Anda di halaman 1dari 12

PENGERTIAN DAN CAKUPAN IPS SEBAGAI BIDANG STUDI DALAM

PENDIDIKAN
TUJUAN PENDIDIKAN IPS DAN PENTINGNYA BAGI SISWA

Oleh
Nama : Ayu Julyarthini

PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ILMU PENDIDIKAN SOSIAL
UNIVERSITAS PGRI KANJURUGAN MALANG
2024
1. Pengertian dan cakupan IPS sebagai bidang studi dalam pendidikan
IPS merupakan bagian kurikulum suatu fakultas yang mempelajari
hubungan dan fungsi sosial yang biasanya mata kuliah tersebut terdiri dari
gabungan sejarah, pemerintahan, ekonomi, ilmu kewargaan negara, sosiologi,
geograpi, dan antropologi.
Definisi IPS seperti diungkapkan dalam Kurikulum IPS Sekolah Dasar
memiliki kemiripan dengan definisi di atas, dinyatakan bahwa ” IPS SD nama
mata pelajaran atau bidang studi yang merupakan integrasi konsep Ilmu- Ilmu
Sosial, humaniora, IPA/sains, isu/masalah sosial kehidupan dimensi
pedagogik dan psikologis sesuai karakteristik kemampuan berpikir peserta
didik bersifat holistik. Jadi definisi IPS di Sekolah Dasar menekankan pada
integrasi program dan disiplin ilmu-ilmu sosial , sains, dan humaniora.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, bahan kajian yang ada
dalam IPS, antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dsb.
dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan
kemampuan analisis, peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.
IPS di Sekolah Dasar memfokuskan diri pada bagaimana mengembagkan
potensi, keberanian, keberadaan siswa sehingga :
a. Siswa dapat bertindak dan berinteraksi denga lingkungannya.
b. Siswa dapat memahami diri dan lingkungan sosialnya.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan. Pengembangan Pendidikan IPS 7 Mata pelajaran IPS bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial.
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Kemampuan tersebut diatas merupakan tujuan mata pelajaran IPS yang secara
implisit tertulis dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Tahun
2006. Kemampuan tersebut terjabarkan secara rinci dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran IPS untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah
Ibtidaiyah (MI), yang merupakan unit dari pelajaran IPS SD.
IPS di Sekolah Dasar ditujukan pada pengembangan pengetahuan dan
ketrampilan dasar yang bermamfaat buat siswa. Misalnya, pengajaran sejarah
diajarkan untuk mengembangkan pemahaman siswa tentang perjuangan
masyarakat Indonesia sejak masa lalu sampai masa sekarang, sehingga siswa
betul-betul bangga berbangsa dan bertanah air Indonesia.
Sebagaimana disebutkan di bagian atas, bahwa IPS berhubungan dengan
masalah-masalah kehidupan manusia. Definisi ini nampaknya lebih sempit dan
spesifik. Beberapa kalangan pendidik memiliki pandangan yang berbeda-beda
mengenai IPS ini, tergantung pada sudut pandangnya. Beberapa pihak lebih
menekankan pada aspek lingkungan sosial, masalah sosial, kependudukan, atau
urbanisasi. Beberapa pihak lain lebih mengkonsentrasikan pada masalah ekonomi,
perdagangan, geograpi, sejarah, atau budaya.
Secara tradisional, IPS menggambarkan materi yang berasal dari tujuh
disiplin ilmu: Sejarah, Geograpi, Ekonomi, Ilmu Politik, Sosiologi, Antropologi,
dan Psikologi.(Chapin and Messick,1996). Dalam perspektif kita disiplin ilmu-
ilmu tersebut terjadi secara integral dalam kehidupan sehari-hari, namun banyak
para guru hanya memberikan penekanan pada disiplin ilmu-ilmu tertentu secara
terpisah. IPS tidak mengkaji bidang ilmu-ilmu tersebut secara terpisah, tetapi
membahasnya dalam perspektif yang lebih luas.
Perbedaan antara ilmu-ilmu sosial (social sciences) di satu pihak dengan Ilmu
Pengetahuan Sosial (social studies) di lain pihak bukanlah perbedaan yang
mendasar atau prinsipil, tetapi hanya perbedaan secara gradual. Ilmu-ilmu sosial
diorganisasikan secara sistematis dan dibangun melalui pendidikan ilmiah dan
proses penelitian yang direncanakan, sedangkan Pendidikan IPS (Social Studies)
terdiri atas bahan pilihan yang sudah disedarhanakan dan diorganisasikan secara
psikologis dan ilmiah untuk kepentingan tujuan pendidikan. (Somantri:2001:73).
National Council for Social Studies (NCSS,1994) memberikan definisi
IPS dalam perspektif yang integral, seperti berikut ini : "Social studies is the
integrated study of the social sciences and humanities to promote civic
competence. Within the school program, social studies provides coordinated,
systematic study drawing upon such disciplines as antropology, archeology,
economics, geography, history, law, philosophy, political science,
psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the
humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of
social studies is to help young people develop the ability to make informed
and reasoned decision for the public good citizens of culturally diverse,
democratic society in an interdependent world".

