Anda di halaman 1dari 15

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pengembangan Keterampilan


Pengembangan keterampilan merupakan bagian yang cukup esensial dalam peroses belajar
mengajar IPS. Keterampilan-keterampilan yang dimaksud merupakan kebutuhan mendasar
untuk kehidupan anak didik pada masa sekarang dan masa yang akan datang. Suatu
keterampilan tidak akan bisa dipelajari secara cepat. Sebagian besar keterampilan dapat
dikaji secara baik dengan jalan induktif. Setelah melalui beberapa penjelasan, anak ddik
dapat memahami tentang apa yang harus mereka kerjakan dan bagaimana cara kerja mereka.
Cara ini hanya akan terwujud apabila mereka mampu meningkatkan tingkat kesadarannya
terhadap permasalahanyang diberikan oleh gurunya.

A. Pengembangan Keterampilan Membaca Ilmu Pengetahuan Sosial


Membaca adalah salah satu keterampilan dalam belajar untuk memproleh sejumlah
pengalaman dan atau pengetahuan. Salah satu bagian penting dari aktivitas belajar adalah
mengembangkan suatu kesadaran bagaimana belajar itu terjadi. Adapun pengembangan
keterampilan membaca dalam ilmu pengetahuan sosial (IPS) antara lain:

1. Pengembangan keterampilan pemahaman.


Memahami suatu istilah dan atau kosep maka diperlukan keterampilan memahami
bacaan-bacaan yang ada. kemampuan yang dimaksud dengan istilah kesadaran
kognitif yaitu sering diartikan “Mengetahui tentang mengetahui” (knowing about
knowing) atau mengetahui bagaimana untuk mengetahui “(know how to know)”.
Membaca ini sangat penting karena kesadaran metakognitif perlu adanya monitoring
oleh diri sendiri(self-monitoring) dan evaluasi diri (self-evaluation). Kemampuan
membaca dalam ips perlu keterampilan 1 Toni Nasution,M.Pd dan Maulana Arafat
Lubis,MPd. Konsep dasar IPS/ -(Yogyakarta: Samudra Biru, 2018).hlm 115 2 khusus
karena bahan bacaannya yang beragam. Jarolimerk & Parker (1993)mengemukakan
sejumlah keterampilan membaca dalam ips sebagai berikut;
a. Membaca secara fleksibel
b. Menggunakan judul bab dan subbab sebagai alat baca
c. Menggunakan kata kunci kontekstual
2. Pengembangan keterampilan vokabuler sosial
Vokabuler atau vokabolarium sosial yang. bahan rujukan yang biasa digunakan dalam
belajar ips dapat dikelompokkan atas beberapa jenis:
A. Buku teks
B. Buku bacaan tambahan
C. Buku bergambar
D. Biografi
E. Fiksi sejarah
B. Pengembangan Keterampilan Partisipasi Sosial
Berdasakanr pengajaran IPS ini cepat berubahnya lingkungan sosial budaya sebagai
kajian materi IPS itu sendiri. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan sosial
budaya bersifat multidimensional dan berskala internasional, baik yang berhubungan
masuknya arus globalisasi maupun masuknya era abad ke-21. Masalah ini semakin serius
manakala dihadapkan kenyataan bahwa selama ini mata pelajaran IPS kurang mendapat
perhatian semestinya. Padahal dengan memahami IPS akan membimbing siswa
menghadapi kenyataan dalam lingkungan sosialnya dan dapat menghadapi masalah-
masalah sosial yang terjadi dengan lebih arif dan bijaksana. Oleh karena itu sangat perlu
diupayakan pemecahan permasalahan yang dihadapi para guru SD tersebut melalui
pelatihan dan lokalkarya pengembangan ketrampilan partisipasi sosial melalui
pembelajaran IPS terpadu. Sehingga permasalahan utamanya adalah:

1.Bagaimana meningkatkan kemampuan guru-guru dalam merancang RPP Mata Pelajaran IPS
dengan mempertimbangkan ketrampilan partisipasi sosial

2. Bagaimana meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam mengembangkan


Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam proses pembelajaran.

