Anda di halaman 1dari 14

Berikut merupakan Jawaban tugas ( Modul 1 dan Modul 2 /PDGK 4102 ) yang

telah saya rangkum:

MODUL I

Pendahuluan

Pengetahuan sosial merupakan barang pasti yang dimiliki seseorang berasal dari
pengalaman hidup sehari-hari, maupun dari pelajaran-pelajaran IPS di Sekolah.
Penguasaan terhadap bahan pembelajaran IPS sebagai program pendidikan sangat
penting sebagai tenaga pendidik. Berikut kompetensi yang diharapkan setelah
menyelesaikan modul ini:

1. Dapat menjelaskanHakikat IPS sebagai program pendidikan,


2. Dapat menjelaskan hakikat IPS dilihat dari istilah, definisi, tujuan, dan
fungsi IPS
3. Dapat menjelaskan karakteristik Konsep Dasar IPS

Pemilihan atau seleksi konsep konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan


materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang
berbeda tidak lah mudah namun harus didasarkan pada beberapa prinsip seperti yang
dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-
prinsip tersebut, antara lain sebagai berikut:

a. Keperluan konsep yang akan diajarkan harus konsep yang diperlukan peserta
didik dalam memahami dunia sekitarnya.
b. Ketepatan perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi
peluang bagi penafsiran yang salah /salah konsep
c. Mudah dipelajari, konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah
dan ada fakta/contohnya dilingkungan hidup peserta didik.
d. Kegunaan konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara
KB.1 Hakikat Mata kuliah Konsep Dasar IPS

Secara sederhana IPS ada yang mengartikan sebagai studi tentang manusia yang
dipelajari oleh anak didik di tingkat sekolah dasar dan menengah. Dalam kenyataan ini
bidang studi tersebut sering disebut dengan istilah-istilah antropologi-sosiologi,
ekonomi, geografi, sejarah, ilmu politik, psikologi, maupun psikologi sosial.Terkadang
ada pula yang mengaitkan bidang studi IPS dengan filsafat atau religi, seni dan musik,
kesusastraan, bahkan dihubungkan dengan science karena bidang tersebut merupakan
bidang yang dibutuhkan untuk memahami hakikat manusia. Selain itu, sering pula
ditemui istilah lain yang kadang igunakan untuk menyebut bidang studi IPS ini. Istilah
tersebut antara lain Social Education dan Social Learning.yang lebih menitik beratkan
kepada berbagai pengalaman di sekolah dalam membantu anak didik bergau ditengah
masyarakat. Dalam artian secara sederhana pembelajaran IPS membelajarkan siswa
untuk memahami bahwa masyarakat merupakan suatu kesatuan (sistem) yang
permasalahannya bersangkut paut dan pemecahannya memerlukan pendekatan-
pendekatan interdisipliner yang komprehensif dari sudut ilmu hukum, ilmu politik,
ilmu ekonomi, dsb.

Achmad Sanusi (1971:18) memberikan penjelasan tentang studi sosial sebagai


berikut: “Adapun studi sosial tidak terlalu bertaraf akademis Universitas, bahkan dapat
merupakan bahan-bahan pembelajararn bagi murid-murid sejak pendidikan Dasar, dan
dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin ilmu sosial.
Atudi sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-
masalah tertentu berdasarkan sesuatu dalam rangka referensi, dan meninjaunya
beberapa sudut sambil mencari logika dan hubungan yang satu dengan lainnya. Sesuatu
acara ditinjau dari beberapa sudut komprehensif mungkin”.

Perbedaan antara ilmu Pengetahuan Sosial(IPS) sebagai bidang studi dengan


disiplin ilmu-ilmu sosial ( Sosial science) :
1. IPS bukanlah suatu disiplin ilmmu seperti halnya ilmu sosial, tetapi lebih tepat
dilihat sebagai bidang kajian yaitu suatu kajian terhadap masalah-masalah
kemasyarakatan.
2. Pendekatan yang dilakukan dalm IPS menggunakan pendekatan multidisiplin
atau Interdisiplin, tidak seperti halnya ilmu sosial yang menggunakan
pendekatan disiplin ilmu atau monodisiplin
3. IPS sengaja dirancang untuk kepentingan kependidikan, keberadaan IPS lebih
memfokuskan pada dunia persekolahan, tidak seperti ilmu sosial keberadaanya
bisa di dunia persekolahan, Pergguruan tinggi, atau dipelajari di masyarakat
umum sekalipun.
4. IPS disamping menggunakan ilmu-ilmu sosial sebagai bahan pengembagan
materi pembelajaran dilengkapi dengan mempertimbnagkan aspek psikologis-
pemdagogis

