Anda di halaman 1dari 27

ANALISIS PENALARAN PARAGRAF PADA TEKS BERITA UTAMA

SURAT KABAR LOMBOK POST

EDISI APRIL 2015

1. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Kehidupan masyarakat sulit dipisahkan dari keterlibatan jurnalistik.

Kehadiran informasi merupakan suatu kebutuhan manusia yang sangat diperlukan

pada abad modern ini. Dikatakan demikian karna media massa mampu

menumbuhkan motivasi bagi masyarakat untuk memperoleh kesejahteraan dalam

hidupnya.

Surat kabar merupakan salah satu media yang berpengaruh besar dalam

menyampaikan berita dan informasi. Surat kabar adalah lembaran tercetak yang

memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara periodik,

bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di

seluruh dunia untuk diketahui pembaca (Effendy,1993:241).  

Pada awalnya surat kabar sering kali diidentikkan dengan pers, namun

karena pengertian pers sudah luas, dimana media elektronik sekarang ini sudah

dikategorikan dengan media juga. Arti penting surat kabar terletak pada

kemampuannya untuk menyajikan berita-berita dan gagasan-gagasan tentang

perkembangan masyarakat pada umumnya, yang dapat mempengaruhi kehidupan

modern seperti sekarang ini. Selain itu surat kabar mampu menyampaikan sesuatu

setiap saat kepada pembacanya melalui surat kabar pendidikan, informasi dan

1
interpretasi mengenai beberapa hal, sehingga hampir sebagian besar dari

masyarakat menggantungkan dirinya kepada pers untuk memperoleh informasi.

Surat kabar juga ikut berperan dalam meningkatkan sumber daya manusia,

khususnya pembaca surat kabar melalui tulisan-tulisan yang berkualitas. Setiap

pembaca mampu meningkatkan keterampilan dan pemikirannya untuk dapat

membahas berita dalam surat kabar.

Dalam menulis teks, baik dalam sebuah karangan atau penulisan teks

berita, tentunya selalu dijumpai susunan dari banyak kata yang membentuk

kalimat. Kalimat-kalimat tersebut harus dihubungkan lagi sehingga terbentuk

sebuah paragraf. Paragraf adalah satuan bentuk bahasa yang biasanya merupakan

hasil penggabungan beberapa kalimat (Lamuddin Finoza, 2004:149). Dalam

Kamus Besar bahasa Indonesia, paragraf adalah bagian bab dalam suatu karangan

(biasanya mengandung satu ide pokok dan penulisannya dimulai dengan garis

baru). Membentuk suatu paragraf dan dapat memahami isi teks tersebut bukanlah

sesuatu yang mudah. Salah satu contohnya adalah menganalisis penalaran

paragraf pada suatu teks bukan perkara yang mudah untuk dilakukan pembaca,

diperlukan pemahaman yang mendalam agar pembaca dapat memahami betul

penggunaan penalaran paragraf apa yang terdapat pada teks tersebut.

Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang membuahkan

pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut

mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan

suatu cara dan prosedur tertentu. Penalaran paragraf dibagi menjadi, penalaran

induktif dan deduktit. Penalaran induktif dibagi tiga yaitu: generalisasi, analogi,

2
dan sebab-akibat. Sedangkan, penalaran deduktif dibagi dua yaitu: silogisme dan

entimen. Pengidentifikasian secara formal suatu paragraf begitu mudah, karena

secara visual paragraf biasanya ditandai adanya indensasi, untuk menntukan

penalaran dalan paragraf bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. Pembaca

paragraf harus benar-benar memiliki pemahaman dan ketelitian agar dapat

menentukan penalaran paragraf apa yang digunakan dalam suatu paragraf. Inilah

yang menyebabkan penulis tertarik untuk menganalisis penalaran paragraf pada

teks berita utama dalam surat kabar Lombok post edisi April 2015, agar setiap

pembaca mampu meningkatkan keterampilan dan pemikirannya untuk dapat

membahas berita dalam surat kabar tersebut kemudian menyimpulkan penalaran

apa yang terdapat pada teks tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Mencermati latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berkikut. Bagaimanakah bentuk penalaran paragraf

pada teks berita utama surat kabar Lombok post edisi April 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

mengetahui bentuk penalaran paragraf apakah yang digunakan dalam teks berita

utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015.

3
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini dapat dimanfaat untuk memeperkaya konsep

dan teori yang menyokong perkembangan ilmu pengetahuan bahasa khususnya

yang terkait dengan penalaran paragraf dalam surat kabar.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat

untuk berbagai pihak, dianataranya.