Definisi dari NCSS ini tidak menggunakan sejarah atau ilmu sosial lainnya
sebagai suatu pendekatan disiplin ilmu (subject approach). Definisi ini sangat
menekankan kepada suatu pandangan bahwa setiap anak didik (atau warga
negara) harus terlibat dalam permasalahan-permasalahan kemasyarakatan, dan
setiap issue-issue kemasyarakatan tersebut sifatnya selalu multidiplin. Dengan
kata lain, kita (para guru) membutuhkan pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu,
tidak hanya dari ilmu sosial saja, dengan demikian kita dapat mengajarkan ilmu-
ilmu sosial sebagai kurikulum yang terpadu ketimbang kita mengajarkannya
secara terpisah-pisah.
Barr dan teman-temannya (Nelson,1987; Chapin dan Messick,1996)
merumuskan tiga perspektif tradisi utama dalam IPS. Dengan catatan bahwa
ketiga tradisi tersebut menekankan pada tujuan yang sangat umum, tetapi berbeda
dalam cara bagaimana mencapai tujuan tersebut. Ketiga tradisi utama tersebut
ialah:
a. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship
transmission).
b. IPS diajarkan sebagai ilmu-ilmu sosial.
c. IPS diajarkan sebagai reflektif inquiry (reflective inquiry)
Roberta Woolover dan Kathryn P. Scoot (1987) merumuskan ada lima
perspektif dalam mengajarkan IPS . Kelima perspektif tersebut tidak berdiri
masing-masing, bisa saja ada yang merupakan gabungan dari perspektif yang lain.
Kelima perspektif tersebut ialah:
1. IPS diajarkan sebagai pewarisan nilai kewarganegaraan (citizenship
transmission).
IPS sebagai pewarisan nilai-nilai kewarganegaraan tujuan utamanya
adalah mempersiapkan anak didik menjadi warga negara yang baik. Nilai
dan budaya bangsa akan dijadikan landasan untuk pengembangan
bangsanya. Setiap bangsa atau negara mendidik warganya berdasarkan
nilai dan budaya yang dimilikinya. Misalnya, Indonesia mencita-citakan
anak-anak bangsanya menghormati budayanya, kelompok-kelompok
agama menginginkan para penganutnya untuk mengamalkan ajaran
agamanya, dalam kaitannya dengan demokrasi Pancasila kita
menginginkan masyarakat mengamalkan nilai demokrasi. Seorang guru
harus mempersiapkan anak didiknya dengan nilai-nilai demokrasi
Pancasila yang dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi,
dalam kaitan transformasi nilai-nilai kewarganegaraan tujuan IPS adalah
menjadikan anak didik menjadi warga negara Indonesia yang baik.
2. IPS diajarkan sebagai Pendidikan ilmu-ilmu sosial
IPS diajarkan dalam dua perspektif, yaitu terpisah (separated
approach) dan terpadu (integrated approach). Perspektif pertama
mengajarkan IPS sebagai Ilmu-ilmu Sosial yang terpisah, sedangkan
perspektif kedua mengajarkan IPS sebagai kombinasi dari berbagai
disiplin ilmu sosial yang membahas masalah-masalah di sekitar
lingkungan masyarakat.
Kelompok pertama berpendapat bahwa IPS sebaiknya diganti dengan
ilmu-ilmu sosial yang berdiri sendiri, seperti Sejarah, Geografi, atau
Ekonomi. Mereka berargumen bahwa IPS harus tetap dalam disiplin
ilmunya masing-masing namun tetap berkaitan dengan kehidupan
masyarakat.
Para perencana kurikulum yang mendukung pendekatan ini, ingin
siswa memahami cara ilmuwan sosial bekerja dan memperoleh konsep-
konsep penting dalam disiplin ilmunya masing-masing. Misalnya, dalam