IPS sebagai satu program pendidikan tidak hanya menyajikan konsep-konsep


pengetahuan semata, namun harus pula mampu membina peserta didik menjadi warga
negara dan warga masyarakat yang memahami akan hak dan kewajibannya. IPS
memiliki 5 tujuan :

1. Mmempersiapkan siswa untuk studi lanjut dibidang social science.


2. mendidik kewarganegaraan yang baik
3. merupakan suatu kompromi antara 1 dan 2 tersebut diatas, ditemukan
definisi IPS sebagai suatu penyederhanaan dari penyaringan ilmu-ilmu sosial
yang penyajiannya disesuaikan kemampuan guru dan peserta didik.
4. Mempelajari Closed Areas atau masalah-masalah sosial
5. Materi yang dipilih disaring dan disinkronkan.

Pembelajaran IPS meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoritis, nilai filsafat,
dan nilai ketuhanan. Nilai-nilai terssebut di kemukakan oleh Nursid
Sumaatmadja (1997) sebagai berikut:
A. Nilai Edukatif
Salah satu tolak ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS yaitu adanya
perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik, meliputi
aspek-aspek kognitif, efektif, dn psikomotor. Peningkatan Kognitif tidak
hanya terbatas meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula nalar sosial
dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial.
B. Nilai Praktis
Diterapkan secara praktis dalam kehidupan sosial sehari-hari. Pokok bahasan
jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoritis belaka,
melainkan digali dari kehidupan sehari-hari. Nilai praktis disesuaikan
dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik sehari-hari.
C. Nilai teoritis
Pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta,
dan data, melainkan menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan
yang lainnya. Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan
berbagai pernyataan (sense of inquiry).
D. Nilai filsafat
Mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai
mahluk sosial.
E. Nilai Ketuhanan
Kekaguman kita sebagai manusia pada segala ciptaan-Nya baik berupa
fenomena fisikal, alamiah maupun fenomena kehidupan , merupakan nilai
ketuhanan yang strategis sebagai bangsa yang berfalsafah Pancasila.

KB. 2 Karakteristik Mata kuliah Konsepp Dasar IPS

Dalam kehidupan sosial kita manusia, ada aspek sejarah, yaitu peristiwa-peristia
kehidupan manusia yang telah lalu yang tidak kita alami sendiri. Nu’man Somantri,
menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang
penuh berisi berbagai eksperimen.
- Ekonomi, objeknya mempelajari tingkah laku manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mencapai kemakmuran.
- Politik, mempelajari kehidupan negara, pemerintahan, dan kehidupan
manusianya sebagai An Organized of Political Man
- Ekologi, mempelajari bagaimana manusia berhubungan dengan lingkungan
alamnya, memelihara, mengembangkan dan melestarikannya
- Sosiologi, mempelajari bentuk dan proses sifat atau ciri yang timbul dari
kehidupan masyarakat yaitu interaksi sosial yang dilembagakan.
- Antropologi, mempelajari tentang manusia dan karyanya The Science Of group
Of Man and Their Behavior and Production.
- Psikologi sosial, mempelajari proses mental manusia sebaga anggota
masyarakat.
- Sejarah,mempelajari aspek historis kehidupan manusia yang meliputi peristiwa
kemanusiaan sesuai dengan kurun waktu dan sesuai dengan urutan kejadian.
- Geografi, mempelajari relasi manusia dengan akan yang terungkapkan pada
pemanfaatnan alam dalam berbagai bentuknya.