3. bagaimana caranya merangsang dan meningkatkan apresiasi minat belajar siswa akan mata
pelajaran IPS.
4. bagaimana guru dapat memberdayakan potensi siswa sesuai minat dan bakatnya melalui
kegiatan pembelajaran yang menyenangkan. Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
bukan bertujuan untuk memenuhi ingatan para siswa dengan berbagai fakta dan materi yang
harus dihafalkan, melainkan untuk membina mental yang sadar akan tanggung jawab
terhadap hak dirinya sendiri dan kewajiban kepada masyarakat, bangsa dan negara.
Pengembangan ketrampilan partisipasi sosial sebagai salah satu dimensi untuk mencapai
tujuan pembelajaran IPS.
1. Pengertian kepekaan sosial
Secara harfiah, istilah” kepekaan”. (sensitivity) berasal dari kata peka atau (sensitive)
yang berarti mudah merasa atau mudah terangsang, atau suatu kondisi seseorang
yang mudah bereaksi terhadap suatu keadaan

Apabila dikaitkan dengan kondisi sosial (kemasyarakatan) maka istilahnya menjadi


kepekaan sosial (sosial sensitivity), ialah kondisi seseorang yang mudah bereaksi
terhadap masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Kepekaan sosial merupakan
kemampuan untuk merasakan dan mengamati reaksi atau perubahan orang lain.
Seseorang yang memiliki kepekaan yang tinggi akan mudah memahami dan menyadari
adanya reaksi-reaksi tertentu dari orang lain baik yang positif maupun yang 2 Toni
Nasution,M.Pd dan Maulana Arafat Lubis,MPd. Konsep dasar IPS/ -(Yogyakarta:
Samudra Biru, 2018).hlm. 120 4 negatif. Adanya kepekaan sosial akan membuat
seseorang bersikap dan bertindak terhadap orang yang ada di sekitarnya. Jadi, orang
yang memiliki kepekaan sosial akan menjadi pribadi yang asik untuk diajak bergaul.
Beberapa cara pengembangan kepekaan sosial diantaranya:

