Anda di halaman 1dari 19

PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MEMBACA DALAM IPS

DISUSUN OLEH :

1. YAKUB TOMMI GULTOM


2. SRI LESTARI
3. TA ATIKA SULISTYOWATI
4. YUMITA MARISA USRI

KELOMPOK 9

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS RIAU

TAHUN PELAJARAN 2019


Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................

Daftar Isi..............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang ..............................................................................................................

1.2.Rumusan Masalah..........................................................................................................

1.3.Tujuan Masalah.............................................................................................................

1.4.Manfaat Masalah

BAB II. Pembahasan

2.1.

2.2.

BAB III. Penutup.........................................................8

Daftar Pustaka................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan membaca sering kali kita lakukan
dalam waktu luang atau sedang santai, ketika bekerja, ketika belajar, ketika
belanja, di jalan-jalan ketika melihat spanduk-spanduk atau bacaan lainnya yang
memberikan informasi kepada kita dan lain sebagainya. Namun pernahkah kita
menyadari sudah seberapa mahir dan terampil diri kita dalam menguasai atau
memahami bacaan yang sedang dan sudah kita baca. Maka dari itu kita perlu
mengembangkan keterampilan membaca, meskipun sejak kita duduk di bangku
sekolah dasar telah belajar membaca akan tetapi kita kembali pada hakekat dan
tujuan IPS. Salah satu tujuan IPS adalah untuk mempersiapkan warga negara
Indonesia agar dapat berpartisipasi dalam hidup di masyarakat, baik dalam
masyarakat lokal, nasional, maupun masyarakat dunia. Agar dapat berpartisapasi
dalam masyarakat tersebut, seorang warga perlu memiliki kemampuan berupa
pengetahuan ( knowledge ), sejumlah keterampilan ( skills ), sikap dan nilai
( attitudes and values ) serta kemampuan berperilaku ( action ) sebagai warga
negara. Di sinilah, seseorang memerlukan keterampilan membaca tentang hal-hal
yang berkaitan dengan kehidupan bermasyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dari penulisan ini kami
dapat memperoleh hasil yang diinginkan, maka penyusun mengemukakan
mengemukakan beberapa rumusan masalah. Rumusan tersebut adalah
“Pengembangan Keterampilan Membaca dalam IPS”.

1.3 Tujuan penulisan


Tujuan Pokok:
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Untuk menambah pengetahuan tentang membaca.
3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang perlu diterapkan untuk
mengembangkan keterampilan membaca dalam IPS.

1.4 Manfaat penulisan


1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Ilmu Sosial.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja yang dimaksud sesuai dengan tema
yang dibahas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN MEMBACA DALAM IPS


1. Pengembangan Keterampilan Pemahaman

Memahami suatu istilah dan atau konsep maka di perlukan keterampilan


memahami terhadap bacaan-bacaan yang ada. James Banks (1990) menyebut
kemampuan yang dimaksud dengan istilah kesadaran metakognitif  yaitu
sering diartikan “mengetahui tentang mengetahui” (knowing about knowing)
atau “mengetahui bagaimana untuk mengetahui” (know how to know).
Metakognitif  merupakan kesadaran tentang apa yang harus dilakukan untuk
belajar.
Dengan kesadaran ini maka memungkinkan para pembaca berusaha
menentukan apakah mereka telah memahami dan kapan. Kemampuan yang
diperlukan agar kemampuan metakognitif ini muncul adalah kemampuan
melakukan kontrol (monitoring) pemahaman terhadap isi bacaan.Banks (1990)
mengemukakan empat langkah untuk memonitoring adalah sebagai berikut:
1) Kita harus mengetahui kapan kita melakukan dan tidak melakukan
sesuatu.
2) Kita harus mengetahui apa yang kita ketahui.
3) Kita harus mengetahui apa yang mereka perlukan untuk mengetahui.
4) Kita harus mengetahui kegunaan teknik-teknik yang membantu kita dalam
belajar.