Evaluasi pembelajaran IPS berlandakan asas yang meliputi:

1. Asas Komprehensif atau asas keseluruhan


2. Asas Kontinuitas atau asas kesinambungan
3. Asas Objektif
MODUL II

Pendahuluan

IPS adalah terjemahan dari Social Studies. Untuk dapat mengetahui sejarah
perkembangan IPS, tentu kita harus melihat sejarah perkembangan Social studies yang
berkembang di Amerika Serikat (AS). Perkembangan pemikiran ini dapat dilihat di
berbagai karya akademis yang dipublikasi oleh National Council for the Social Studies
(NCSS) sejak pertemuan organisasi tersebut (1935) hingga sekarang. Social studies
menurut Edgar Bruce Wesley pada tahun 1937 yaitu The social studies are the social
sciences simplified for pedagogical purposes.Social studies adalah ilmu-ilmu sosial
yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan. Yang kemudian pengertian ini dibakukan
bahwa social studies meliputi aspek-aspek ilmu sejarah,ilmu ekonomi,
sosiologi,antropologi, psikologi, ilmu geografi, dan filsafat yang dalam praktiknya
dipilih untuk tujuan pembelajaran disekolah dan di perguruan tinggi.

KB.1 Sejarah Perkembangan IPS secara umum.

Bila dianalisis dengan cermat . didalam pengertian awal,”social studies”


terkandung hal-hal sebagai berikut :

1.  social studies merupakan turunan dari ilmu-ilmu social

2.  Disiplin dikembangkan untuk memenuhi tujuan pendidikan / pembelajaran baik


pada tingkat persekolahan maupun pada tingkat pendidikan tinggi

3. Aspek-aspek dari masing-masing disiplin uilmu social itu perlu diseleksi sesuai
tujuan tersebut

4.  Antara tahun 1940-1950 NCSS mendapat serangan yang berkisar pada pertanyaan
mesti tidaknya
5.  social studies menanamkan nilai dan ikap demokratis kepada para pemuda. Hal itu
tumbuh sebagai dampak yang melahirkan tuntutan bagi sekolah untuk berpartisipasi
dalam mayarakat demokratis.

Pada tahun 1960-an, timbul suatu gerakan akademis yang mendasar dalam
pendidikan, yang secara khusus dapat dipandang sebagai suatu revolusi dalam social
studies.Yang dipelopori oleh para sejarawan dan ahli-ahli ilmu social.Kedua kelompok
ilmuan tersebut terpikat oleh social studies, antara lain karena pada saat itu pada
pemerintah federal menyediakan dana yang sangat besar untuk perkembangan
kurikulum. Namun demikian sampai tahun 1970-an ternyata gagasan untuk
mendapatkan the new spcial studies belum menjadi kenyataan.Isu yang terus menrpa
social studies. Pada tahun 1940-1960 ditegaskan oleh Barr,dkk, ( 1977:36 ) yaitu
terjadinya tarik menarik antara dua visi socisl studies, disatu pihak adanya gerakan
mengintegrasi diberbagai disiplin ilmu social untuk tujuan citicenship education.Dilain
pihak,terua bergulirnya gerakan pemisahan berbagai disiplin ilmu social yang
cenderung memperlemah konsepsi social studies education.

Pada tahun 1955terjadi terobosan besar , demikian diungkapkan Barr,dkk.


( 1977:37 ) berupa inovasi Maurice Hunt dan Lawrence Metcalf yang mencoba melihat
cara baru dalam pengintegrasian pengatahuan dan keterampilan ilmu social untuk tujuan
citizenship education.

Tekanan perubahan lain yang juga cukup dahsyat muncul pada tahun 1957
dalam bentuk upaya komperenhansip untuk mereformasi social studies.Pemicu
perubahan tersebut adalah keberhasilan Rusia meluncurkan pesawat ruang angkasa
“sputnik”yang telah membuat Amerika menjadi panic dan merasa jauh tertinggal dari
Rusia.

Gerakan the new social studies yang menjadi pilar dari mpermukaan social
studies pada tahun 1960-an , bertolak dari kesimpulan bahwa social studies dinilai
sangat tidak efektif dalam mengajarkan substansi yang mempengaruhi perubahan sikap
para siswa.Oleh karena itu, para ilmuan dalam hal ini sejarawan dan ahli-ahli ilmu
social bersatu padu untuk bergerak meningkatkan social studies kepada taraf higher
level of intellectual pursuit ( Barr,dkk.1977:42 ) yakni mempelajari ilmu social secara
mendasar dengan orientasi baru tersebut maka dimulailah era modus pembelajaran
social science education.