1. Menyadari bahwa kita tidak bisa hidup sendiri


2. Bergaul dengan sebaik-baiknya dengan orang lain
3. Memperhatikan dan memperbaiki cara berbicara
4. Terlibat dalam kegiatan sosial
5. Mengembangkan empati
6. Berprilaku professional
7. Melihat dan bertindak.
Secara teoritis, Kepekaan sosial maupun kesadaran sosial akan terjadi apabila
adanya pengalaman individu pada masa lampau. Dengan berdasarkan pada teori
belajar sosial ini. Maka dapat disimpulkan bahwa kesadaran sosial maupun kepekaan
sosial dapat dikembangkan, dipelajari, atau dibelajarkan kepada para siswa, kepekaan
sosial ialah sondisi seseorang yang mudah merasa terangsang dan breaksi terhadap
hal-hal kemasyarakatan. Kepekaan sosial muncul karena ada pengalaman individu
dari waktu sebelumnya, mengklarifikasi pengalaman tersebut dan
mengembangkannya dikelas melalui rekonstruksi dengan melibatkan siswa dalam
aktivitas sosial dan peroses pembelajaran.
2. Pengembangan partisipasi sosial
Model pembelajaran partisipasi sosial sangat dianjurkan untuk diterapkan oleh guru
ips, khususnya dalam mengajarkan konsep yang memerlukan keterampilan. Selain
itu, konsep yang diajarkan dikelas memiliki banyak kegunaan praktis bagi siswa.
Pembelajaran partisipasi ini hendaknya didukung oleh guru yang memiliki mobilitas
yang cukup tinggi dalam kanca realitas kehidupan atau memiliki relasi dengan
masyarakat atau orang tua siswa, dengan kata lain, 5 sekolah akan menjadi media
dalam membantu komunikasi antara siswa dengan pihak masyarakat. Langkah-
langkah kegiatan pembelajaran partisipasi sosial:
1. Penetapan tujuan pembelajaran
2. Pembelajaran konsep
3. Penentuan pemilihan topik / masalah untuk proyek partisipasi
4. Pembuatan skenario pilihan partisipasi
5. Diskusi kelas
6. Latihan dan persiapan proyek partisipasi
7. Pelaksanaan proyek partisipasi
8. Membuat laporan kerja
9. Penyimpulan proyek
Bentuk-bentuk kegiatan partisipasi sosialyang dapat diajarkan dalam ips:
1. Kegiatan sosial politik
2. Proyek kemasyarakatan
3. Proyek sosial
4. Studi kemasyarakatan
5. Permagangan
6. Program model
C. Keterampilan penggunaan globe dan peta
Globe adalah tiruan bumi yang diperkecil, yang dipermukaannya digambarkan
benua-benua dan samudera-samudera. Sedangkan peta adalah gambaran
konvensional permukaan bumi atau benda angkasa, yang meliputi perwujudan, letak,
maupun data yang berkaitan, seperti tampaknya apabila dilihat dari atas.3 Fungsi
globe dan peta Globe dan peta berfungsi untuk menyajikan data-data lokasi, sebagain
alat peraba, sebagai catatan visual 3 Uno Hamzah, Orientasi Baru Dalam Psikologi
Pembelajaran (PT. Bumi Aksara: Jakarta, 2006), hal 17 6 permanent, memberikan
pengetahuan relatif dan tetap tentang suatu wilayah, sebagai alat komunikasi dan alat
analisi serta sebagai media pembelajaran, tetapi secara khusus globe dan peta
tersebut memberikan informasi tentang keadaan permukaan bumi.
Adapun keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam mempelajari globe dan
peta, antaralain:
o Mampu mengidentifikasi tanah dan air yang ada di dalam globe dan peta
o .Petunjuk arah pada mulanya hanya di perkenalkan pada arah yang sudah dikenal,
kemudian dikembangkan engan petunjuk arah yang lebih khusus seperti tenggara,
barat daya dan sebagainya.
o Mengidentifikasi berbagai bentuk kesatuan air seperti laut, danau, sungai dan
sebagainya.
o . Menentukan lokasi kota-kota, dimulai dari kota tempat tinggal anak didik sendiri
atau kota-kota besar terdekat.
o . Mengenal tempat-tempat penting atau bersejarah.
o . Menentukan perbedaan yang digunakan dalam skala.
o Mengetahui sumber-sumber alam seperti batubara, besi, kapas dan sebagainya.
o . Mengenal iklim dimulai dari pengertian iklim secara umum untuk kemudian
secara bertahap dikembangkan ke arah penafsiran iklim sebagaimana
digambarkan dalam peta, menunjukkan curah hujan, arah angin dan sebagainya.
o Transportasi sungai, teerusan, rel kereta api, jalur penerbangan dan sebagainya.
o . Perwujudan politik negera, regional, ibu kota dan sebagainya. Sebaliknya
dimulai dari daerahnya sendiri.
o Membandingkan peta dari berbagai ukuran terhadap daerah yang sama. L
o Mulai menggunakan sistem grid untuk menentukan sesuatu tempat.
o . Menentukan tinggi rendah. 7
o Mengenal faktor-faktor yang ada hubungan dengan manusia seperti intensitas,
migrasi, dan sebagainya.
o Faktor-faktor budaya seperti daerah kebudayaan, tempat-tempat berkembangnya
kepercayaan tertentu, kelompok-kelompok etnis dan sebagainya.
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan pengetahuan sosial merupakan ilmu pengetahuan yang
disederhanakan untuk pendidikan, dimana mencakup tiga keterampilan, diantaranya
keterampilan mebaca ilmu pengetahuan sosial, keterampilan partisipasi sosial, serta
keterampilan menggunakan globe dan peta. Dan adapun keterampilan pengetahuan
pengetahuan merupakan suatu bentuk kemampuan membentuk pikiran.