Empat langkah dalam memonitoring  pemahaman membaca ini


sangatlah penting karena kesadaran metakognitif perlu adanya monitoring oleh
diri sendiri (self-monitoring) dan evaluasi diri (self-evaluation). Kemampuan
membaca dalam IPS perlu keterampilan khusus karena bahan bacaannya yang
beragam. Jarolimek & Parker (1993) mengemukakan sejumlah keterampilan
membaca dalam IPS, sebagai berikut Diharapkan siswa IPS adalah pembaca
yang mampu:
1) Membaca secara fleksibel.
2) judul bab dan subbab sebagai alat bantu membaca.
3) Menggunakan kunci kontekstual untk mendapatkan makna.
4) Menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan.
5) Menduga hubungan sebab-akibat.
6) Menggunakan bahan referensi, bila perlu, untuk memahami istilah kosa
kata penting.
7) Mencari data.
8) Menggunakan bagian-bagian buku (seperti indeks, daftar isi, pengantar,
dan sebagainya) sebagai alat bantu membaca.
9) Menunjukkan pilihan.
10) Menempatkan fakta dan menduga ide-ide utama.
11) Membandingkan penjelasan satu dengan yang lainnya.
12) Mengenal kalimat-kalimat topik.
13) Menggunakan keterampilan untuk menemukan bahan kepustakaan.

Membaca adalah proses berpikir, dan intinya adalah proses memaknai,


yakni merekontruksi makna. Proses pemaknaan ini dilakukan oleh pembaca
disesuaikan dengan situasi dan teks yang dibaca. Dengan demikian, membaca
merupakan suatu interaksi antara pembaca, teks, dan konteks. Membaca sering
juga dikatakan sebagai proses kognitif yang kompleks. Namun, bukan berarti
bahwa pekerjaan membaca tidak dapat disederhanakan. Jarolimek dan Parker
menyarankan beberapa keterampilan membaca isi buku teks, sebagai berikut:
1. Memanfaatkan beberapa bagian buku-buku.
Bagian-bagian buku hendaknya dibelajarkan sebagai alat bantu dalam
memperoleh informasi. Seperti indeks, daftar isi, pengantar, dan
sebagainya.

2. Mengenali kalimat-kalimat topik.


Kalimat topik adalah sesuatu yang penting dalam setiap paragraf karena
kalimat ini memberi informasi tentang apakah paragraf tersebut. Adapun
yang harus dipelajari siswa:
 Bahwa kalimat topik memberikan informasi tentang apakah paragraf
tersebut,
 Bahwa kalimat lain dalam paragraf hanya menguraikan, menjelaskan
atau mendukung kalimat topik,
 Bahwa kalimat topik biasanya, walaupun tidak selalu, adalah kalimat
pertama dalam suatu paragraf.

3. Memanfaatkan teknik pengorganisasian buku.


Kita bisa menggunakan bagian-bagian dalam buku, seperti bab, subbab,
peta, chart, gambar, tabel, dan pendahuluan yang akan membantu
pembaca dalam memahami isi bacaan.

4. Memanfaatkan gambar untuk membantu pemahaman.


Penggunaan alat bantu visual yang paling luas dalam buku adalah
gambar, foto, dan ilustrasi. Ini digunakan untuk memperoleh realisme,
untuk mengungkapkan pemikiran, untuk mengingat objek yang
sebenarnya, singkatnya untuk memberikan pemaknaan dalam belajar.
Upaya ini dilakukan karena kata-kata saja tidak cukup dapat
menyampaikan pesan atau arti secara akurat, tepat, dan cepat seperti
gambar. Pesan yang dibawakan serta materi yang dibahas terdapat
sinkronisasi dan sinergisme.
Jarolimek (1993) mengemukakan tujuan mendasar dari
pembelajaran dengan memanfaatkan alat bantu gambar, misalnya, adalah
agar pesan yang disampaikan betul-betul akurat. Faktor lain yang perlu
dipertimbangkan adalah bahwa gambar, foto atau ilustrasi hendaknya
disesuaikan dengan tingkat perkembangan atau jenjang usia siswa.
Dengan kata lain, alat bantu tersebut hendaknya menjadi media yang
dapat mempermudah penyampaian pesan.

