PEMBAHASAN
1.Bagaimana meningkatkan kemampuan guru-guru dalam merancang RPP Mata Pelajaran IPS
dengan mempertimbangkan ketrampilan partisipasi sosial
3. bagaimana caranya merangsang dan meningkatkan apresiasi minat belajar siswa akan mata
pelajaran IPS.
4. bagaimana guru dapat memberdayakan potensi siswa sesuai minat dan bakatnya melalui
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang
harus dihafalkan, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab
terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Pengembangan ketrampilan partisipasi sosial sebagai salah satu dimensi untuk mencapai
tujuan pembelajaran IPS.
1. Pengertian kepekaan sosial
Secara harfiah, istilah” kepekaan”. (sensitivity) berasal dari kata peka atau (sensitive)
yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang
yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan pengetahuan sosial merupakan ilmu pengetahuan yang
disederhanakan untuk pendidikan, dimana mencakup tiga keterampilan, diantaranya
keterampilan mebaca ilmu pengetahuan sosial, keterampilan partisipasi sosial, serta
keterampilan menggunakan globe dan peta. Dan adapun keterampilan pengetahuan
pengetahuan merupakan suatu bentuk kemampuan membentuk pikiran.
B.SARAN
Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat dijadikan suatu
pedoman atau acuan dalam peroses meningkatkan keterampilan-keterampilan ilmu
sosial.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu-ilmu sosial dapat diartikan sebagai bagian ilmu pengetahuan mengenai manusia dengan
konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian setiap ilmu pengetahuan
yang mempelajari dan mengkaji aspek kehidupan manusia dalam masyarakat. Termasuk ilmu-
ilmu social. Manusia adalah suatu dinamika. Dinamika manusia merupakan ungkapan hakikat
jiwa manusia sebagai makhluk yang berakal-budi. Dan sebagai makhluk social hakikat inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dipermukaan bumi. Pengembangan akal-
budi manusia dengan relasi social ini lah yang menyebabkan keadaan kehidupan dipermukaan
bumi seperti kenyataan ini. Manusia sebagai makhluk social juga memiliki sikap, kemampuan,
emosi dan potensi-potensi kejiwaan lainnya. Yang dapat berkembang dalam kehidupan
bermasyarakat. Manusia merupakan makhluk berkembang dalam bermasyarakat.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
1. Keterampilan Sosial
a. Pengertian Keterampilan Sosial Menurut Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011:17)
menyatakan bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena
memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negative. Sedangkan
menurut Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell (1998) Keterampilan sosial
adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal
maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana
keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan
mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal,
tanpa harus melukai orang lain. Libet dan Lewison dalam Cartledge dan Milburn (1995)
mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan
perilaku yang baik dinilai secara positif atau negatif oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak
baik akan diberikan punishment oleh lingkungan. Kelly dalam Gimpel dan Merrel (1998)
mendefinisikan keterampilan sosial sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan
oleh individu pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan. Matson dalam Gimpel dan
Marrel (1998) menjelaskan bahwa keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak,
membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam
norma-norma yang berlaku di sekililingnya. Menurut Thompson (1996), keterampilan sosial
adalah keterampilan untuk mengatur pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam suatu tindakan
atau perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Keterampilan ini sangat
diperlukan ketika anak mulai memasuki kelompok sebaya. Sementara itu Combs and Shaby
dalam Cartledge & Milburn (1995) mengemukakan bahwa keterampilan sosial merupakan
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus
yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu,
saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain. Mu’tadin (2002) mengemukakan bahwa
salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial
tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai
diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan orang lain, memberi atau
memberi feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang
berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dikuasai remaja pada fase tersebut maka ia akan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja
tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Keterampilan sosial
adalah keterampilan untuk berinteraksi, berkomunikasi dan berpartisipasi dalam kelompok.
Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa kemampuan mengontrol diri,
percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab. Untuk selanjutnya kemampuan berkomunikasi secara
jelas, lugas, meyakinkan, dan mampu membangkitkan inspirasi, sehingga mampu mengatasi
silang pendapat dan dapat menciptakan kerjasama. Untuk selanjutnya persamaan pandangan,
empati, toleransi, saling menolong, dan membantu secara positif, solidaritas, menghasilkan
pergaulan (interaksi) secara harmonis untuk kemajuan bersama. Belajar memberi dan menerima,
berbagi hak dan tanggung jawab, menghormati hak orang lain, membentuk kesadaran sosial, dan
menjadi embrio bagi keterampilan sosial (Maryani 2011:18). Laura Cadler dalam Maryani
(2011:19) menjelaskan mengenai pentingnya keterampilan sosial dikembangkan di kelas:
Keterampilan sosial sangat diperlukan dan harus jadi prioritas dalam mengajar. Mengajar bukan
hanya sekedar mengembangkan keterampilan akademik. Hal yang sangat penting dalam
mengembangkan keterampilan sosial adalah dengan mendiskusikan sesama guru atau orang tua
tentang keterampilan sosial apa yang harus menjadi prioritas, memilih salah satu keterampilan
sosial, memaparkan pentingnya keterampilan sosial, mempraktikan, merefleksi, dan akhirnya
mereview dan mempraktikannya kembali setelah diperbaiki, merefleksi dan seterusnya sampai
betul-betul terkuasai oleh peserta didik. Menurut Maryani (2011:20) keterampilan sosial dapat
dikelompokkan atas empat bagian, namun ketiganya saling berkaitan yaitu:
1. Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling mengenal, ada kontak mata,
berbagi informasi atau material;
2. Keterampilan komunikasi: mendengar dan berbicara secara bergiliran, melembutkan
suara (tidak membentak), meyakinkan orang untuk dapat mengemukakan pendapat,
mendengarkan sampai orang tersebut menyelesaikan pembicaraannya
3. Keterampilan membangun tim/kelompok: mengakomodasi pendapat orang, bekerjasama,
saling menolong, saling memperhatikan
4. Keterampilan menyelesaikan masalah: mengendalikan diri, empati, memikirkan orang
lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar dengan berdiskusi, respek terhadap
pendapat yang berbeda. Dari beberapa pengertian keterampilan sosial yang dikemukakan
para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah
keterampilan dalam berinteraksi, berkomuniasi, dan bekerjasama antara manusia dengan
manusia lainnya. Keterampilan sosial harus dimiliki oleh setiap individu karena
keterampilan sosial akan membantu setiap individu dalam mengkomunikasikan informasi
yang akan disampaiakan, keterampilan sosial akan membantu individu bekerjasama
dalam kelompoknya. b. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial Gresham & Reschly dalam Gimpel
dan Merrell (1998) mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu:
1) Perilaku Interpersonal Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut
keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut
dengan keterampilan menjalin persahabatan.
2) Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Perilaku ini merupakan ciri dari
seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti:
keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol
kemarahan dan sebagainya.
3) Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis Perilaku ini
berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti:
mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
4) Penerimaan Teman Sebaya Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai
keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya,
karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang
dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan
tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
5) Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin
hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap
lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.
C. Aspek Keterampilan Sosial Caldarella dan Marrell dalam Gimpel dan Marrel (1998)
mengemukakan lima aspek paling umum yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu :
1) Hubungan dengan teman sebaya (Peer Relation) Ditunjukan melalui perilaku yang positif
terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan
kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain.
2) Manajemen Diri (Self-Management) Merefleksikan remaja yang memiliki emosional yang
baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan
yang ada, dapat menerima kritikan dengan baik.
3) Kemampuan Akademis (Academic) Ditunjukan melalui tugas secara mandiri,
menyelesaikan tugas individual, menjalankan arahan guru dengan baik.
4) Kepatuhan (Compliance) menunjukkan remaja yang dapat mengikuti peraturan dan harapan,
menggunakan waktu dengan baik, dan membagikan sesuatu.
5) Perilaku Assertive (Assertivation) Didominasi oleh kemampuan yang membuat seorang
remaja dapat menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan.
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial Menurut hasil studi Davis dan
Forsythe dalam Mu’tadin (2002), faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial (social skill)
yaitu:
1) Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi individu dalam mendapatkan pendidikan.
Kepuasan psikis yang diperoleh individu dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia
akan bereaksi terhadap lingkungan. Individu yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
harmonis (broken home) di mana individu tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka
individu tersebut akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal yang paling penting
diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga
sehingga anak dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun
saudarasaudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka
segala konflik yang timbul akan mudah di atasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin,
terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang
berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat
menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
2) LingkunganSejak dini individu sudah diperkenalkan dengan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat
luas. Hal ini bermanfaat pada individu untuk mengetahui lingkungan sosial yang luas sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan baik.
3) Kepribadian
Kepribadian individu tidak dapat dilihat dari penampilannya sehingga penting bagi individu
untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata. Penanaman nilai-nilai yang
menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi
dan penampilan akan membuat individu mudah bergaul dengan orang lain.
4) Rekreasi Melalui rekreasi individu akan mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis,
sehingga terlepas dari rasa bosan dan mendapatkan semangat baru. Hal ini dapat menjadikan
individu mampu mengatur emosi atau keadaan psikologis berkaitan dengan hubungan sosial.
5) Pergaulan dengan lawan jenis Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan individu
untuk mengenali karakteristik individu lain tanpa membatasi perbedaan jenis kelamin sehingga
akan menciptakan hubungan sosial yang baik.
6) Pendidikan atau sekolah Pendidikan merupakan salah satu faktor keterampilan sosial yang
berkaitan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis
pelajaran.
7) Persahabatan dan solidaritas kelompok Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman
sangat besar, bahkan kepentingan kelompok lebih penting dari pada kepentingan keluarga. Hal
ini akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja.
G. Manfaat Keterampilan Sosial Gilay, dkk dalam Hertinjung (2008: 10) menjelaskan manfaat
keterampilan sosial untuk mendukung pembelajaran individu, yaitu mendukung keterampilan
komunikasi, keberhasilan akademik, adaptasi di sekolah, hubungan pertemanan, dan mendukung
lingkungan pembelajaran yang positif. Seven & Yolda dalam Matson (2009) menyebutkan
keterampilan sosial diperlukan untuk berbagi ide, berkomunikasi sederhana, perilaku patuh pada
peraturan, dan mengikuti arahan, kemampuan menyusun target dan membuat keputusan. Sorias
dalam Hersen & Bellack (2007) menyebutkan manfaat dari keterampilan sosial bagi individu
adalah untuk mengekspresikan emosi yang sesuai dengan konteks sosial, memperoleh hak
dengan cara yang baik dan tidak mengganggu hak orang lain, meminta bantuan orang lain
apabila membutuhkan, serta menolak permintaan atau ajakan yang tidak baik. Menurut Samaci
dalam Matson (2009) keterampilan sosial sangat penting untuk beradaptasi dengan baik dan
untuk melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan. Sementara itu Gresam dalam Matson
(2009) menyatakan manfaat keterampilan sosial untuk meningkatkan penerimaan dan penilaian
orang lain. Sedangkan Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan 6 manfaat memiliki
keterampilan sosial bagi individu, yaitu :