B.SARAN

Semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan dapat dijadikan suatu
pedoman atau acuan dalam peroses meningkatkan keterampilan-keterampilan ilmu
sosial.
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Deny. (2017). Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu. Medan:


Akasha Sakti Hidayah, L. F. (2015). Media Pembelajaran IPS Interaktif. Jurnal
Penelitian dan Pendidikan IPS , Vol. 9 (2).
https://pgsdday.blogspot.com/2017/12/keterampilan-dasar-dalam-ilmuilmu. https://siti
halimatussakdiyah. blogspot. com/2014/07/pengembangan keterampilan-
partisipasi.html?m=1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu-ilmu sosial dapat diartikan sebagai bagian ilmu pengetahuan mengenai manusia dengan
konteks sosialnya atau sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian setiap ilmu pengetahuan
yang mempelajari dan mengkaji aspek kehidupan manusia dalam masyarakat. Termasuk ilmu-
ilmu social. Manusia adalah suatu dinamika. Dinamika manusia merupakan ungkapan hakikat
jiwa manusia sebagai makhluk yang berakal-budi. Dan sebagai makhluk social hakikat inilah
yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya dipermukaan bumi. Pengembangan akal-
budi manusia dengan relasi social ini lah yang menyebabkan keadaan kehidupan dipermukaan
bumi seperti kenyataan ini. Manusia sebagai makhluk social juga memiliki sikap, kemampuan,
emosi dan potensi-potensi kejiwaan lainnya. Yang dapat berkembang dalam kehidupan
bermasyarakat. Manusia merupakan makhluk berkembang dalam bermasyarakat.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana perkembangan keterampilan membaca ilmu pengetahuan sosial?

b. Bagaimana keterampilan pengetahuan sosial?