1) Bagi pendidikan, dapat menjadi salah satu sumber bahan pengajaran

bahasa Indonesia.

2) Bagi pembaca, untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam

bidang bahasa Indonesia khususnya dalam masalah penalaran paragraf.

3) Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat

mengaplikasikan dan mensosialisasikan teori tentang penalaran paragraf

yang telah diperoleh selama perkuliahan.

4) Bagi peneliti selanjutnya, dapat menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya

dalam bidang studi bahasa Indonesia khususnya masalah penalaran

paragraf.

2. Landasan Teori

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian yang relevan dengan penelitin yang akan dilakukan peneliti

pernah dilakukan sebelumnya oleh Muzakir Saif (2010) dengan judul

4
“Kemampuan megembangkan kalimat topik menjadi paragraf pada siswa kelas IV

SDN Sukaraja tahun Pelajaran 2009-2010“. Hasil penelitiannya mengungkapkan

bahwa: (a) kemampuan individual siswa adalahnilai rata-rata siswa 68,26

kemampuan sedang dengan ketuntasan 82,35 % dari jumlah siswa 34 orang (b)

kemampuan kelompok nlai rata-rata siswa 73,50 kategori tinggi dengan

ketuntasan 100% (c) upaya peningkatan menggunakan metode tugas berbentuk

subjektif dengan pedoman penilaian yang telah ditetapkan dapat diketahui bahwa

kemampuan mengembangkan kalimat topik menjadi paragraf pada siswa keas IV

SDN 4 Sukaraja tahun 2009-2010 menunjukan adanya peningkatan. Adapun

kesamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah

kesamaan materi yang diteliti yaitu terkait dengan paragraf. Skripsi tersebut

meneliti tentang pengembangan paragraf sedangkan peneliti akan meneliti terkait

dengan penalaran paragraf. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada objek

yang diteliti, skripsi di atas meneliti siswa dengan memberikan materi terkait

dengan judul penelitiannya, sedangan peneliti memilih koran (paragraf pada

koran) sebagai objek untuk diteliti. Selain itu perbedaannya juga terletak pada

rancangan penelitiannya, skripsi di atas menggunakan PTK (penelitian tidakan

kelas) sedangkanpeneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Penelitian lain yang juga relevan dengan penelitian yang akan dilakukan

peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Titi Asniawati (2014) dengan judul

“Analisis Pemakaian Huruf Kapital dan Kesalahan Penulisan Kata pada Tajuk

rencana Koran Lombok Post periode 2013“. Berdasarkan hasil penelitiannya,

peneliti mengungkapkan kesalahan-kesalahan pemakaian kata yang terjadi pada

5
tajuk rencana koran Lombok post meliputi: (a) kesalahan penulisan huruf kapital

yaitu penulisan nama bulan yang ditulis dengan huruf kecil dan penulisan huruf

kapital (b) kesalahan penulisan kata berimbuhan yaitu, kesalahan awalan atau

prefiks, kesalahan akhiran atau sufiks dan kesalahan konfiks . Kesalahan

penulisan kata depan di dan ke paling banyak ditemukan dalam penelitian ini.

Adapun persamaan skripsi di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah sama-sama meneliti dengan menggunakan objek koran, selain itu

persamaan lainnya terletak pada rancangan penelitian yang dilakukan yaitu sama-

sama menggunakan metode deskriptif kualitatif. Terdapat perbedaan antara skripsi

di atas dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti, skrpsi ini menganalisis

kesalahan ejaan yang terdapat pada tajuk rencana koran, sedangkan penelitian

yang akan dilakukan peneliti adalah menganalisis bentuk penaran paragraf pada

teks berita pada koran tersebut.

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Bahasa

Kata bahasa dalam bahasa Indonesia memiliki lebih dari satu makna atau

pengertian, sehingga seringkali membingungkan. Dalam pendidikan formal di

sekola menengah, kalau ditanyakan apakah bahasa itu, biasanya akan dijawab,

“bahasa adalah alat komunikasi”. Jawaban ini tidak salah, ttapi juga tidak benar,

sebab jawab itu hanya menyatakan “bahasa adalah alat”. Jadi fungsi dari bahasa

itu yang dijelaskan bukan “sosok” bahasa itu sendiri. Memang benar, fungsi

bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia tetapi pertanyaan yang diajukan di

6
atas bukan “Apakah fungsi bahasa?”, melainkan “Apakah bahasa itu ?”. Maka,

jawabannya bahasharuslah berkenaan dengan “sosok” bahasa itu , bukan tentan

fungsinya. Jawaban, bahwa “bahasa adalah alat komunikasi” untuk pertanyaan

“Apakah bahasa itu ?”, memang wajar terjadi karena bahasa itu adalah fenomena

sosial yang banyak seginya. Sedangkan segi fungsinya tampaknya merupakan segi

yang paling menonjol diantara segi-segi lainnya. Karena itu tidak mengherankan

kalau banyak juga pakar yang membuat definisi tentang bahasa dengan pertama-

tama menonjolkan fungsinya itu, seperti Sapir, Badudu, dan Keraf.

