterimaan naskah cukup tinggi. Dengan substansi seperti yang telah dirancang,
calon penyumbang naskah dapat mengatur bahasa maupun tampilan sehingga sesuai
dengan gaya selingkung berkala yang akan dimasukinya.
Sosialisasi gaya selingkung biasanya diletakkan di halaman belakang atau justru di
halaman sebalik sampul. Gaya selingkung terwujud dalam ketentuan naskah dalam
suatu penerbit.
Pengertian Kaidah Selingkung
Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang sifatnya berlaku dalam lingkungan
tertentu, misalnya departemen satu berbeda dengan departemen lainnya, pemda satu
berbeda dengan pemda lainnya, majalah satu berbeda dengan majalah lainnya, jurnal
satu berbeda dengan jurnal /lainnya. Dengan demikian, apabila kita menyusun karya
tulis ilmiah, kita harus mengikuti aturan yang ada di lingkungan yang dimaksud.
Selingkung merupakan kaidah yang dijadikan pedoman kebahasaannya. Dengan kata
lain, penggunaan selingkung merupakan ciri khas gaya bahasa sekaligus tata tertib
yang dapat ditemukan dalam buku-buku produksi sebuah penerbitan. Sifatnya luwes,
berubah-ubah sesuai kesepakatan internal antara para editor di penerbit bersangkutan.
Dalam penuisan artikl ilmiah perlu diperhatikan dan diterapkan kaidah-kaidah
penulisan yang telah ditetapkan. Kaidah penulisan artikel ilmiah dapat dibagi dua
yaitu kaidah yang bersifat universal dan kaidah yang bersifat selingkung. Secara
umum kaidah yang bersifat universal lebih terfokus pada aturan-aturan penggunaan
bahasa Indonesia tang baik dan benar. Sedangkan kaidah yang bersifat selingkung
berkaitan dengan norma-norma penulisan artikel yang bertolak dari konvensi aturan-
aturan penulisan yang lebih bersifat teknis yang harus diikutioleh penulis artikel
untuk wadah terbitan yang menjadi tujuan.