2. Pengembangan Keterampilan Vokabuler Sosial


Vokabuler atau vokabularium sosial yang dimaksud disini adalah
semua kata, perbendaharaan kata atau kosa kata yang biasa digunakan dalam
IPS. Setiap mata pelajaran memiliki vokabuler masing-masing, misalnya
himpunan, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan prima merupakan
vokabuler dalam Matematika.
Rendahnya penguasaan vokabuler IPS merupakan salah satu penyebab
utama rendahnya pemahaman dan banyaknya kesalahan membaca dalam
IPS. Apalagi apabila para penulis buku IPS menyuguhkan kata-kata yang
dirasakan sulit (asing) bagi para pembaca (siswa). Kesulitan ini mungkin
disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya, kata-kata tersebut belum
waktunya dikenal oleh siswa karena belum sesuai dengan tingkat
perkembangan usianya.
Meskipun demikian, apabila seseorang berbicara atau menulis tentang
konsep-konsep IPS, maka vokabuler yang tepat haruslah digunakan. Berikut
ini adalah jenis kata atau istilah vokabuler sosial yang sering muncul dalam
IPS sehingga perlu dikenal.
1. Istilah teknis, ialah istilah, kata-kata, atau ungkapan yang asing bagi
IPS dan biasanya dijumpai ketika membaca. Misalnya: veto, meridian,
legislative, temperature, plato (dataran tinggi), kapitalisme, demokrasi,
abad, kuno, peradaban, dsb.
2. Istilah figuratif (kiasan), ialah ungkapan yang bersifat metaporis;
memiliki konotasi berbeda dari arti harfiah yang biasa digunakan.
Misalnya: flatform politik, perang dingin, pemimpin tangan besi, balas
jasa, politik pintu terbuka, politik adu domba (devide et impera), dsb.
3. Kata-kata yang berarti ganda, ialah kata-kata yang memiliki ejaan
yang sama tetapi memiliki makna berbeda sesuai dengan konteks.
Misalnya: kamar, kursi, meja hijau, dsb.
4. Istilah-istilah khas untuk suatu wilayah tertentu, ialah ungkapan-
ungkapan khusus di suatu wilayah tertentu yang tidak biasa digunakan di
tempat lain. Misalnya: desa, udik, marga, nagari, dsb.
5. Kata-kata yang sama atau hampir sama pengucapannya, ialah kata-
kata yang sama atau hampir sama baik ucapan maupun penulisannya
namun maknanya berbeda. Misalnya: malang dengan Kota Malang,
KKN (kuliah kerja nyata) dengan KKN (korupsi, kolusi, nepotisme),dsb.
6. Akronim, ialah kata-kata singkatan. Misalnya: OPEC, ASEAN,
KADIN, DEPDIKNAS, dsb.
7. Istilah-istilah penjumlahan, ialah kata-kata atau istilah yang
menunjukkan jumlah waktu, ruang, atau objek. Misalnya: tak lama
kemudian, abad, windu, beberapa tahun kemudian, dsb.
Apabila siswa dihadapkan dengan persoalan seperti ini didalam kelas,
maka guru perlu mengantisipasi istilah atau kata-kata apa saja yang dianggap
sulit oleh siswa ketika siswa membaca buku teks. Dalam hal ini, ada dua
jenis masalah vokabuler dalam IPS yang hendaknya diantisipasi oleh guru.
Pertama, ketidakcakapan mengenal jenis kata; dan kedua, ketidaktahuan arti
kata setelah ia mengenal jenis kata. Oleh karena itu, kata dan istilah
baruhendaknya disajikan dan dikembangkan dalam konteks kalimat, bukan
dalam pengertian kata demi kata.
Pengembangan vokabulersosial dalam PS hendaknya dilakukan oleh
guru dalam kondisi ketika motivasi siswa sedang tinggi untuk belajar. Belajar
kosa kata dengan cara menghafal atau melihat kamus sebelum membaca
buku teks bukanlah cara yang tepat sehingga tak satupun ahli menganjurkan
cara seperti ini. Strategi yang dianggap tepat sebagaimana dianjurkan oleh
Jarolimek & Parker (1993) adalah dengan cara menuliskan kata-kata atau
istilah kunci pada suatu kalimat dan mendiskusikan maknanya. Dengan cara
demikian maka para siswa dibawah bimbingan guru dapat memilih istilah
atau kata apa saja yang bermakna untuk membaca materi selanjutnya.
Disamping itu, perlu juga diperhatikan oleh guru bahwa melatih rasa
sensitive bagi siswa dan menaruh perhatian terhadap istilah dan kata-kata
baru  sangatlah penting. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap kata atau istilah
baru merupakan aspek yang perlu dikembangkan untuk mencapai target
keberhasilan dalam membaca. Guru-guru hendaknya mendorong para siswa
agar menggunakan vokabuler sosial dalam proses belajar mengajar IPS baik
dalam diskusi maupun dalam tulisan atau karangan.
Untuk melatih para siswa di bidang ini, guru dapat melibatkan siswa
dalam permainan kata-kata. Misalnya, guru menyajikan teka-teki, persamaan
atau lawan kata, menyajikan teka-teki silang, atau menyusun kata-kata agar
membentuk makna. Kegiatan-kegiatan seperti ini akan sangat membantu
dalam mengenali kata-kata atau istilah baru. Adanya papan berlatih yang
menyajikan informasi baru termasuk istilah-istilah baru dapat mendukung
dalam pengembangan vokabuler sosial bagi siswa.
Proses mengkombinasikan kata atau istilah baru yang telah diketahui
artinya dengan cara menyusun sehingga membentuk kata baru dan
memaknainya merupakan teknik yang membantu memperkaya vokabuler.
Teknik yang dapat dilakukan adalah dengan cara menambahkan awalan atau
akhiran pada kata dasar. Misalnya, kata “daya”  dapat dibentuk menjadi
berdaya, pemberdayaan, memberdayakan, “dikte” dapat dibentuk menjadi
mendikte, “diktator” dapat dibentuk menjadi kediktatoran, “adab” dapat
dibentuk menjadi beradab, biadab, peradaban, dsb