Definisi bahasa yang sejalan dengan pakar lain , kalau dibutii akan

didapatkan beberapa ciri atau sifat yang hakiki dari bahasa. Sifat atau ciri itu

anatara lain, adalah: (1) bahasa itu adalah sebuah sistem, (2) bahasa itu berwujud

lambang, (3) bahasa itu berupa bunyi, (4) bahasa itu bersifat arbitrer, (5) bahasa

itu bermakna, (6) bahasa itu bersifat konvesional, (7) bahasa itu bersifat unik, (8)

bahasa itu bersifat universal, (9) bahasa itu produktif, (10) bahasa itu bervariasi,

(11) bahasa itu bersifat dinamis, (12) bahasa itu berfungsi sebagai alat interaksi

sosial , dan (13) bahasa itu merupakan identitas penutupnya.

Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara

teratur tersusun menurut pola tertentu dan membentuk suatu kesatuan. Sebagai

sebuah sistem, bahasa itu seklaigus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan

sistematis, artinya bahasa itu tersususn menurut suatu pola, tidak tersusun secara

acak, secara sembarangan. Sedangkan sistemis, artinya bahasa itu buan

merupakan sistem tunggal, tetapi terdiri juga dari sub-subsistem atau sistem

bawahan. Di sini dapat disebutkan, anatara lain: subsitem fonologi, subsistem

7
morfologi, subsistem sintaksis, dan subsitem semantik. Bandingkanlah dengan

sebuah sepeda yang terdiri juga dari subsistem kemudi, subsitem pedal, dan

subsitem roda. Tiga unsur dalam setiap subsistem juga tersusun menurut aturan

atau pola tertentu, yang secara keseluruhan memebentuk satu sistem. Jika tidak

tersusun menurut atauran atau pola tertentu , maka subsistem itu pun tidak dapat

berfungsi.

Jenjang subsistem ini dalam lingusitik dikenal dengan nama tataran

linguistik atau tataran bahsa. Jika diurutkan dari tataran yang terendah sampai

tataran yang tertinggi, dalam hal ini yang menyangkut ketiga subsitem struktural

di atas adalah tataran fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana.

Tataran fonem masuk dalam bidang kajian fonologi, tataran morfem dan kata

masuk dalam bidang kajian morfologi, tataran frasa, klausa, kalimat dan wacana

masuk dalam bidang kajian sintaksis. Tetapi perlu dicatat, bahwa kata selain dikaji

dalam morfologijuga dikaji dalam sintaksis. Dalam morfologi , kata menjadi

satuan terbesar, sedangkan dalam sintaksi menjadi satuan terkecil. Dalam kajian

morfologi kata itu dikaji struktur dan proses pembentukannya, sedangkan dalam

sintaksi dikaji sebagai unsur pembentuk satuan sintaksi yang lebih besar.

Berikut merupakan definisi secara ringkas tiap-tiap subsistem bahasa dari

yang terkecil sampai terbesar.

1) Fonem, untuk mengetahui apakah sebuah bunyi fonem atau bukan, kita

harus mencari sebuah satuan bahasa biasanya sebuah kata yang

mengandung bunyi tersebut lalu membandingkannya dengan suatu bahasa

lain yang mirip dengan satuan bahasa yang pertama, kalau ternyata kedua

8
satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berarti bunyi tersebut adalah

sebuah fonem, karena dia bisa atau berfungsi membedakan makna kedua

satuan bahasa itu. Misalnya , kata Indonesia laba atau raba. Kedua kata itu

mirip, masing-masing terdiri empat buah bunyi, yang pertama mempunyai

bunyi /l/. /a/, ./b/, dan /a / dan yang kedua mempunyai bunyi /r/, /a/. /b/,

dan /a/.

2) Morfem, untu menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau

bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya

dengan bentuk-bentuk lain. Kalau bentuk tersebut ternyata bisa hadir

secara berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah

sebuah morfem.