Pada dasa warsa 1960-an tercata (Barr,dkk:45) adanya perubahan orientasi pada
disiplin akademik yang terpisah pisah kesuatu upaya untuk mencari hubungan
interdisipliner. Untuk ini The social studies curriculum center at Syracuse
mengindentifikasi 34 konsep dasar yang di gali dari sejumlah ilmu social yang dinilai
perlu diajarkan disekolah.

Pada dasa warsa 1970-an , demikian direkam Barr,dkk (1877:46) terjadi


pertemuan social studies yang serupa dengan perkembangan sebelumnya.Para ahli
ternyata mendapatkan kesimpulan yang sama yakni terlepas dari upaya pemerintah
belum banyak terjadi perubahan disekolah Barr,dkk(1978:1917) .

Jika dilihat dari visi, misi strateginya ,Barr,dkk (1978:1917) social studies telah
dan dapat dikembangkan dalam tiga tradisi yakni social studies taught as citizenship
transmission, sogialstudies tought as social science, and social studies tought
asreflegtive inguiry.Masing masing tradisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tradisi citizenship transmission merujuk pada suatu modus pembelajaran social


yang bertujuan untuk mengembangkan warga Negara yang baik yang ditandai oleh
confoms to certain accepted practices, hold particular belief, isloyal to certain values,
participates in certain activities. And conform to norm which are often local to
character. Sedangkan tradisi social science merupakan modus pembelajaran social yang
juga mengembangkan karakter warga Negara yang baik, yang ditandai oleh
kemampuannya dalam melihat dan mengatasi masalah-masalah social dan personal
dengan menggunakan visi dan cara kerja ilmuwan social.

Dilain pihak tradisi revlective inguiry merupakan modus pembelajaran social


yang menekankan pada hal yang sama yakni pengembangan waraga Negara yang baik
dengan criteria yang berbeda yaitu dilihat dari kemampuannya. Jika dilihat dari definisi
dan tujuannya, social menurut laporan tersebut terkandung dalam hal sebagai berikut:

1. Pertama social studies merupakan mata pelajaran dasar diseluruh jenjang


pendidikan persekolahan.

2. Kedua tujuan utamamata pelajaran ini ialah mengembangkan siswa untuk menjadi
warga Negara yang memiliki pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan.

3.  Ketiga konten pembebelajarannya digali dan diselaksi dari sejarah dan ilmu-ilmu
social.

4.  Keempat pembelajarannya menggunakan cara-cara yang mencerminkan kesadaran


pribadi , kemasyarakatan , pengalaman budaya perkembangan siswa.

Pada tahun 1992 the bord of direction of the nationa council for the social
studies mengadopsi visi terbaru mengenai social studies yang kenudian diterbitkan
dalam dokuman resmi NCSS pada tahun 1994 dengan judul Expectations of excellence:
curriculum standart of social studies.Dokumen ini nampaknya yang sedang mewarnai
pemikiran dan praksid social studies di Amerika Serikat saat ini. Didalam dokumen
teresbut ( NCSS, 1994:13) diadopsi pengertian social studies sebagai berikut: Secara
essensial terkandung visi, misi, dan strategi pendidikan social studies yang
mengokohkan kristalisasi pemikiran yang lebih solid dan kohesif dari pakar dan praktisi
yang tergabung dalam NCSS.Yang secara social akademik sangat berpengaruh di
Amerika serikat, yang juga biasanya memberi dampak yang sangat signifikan terhadap
pemikiran dan praksis dalam bidang itu dan Negara lain.

Sebagai rambu-rambu dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan setrategi baru social
studies tersebut, NCSS (1994) menggariskan hal-hal sebagai berikut:

•    Pertama program social studies mempunyai tujuan pokok yang ditegaskan kembali
bahwa civic competence itu bukanlah menjadikan tanggung jawab dari social
studies .
•    Kedua program social studies dalam dunia pendidikan persekolahan mulai dari
taman kanak- kanak sampai dengan pendidikan menengah ditandai oleh
keterpaduan know ladge, skill, and attitudes within and cross disciplines
( NCSS.1994:3 )hal ini memberikan dasar bahwa pendidikan social studies
memiliki dua akternatif yakni yang bersifat monodisipliner. Pda kelas rendah
ditekankan pada social studies yang mengintegrasikan beberapa disiplin yang
bertolak dari suatu tema tertenru misalnya tema tine, continutity, an cange
sedangkan pada kelas lanjutan dan menengah program social studies dapat
diteruskan dengan mengintegrasikan secara interdisipliner yang sering disebut
dengan secara interdisciplinary yang lebih luas.