1. Kaidah Penulisan Universal


Tata tulis yang bersifat universal mengacu pada penggunaan ragam bahasaIndonesia
yang baku. Unsur utama dalam bahasa Indonesia yang baku adalah ejaan. Ejaan
dalam penyampaian ide seseorang secara tertulis yang direpresentasikan dengan kata
kepada orang lain mempunyai kedudukan yang sangat penting. Unsur-unsur bahasa
Indonesia sebagai bahasa tulis ilmiah harus benar-benar diperhatikan. Dikatakan oleh
Rifai dalam Mukadis (2006:50) bahwa kata yang digunakan untuk menyampaikan
satuan-satuan makna memiliki medan makna dengan corak, nuansa dan kekuatan
yang berbeda-beda.
2. Kaidah Penulisan Selingkung
Kaidah penulisan ini lebih berorientasi pada konvensi aturan penulisan artikel yang
bersifat teknis. Kaidah penulisan selingkung ini mungkin berbeda atntar wadah
terbitan satu dengan yang lain, baik dalam satu lembaga maupun antar lembaga.
Faktor penyebab adanya perbedaan kaidah selingkung antar penerbitan jurnal antara
lain konteks bidang, karakteristik, lembaga penaung, asosiasi profesi, dan jenis
pengelompokan artikel. Beberapa hal yang terkait dengan gaya selingkung dalam
wadah terbitan jurnal adalah: sistematika penulisan, cara merujuk, cara menulis daftar
rujukan, penulisan/penyajian tabel, penulisan/penyajian gambar, dan penulisan
identitas penulis.
Penerapan selingkung penerbit satu dengan lainnya berbeda-beda dan tidak semua
penerbit menaati Ejaan Yang Disempurnakan (atau tepatnya patuh pada Kamus Besar
Bahasa Indonesia) seratus persen. Hal ini dikarenakan bahasa adalah sesuatu yang
„cair‟, sehingga bahkan perubahan dan ketentuan dalam KBBI tidak senantiasa
disetujui oleh semua pihak. Di sisi lain, panduan selingkung bukan materi hafalan
melainkan rujukan yang perlu ditengok terus-menerus. Dengan demikian, seorang
penerjemah atau penyunting lepas harus giat membaca buku-buku yang diterbitkan
mitranya guna memudahkan penyerapan selingkung dalam pekerjaan masing-masing.
Salah satu contoh sederhana adalah pemakaian kata „napas‟. Ini benar menurut KBBI
terbaru, namun ada penerbit yang tetap menggunakan „nafas‟ dengan alasan tertentu.
Kata „shalat‟ pun cukup beragam. Ada yang memilih „sholat‟, ada 92 juga yang
menggunakan „salat‟. Penerbit tertentu memakai kata „Al-Qur‟an‟ namun penerbit
lain menetapkan „Al Quran‟.
Selingkung bukan hanya menyangkut ejaan, namun diksi secara luas. Kadang-kadang
penerbit lebih menyukai „para lelaki‟ daripada „lelaki-lelaki‟, misalnya. Bahkan,
apabila „lelaki‟ mengacu kepada kaum Adam keseluruhan (contohnya pada kalimat
„Men are all the same‟), penerbit acap kali mengartikan „Lelaki‟ dan bukan „Kaum
Lelaki‟.
Gejala bahasa yang relatif semarak dewasa ini adalah penyerapan kosakata asing.
Peran media massa termasuk besar dalam sosialisasinya, secara langsung maupun
tidak. Akan tetapi di lingkungan penerbitan, ada pihak-pihak (baca: penerbit) yang
memprioritaskan penggunaan bahasa Indonesia sebagai mayoritas dalam buku-
bukunya. Ini menuntut kerja ekstra, yang bermuatan mencerdaskan dan menantang
tentunya, bagi penerjemah dan penyunting mengingat tidak semua kata asing
memiliki padanan. Contohnya sebagai berikut:
Tugas memanggil sehingga ia dan mitranya harus segera berangkat.
Yang dipakai adalah „mitra‟, bukan „partner‟
Aidan hanya dapat berharap segera meninggalkan tempat itu dan berfokus
menemukan orang yang mematahkan leher anak berumur 6 tahun seperti ranting
kering.
Padanan kata berfokus adalah berkonsentrasi. Sebenarnya ini pun masih merupakan
serapan asing. Alternatif lainnya adalah mencurahkan perhatian.

Kaidah Selingkung Unnes


Berikut adalah kaidah selingkung Universitas Negeri Semarang berdasarkan Panduan
Penulisan Karya Ilmiah yang disusun oleh Tim Penyususn Unnes Tahun 2009.
a. Bagian Awal
Lembar bagian awal ini diberi nomor halaman dengan huruf romawi kecil, ditaruh
di kaki halaman bagian tengah. Penomoran halaman dimulai dari lembar judul
(bukan sampul) sampai lembar sebelum bab pendahuluan.
b. Halaman Sampul
Pada sampul bagian tengah atas terdapat logo Universitas Negeri Semarang,
bergaris 3 cm. Kemudian dibawahnya diuliskan judul dengan huruf capital tebal
berukuran 15-16. Di bawahnya tertulis kata “SKRIPSI” yang dicetak dengan huruf
capital tebal berukuan 14, diikuti pada baris berikutnya kalimat dengan huruf
kapital tebal juga dengan ukuran 12, yang berbunyi “Untuk memeroleh gelar
sarjana … (sesuia dengan studi yang ditempuh) pada Universitas Negeri
Semarang. Di bawahnya dituliskan dengan huruf berukuran 12 kata “oleh” (tanpa
tanda titik dua), di bawahnya lagi di tuliskan nama, dan di bawahnya lagi NIM ...
(diisi angkanya). Pada kaki halaman, dituliskan nama Fakultas, Jurusan dan atau
Program Studi dengan huruf kapital tebal berukuran 14-15, dan di bawahnya lagi
tahun ujian skripsi. Semuanya dicetak dengan huruf “Times New Roman” tegak,
diatur secara simestris dengan komposisi yang serasi. Sampul dibuat dari bahan
tebal.
c. Lembar kosong berlogo Unnes bergaris tengah 13 cm. Lembar kosong berlogo
merupakan pembatas antara sampul dan lembar judul.
d. Lembar Judul
Lembar judul bunyinya sama dengan yang terdapat pada sampul, hanya saja
dicetak pada kertas hvs putih dengan bobot terendah 70 gram.
e. Lembar Pengesahan
Lembar ini berisi pernyataan berikut: Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan
Panitia Penguji Skripsi Fakultas/Progrm Pasca sarjana/Universitas Negeri
Semarang pada hari..., tanggal..., (bulan dan tahun). Selanjutnya dicantumkan
ketua, sekretaris dan anggota panitia penguji, yang masing-masing disertai tempat
pembubuhan tanda tangan beserta nama lengkap dan NIP-nya.