pelajaran Antropologi, siswa mempelajari artifak-artifak budaya tertentu.
Namun, para guru seringkali hanya mampu mengajar satu disiplin ilmu
sosial saja, sehingga pendekatan terpisah lebih umum digunakan di
Sekolah Dasar.
Pendekatan terpisah ini juga sering dilakukan oleh guru-guru di
Sekolah Dasar. Guru akan mengajarkan topik tentang Perang Diponegoro
atau perang melawan penjajahan Belanda menggunakan pendekatan
sejarah, padahal ada pendekatan lain yang memungkinkan penggunaan
perspektif multidisiplin.
Di sisi lain, kelompok kedua berpendapat bahwa mengajarkan IPS
dengan menggabungkan beberapa disiplin ilmu sosial adalah lebih
realistis. Mereka berargumen bahwa mengharapkan guru SD untuk
mengajar Ilmu-Ilmu Sosial secara terpisah terlalu berlebihan mengingat
kekurangsiapan para guru dalam memahami ilmu-ilmu sosial tersebut.
IPS berbeda dengan Ilmu-ilmu Sosial dalam hal bahwa IPS bukanlah
disiplin ilmu, melainkan bidang kajian yang mengkaji masalah-masalah
kemasyarakatan. IPS menggunakan pendekatan multidisiplin atau
interdisiplin, sementara Ilmu-ilmu Sosial menggunakan pendekatan
disiplin ilmu. IPS dirancang untuk kepentingan pendidikan dan hanya ada
dalam dunia persekolahan, sedangkan Ilmu-ilmu Sosial dapat dipelajari
di dunia persekolahan, perguruan tinggi, atau masyarakat umum.
Perbedaan antara Ilmu-ilmu Alam dan Ilmu-ilmu Sosial dapat
terlihat dari implikasi kedua rumpun ilmu tersebut. Namun, dalam IPS,
topik yang berangkat dari persoalan sosial memiliki implikasi di luar
kontrol ilmu-ilmu sosial. Oleh karena itu, ilmu sosial dan ilmu alam
memiliki hubungan fungsional.
Ilmu-ilmu sosial juga sering digunakan untuk merujuk ilmu-ilmu
tentang perilaku manusia. Ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi,
dan psikologi secara khusus mempelajari perilaku manusia, sedangkan
ekonomi dan politik mempelajari perilaku manusia secara tidak langsung.
Psikologi dan sejarah seringkali ditempatkan sebagai bagian dari ilmu-
ilmu sosial, meskipun sebagian pendapat menempatkan sejarah sebagai
bagian dari humaniora dan psikologi sebagai ilmu sosial semisocial
science.
3. IPS diajarkan sebagai cara berpikir reflektif (reflective inquiry)
IPS diajarkan sebagai reflective inquiry, fokus utamanya adalah
memotivasi siswa untuk berpikir secara logis dan melakukan penelitian
ilmiah untuk menemukan jawaban atas pertanyaan, masalah, dan isu yang
diajukan. Guru tidak mengajarkan siswa untuk menghafal isu atau
masalah, tetapi mengevaluasi materi tersebut secara kritis. Contoh,
mintalah siswa untuk menganalisis masalah lingkungan hidup yang kotor
dan mencari solusinya. Reflective Inquiry merupakan pendekatan yang
membantu siswa menggunakan pikiran secara rasional untuk
menganalisis nilai-nilai. Contoh lainnya adalah ketika siswa diberi
permasalahan tentang Keluarga Berencana dan Kesehatan, mereka
memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian agar keputusan yang
mereka ambil didasarkan pada data yang rasional. Dalam mengajarkan
IPS, tidak boleh terlalu menekankan hafalan atau mengingat, tetapi lebih
fokus pada berpikir kritis dan pemecahan masalah yang relevan dengan
