Anda di halaman 1dari 7

RESUME KONSEP DASAR

PEMBELAJARAN IPS

Disusun Oleh :

AME LILIN VIVILIA, S.Pd


(21070855041)

PROGRAM PASCASARJANA

JURUSAN MAGISTER PENDIDIKAN DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SURABAYA

2022
BAB 1
KONSEP DASAR IPS

Pendidikan IPS mulai diperkenalkan di Indonesia sejak kurikulum tahun 1975,


meskipun pada kurikulum 1968 telah terdapat mata pelajaran dengan karakteristik yang
sama yakni Pendidikan Kewargaan Negara. Dalam kurikulum 1975 IPS didefinisikan
sebagai ilmu pengetahuan tentang manusia dalam lingkungan hidupnya. Kelompok ilmu
yang mempelajari manusia tersebut diantaranya ilmu politik, ekonomi, sejarah, sosiologi,
antropologi, dan sebagainya. Dalam kurikulum (1975) lebih lanjut diterangkan bahwa
pelaksanaan bidang studi IPS mengarah kepada terbentuknya sikap hidup atas dasar
Pancasila.

IPS secara formal didefinisikan sebagai studi terintegrasi ilmu-ilmu sosial dan
humaniora dalam rangka mengmbangkan kompetensi warga negara. Dua ciri utama yang
membedakan IPS dengan ilmu sosial lain yakni (1) IPS didesain untuk mengembangkan
kompetensi warga negara – Tujuan utama pendidikan IPS. (2) IPS adalah terpadu, yang
mengusahakan penggabungan atau memadukan banyak bidang akademis.

Pasca Reformasi terdapat pembaharuan-pembaharuan pada IPS (kurikulum 2004-


KBK dan kurikulum 2006-KTSP). Dalam kurikulum tersebut pembelajaran IPS harus
dapat turut berkontribusi terhadap kemajuan dan kesejahteraan umum. Hal ini dikarenakan
kesejahteraan harus didukung oleh modal intelektual, sosial, dan kepercayaan. Untuk itu
IPS dituntut juga merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu
pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan demokrasi.

Dari sekian konsep dasar IPS yang dipaparkan, pada dasarnya esensi pendidikan
IPS adalah mengembangkan pengetahuan dan keterlibatan dalam masalah-masalah warga
negara. Cara mencapai keunggulan dalam pembelajaran IPS adalah (1) Dukungan akan
kebaikan bersama, (2) Mengadopsi multi perspektif umum, dan (3) Menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dalam kegiatan kewarganegaraan. Meskipun
dalam kurikulum 2004 dipaparkan beberapa tujuan IPS, toh nyatanya hanya satu poin yang
baru terlaksana dan terpaparkan, yaitu mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi,
geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pendagogis dan
psikologis. Dalam pengaplikasian IPS pada dunia nyata masih belum terlihat jelas.

Untuk mencapai keunggulan dalam pembelajaran IPS, Proses pembelajaran harus


memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut. (1) Pembelajaran IPS akan lebih kuat
ketika bermakna, (2) Pembelajaran IPS akan lebih kuat ketika terpadu, (3) Pembelajaran
IPS akan lebih kuat ketika berbasis nilai, (4) Pembelajaran IPS akan lebih kuat ketika
menantang, dan (Pembelajaran IPS akan lebih kuat ketika aktif).
BAB 2
SEJARAH DAN ILMU SOSIAL SEBAGAI
PENGETAHUAN DASAR IPS

Dalam progam sekolah IPS merupakan kajian sistematis yang menggambarkan


berbagai disiplin ilmu sosial dan materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan ilmu
alam. Dalam kategori tersebut ilmu sejarah merupakan dasar semua disiplin ilmu yang
termasuk dalam kategori ilmu-ilmu sosial dan humaniora.