3) Kata, istilah kata sering kita dengar dan sering kita gunakan. Apakah kata

itu ? para linguis yang sehari-hari bergelut dengan kata ini , hingga

dewasa ini kirannya tidak pernah mempunyai kesamaan pendapat

mengenai konsep apa yang disebut kata itu. Batasan kata yang umum kita

jumpai dalam berbagai buku lingusitik umum Eropa adalah bahwa kata

merupakan bentuk yang, ke dalam mempunyai susunan fonologis yang

stabil dan tidak berubah dan ke luar mempunyai kemungkinan mobilitasdi

dalam kalimat.Pertama, bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem

yang urutannya tetap dan tidak dapat berubah, seta tidak dapat diselipi atau

diselang oleh fonem lain. Jadi misalnya, kata sikat urutan fonemnya adalah

/s/, /i/, /k/, /a/, dan /t /. Urutan itu tidak dapat diubah misalnya menjadi

/s/, /k/, /a/, /i/, dan /t/ atau diselipu fonem lain misalnya, menjadi /s/, /i/, /u/

9
/k/, /a/, dan /t/. Kedua, setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat

di dalam kalimat atau tempatnya dapat diisi atau digantikan oleh kata lain .

4) Frase, frase lazim didefinisikan sebagai satuan gramatikal yang berupa

gabungan kata yang bersifat nonprediktif atau lazim juga disebut gabungan

kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kaimat. Baik dari

dfinisi yang pertama maupun yang kedua kita lihat bahwa yang namanya

frase itu pasti terdiri dari lebih dari sebuah kata. Dari definisis itu juga

trelihat bahwa frase adalah konstruksi nonpredikatif. Ini berart, hubungan

anatar kedua unsur yang membentuk frase itu tidak berstruktur subjek-

predikat atau berstruktur predikat-objek. Oleh karena itu, konstruksi

seperti adik mandi dan menjual sepeda bukan frase, tetapi konstruksi

kamar mandi dan bukan sepeda adalah frase. Dari definisi itu terlihat pula

bahwa frase adalah konstituen pengisis fugsi-fngsi sintaksis. Oleh karena

itu dapat dikatakan kelompok kata-kata yang berbeda .

5) Kalimat, kalimat itu sesuatu yang digunakan langsung dalam berbahasa,

maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi klaimat

dengan mengaitkan peranan kalimat itu sebagai alat interaksi dan

kelegkapan pesan atau isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, definisi

seperti “kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisis pikiran

yang lengkap’ merupakan definisi kata mum yang biasa kita jumpai. Dari

rumusan yang disimpulkan, bahwa yang penting atau menjadi dasar

kalimat adalah konstituen dasar dan intonasi final sebab konjungsi hanya

ada kalau diperlukan. Konstituen dasar itu biasanya berupa klausa, jadi

10
kalau pada sebuah klausa diberi intonasi final maka akan terbentuklah

kalimat.

6) Paragraf, paragraf dapat terdiri dari satu atau sekelompok kalimat yang

saling berkaitan (Kridalaksana, 2008:173). Paragraf atau sering juga

disebut alinea merupakan bagian dari suatu karangan yang penulisannya

dimulai dengan baris baru dan merupakan suatu kesatuan pikiran yang

berisikan satu ide pokok dalam rangkaian kalimat-kalimat. Jadi paragraf

merupakan kumpulan beberapa kalimat yang mengandung satu ide pokok

dan merupakan bagian dari sebuah karangan utuh yang mendukung topik

pembicaraan karangan tersebut.

Dalam satu paragraf terdapat satu kalimat utama dan satu atau lebih

kalimat penjelas. Seperti halnya wacana, setiap kalimat yang berurutan

harus memiliki hubungan timbal balik dan tidak boleh saling bertentangan.

Kalimat-kalimat yang menyusun sebuah paragraf juga harus bersifat utuh

dan padu.

7) Wacana, banyak dan berbagai macam definisi tentang wacana telah dibuat

orang.Namun, dari sekian banyak definissi yang dan yang berbeda-beda

itu, pada dasarnya menekan bahwa wacana adalah satuan bahasa yang

lengkap, sehingga dalam hierarki gramatikal merupakan satuan gramatikal

tertinggi atau terbesar. Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam

wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh,

yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar

(dalam wacana lisan), tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal

11
trtinggi atau terbesar, berarti wacana itu dibentuk dai kalimat-kalimat-

kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal dan persyaratan wacana

lainnya. Persyaratan gramatikal dalam wacana dapat dipenuhi kalau dalam

wacana itu sudah terbina yang disebut kekohesian , yaitu adanya

keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana tersebut.

Bila wacana itu kohesif, kan terciptalah kekoherensian yaitu isi acana yang

apik danbenar.