2.2 KONSEP DASAR KETERAMPILAN SOSIAL


Secara umum keterampilan social dapat dipahami sebagai prilaku yang
dipelajari, bisa diterima secara social, yang memungkinkan orang berinteraksi
dengan orang lain melalui cara–cara yang menghasilkan respon positif dan
membantu dalam menghindari respon negatif dari orang lain tersebut.
Keterampilan social tidak hanya berhubungan dengan kemampuan untuk
menginisiasikan dan menjaga interaksi positif dengan orang lain, tetapi
berhubungan juga dengan kemampuan untuk mencapai tujuan yang individu
miliki untuk berinteraksi dengan orang lain.
Pengertian keterampilan soaial menurut morgan tidak hanya melibatkan
unsur kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang dan menjaga
interaksi dengan baik, tetapi juga melibatkan unsure tujuan dari orang yang saling
berinteraksi. Seseorang menunjukan perilaku yang terampil secara social dalam
sebuah interaksi dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu melalui
interaksi tertentu. Melalui pengutan dan pengukuhan dalam keterampilan sosial
ini, tentunya akan sangat berdamk positif, sikap nasoinalisme akan tumbuh, dan
akan dapat mencegah adanya penyimpangan-penyimpangan sosial. Keterampilan
saling berbagi ini adalah salah satu komponen yang ada di dalam keterampilan
sosial, dan berdampingan dengan keterampilan-keterampilan lainnya sehingga
membentuk sebuah keterampilan sosial.