Sejarah dalam dalam bahasa inggris History yang istilah aslinya berasal dari
Yunani kuno historia diartikan sebagai inquiry atau penelitian. Seiring dengan munculnya
karya Heredotus tentang Perang Parsi, dimana peristiwa itu telah berlangsung satu kurun
sebelum dia dilahirkan, maka pengertian sejarah berubah makna menjadi “peristiwa yang
pernah terjadi pada masa lalu” dan juga laporan yang tercatat mengenai masa lalu itu,
Heredotus dijuluki sebagai bapak Sejarawan dunia. Pengetahuan bagaimana membaca dan
merekonstruksi masa lampau memerlukan pengembangan sebuah perspektif sejarah dalam
berbagai pertanyaan-pertanyaan. Pemahaman tentang pertanyaan-pertanyaan itu adalah
merupakan konsep dari pengetahuan sejarah.

Selain sejarah kajian ilmu sosial lainnya adalah sosiologi. Sosiologi memiliki
pengertian yang sangat luas. Orang yang ahli dalam bidang sosiologi ini dikatakan
“Sosiolog”. Seorang sosiolog Indonesia (Selo Soemarjan dan Soelaeman Soemardi)
mendefinisikan sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial. Dalam perubahan-perubahan itu sosiologi
menjelaskan semua kelompok yang anda berada didalamnya akan mempengaruhi tingkah
laku anda, ataupun bila anda mempengaruhi kelompok itu sendiri.

Selain Sosiologi ada juga Geografi, ilmu pengetahuan tentang tempat dan ruang,
atau lebih dikenal dengan ilmu yang mempelajari tentang bumi. Geografi mempunyai dua
bidang studi mayor yaitu (1) Tempat, atau lokasi di bumi – geografi fisik, dan (2) Interaksi
antara tempat dan orang yang tinggal didalamnya – geografi budaya. Studi tentang
geografi dalam progam sekolah membantu siswa seperti mereka menciptakan pandangan
spasial dan perspektif geografi dunia mereka sendiri.

Dan yang terakhir Ekonomi, merupakan studi tentang sistem produksi, distribusi,
dan konsumsi barang maupun jasa. Dalam ekonomo terdapat dua studi mayor yang
penting, yaitu ekonomi mikro (memusatkan pada segmen khusus ekonomi lebih luas) dan
ekonomi makro (studi ekonomi secara keseluruhan – Negara). Dalam tingkat paling dasar
(SD) ekonomi dipelajari sebatas antara ke inginan dan kebutuhan, lebih lanjut lagi (SMP)
memperluas pemahaman tentang konsep dan prinsip lagi hingga pada jenjang SMA akan
mempelajari lebih lanjut akan konsep kunci ekonomi dan proses melalui studi sistematis
tentang sistem ekonomi dan politik sosial. Pada dasarnya mempelajari ekonomi yaitu
mempelajari untuk mengatasi suatu kelangkaan.
BAB 3
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS
DI NEGARA KITA

Dalam Permendiknas dijelaskan bahwa mata pelajaran IPS disusun secara


sistematis dan terpadu dalam proses pembelajarannya dengan harapan pendidikan IPS
menjadi lebih bermakna bagi peserta didik dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran IPS di negara kita ini memiliki masalah yaitu IPS hanya diajarkan sebagai
pengetahuan sosial untuk mengembangkan teori ilmu sosial tersebut (mata pelajaran
tunggal dan terpisah) bukan sebagai dasar pengetahuan yang dapat digunakan siswa dalam
meningkatkan kompetensi dalam kehidupan warga negara. Padahal dalam kurikulum
dengan pembelajaran IPS diharapkan mampu melatih siswa dalam menggunakan segala
pengetahuan dasar ilmu sosial yang siswa pelajari dalam memecahkan masalah-masalah
sosial.

Dalam tataran praktek pengembangan pembelajaran mata pelajaran IPS masih


menekankan aspek pemahaman konsep pada tiap mata pelajaran. Dengan hanya berhenti
pada tataran konsep dan materi pada tiap mata pelajaran, maka pengembangan
kemampuan agar anak-anak menjadi well informed terhadap permasalah sosial atau
kewarganegaraan di lingkungan sekitarnya masih menjadi tanda tanya besar. Disini dapat
dikatakan bahwa sistem pendidikan di Indonesia sangat rendah, khususnya dalam
memberikan nilai tambah baik dalam proses maupun hasil. Pemahaman yang diajarkan
hanya bersifat kognitif, yakni bagaimana peserta didik dapat memahami konsep materi
sehingga mereka dapat mengerjakan ujian dengan baik dalam skala sekolah maupun skala
nasional (UN). Sehingga bisa dikatakan para guru gagal dalam membentuk peran
kepemimpinannya dalam memperbaiki kapasitas pembelajaran siswanya.