C. Tujuan Masalah

a. Untuk mengetahui perkembangan keterampilan membaca ilmu pengetahuan social

b. Untuk mengetahui keterampilan pengetahuan sosial


A. Kajian Teori

1. Keterampilan Sosial

a. Pengertian Keterampilan Sosial Menurut Cartledge dan Milburn dalam Maryani (2011:17)
menyatakan bahwa keterampilan sosial merupakan perilaku yang perlu dipelajari, karena
memungkinkan individu dapat berinteraksi, memperoleh respon positif atau negative. Sedangkan
menurut Hargie, Saunders, & Dickson dalam Gimpel & Merrell (1998) Keterampilan sosial
adalah kemampuan individu untuk berkomunikasi efektif dengan orang lain baik secara verbal
maupun nonverbal sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada pada saat itu, di mana
keterampilan ini merupakan perilaku yang dipelajari. Remaja dengan keterampilan sosial akan
mampu mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif dalam hubungan interpersonal,
tanpa harus melukai orang lain. Libet dan Lewison dalam Cartledge dan Milburn (1995)
mengemukakan keterampilan sosial sebagai kemampuan yang kompleks untuk menunjukkan
perilaku yang baik dinilai secara positif atau negatif oleh lingkungan, dan jika perilaku itu tidak
baik akan diberikan punishment oleh lingkungan. Kelly dalam Gimpel dan Merrel (1998)
mendefinisikan keterampilan sosial sebagai perilaku-perilaku yang dipelajari, yang digunakan
oleh individu pada situasi-situasi interpersonal dalam lingkungan. Matson dalam Gimpel dan
Marrel (1998) menjelaskan bahwa keterampilan sosial, baik secara langsung maupun tidak,
membantu remaja untuk dapat menyesuaikan diri dengan standar harapan masyarakat dalam
norma-norma yang berlaku di sekililingnya. Menurut Thompson (1996), keterampilan sosial
adalah keterampilan untuk mengatur pikiran dan perasaan yang dinyatakan dalam suatu tindakan
atau perbuatan yang tidak merugikan diri sendiri dan orang lain. Keterampilan ini sangat
diperlukan ketika anak mulai memasuki kelompok sebaya. Sementara itu Combs and Shaby
dalam Cartledge & Milburn (1995) mengemukakan bahwa keterampilan sosial merupakan
kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus
yang dapat diterima oleh lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu,
saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain. Mu’tadin (2002) mengemukakan bahwa
salah satu tugas perkembangan yang harus dikuasai remaja yang berada dalam fase
perkembangan masa remaja madya dan remaja akhir adalah memiliki keterampilan sosial untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Keterampilan-keterampilan sosial
tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan dengan orang lain, menghargai
diri sendiri dan orang lain, mendengarkan pendapat atau keluhan orang lain, memberi atau
memberi feedback, memberi atau menerima kritik, bertindak sesuai norma dan aturan yang
berlaku, dsb. Apabila keterampilan sosial dikuasai remaja pada fase tersebut maka ia akan
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Hal ini berarti pula bahwa sang remaja
tersebut mampu mengembangkan aspek psikososial dengan maksimal. Keterampilan sosial
adalah keterampilan untuk berinteraksi, berkomunikasi dan berpartisipasi dalam kelompok.
Keterampilan sosial perlu didasari oleh kecerdasan personal berupa kemampuan mengontrol diri,
percaya diri, disiplin, dan tanggung jawab. Untuk selanjutnya kemampuan berkomunikasi secara
jelas, lugas, meyakinkan, dan mampu membangkitkan inspirasi, sehingga mampu mengatasi
silang pendapat dan dapat menciptakan kerjasama. Untuk selanjutnya persamaan pandangan,
empati, toleransi, saling menolong, dan membantu secara positif, solidaritas, menghasilkan
pergaulan (interaksi) secara harmonis untuk kemajuan bersama. Belajar memberi dan menerima,
berbagi hak dan tanggung jawab, menghormati hak orang lain, membentuk kesadaran sosial, dan
menjadi embrio bagi keterampilan sosial (Maryani 2011:18). Laura Cadler dalam Maryani
(2011:19) menjelaskan mengenai pentingnya keterampilan sosial dikembangkan di kelas:
Keterampilan sosial sangat diperlukan dan harus jadi prioritas dalam mengajar. Mengajar bukan
hanya sekedar mengembangkan keterampilan akademik. Hal yang sangat penting dalam
mengembangkan keterampilan sosial adalah dengan mendiskusikan sesama guru atau orang tua
tentang keterampilan sosial apa yang harus menjadi prioritas, memilih salah satu keterampilan
sosial, memaparkan pentingnya keterampilan sosial, mempraktikan, merefleksi, dan akhirnya
mereview dan mempraktikannya kembali setelah diperbaiki, merefleksi dan seterusnya sampai
betul-betul terkuasai oleh peserta didik. Menurut Maryani (2011:20) keterampilan sosial dapat
dikelompokkan atas empat bagian, namun ketiganya saling berkaitan yaitu:

1. Keterampilan dasar berinteraksi: berusaha untuk saling mengenal, ada kontak mata,
berbagi informasi atau material;
2. Keterampilan komunikasi: mendengar dan berbicara secara bergiliran, melembutkan
suara (tidak membentak), meyakinkan orang untuk dapat mengemukakan pendapat,
mendengarkan sampai orang tersebut menyelesaikan pembicaraannya
3. Keterampilan membangun tim/kelompok: mengakomodasi pendapat orang, bekerjasama,
saling menolong, saling memperhatikan
4. Keterampilan menyelesaikan masalah: mengendalikan diri, empati, memikirkan orang
lain, taat terhadap kesepakatan, mencari jalan keluar dengan berdiskusi, respek terhadap
pendapat yang berbeda. Dari beberapa pengertian keterampilan sosial yang dikemukakan
para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa keterampilan sosial adalah
keterampilan dalam berinteraksi, berkomuniasi, dan bekerjasama antara manusia dengan
manusia lainnya. Keterampilan sosial harus dimiliki oleh setiap individu karena
keterampilan sosial akan membantu setiap individu dalam mengkomunikasikan informasi
yang akan disampaiakan, keterampilan sosial akan membantu individu bekerjasama
dalam kelompoknya. b. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial Gresham & Reschly dalam Gimpel
dan Merrell (1998) mengidentifikasikan keterampilan sosial dengan beberapa ciri, yaitu:
1) Perilaku Interpersonal Perilaku interpersonal adalah perilaku yang menyangkut
keterampilan yang digunakan selama melakukan interaksi sosial yang disebut
dengan keterampilan menjalin persahabatan.
2) Perilaku yang Berhubungan dengan Diri Sendiri Perilaku ini merupakan ciri dari
seorang yang dapat mengatur dirinya sendiri dalam situasi sosial, seperti:
keterampilan menghadapi stress, memahami perasaan orang lain, mengontrol
kemarahan dan sebagainya.
3) Perilaku yang Berhubungan dengan Kesuksesan Akademis Perilaku ini
berhubungan dengan hal-hal yang mendukung prestasi belajar di sekolah, seperti:
mendengarkan guru, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik, dan mengikuti
aturan-aturan yang berlaku di sekolah.
4) Penerimaan Teman Sebaya Hal ini didasarkan bahwa individu yang mempunyai
keterampilan sosial yang rendah akan cenderung ditolak oleh teman-temannya,
karena mereka tidak dapat bergaul dengan baik. Beberapa bentuk perilaku yang
dimaksud adalah: memberi dan menerima informasi, dapat menangkap dengan
tepat emosi orang lain, dan sebagainya.
5) Keterampilan Berkomunikasi Keterampilan ini sangat diperlukan untuk menjalin
hubungan sosial yang baik, berupa pemberian umpan balik dan perhatian terhadap
lawan bicara, dan menjadi pendengar yang responsif.