A. KETERAMPILAN SALING BERBAGI


 Keterampilan saling berbagi adalah, kecakapan, kemampuan, yang
sudah tertanam dalam diri manusia untuk bisa menerima dan memberi
kepada sesama, rekan atau orang-orang yang ada didekatnya. Berbagi disini
memiliki arti yang sangat luas yaitu berbagi dalam hal materi, non materi,
ataupun bisa berbagi hal dalam bidang ilmu pengetahuan, maka dari itu
keterampilan saling berbagi ini harus ditanamkan sejak dini pada setiap anak
didik kita, supaya siswa dapat menerima segala bentuk perbedaan yang ada
disekelilingnya, dan saling mengasihi saling berbagi meski berbeda social.
Keterampilan ini sangat penting untuk di pupuk secara terus menerus
supaya anak didik dapat mengimplementasikannya di luar sekolah.
Keterampilan saling berbagi ini juga sangat mempengaruhi bagi
berlangsungnya sebuah interaksi yang baik di lingkungan.
Tentu tidak baik jika seseorang tidak memiliki keterampilan ini, karena
diluar kita berinteraksi dan saling membutuhkan satu sama lain, dimana
keterampilan ini sangat diperlukan untuk berlangsungnya sebuah
kebersamaan di masyarakat. Dimasyarakat luas keterampilan ini bisa di
artikan juga sebagai kemampuan saling membantu satu sama lain, dalam
mengatasi masalah khususnya dalam masalah eksteren yang bersangkutan
dengan masyarakat luas.
Keterampilan saling berbagi, memang kedengarannya sangat mudah
tapi kenyataannya keegoisan, kelas social dan perbedaan masih menjadi
kendala dalam penerapan keterampilan ini dalam masyarakat luas, lalu
bagaimana agar keterampilan ini dapat diimplementasikan dengan baik
dalam masyarakat, marilah kita mulai dari hal terkecil yaitu kita bisa berbagi
dengan orang didekat kita, berbagi pengetahuan, dan berbagi lainnya yang
bersipat positif tentunya. Kuncinya jangan pernah berpikir kalau segala hal
yang terjadi pada diri kita dapat diatasi dengan sendiri, pada kenyataannya
manusia adalah makhluk sosial yang pastinya akan membutuhkan orang lain.
Keterampilan ini perlu ditanamkan pada anak didik kita secara terus
menerus, dengan cara seorang guru harus mampu mengkondisikan anak didik
pada keadaan yang memang mereka harus saling berbagi, setia kawan dan
tolong menolong, guru bisa menerapkan ini dalam pembelajaran-
pembelajarannya dikelas ataupun diluar kelas.
Guru memperkenalkan dan memberikan arahan pada anak didik kita
tentang betapa pentingnya keterampilan saling berbagi ini untuk dikuasai
khususnya diterapkan dalam kehidupannya dimasyarakat luas. Keterampilan
sosial ini adalah upaya untuk meningkatkan rasa nasionalisme terhadap
bangsa, peduli pada sesama dan terhindar dari penyimpangan sosial.
Penyimpangan sosial seperti tawuran, bentrok antar warga dan kerusuhan
kerusuhan lainnya, hal ini disebabkan oleh lemahnya keterampilan sosial
salah satunya adalah keterampilan saling berbagi. Maka dari itu keterampilan
saling berbagi sebagai salah satu komponen dalam keterampilan sosial perlu
dikemas pada anak didik kita supaya dari sejak dini mereka mengerti dan
paham.

B. GURU SEBAGAI FASILITATOR PENGEMBANG KETERAPILAN


Pendidikan merupakan proses pembentukan kepribandian manusia
yang bertujuan untuk membantu peserta didik agar dapat menumbuh
kembangkan potensi – potensi kemanusiaannya. Dalam pendidikan guru
berusaha memberikan pembelajaran kepadapara siswa untuk lebih aktif
mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Untuk mencapai pada tujuan
pendidikan guru sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar
mengajar sangat besar peranannya terutama dalam usaha pembelajaran siswa.
Berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran tidak terlepas dari cara atau
metode pengajaran yang diterapkan guru disekolah. Oleh karena itu, guru
dituntut untuk untuk dapat memilih model mengajar yang tepat dan inovatif
dalam menyajikan pelajaran. Mata pelajaran ilmu pengetahuan soaial perlu
diberikan kepada semua peserta didik dimulai dari sekolah dasar untuk
membekali mereka dengan kemampuan untuk berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama, dalam
membelajarkan ilmu pengetahuan sosial kepada siswa, dan apabila guru
masih menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi
dalam pembelajaran ilmu pengetahuan soaial, maka pembelajaran kooperatip
dapat dipilih menjadi solusinya. Pembelajaran kooperatif adalah strategi
belajar dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda.
Istilah ilmu pengetahuan social (IPS) diarahkan pada penelaahan
masyarakat, meliputi kenyataan dan berbagai masalahnya melalui
pembelajaran sejarah, geografi, ekonomi, dan sosiologi. IPS secara lebih
mendalam mengkaji hubungan antar manusia yang mencakup hubungan
individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan kelompok
dengan Alam.
Seorang guru harus jadi penyelam bagi anak-anak didiknya termasuk
untuk mengembangkan keterampilan saling berbagi pada anak didiknya,
siswa tidak akan mengenali sesutu jika tidak dikenalkan, maka seorang guru
harus berupaya untuk memperkenalkannya khususnya keterampilan saling
berbagi ini, pengenalan sedikit demi sedikit akan meneumbuhkan kepekaan
pada anak didik kita, memahami dan dengan berjalannya waktu anak didik
kitapun akan menguasai keterampilan saling berbagi ini dan siap diterapkan
dikehidupannya yang lebih luas yaitu masyarakat.