f. Lembar Pernyataan
Isi pernyataan itu ialah bahwa skripsi ini hasil karya (penelitian atau tulisan)
sendiri, bukan buatan orang lain, dan tidak menjiplak karya ilmiah orang lain, baik
seluruhnya maupun sebagian.
g. Lembar Motto dan Peruntukan
Lembar ini boleh ada, boleh tidak. Motto adalah ungkapan bijak untuk kehidupan,
yang dipilih berkaitan dengan judul skripsi. Peruntukan adalah pernyataan bahwa
karya ilmiah itu diperuntukan kepada orag tua atau lembaga tertentu.
h. Kata Pengantar
Teks kata pengantar diketik dengan spasi dua, seperti halnya naskah bagian utama,
tidak boleh lebih dari dua halaman. Pada akhir teks kata pengantar dicantumkan
kata Penulis, tanpa disertai nama, diletakkan di pojok kanan bawah. Pada kata
pengatar, boleh dikemukakan ungkapan puji syukur, namun yang pokok adalah
ucapan terima kasih secara jujur dan wajar kepada orang-orang, lembaga, atau
lainnya yang langsung membantu pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. 94
Namun, pada kata pengantar tidak boleh ada pernyataan bahwa penulis yakin akan
adanya banyak kesalahan atau kekurangan dalam skripsinya dan atas dasar itu
penulis minta maaf, serta mengharapkan kritik dari pembaca. Kalau penulis yakin
bahwa dalam skripsi itu masih banyak kesalahan atau kekurangan, skripsi itu harus
diperbaiki dulu sebelum ujian karena kesalahan ilmiah tidak dapat di selesaikan
dengan permintaan maaf. Harapan dan kritik itu tidak diperlukan sebab skripsi itu
akan diterbitkan, permintaan kritik itu dinyatakan.
i. Lembar Abstrak
Dibawah tulisan Abstrak, dengan jarak dua spasi dicantumkan nama akhir penulis,
diikuti tanda koma, lalu nama depan dan tengah (kalau ada), dikuti tanda titik, lalu
tahun lulus ujian, diikuti tanda titik; diikuti judul skripsi. Selanjutnya dicantumkan
kata Skripsi Jurusan/Program... Universitas Negeri Semarang diakhiri tanda titik,
disusul dengan pencantuman nama-nama pembimbing.
Pada baris baru berikutnya, dicantumkan kata-kata kunci: ..., berkisar dari tiga
sampai dengan lima kata. Pada barisan berikutnya, dengan jarak dua spasi ditulis
teks abstrak dengan spasi satu. Isi abstrak meliputi latar belakang maslah, rumusan
masalah, pendekatan dan metode yang digunakan, hasil yang diperoleh, dan saran
yang diajukan. Butir-butir ini hendaklah ditulis dalam paragraf yang berbeda,
dengan tidak menolak kemungkinan untuk memecahkan butir tertentu untuk
dituangkan dalam paragraf yang berbeda kalau diperlukan Keseluruhan teks
abstrak tidak boleh lebih dari satu halaman kuarto.
j. Daftar isi
k. Daftar singkatan dan tanda teknis (jika ada)
Daftar ini memuat singkatan teknis beserta kepanjangannya dan tanda teknis
beserta makna atau penggunannya. Singkatan dan tanda teknis jangan dicampur,
tetapi bisa diketik dalam satu halaman saja karena keduanya mempunyai fungsi
teknis yang sama, yakni untuk kemudahan pemberian.
l. Daftar Tabel (jika ada)
Daftar Tabel memuat nomor dan judul tabel, diikuti titik-titik seperti pada daftar
isi, lalu disusul nomor halaman tempat tabel terdapat dalam teks. Judul tabel yang
lebih dari satu halaman ditik dengan spasi satu. Jarak antara judul tabel yang satu
dengan yang lain dalam daftar itu satu setengah spasi.
m. Daftar Gambar (jika ada)
n. Daftar Lampiran (jika ada)