Sudah seharunya kita dapat berpikir tentang bagaimana agar pembelajaran IPS
lebih dapat meningkatkan learning capacity siswa dan untuk ini perlu dikembangkan
model pembelajaran baru. Berikut beberapa model keterpaduan dalam pembelajaran IPS.

1. Model Connected, yakni model keterpaduan konsep inti dengan konsep lain dari
ilmu atau KD yang berbeda.
2. Model Sequenced, merupakan model keterpaduan beberapa topik disusun satu
sama lain berdasarkan kriteria tertentu.
3. Model Shared, model keterpaduan suatu konsep dibahas oleh dua disiplin ilmu
(mata pelajaran) secara bersama-sama secara tumpang tindih.
4. Model Webbed, suatu model keterpaduan tema atau topi dibangun atas dasar
beberapa materi atau KD yang sengaja dibangun untuk menghubungkan KD.
5. Model Threaded, merupakan pendekatan metakurikuler yang digunakan untuk
mencapai beberapa keterampilan dan tingkatan logika para peserta didik dengan
berbagai mata pelajaran.
6. Model Integrated, yakni model keterpaduan suatu tema atau konsep atau topik yang
beririsan dan tumpang tindih dari KD yang berasal dari berbagai bidang keilmuan.
BAB 4
PEMBELAJARAN IPS DI AMERIKA

Amerika merupakan Negara tempat lahirnya IPS, untuk itu sangat penting
mempelajari perkembangan IPS disana, guna referensi pengembangan pembelajaran IPS di
negara Indonesia. Kurikulum IPS di Amerka disusun National Council for Social Studies
(NCSS) dan pada tahun 1994 dewan ini telah berhasil kurikulum yang lebih aplikable di
sekolah. Kurikulum ini diberi nama Expectation of Excellence: Curriculum Standards for
Social Studies. Dalam kurikulum ini terdapat 10 standar tematis untuk materi
pembelajaran IPS, yaitu;

1. Budaya, budaya membantu kita untuk memahami diri kita sendiri baik sebagai individu
dan anggota dari berbagai kelompok. Dalam sebuah masyarakat demokrasi dan
multikultural seperti negara Indonesia, siswa perlu memhami berbagai perspektif yang
diambil dari tempat budaya yang menguntungkan.
2. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan, dalam kaitannya ini bidang ilmu sejarah yang
juga merupakan disiplin ilmu dari IPS sangat memainkan perannya. Dengan
mempelajari ilmu sejarah individu menggunakan pengetahuan masa lampau, menguji
hubungannya dengan masa kini dan memprediksi hari depan.
3. Orang, tempat, dan Lingkungan. Area studi ini penting untuk membantu peserta didik
membuat mengerti (informasi) dan keputusan, kritis tentang hubungan antara sesama
manusia dan lingkungan mereka.
4. Perkembangan individu dan identitas. Progam ini sangatlah penting sehingga progam
IPS harus memasukkan pengalaman yang menyediakan studi perkembangan individu
dan identitas. Identitas personal dibentul oleh satu kebudayaan, kelompok, maupun
pengaruh kelembagaan. Pengujian berbagai bentuk tingkah laku manusia mempertinggi
pemahaman hubungan antara norma-norma sosial dan munculnya identitas personal,
proses sosial yang mempengaruhi bentuk identitas, dan prinsip-prinsip etis yang
mendasari aksi individu.
5. Individu, kelompok dan lembaga atau institusi. (6) Kekuasaan, otoritas, dan
pemerintahan. (7) Produksi, distribusi, dan Konsumsi. (8) Ilmu, teknologi, dan
Masyarakat. (9) Koneksi global. (10) Warga negara ideal dan praktek.