2.2.2 Paragraf

Kita sering mendengar istilah paragraf. Istilah tersebut sering digunakan,

baik dalam percakapan maupun dalam kegiatan-kegiatan pertemuan. Paragraf

adalah satu kesatuan yang terdiri atas seperangkat kalimat yang dipergunakan oleh

pengarang sebagai alat untuk menyatakan dan menyampaikan jalan pikirannya

kepada para pembaca supaya pikiran tersebut dapat diterima oleh pembaca.

Paragraf harus tersususn secara logis-sistematis. Alat bantu unuk menciptakan

susunan logis-sisitematis itu adalah unsur-unsur penyususnan paragraf, seperti

transisi (transition), kalimat topik (topic sentence), kalimat pengembang

(devploment sentence), dan kalimat penegas (punch-line).

Paragraf merupakan rangkaian kalimat yang saling berhubungan dan

membentuk satu kesatuan pokok pembahasan. Paragraf umunya terdiri dari

beberapa kalimat. Kalimat-kalimat tersebut saling berkaian satu sama lain dan

mengusung satu pokok pikiran tertentu. Paragraf juga terdiri dari unit pikiran atau

12
perasaan yang biasanya tersusun atas beberapa unit kalimat yang bertindak

sebagai bagan dari unit yang lebih besar (Akhadiah, 1988:144).

Adapun syarat pembentukan suatu paragraf adalah sebagai berikut.

1) KesatuanParagraf

Untuk membentuk kesatuan paragraf, setiap paragraf hanya berisi satu

pokok pikiran. Paragraf terdiri atas beberapa kalimat. Tetapi, seluruhnya

harus merupakan satu kesatuan, tidak ada satu kalimat pun yang sumbang,

yang tidak mendukung kesatuan paragraf. Bahwa semua kalimat yang

membina paragraf itu secara bersama-sama menyatakan suatu hal, suatu

tema tertentu. Jika terdapat kalimat yang sumbang, paragraf akan rusak

kesatuannya.

2) Kepaduan Paragraf (koherensi)

Paragraf dinyatakan padu jika dibangun dengan kalimat-kalimat yang

memiliki hubungan pikiran yang logis. Hubungan pikiran-pikiran yang ada

dalam paragraf menghasilkan kejelasan struktur dan makna paragraf.

Hubungan kalimat tersebut menghasilkan paragraf yang padu, utuh, dan

kompak

Adapun fungsi paragraf, yaitu (1) Sebagai penampung dari sebagian kecil

atau ide pokok keseluruhan karangan dan (2) memudahkan pemahaman jalan

pikiran atau ide. Paragraf yang baik selalu berisi ide pokok. Ide pokok itu

merupakan bagian yang integral dari ide pokok yang terkandung dalam

keseluruhan karangan. Ide pokok pragraf tidak hanya merupakan bagian dari

13
ide pokok keseluruhan, tetapi juga memiliki relevansi dan menunjang ide

pokok tersebut. Melalui ide pokok yang tersirat dari setiap paragraf, pembaca

akan sampai pada pemahman total.    

Jenis-jenis paragraf ditinjau dari letak kalimat pokok paragraf terbagi

menjadi: paragraf deduktif, induktif, campuran dan narasi deskripsi sedangkan

Jenis- jenis paragraf ditinjau dari isinya dibedakan menjadi: paragraf

eksposisi, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan narasi.

2.2.3 Penalaran paragraf

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera

(pengamatan empiris) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

Berdasarkan pengamatan yng sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yng

sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahu atau dianggap benar, orang

menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya yang tidak diketahui.

Proses inilah yang disebut menalar. Dalam penalaran, penyimpulan disebut

dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi

(consequence). Penalaran paragraf dibagi menjadi dua, yaitu penalaran Induktif

dan penalaran Deduktif.

1) Penalaran Induktif

Menurut Shurter dan Pierce (dalam Shofiah, 2007 : 14)

penalaran induktif adalah cara menarik kesimpulan yang bersifat

umum dari kasus-kasus yang bersifat khusus.

14
Lalu menurut Suriasumantri (dalam Shofiah, 2007 :15)

penalaran induktif adalah suatu proses berpikir yang berupa

penarikan kesimpulan yang umum atau dasar pengetahuan tentang

hal-hal yang khusus. Artinya,dari fakta-fakta yang ada dapat ditarik

suatu kesimpulan.

Kesimpulan umum yang diperoleh melalui suatu penalaran

induktif ini bukan merupakan bukti. Hal tersebut dikarenakan

aturan umum yang diperoleh dari pemeriksaan beberapa contoh

khusus yang benar, belum tentu berlaku untuk semua kasus.