•    Ketiga program social studies dititikberatkan pada upaya membantu siswa dalam
construcl a know base and attitudes drawn from academic diciplines as specialized
ways of viewing reality ( NCSS ,1994:4). Disini siswa di perankan bukan sebagai
penerima pengetahuan yang pasif, tetapi sebagai pembangun pengetahuan dan sikap
yang aktif melalui cara pandang escara akademik terhadap realita

• Keempat program social studies mencerminkan “The chaging nature know , ledge,
fostering entirely now and highly integrated approfe dres to resolving issue of
significance to humanity”(NCSS 1994:5) dengan begitu hakikat pengetahuan yang
semula dilihat secara kotak- kotak kini harus dilihat secara terpadu yang menuntun
perlibatan sebagai disiplin.

KB. 2 Sejarah Perkembangan IPS di Indonesia

Untuk menelusuri perkembangan pemikiran / konsep Pendidikan IPS di Indonesia


secara histories epistomologis terasa sangat sukar karena ada dua alasan

1.    Di Indonesia belum ada profisional bidang pendidikan IPS seperti NCSS ( national
Council for  the social studies)

2.    Perkembangan kurikulum dan pembelajaran IPS sebagai ontology ilmu pendidikan
( disiplin )
IPS sampai saat ini sangat tergantung pada pemikiran individual / kelompok
pakar yang ditugasi secara incidental untuk mengembangkan perangkat kurikulum IPS
melalui pusat pengembangan kurikulum dan sarjana pendidikan badan penelitian
perkembangan ( BALITBANG DIKNAS ) dan pusat kurikulum ( purkur ) Istilah IPS
untuk pertama kalinya muncul dalam seminar Nasional tentang Civic Education tahun
1972 diTawangmangu Solo, dalam winata putra, 1972; 42 ada 3 istilah yang muncul
dan digunakan secara bertukar pakai ( in tere hangeably ), yaitu: Pengetahuan social,
Studi social, Ilmu Pengetahuan Social.

Ketiga istilah tersebut diartikan sebagai suatu studi masalah-masalah social yang
dipilih dan dikembangkan dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan
bertujuan agar masalah-masalah social itu dapat dipahami oleh siswa. Konsep IPS untuk
pertama kalinya masuk kedalam dunia persekolahan terjadi pada tahun 1972-
1973,yakni dalam kurikulum proyek perintis Sekolah Pembangunan( PPSP ) IKIP
Bandung. Dalam kurikulum SD PPSP diartikan sama dengan pendidikan
kewarganegaraan ,sedangkan dalam kurikulum sekolah menengah 4 tahun, digunakan
istilah: Studi Social, Pendidikan kewarganegaraan, Civies dan hokum.

Pada tahap ini konsep pendidikan IPS diwujudkan dalam 3 bentuk , yaitu:

1.    Pendidikan IPS , terintegrasi denagn nama pendidikan kewargaan Negara / Studi
Social

2.    Pendidikan IPS terpisah , dimana istilah IPS hanya digunakan sebagai
konsep ,payung untuk mata pelajaran geografi, sejarah dan ekonomi.

3.    Pendidikan kwargaan Negara sebagai suatu bentuk Pendidikan IPS khusus, yang
dalam konsep tradisi Social Studies termasuk “Citizenship Trans Mission”(Barr ,
dkk;1978)

Konsep pendidikan IPS tersebut kemudian memberi Inspirasi terhadap kurikulum  1975.
Selanjutnya, Dalam kurikulum 1994, mata pelajaran social khusus yang wajib diikuti
semua siswa ( SD, SLTA,SMU ) sedang mata pelajaran IPS diwujudkan dalam :
1.    Pendidikan IPS terpadu di SD kelas III-VI

2.    Pendidikan IPS terkonfederasi di SLTA yang mencakup materi geografi , sejarah
dan ekonomi koperasi

3.   Pendidikan terpisah, yang mirip dengn tradisi “Sosial Studies”

Dilihat dari tujuan setiap mata pelejaran sama / memiliki tujuan yang bervariasi

1.   Sejarah, untuk menanamkan pemahaman tentang perkembangan masyarakat masa


lampau hingga masa kini

2.   Ekonomi, untuk memberikan pengetahuan konsep-konsep dan teori sederhana untuk


menjelaskan fakta , peristiwa dan masalah ekonomi yang dihadapi.