C. PENANAMAN SIKAP SALING BERBAGI PADA SISWA


Sebagai makhluk sosial kita pasti membutuhkan sosialisasi,
membutuhkan orang lain, bantuan, dan semacamnya dan memang hal-hal ini
lah yang harus diterapkan dalam benak peserta didik kita. Sikap social atau
keterampilan saling berbagi sangat penting di tanamkan dalam diri anak,
khususnya bagi anak sekolah dasar karena anak yang masuk kesekolah dasar
merupakan awal dari pembentukan karakter, sikap, sifat, kepribadian, dan
prilaku dalam diri siswa sehingga seorang guru harus paham dan mampu
dalam menanamkan sikap social kedalam diri siswa.
Adapun beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan sikap
social khususnya sikap saling berbagi adalah dengan melalui kegiatan belajar
disekolah. Kegiatan belajar disekolah merupakan kegiatan yang bisa
menjadikan siswa untuk belajar banyak hal, terutama belajar dari figure
seorang guru, karena itu guru dituntut untuk selalu memberikan contoh yang
baik untuk siswa. Sosok seorang guru adalah sosok yang sangat penting,
karena dari guru siswa banyak belajar tentang berbagai pengetahuan. Dari
seorang guru pula siswa meniru dan belajar tentang sikap, berprilaku karena
seorang guru akan selalu menjadi contoh pada siswanya, baik dikelas,
disekolah, dan baik diluar sekolahpun guru menjadi pusat perhatian
siswanya.
Menurut guru dalam menanamkan sikap social dalam diri siswa, yang
paling berperan adalah keluarga di rumah, karena keluargalah yang memiliki
banyak waktu bersama siswa di rumah dan selanjutnya adalah lingkungan
sekolah. Begitupun cara yang guru lakukan yaitu guru mempersiapkan RPP,
media dan materi yang akan guru bahas kemudian pada saat mengajar guru
selalu memberikan kalimat-kalimat positif yang bisa menumbuhkan rasa
sikap social pada siswa yang didalamnya terdapat aspek-aspek keterampilan
salah satunya siswa akan memiliki keterampilan saling berbagi pada
sesamanya. Ketika guru menjelaskan sebuah materi pembelajaran guru selalu
mengkaitkannya dengan sikap-sikap sosial yang ditanamkan dalam diri
siswa. Begitu juga ketika mengajar pelajaran IPS, kalimat-kalimat
pembangkit.
Berdasarkan hasil survey (Enok Maryani) menunjukan bahwa
pengembangan keterampilan social/keterampilan saling berbagi erat
kaitannya dengan materi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Materi
yang bermuatan isu-isu kontemporer bersifat problem solving efektif
terhadap pengembangan keterampilan social peserta didik yaitu keterampilan
saling berbagi. Cooperative learning mengembangkan keterampilan saling
berbagi yang lebih baik, semakin konkrit media semakin efektif untuk
pengembangan keterampilan saling berbagi pada siswa.
Misalnya, pemanfaatan lingkungan sekitar, film, kunjungan kerja, dan
media lainnya yang bersifat partisipatif dan interaktif. Keterampilan saling
berbagi dapat berkembang melalui kerja sama kelompok, membangun
pemahaman, tanya jawab diskusi, dan observasi. Media yang interaktif lebih
membangun pemahaman dan interaksi siswa. Pengembangan keterampilan
saling berbagi melalui proses pembelajaran, oleh karena itu peran guru di
dalam kelas sangat penting.
Dalam hal ini guru berfungsi sebagai fasilitator dan mediator, yang
dapat mengarahkan pembelajaran kearah produktif, supaya peserta didik
senantiasa dibantu dan diarahkan oleh guru sehingga apa yang diperbuatnya
menjadi terarah dan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Sebagai
support sistem, kepala sekolah mempunyai peran yang sangat strategis dalam
mendukung pengembangan keterampilan social/keterampilan saling berbagi
dalam bentuk kebijakan, penyediaan sarana dan prasarana, suasana kondusif,
keteladanan dan asfek manajerial lainnya.