Adapun ciri-ciri paragraf induktif adalah

a. Terlebih dahulu menyebutkan peristiwa-peristiwa khusus

b. Kemudian, menarik kesimpulan berdasarkan peristiwa-

peristiwa khusus

c. Kesimpulan terdapat di akhir paragraf

d. Menemukan kalimat utama, gagasan utama, kalimat

penjelas

e. Gagasan utama terdapat pada kalimat utama

f. Kalimat penjelas terletak sebelum kalimat utama, yakni

yang mengungkapkan peristiwa-peristiwa khusus

g. Kalimat penjelas merupakan kalimat yang mendukung

gagasa utama

Aspek dari penalaran induktif dibagi menjadi 3 bagian, yaitu pargaraf

generalisasi, analogi dan kalusal.

15
a. Generalisasi

Generalisasi adalah proses penalaran berdasarkan pengamatan atas

sejumlah gejala dengan sifat-sifat tertentu mengenai semua atau

sebagaian dari gejala serupa. Dari sejumlah fakta atau gejala khusus

yang diamati ditarik kesimpulan umum tentang sebagian atau seluruh

gejala yang diamati itu. Proses penarikan kesimpulan yang dilakukan

dengan cara itu disebut dengan generalisasi. Jadi, generalisasi adalah

pernyataan yang berlaku umum untuk semua atau sebagian gejala yang

diamati. Karena itu suatu generalisasi mencakup ciri-ciri esensial atau

yang menonjol, bukan rincian. Di dalam pengembangan karangan,

generalisasi perlu ditunjang atau dibuktikan dengan fakta-fakta,

contoh-contoh, data statistik, dan sebagainya yang merupakan

spesifikasi atau ciri khusus sebagai penjelasan lebih lanjut.

Contoh :
Murid laki-laki itu pergi ke sekolah, dia memakai
seragam sekolah.
Murid perempuan itu pergi ke sekolah, dia memakai
seragam sekolah.
Generalisasi : Semua murid yang pergi ke sekolah
memakai seragam sekolah.

b. Analogi

Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu

gagasan terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan

gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan gagasan yang

pertama. Pengembangan analogi biasanya digunakan untuk

membandingkan sesuatu yang sudah terkenal umum dengan yang tidak

16
dikenal umum. Analogi sangat tepat untuk menganalogikan sesuatu

yang belum dipahami dengan sesuatu yang sudah sagat dikenal. Maka,

paragraf analogi berfungsi untuk membandingkan dan mengingatkan

dua hal yang berbeda (Rohmadi dan Yakub, 2010:56).

c. Klausal (sebab-akibat)

Penalaran induktif dengan melalui hubungan kausal (sebab

akibat) merupakan penalaran yang bertolak dari hukum kausalitas

bahwa semua peristiwa yang terjadi di dunia ini terjadi dalam

rangkaian sebab akibat. Tak ada suatu gejala atau kejadian pun yang

muncul tanpa penyebab. Paragraf sebab-akibat, pokok pikirannya

berupa sebab dan pikiran penjelasnya berupa akibat. Namun, dapat

juga sebaliknya (Rohmadi dan yakub, 2010:52).

Cara berpikir seperti itu sebenarnya lazim digunakan dalam

kehidupan sehari-hari, seperti halnya dalam dunia ilmu pengetahuan.

Contoh : Sheily membawa paying ketika akan pergi ke kampus, karena

cuaca mendung (sebab) dan akan segera turun hujan (akibat).

2) Penalaran deduktif

Pernalaran deduktif merupakan metode untuk menarik

kesimpulan dengan menhubungkan data-data yang bersifat umum,

kemudian dijadikan suatu simpulan atau fakta yang khusus.

Contoh:

Premis 1 = Semua makhluk adalah ciptaan Tuhan. (U)


Premis 2 = Manusia adalah makhluk hidup. (U)

17
Simpulan = Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan. (K)

Dapat dilihat dari contoh diatas bahwa pernalaran ini dimulai

dengan suatu premis (pernyataan dasar)  untuk menarik

kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar

itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara

tersirat telah ada di dalam pernyataan tersebut.

Jadi sebenarnya proses deduksi ini tidak menghasilkan suatu

pengetahuan yang baru, melainkan pernyataan kesimpulan yang

konsisten berdasarkan pernyataan dasarnya.

Menurut bentuknya, pernalaran deduktif dibagi menjadi dua

yaitu, silogisme dan entimen.

a) Silogisme

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, silogisme adalah

bentuk, cara berpikir atau menarik simpulan yang terdiri atas

premis umum, premis khusus, dan simpulan. Silogisme

merupakan suatu cara pernalaran yang formal. Namun, bentuk

pernalaran ini jarang dilakukan dalam komunikasi sehari-hari.