C. Aspek Keterampilan Sosial Caldarella dan Marrell dalam Gimpel dan Marrel (1998)
mengemukakan lima aspek paling umum yang terdapat dalam keterampilan sosial, yaitu :
1) Hubungan dengan teman sebaya (Peer Relation) Ditunjukan melalui perilaku yang positif
terhadap teman sebaya seperti memuji atau menasehati orang lain, menawarkan bantuan
kepada orang lain, dan bermain bersama orang lain.
2) Manajemen Diri (Self-Management) Merefleksikan remaja yang memiliki emosional yang
baik, yang mampu untuk mengontrol emosinya, mengikuti peraturan dan batasan-batasan
yang ada, dapat menerima kritikan dengan baik.
3) Kemampuan Akademis (Academic) Ditunjukan melalui tugas secara mandiri,
menyelesaikan tugas individual, menjalankan arahan guru dengan baik.
4) Kepatuhan (Compliance) menunjukkan remaja yang dapat mengikuti peraturan dan harapan,
menggunakan waktu dengan baik, dan membagikan sesuatu.
5) Perilaku Assertive (Assertivation) Didominasi oleh kemampuan yang membuat seorang
remaja dapat menampilkan perilaku yang tepat dalam situasi yang diharapkan.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial Menurut hasil studi Davis dan
Forsythe dalam Mu’tadin (2002), faktor yang mempengaruhi keterampilan sosial (social skill)
yaitu:

1) Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi individu dalam mendapatkan pendidikan.
Kepuasan psikis yang diperoleh individu dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia
akan bereaksi terhadap lingkungan. Individu yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak
harmonis (broken home) di mana individu tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka
individu tersebut akan sulit mengembangkan keterampilan sosialnya. Hal yang paling penting
diperhatikan oleh orang tua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga
sehingga anak dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua maupun
saudarasaudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka
segala konflik yang timbul akan mudah di atasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin,
terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang
berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat
menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
2) LingkunganSejak dini individu sudah diperkenalkan dengan lingkungan, baik lingkungan
fisik maupun lingkungan sosial yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah serta masyarakat
luas. Hal ini bermanfaat pada individu untuk mengetahui lingkungan sosial yang luas sehingga
dapat menyesuaikan diri dengan baik.

3) Kepribadian

Kepribadian individu tidak dapat dilihat dari penampilannya sehingga penting bagi individu
untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata. Penanaman nilai-nilai yang
menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi
dan penampilan akan membuat individu mudah bergaul dengan orang lain.

4) Rekreasi Melalui rekreasi individu akan mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis,
sehingga terlepas dari rasa bosan dan mendapatkan semangat baru. Hal ini dapat menjadikan
individu mampu mengatur emosi atau keadaan psikologis berkaitan dengan hubungan sosial.