D. MODEL DAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SALING


BERBAGI
Model pembelajaran yang ditujukan untuk meningkatkan keterampilan
social pada dasarnya mengarah pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia
sebagai makhluk social, tidak dapat hidup sendiri, saling membutuhkan dan
saling tergantung satu terhadap lainnya yang bisa dilakukan melalui seting
pembelajaran kelompok, seperti pendapat Sja’roni (2008) bahwa dalam
pembelajaran berbasis kelompok, terdapat unsure latihan keterampilan saling
berbagi.
Ibrahim, dkk (2000:18) mengemukakan bahwa partisipasi aktif dalam
kelompok kecil mmbantu siswa belajar keterampilan social yang penting
disamping secara bersamaan mengembangkan sikaf demokratis dan
keterampilan berfikir logis. Dua pendapat diatas menunjukanbahwa
keterampilan social khususnya keterampilan saling berbagi dapat
dikembangkan melalui pembelajaran berbasis pengalaman dalam seting
kelompok. Beberapa model pembelajaran yang relevan untuk menunjang
tumbuhnya keterampilan saling berbagi bada siswa/peserta didik kitya:
1. Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu upaya
pendidikan untuk mengembangkan jiwa homo homini socius,
menekankan pada hakikat manisia sebagai makhluk social yang tidak
bisa hidup sendiri, membutukan pertolongan orang lain sehingga
manusia perlu memiliki kemampuan bekerjasama dan keterampilan
saling berbagi karena memiliki arti yang sangat penting untuk
kelangsungan hidupnya. Pembelajaran kooperatif merupakan
pembelajaran yang dilakukan melalui penggunaan kelompok kecil
dimana para siswa bekerja sama dan saling berbagi untuk
memaksimalkan belajarnya (secara pribadi) dan belajar diantara anggota
kelompok tersebut.
Siswa dibagi dalam kelompok kecil antara empat sampai enam
orang yang heterogen dari segi kemampuan, jenis kelamin, suku/ras,
untuk saling membantudalam memperoleh pemahaman terhadap materi
yang disampaikan oleh guru. Siswa diajak untuk terlibat secara aktif
dalam belajar dengan mengerahkan seluruh kemampuannya, didalam hal
ini guru mungkin akan mengalami kesulitan dalam mengelompokan
siswa, karena siswa cenderung ingin berkelompok dengan orang-orang
yang dikenalnya.
Seperti pendapat Scott Gordon (Lie,2004:41) pada dasarnya
manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak
dengan yang berbeda. Namun, pengelompokan dengan orang lain Yang
yang sepadan dan serupa ini bisa menghilangkan kesempatan anggota
kelompoknya untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena
dalam kelompok homogeny tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa
mengasah proses berpikir, bernegoisasi, dan berkembang. Jadi melalui
pengelompokan kecil tetapi memiliki perbedaan dari segi kemampuan
ini akan membentuk keterampilan social pada siswa khususnya dalam
pengembangan keterampilan saling berbagi, dimana setiap siswa akan
berbagi pengetahuan satu sama lain yaitu belajar sambil mengajar.
Pembelajaran kooperatip memang meningkatkan kontak di
antara para siswa, memberikan mereka dasar untuk saling berbagi
kesamaan (keanggotaan kelompok), melibatkan mereka dalam kegiatan
bersama yang menyenangkan, dan membuat mereka bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama (Slavin. 2008: 134).
Pembelajaran kooperatif disusun sebagai usaha untuk
meningkatkan partisipasi siswa, dan keterampilan saling berbagi pada
siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan serta memberikan
kesempatan pada siswa untuk berinteraksi serta belajar bersama dengan
siswa lain yang berbeda untuk menumbuhkan keterampilan saling
berbagi pada siswa pada siswa lainnya ataupun pada sesame setelah ia
terjun kelingkungan yang lebih luas lagi. yang harus dikembangkan
sebagai bekal dalam melakukan interaksi dan kerjasama dalam
kehidupan, baik dilingkungan masyarakat maupun didunia kerja kelak.