Yang sering dijumpai hanyalah pemakaian polanya, meskipun

secara tidak sadar.

Contoh pola silogisme yang standar:


(a)   Premis mayor = Semua manusia akan mati.
(b)   Premis minor = Si A adalah manusia.
(c)   Simpulan = Si A akan mati.
Secara singkat silogisme dapat dituliskan:
Jika a=b dan b=c maka a=c

18
b) Entimen

Praktek nyata berbahasa dengan pola silogisme memang

jarang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, baik tulisan

maupun lisan. Namun entimen (yang pada dasarnya adalah

pola silogisme) sering dijumpai pemakaiannya. Di dalam

entimen salah satu premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan

karena sudah sama-sama diketahui.

Contoh:

Menipu adalah dosa karena merugikan orang lain.


Kalimat di atas dapat dipenggal menjadi 2 bagian:
a) Menipu adalah dosa. >> Kesimpulan
b) Karena (menipu) merugikan orang lain. >> Premis
Minor, karena bersifat khusus.

Dalam kalimat di atas, premis yang dihilangkan adalah

premis mayor. Untuk melengkapinya kita harus ingat bahwa

premis mayor selalu bersifat lebih umum, jadi tidak mungkin

subjeknva "menipu". Kita dapat menalar kembali dan

menemukan premis mayornya: Perbuatan yang merugikan

orang lain adalah dosa.

Untuk mengubah entimem menjadi silogisme, mula-mula

kita cari dulu simpulannya. Kata-kata yang menandakan

simpulan ialah kata-kata seperti: jadi, maka, karena itu, dengan

demikian, dan sebagainya. Kalau sudah, kita temukan apa

premis yang dihilangkan.

19
3. Metode Penelitian

3.1 Rancangan Peneltian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan

tujuan dan kegunaan tertentu (Arikunto, 2002:13). Jadi, metode penelitian

merupakan cara yang dilakukan seorang peneliti dalam mengumpulkan data-data

hasil penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Metode kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat postitivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah (sebagai jawabannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai

intsrumen kunci, sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi

(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif,dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiono, 2014:9). Penelitian ini

memanaatkan metode kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif.

Deskriptif kualitatif adalah metode yang menggambarkan fakta-fakta,sifat-sifat

serta hubungan antara fenomena yang diselidiki secara sistematis, faktual, dan

akurat dari sampel penelitian melalui persepsi yang tepat. Dalam penelitian ini

peneliti akan mendeskripsikan bentuk penggunaan penalaran paragraf pada teks

berita utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015.

20
3.2 Data dan Sumber Data

3.2.1 Data

Data pada dasarnya merupakan bahan mentah yang dikumpulkan oleh

peneliti. Data dalam penelitian ini adalah berupa paparan berita yang terdapat

pada teks berita utama surat kabar Lombok Post edisi April 2015

3.2.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu sumber

data primer dan sumber data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah surat kabar

Lombok post edisi april 2015.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku

dan data-data lain yang berhubungan dengan teori kebahasaan dan

beberapa penelitian ilmiah sebelumnya mengenai paragraf , serta

melalui artikel dan media lainnya.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data yang relevan dan sesui dengan tujuan penelitian

maka teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Teknik dokumenter dan

tetode telaah isi.

21
3.3.1 Teknik dokumenter

Teknik dokumenter merupakan tekhnik pengumpulan data yang

menggunakan data atau informasi yang tersimpan dalam bentuk dokumentasi.

Data atau informasi yang digunakan dalam dokumentasi harus berupa data yang

belum terlalu lama sehingga diyakini keasliannya (Nawawi dan Martini, 1994:94).

Adapun bentuk dokumentasi pada penelitian ini adalah kumpulan koran Lombok

Post Edisi April 2015.

3.3.2 Teknik telaah isi

Teknik telaah isi adalah untuk memahami dengan cermat isi dari

berita utama dalam surat kabar Lombok post edisi April 2015, sehingga dapat

disimpulkan penalaran paragraf apa saja yang digunakan dalam teks berita

tersebut.

3.4 Metode Analisis Data

Aalisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah,

karena analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam

memecahkan masalah penelitian (Nazir, 2005:346). Metode deskriptif adalah

metode mengumpulkan informasi mengenai setatus gejala yang ada pada

penelitian yang dilakukan (Arikunto, 2003: 309).