5) Pergaulan dengan lawan jenis Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan individu
untuk mengenali karakteristik individu lain tanpa membatasi perbedaan jenis kelamin sehingga
akan menciptakan hubungan sosial yang baik.

6) Pendidikan atau sekolah Pendidikan merupakan salah satu faktor keterampilan sosial yang
berkaitan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis
pelajaran.

7) Persahabatan dan solidaritas kelompok Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman
sangat besar, bahkan kepentingan kelompok lebih penting dari pada kepentingan keluarga. Hal
ini akan mempengaruhi perkembangan sosial remaja.

G. Manfaat Keterampilan Sosial Gilay, dkk dalam Hertinjung (2008: 10) menjelaskan manfaat
keterampilan sosial untuk mendukung pembelajaran individu, yaitu mendukung keterampilan
komunikasi, keberhasilan akademik, adaptasi di sekolah, hubungan pertemanan, dan mendukung
lingkungan pembelajaran yang positif. Seven & Yolda dalam Matson (2009) menyebutkan
keterampilan sosial diperlukan untuk berbagi ide, berkomunikasi sederhana, perilaku patuh pada
peraturan, dan mengikuti arahan, kemampuan menyusun target dan membuat keputusan. Sorias
dalam Hersen & Bellack (2007) menyebutkan manfaat dari keterampilan sosial bagi individu
adalah untuk mengekspresikan emosi yang sesuai dengan konteks sosial, memperoleh hak
dengan cara yang baik dan tidak mengganggu hak orang lain, meminta bantuan orang lain
apabila membutuhkan, serta menolak permintaan atau ajakan yang tidak baik. Menurut Samaci
dalam Matson (2009) keterampilan sosial sangat penting untuk beradaptasi dengan baik dan
untuk melakukan proses sosialisasi dengan lingkungan. Sementara itu Gresam dalam Matson
(2009) menyatakan manfaat keterampilan sosial untuk meningkatkan penerimaan dan penilaian
orang lain. Sedangkan Johnson dan Johnson (1999) mengemukakan 6 manfaat memiliki
keterampilan sosial bagi individu, yaitu :

1. Perkembangan Kepribadian dan Identitas Keterampilan sosial dapat mengembangkan


kepribadian dan identitas karena kebanyakan dari identitas masyarakat dibentuk dari
hubungannya dengan orang lain. Sebagai hasil dari berinteraksi dengan orang lain, individu
mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang diri sendiri.
2. Mengembangkan Kemampuan Kerja, Produktivitas, dan Kesuksesan Karir Keterampilan
sosial dapat mengembangkan kemampuan kerja, produktivitas, dan kesuksesan karir, yang
merupakan keterampilan umum yang dibutuhkan dalam dunia kerja nyata. Hal ini karena
keterampilan sosial dapat digunakan untuk mengajak orang lain untuk bekerja sama,
memimpin orang lain, mengatasi situasi yang kompleks, dan menolong mengatasi
permasalahan orang lain yang berhubungan dengan dunia kerja.
3. Meningkatkan Kualitas Hidup Keterampilan sosial dapat meningkatkan kualitas hidup
karena setiap individu membutuhkan hubungan yang baik, dekat, dan intim dengan individu
lainnya.
4. Meningkatkan Kesehatan Fisik Keterampilan sosial dapat meningkatkan kesehatan fisik
karena hubungan yang baik dan saling mendukung akan mempengaruhi kesehatan fisik.
Johnson & Johnson (1999) mengatakan penelitian menunjukkan hubungan yang berkualitas
tinggi berhubungan dengan hidup yang panjang dan dapat pulih dengan cepat dari sakit.
5. Meningkatkan Kesehatan Psikologis Keterampilan sosial dapat meningkatkan kesehatan
psikologis karena kesehatan psikologis yang kuat dipengaruhi oleh hubungan positif dan
dukungan dari orang lain. Ketidakmampuan mengembangkan dan mempertahankan
hubungan yang positif dengan orang lain dapat mengarah pada kecemasan, depresi, frustasi,
dan kesepian.

Anda mungkin juga menyukai