kehidupan nyata. Metode inquiry dan critical thinking harus diterapkan
dalam pembelajaran IPS. Pengajaran inquiry membantu siswa menguji
pertanyaan, isu, atau masalah, sementara guru berperan sebagai
pembantu. Siswa dapat menjadi investigator dalam mencari ilmu dengan
berpartisipasi aktif dalam bentuk percobaan, studi kepustakaan,
wawancara, atau penelitian produk. Tahapan dalam model inquiry
meliputi mengajukan pertanyaan, memperjelas arti istilah, merumuskan
hipotesis yang dapat diteliti, mengumpulkan dan menganalisis data, serta
menyimpulkan atau generalisasi. Langkah-langkah ini bertujuan agar
siswa dapat berpikir dengan menggunakan data dan fakta.
4. IPS diajarkan sebagai pengembangan pribadi siswa.
IPS bertujuan mengembangkan potensi siswa dalam pengetahuan,
fisik, sosial, dan emosi. Siswa yang potensinya terarah memiliki
kepercayaan diri tinggi. IPS juga bertujuan mengembangkan kemampuan
siswa dalam bekerja sama, merencanakan dan mencapai tujuan, serta
memecahkan masalah dengan baik. IPS juga bertujuan mengembangkan
sikap peduli terhadap kesehatan diri, kemampuan membaca, matematika,
dan keterampilan. IPS bertujuan membentuk mental, jiwa, dan fisik anak
agar mereka menjadi anggota masyarakat yang produktif. Pendekatan
guru dalam pengajaran IPS harus lebih berpusat pada anak daripada
materi pelajaran.
Mereka yang mendukung IPS meyakini bahwa pengembangan
potensi siswa yang baik akan membawa kemajuan bagi masyarakat,
dengan mengurangi atau mengeliminasi anggota masyarakat yang buruk.
Seorang individu merupakan gabungan dari faktor genetik dan
fenotipik. Faktor genetik adalah faktor yang dimiliki individu sejak lahir
yang diasumsikan sebagai faktor keturunan. Seseorang juga memiliki ciri
fisik dan karakteristik yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Lingkungan fisik mencakup kondisi alam sekitar, termasuk kondisi alam
buatan seperti tempat tinggal. Lingkungan sosial mencakup interaksi
sosial yang dilakukan individu dengan keluarga, teman, dan kelompok
sosial lainnya.
Sebagai seorang guru IPS, penting untuk memahami kepribadian
setiap siswa. Setiap individu memiliki karakteristik yang unik yang
membentuk kepribadian mereka. Kepribadian dipengaruhi oleh faktor
bawaan dan lingkungan, termasuk lingkungan sosial dan budaya.
IPS memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian siswa
melalui interaksi dengan lingkungan dan pengembangan potensi mereka.
5. IPS diajarkan sebagai proses pengambilan keputusan dan tindakan yang
rasional
IPS bertujuan untuk mengajarkan siswa keterampilan dalam
membuat keputusan dan tindakan yang rasional. Ini melibatkan
keterampilan berpikir, baik individu maupun kelompok, untuk
menangani masalah pribadi dan sosial. Salah satu contoh masalah sosial
yang dipertimbangkan adalah izin perusahaan penambangan yang
merusak lingkungan tetapi memberikan keuntungan. Dalam pengambilan
keputusan, siswa dapat menggunakan pendekatan rasional untuk
mengambil tindakan seperti membuat poster tentang bahaya merusak
lingkungan, mengirim surat kepada instansi terkait, atau mengadakan
kampanye di sekolah. Kelima perspektif pendidikan IPS ini saling terkait
dan dapat digunakan dalam pendidikan IPS di sekolah dasar.