Analisis data dalam suatu penelitian bertujuan untuk menyampaikan data

dan membatasi penemuan-penemuan sehingga menjadi suatu yang teratur serta

tersusun dan lebih berarti (Marzuki, 1989:87). Setelah data terkumpul, selanjutnya

22
peneliti dapat menganalisi data dan metode yang digunakan dalam menganalisis

data penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif . Analisis data deskriptif

kualitatif adalah cara menganalisis data dengan mendeskripsikan suatu situasi

tertentu secara sisematis dan akurat atau membuat deskripsi atau narasi semata-

mata dari suatu fenomena (Danim, 2002:51). Data yang dianalisis berbentuk kata-

kata , gambaran-gambaran yang diperoleh dengan cara menelaah buku atau

dokumen-dokumen termasuk didalamnya deskriptif mengenai situasi (Danim,

2002: 61).

Adapun langkah-langkah yang akan dilakukan dalam analisis data adalah.

1) Identifikasi

Pada langakah ini, peneliti melakukan pengamatan dengan cara

membaca keseluruhan paragraf pada berita utama surat kabar lombok post

secara berulang ulang untuk mengumpulkan data tentang penalaran

paragraf sehingga dapat menemukan penggunaan penalaran pargraf apa

yang digunakan dalam berita utama surat kabar Lombok post edisi April

2015.

2) Klasifikasi

Setelah dilakukan identifikasi, maka langkah selanjunya adalah

mengklasifikasikan bentuk penalaran dan pengembangan paragraf apa

yang digunakan dalam paragraf berita tersebut. Sehingga dapat diketahui

berapa banyak penggunaan penalaran paragraf pada surat kabar tersebut.

23
3) Interpretasi

Setelah melakukan klasifikasi dan identifikasi terhadap penalaran

paragraf yang terdapad pada teks berita utama dalam surat kabar Lombok

post edisi April. Langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi secara

mendalam terhadap paragraf berita utama surat kabar Lombok post lalu

menarik kesimpulan dari paragraf tersebut.

24
DAFTAR PUSTAKA

Akadiah. 1988. Pembinaan kemampuan menulis. Jakarta: PT Gelor aksara

Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian Sebuah Pendekatan Praktik.

Jakarta. Pt bna aksara

Effendi, Onong Uchjana.1993, Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi , Bandung

PT. Citra Aditya Bakti.

http://apliabelina.student.ipb.ac.id/

http://kallolougi.blogspot.com/2010/07/silogisme-silogisme-kategorik.html

http://rafika-afriyani.blogspot.com/2010/03/menulis-merupakan-proses-

bernalar.html

http://timokomit.wordpress.com/2012/03/08/pengertian-penalaran-induktif-dan-

deduktif/

http://yogaskusumah.blogspot.com/2011/02/penalaran-induktif-generalisasi

Juani. 2009 . “ Kemampuan Mengembangkan Kalimat Utama Menjadi Karangan

Naraasi Pada Siswa Kelas V SDN 1 Sangiang Lec. Wea Kab. Bima

Tahun Pelajaran 2009/2010 ‘’.. Skripsi Universitas Muhammadiyah

Mataram.

Nasi, Moh.2005. Psikologi Pendidikan . Bandung: Remaja Rosda Karya

25
Tarigan, Djago. 2009. Membina Keterampilan Menulis Paragraf dan

Pengembangannya. Bandung : Angkasa

Adjat, Syakri. 1992. Bangun Paragraf Bahasa Indonesia. Bandung: ITB

Bandung.

Sunarti. 2009.Bahasa Indonesia Ilmiah. Yogyakarta: Andi Offset.

Depdiknas.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta:

Depdiknas

Finoza, Lamuddin.2004. Komposisi Bahasa Indonesia.Jakarta: PT. Dwasadasa

Sarana Bersama

Nawawi, Hadari dan Mini Martines. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta:

Gajah Mada University Press

Arikunto, suharsimi. 2003. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek.

Jakarta: Rineka Cipta

Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa.

Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.

_________________. 2011. Morfologi dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Sanata

Dharma.

Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT

Gramedia Widia Sarana Indonesia.

26
Kridalaksana, Harimurti. 1989. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

___________________. 2008. Kamus Linguistik (Edisi 4). Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama.

Purwoko, Herudjati. 2008. Discourse Analysis: Kajian Wacana bagi Semua

Orang. Jakarta: Penerbit Indeks.

Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta: Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis

Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Sugono Dendy (Pemred). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat).

Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wijana, I Dewa Putu. 2009. Berkenalan dengan Linguistik. Yogyakarta: Pustaka

Araska.

27

Anda mungkin juga menyukai