2. Model Pembelajaran di luar Kelas


   Seorang guru dapat memanfaatkan lingkungan sebagai
media dalam mengajar anak didiknya, lalu bagaimana, dan pembelajaran
seperti apa yang dapat merangsang keterampilan saling berbagi pada
anak didiknya. Seorang guru dapat melakukan banyak hal dilingkungan
misalnya melakukan acara kemping/pramuka, kegiatan ini dapat
merangsang keterampilan mereka khususnya saling berbagi, disadari
atau tidak mereka akan melakukan keterampilan itu, seperti berbagi
makanan, berbagi sesuatu yang mungkin temannya tidak mempunyai.

3. Pengajaran Nilai pada siswa


   Nilai menurut Mulyana (2004:11), adalah rujukan dan
keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan sesuatu yang
diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang. Menurut
Frankel (Kartawisastra, 1980:1) nilai adalah standar tingkah laku,
keindahan, keadilan, kebenaran, dan efisiensi yang mengikat manusia
dan sepatutnya untuk dijalankan dan dipertahankan.
Nilai merupakan fondasi penting dalam menentukan karakter
suatu masyarakat dan suatu bangsa. Nilai tidak tumbuh dengan
sendirinya, tetapi melalui proses penyebaran dan penyadaran, yang salah
satunya adalah pendidikan di sekolah. Pendidikan nilai menurut
Mulyana (2004:119) adalah pengajaran atau bimbingan kepada peserta
didik agar menyadari kebenaran, kebaikan, dan keindahan melalui proses
pertimbangan nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten.
Pendidikan nilai dimaksudkan untuk membantu peserta didik
agar memahami, menyadari, dan mengalami nilai-nilai serta mampu
menempatkannya secara integral dalam kehidupan. Jadi melalui
pendidikan nilai ini seorang guru bisa memasukkan keterampilan-
keterampilan sosial khususnya keterampilan saling berbagi. Karena nilai
merupakan kumpulan sikap perasaan ataupun anggapan terhadap sesuatu
hal mengenal baik-buruk, benar-salah, mulia-hina, maupun penting tidak
penting.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keterampilan sosial diantaranya keterampilan saling berbagi sangat berperan
dalam kehidupan kita dimasyarakat, seseorang tidak akan dapt hidup
berdampingan dengan baik jika mereka tidak memiliki keterampilan sosial, melalui
keterampilan sosial ini juga setidaknya bisa mencegah atau menjadi benteng
pertahanan dari tindakan-tindakan negative seperti korupsi, tawuran dll yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat.
Dengan demikian keterampilan ini sangat disarankan untuk ditanamkan pada
diri siswa dari sedini mungkin, satu tujuannya yaitu agar siswa-siswa kita sebagai
penerus bangsa bisa terbiasa dan mampu menerapkannya dilingkungan masyarakat
tempat ia tinggal. Keterampilan saling berbagi adalah kemampuan saling
menghargai, menghormati, dan respek terhadap orang dengan cara membantu, dan
bekerja sama untuk memecahkan sebuah masalah.
3.2 saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran yang ingin disampaikan, silahkan menyampaikan kepada kami.
Apabila ada kesalahan mohon dimaklumi karna kami tak luput dari kesalahan.

DAFTAR PUSTAKA

1. http://sherlyrachmasanie.blogspot.com/2012/12/pengembangan-keterampilan-
vokabuler.html
2. http://wedanganget.blogspot.com/2012/03/makalah-pengembangan-keterampilan.html
3. Eilha-dhiansyah.blogspot.com/2015/03/ketrampilan-ips.
4. www.ayahbunda.co.id/2015/03/ketrampilan-sosial/1.

Anda mungkin juga menyukai