3.    Sosiologi, untuk memberikan kemampuan secara kritis berbagai persoalan dalam
kehidupan sehari-hari yang muncul. Seiring dengan perubahan masyarakat dan
budaya.

4.    Tata Negara, untuk meningkatkan kemampuan agar siswa memahami


penyelenggaraan Negara sesuai dengan tata kelembagaan Negara, tata peradilan,
sistim pemerintahan Negara RI maupun Negara lain.

5.    Antropologi, untuk memberikan pengetahuan mengenahi proses terjadinya


kebudayaan , pemanfaatan dan perwujudan dalam kehidupan sehari-hari.

M.Numan Somantri selaku pakar dan ketua HISPISI, kembali menegaskan adanya 2
versi PIPS. Sebagaimana dirumuskan dalam pertemuan Yogyakarta tahun 1991

•    Versi PIPS untuk pendidikan dasar dan menengah ; PIPS adalah penyederhanaan,
adaptasidari disiplin ilmu-ilmu social dan humairo, serta kegiatan dasar manusia,
yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan pedagagis / psikologis untuk
tujuan pendidikan.
•    Versi PIPS untuk jurusan pendidikan IPA-IKIP PIPS adalahseleksi dari disiplin
ilmu-ilmu social dan humaninior serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

Dilihat dari perkembangan pemikiran yang berkembang di Indonesia sampai saat ini
pendidikan IPS terpilih dalam 2 arah :

1.    PIPS, untuk persekolahan dan dasarnya merupakan penyederhanaan dari ilmu-ilmu
social , dan humaiora yang diorganisasikan secara psikopedagogis untuk tujuan
pendidikan persekolahan

2.    PDIPS, untuk perguruan tinggi, pda dasarnya merupakan penyelecsian dan
pengorganisasian secara ilmiah dan meta psikopedagogis dari ilmu social,
humaniora dan disiplin lain yang relevan untuk tujuan pendidikan professional guru
IPS PIPS untuk dunia persekolahan terpilah menjadi 2 versi / tradisi

1.    Tradisi citizenship transmission dalam banyak mata bentuk mata pelajaran
pendidikan Pancasila dan kewarganegaraan dan sejarah Indonesia

2.    Tradisi social science dalam bentuk mata pelajaran terkonfenderen untuk
SLTA, dan IPS terpisah-pisah untuk SMU.

Secara filsafat ilmu pengetahuan bagian dari pengetahuan, yakni pengetahuan


bersifat ilmiah. Pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terorganisasikan dan
bersistem yang digali dan dibangun dengan menggunakan pendekatan ilmiah menurut
Golmark ( 1968, dalam bank, 1977:16 ) yaitu “Bahwa suatu kebenaran tidaklah mutlak
dan tidak berubah , akan tetapi merupakan suatu kesimpulan yang disepakati komutis
yang memahaminya dengan baik dan menghasilkan sesuatu.
Suatu metide ilmiah mempunyai cirri-ciri : Systematyzed, Precise, expanding, testable,
open itu public judgment, demans responsibility dan reconstructable.

Paradigma pembangunan pengetahuan dalam bidang PDIPS:


Hal yang dimaksud dengan paradigma adalah accepted pattern or model :
( kuhn:1970 ). Ser ofperasional paradigma pembangunan pengetahuan dalambidang
PDIPS diartikan sebagai pola pikir , pola sikap , dan pola tindak yang tertata secara utuh
yang seyogyanya digunakan oleh para pakar / ilmuan PDIPS dalam melakukan
kegiatan”

Kontruksi, interprestasi , tranformasi dan rekontruksi ( KITR )”pengetahuan


sampai pda akhirnya ditemukan teori ( Sanusi, 1998 : 19 ) Teori inilah yang pda
gilirannya membangun suatu system pengetahuan / disiplin ilmu . Namun demikian
disiplin itu sendiri tidak dapat dipandang hanya sebagai akumulasi informasi ,
fakta ,teori / paradigma.Melainkan system berfikir.

Anda mungkin juga menyukai