Perkembangan dan berkelanjutan demokrasi di Amerika, membutuhkan warga negara


yang dapat mengadaptasikan tradisi-tradisi dan nilai-nilai yang berkembang dalam
masyarakat dalam menghadapi keadaan yang berubah. Misi dari IPS itu sendiri adalah
mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan dalam menghadapi keadaan yang berubah.
Dalam IPS siswa mengembangkan satu pengetahuan dasar inti yang diambil dari berbagai
disiplin akademik, belajar bagaimana menganalisis pendapatnya dan pendapat-pendapat
lain tentang isu-isu penting, dan menjadi termotivasi untuk berpartisipasi secara aktif
dalam kehidupan kemasyarakatan dan kewarganegaraan, sebagai warga yang
berpengatahuan.

BAB 5
PEMECAHAN MASALAH:
SEBUAH MODEL PEMBELAJARAN IPS DI JEPANG

Pada pembeharuan kurikulum IPS (tahun 2008), mata pelajaran IPS dirubah
mengikuti model pembelajaran sebagaimana yang tengah dipraktekan di Eropa.
Khususnya, revisi pembelajaran ditekankan pada pentingnya pengembangan yang
mencangkup tiga kemampuan; (1) Kemampuan dalam membuat kombinasi sosial, budaya,
dan ketrampilan teknik. (2) Kemampuan menciptakan dan memelihara pertalian hubungan
antar kelompok orang yang berbeda. (3) Kemampuan untuk beraktualisasi secara mandiri.
Sistem pendidikan Jepang menekankan pentingnya satu metode pembelajaran khusus,
untuk mengasah dan membangun siswa agar dapat melakukan riset dan mendikusikan
sendiri. Pendekatan ini disebut sebgai sebuah “metode problem-solving”

Secara tradisional, IPS diharapkan membantu orang mengembangkan kompetensi-


kompetensi untuk memcahkan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat. Prinsip dasar
dari metode pembelajaran problem-solving adalah membiarkan siswa mendefinisikan
masalah dan melakukan penelitian untuk memecahkannya. Tipe pembelajaran ini menolak
tugas-tugas yang diberikan oleh guru secara searah atau passive learning. Jadi kurikulum
IPS di Jepang diperbaharui untuk memberikan fasilitas kepada siswa dengan lebih
mengalami dan memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu siswa
dapat mengembangkan disposisi dan kompetensi untuk berpartisipasi dalam masyarakat
secara lebih efektif dalam masyarakat. Berikut enam langkah dalam problem solving; (1)
Siswa mencari berbagai masalah. (2) siswa mengajukan pertanyaan dan mengumpulkan
fakta-fakta berkenaan dengan masalah. (3) siswa menyeleksi satu masalah yang dapat
mereka pecahkan. (4) Siswa mengajukan hipotesis untuk memcahkan masalah. (5) Siswa
memusatkan pada satu pemecahan. (6) Siswa membuat rencana kegiatan untuk
mengimplementasikan pemecahan yang ditawarkan.

Di Jepang siswa diwajibkan untuk mengajukan dan menguji hipotesis, mereka harus
melakukan penelitian dan survey yang mereka lakukan sendiri. Dan seorang guru kadang-
kadang dapat menarik diri dari perannya sebagai “guru” yang menerangkan pada siswa,
melainkan membolehkan siswa untuk menerangkan hipotesis mereka. Hal ini sangat
penting untuk menawarkan siswa mendokumentasikan baik proses dan hasil penelitian
mereka untuk memfasilitasi pembelajaran mereka. Demokrasi merupakan sebagai satu
fondasi IPS, dan tujuan pembelajaran IPS pun untuk mendidik warga negara yang
demokratis. Penelitian merupakan kegiatan penting dalam menumbuhkan kompetensi
demokratis, untuk mencari masalah dalam kehidupan sosialm mengevaluasi informasi
secara kritis, dan mambuat keputusan. Prinsip fundamental pendidikan adalah memotivasi
siswa untuk melakukan atas inisiatif mereka sendiri. Pembelajaran IPS harus memberi
kesempatan siswa dengan berbagai kesempatan untuk berdiskusi dan mentransformasikan
kegiatan dalam kelas ke dalam suatu masyarakat pembelajar kolaboratif.

Anda mungkin juga menyukai