2. Tujuan pendidikan IPS dan pentingnya bagi siswa


Tujuan Pendidikan IPS tidak terlepas dari tujuan nasional Indonesia yang
melindungi seluruh bangsa, meningkatkan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut terlibat dalam perdamaian dunia.
Program pendidikan IPS bertujuan untuk mempersiapkan anak didik menjadi
bagian bangsa yang baik. Tujuan ini diwujudkan melalui tujuan pendidikan
yang lebih spesifik sesuai dengan Undang-Undang No 20 tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. IPS di tingkat SD bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar siswa agar bermanfaat
dalam kehidupan sehari-hari. IPS juga berkaitan dengan persiapan anak didik
untuk berperan aktif dalam pembangunan Indonesia dan berpartisipasi dalam
pergaulan masyarakat global. IPS memainkan peran penting dalam
membimbing anak didik pada nilai-nilai demokrasi, memahami kehidupan
masa kini, dan mempelajari tanggung jawab mereka sebagai bagian dari
masyarakat yang saling bergantung. IPS juga mengajarkan anak didik
pelajaran sejarah, ekonomi, politik, sosiologi, dan ilmu sosial lainnya. Tujuan
dari IPS mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, serta
memberi kesempatan untuk partisipasi sosial.
a. Aspek Pengetahuan
Siswa perlu memahami pengetahuan yang luas tentang dunia luar
dan dunia sekitar mereka. Mereka juga perlu memahami aspek-aspek
yang terkait dengan individu mereka, lingkungan mereka, sejarah, masa
kini, dan masa depan. Pengetahuan khusus dalam disiplin ilmu tertentu
tidak cukup untuk memahami fenomena dalam masyarakat kita secara
komprehensif. Contohnya, krisis moneter tidak dapat dimengerti oleh
anak-anak hanya dengan penjelasan dari satu disiplin ilmu. Dalam kasus
ini, pendekatan multidisiplin dan mempertimbangkan aspek psikologis
dan pedagogis diperlukan. Dalam IPS, guru harus dapat menyajikan
konsep dan informasi dengan jelas dan memadai kepada siswa. Untuk
membantu siswa menjadi pemikir yang baik, mereka harus diajari tentang
ketelitian, kejelasan, dan penggunaan bahasa yang baik. Mereka juga
harus didorong untuk menjadi pembaca yang rajin, menulis esai, dan
kritis terhadap fenomena sosial.
b. Aspek Keterampilan
Menurut National Council for Social Studies (NCSS,1994),
ketrampilan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan IPS mencakup
mendapatkan dan mengolah data, menyampaikan gagasan, argumen, dan
cerita, menyusun pengetahuan baru, dan berpartisipasi di dalam
kelompok. Untuk mengembangkan ketrampilan ini, program IPS harus
dirancang untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membaca,
meneliti, mencari informasi, menggunakan bahasa dan metode ilmu-ilmu
sosial, menulis, membuat klasifikasi, interpretasi, analisa, kesimpulan,
evaluasi, dan menyajikan informasi dengan didukung oleh alasan yang
rasional. Selain itu, siswa juga harus diberi kesempatan untuk
mengkoseptualisasi informasi tidak familiar, membuat hubungan sebab-
akibat, mengembangkan kajian baru, membuat uraian naratif dengan
bantuan gambar dan bagan, serta belajar berpartisipasi, bekerja
kelompok, menghormati nilai etika dan tanggung jawab dalam kelompok,
meredakan ketegangan dan konflik, serta menerima keputusan kelompok
sebagai ciri masyarakat yang demokratis.
c. Aspek Nilai dan Sikap
Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan terletak pada hati atau nurani
manusia. Meskipun dapat diamati melalui tindakan dan keyakinan nilai,
namun nilai tetap abstrak. Nilai merupakan standar manusia yang terkait
dengan masalah kebajikan, kecantikan, rasa, prestise, efisiensi, dan
tindakan. Standar nilai ini dipengaruhi oleh kebiasaan sosial, hukum, dan
keyakinan pribadi. Rumah merupakan tempat pertama anak belajar
tentang nilai-nilai. Keluarga mengajarkan pentingnya mengasihi orang
lain, menolong, bekerja sama, beragama, dan belajar. Selain rumah, anak
juga dipengaruhi oleh teman, sekolah, media massa, dan masyarakat
dalam hal nilai-nilai. Sebagai guru, penting bagi kita untuk mendorong
anak untuk bertingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku. Guru
juga harus menjadi contoh positif dalam mengajarkan sikap-sikap baik
kepada anak didik.
DAFTAR PUSTAKA

Anshori, S. (2016). Kontribusi ilmu pengetahuan sosial dalam pendidikan


karakter. Edueksos Jurnal Pendidikan Sosial & Ekonomi, 3(2).
(https://www.jurnal.syekhnurjati.ac.id/index.php/edueksos/article/view/363/316 )

Hilmi, M. Z. (2017). Implementasi Pendidikan IPS Dalam Pembelajaran IPS Di


Sekolah. Jurnal Ilmiah Mandala Education, 3(2), 164-172.
(https://ejournal.mandalanursa.org/index.php/JIME/article/view/198/189)

Endayani Henni, Konsep pendidikan IPS, (Sumatra Utara : Universitas Islam


Negeri Sumatera Medan, 2018)

Pudjiastuti Ari, Chaterina M., Modul Kajian Materi IPS Kelas Tinggi, (Dirjen
GTK Kemendikbud. Jakarta,2016)

Anda mungkin juga menyukai