Bagian Pokok Skripsi


Bagian pokok skripsi terdiri atas bab pendahuluan, teori yang digunakan untuk
landasan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian, dan penutup. Hasil penelitian
tidak harus hanya disajikan dalam satu bab, bergantung pada banyaknya materi yang
akan disajikan dan perlunya pemilihan materi itu menjadi unit-unit tertentu.

1) BAB I: PENDAHULUAN
i. Latar Belakang

ii. Rumusan Masalah

Jika terdapat banyak masalah, tetapi yang akan diteliti hanya masalah tertentu,
perlu ada pembatasan maslah disertai alasannya.

iii. Tujuan Penelitian

iv. Kegunaan Penelitian


2) BAB II: LANDASAN TEORI

Penelitian diperlukan dua landasan, yakni landasan teoretis dan landasan faktual.
Landasan teoretis diuraikan dalam bab II, sedangkan landasan factual diuraikan
pada bab III.

3) BAB III: METODE PENELITIAN

Hal yang diuraikan dalam penelitian kuantitatif adalah (1) jenis dan desain
penelitian (2) variabel penelitian yang dirumuskan secara operasional (3) populasi,
sampel, dan teknik pengambilan sampel penelitian, (4) instrument penelitian
disertai penentuan validitas dan reliabilitasnya, (5) teknik pengumpulan data, (6)
teknik pengolahan dan analsis data. Sedangkan dalam penelitian kualitatif, butir
(2) diganti dengan uraian tentang wujud data, butir (3) diganti dengan sumber data.
Khusus dalam penelitian linguistic dan penelitian sastra, butir (1) diganti dengan
sasaran dan rancangan penelitian

4) BAB IV: HASIL PENELITIAN

5) BAB V: PENUTUP

a. Simpulan

b. Saran

Penyajian saran harus sejalan dan didasarkan pada simpulan atau temuan. Saran
hendaklah disertai dengan argumentasinya. Kalau mungkin juga disertai jalan
keluarnya. Saran yang bersifat praktis atau pragmatis, dapat juga bersifat
teoritis. Termasuk saran berharga adalah saran tentang perlunya dilakukan
penelitian lanjutan, mengingat bahwa belum tentu semua maslah dapat
dipecahkan secara tuntas dalam penelitian sekarang atau setelah selesianya
penelitian sekarangini timbul maslah lain yang terkait.
Bagian Akhir Skripsi

Bagian akhir terdiri atas daftar pustaka, lampiran (jika ada), penjurus atau indeks (jika
ada). Daftar pustaka ditulis langsung setelah teks berakhir ada halaman baru dengan
judul “DAFTAR PUSTAKA”. Judul tersebut dicetak tebal dengan huruf tegak,
kapital semua, berukuran 12 ditulis mulai dari pias kiri. Jarak dengan teks di atasnya
empat spasi.
BAB III

PENUTUP

Simpulan

Kaidah selingkung adalah aturan-aturan yang sifatnya berlaku dalam lingkungan


tertentu, misalnya departemen satu berbeda dengan departemen lainnya, pemda satu
berbeda dengan pemda lainnya, majalah satu berbeda dengan majalah lainnya, jurnal
satu berbeda dengan jurnal lainnya.

Kaidah penulisan dalam penulisan ilmiah dibagi menjadi:


a. Kaidah yang Umum
Kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tata tulis yang umum
pada karangan ilmiah mengacu pada aturan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar.
b. Kaidah yang Khusus
Kaidah yang bersifat teknis, ditetapkan oleh suatu institusi, dan berlaku di lingkungan
tersebut (gaya selingkung)
Kaidah Selingkung Unnes
adalah kaidah selingkung Universitas Negeri Semarang berdasarkan Panduan
Penulisan Karya Ilmiah yang disusun oleh Tim Penyususn Unnes Tahun 2009.

Anda mungkin juga menyukai