Anda di halaman 1dari 114

RESUME

BUKU KONSEP DASAR IPS

Dosen Pembimbing : Yusmawaty,M.Pd

DISUSUN OLEH :

DAHARA LISA ( 210209027 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR – RANIRY FAKULTAS TARBIYAH DAN


KEGURUAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

DARUSSLAM – BANDA ACEH

TAHUN 2021 / 2022


PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur senantiasa dipanjatkan ke hadirat Allah SWT, atas

karunia, hidayah, dan pertolongan-Nya, kita semua masih dalam keadaan sehat wal’afiat,

saya telah meresume makalah Konsep Dasar IPS, Shalawat dan salam semoga dilimpahkan

kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang kita nantikan syafaat, dan kebaikan

beliau kelak di yaumul qiyamah.

Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran dalam pendidikan dasar, secara

historis muncul bersamaan dengan diberlakukannya Kurikulum tahun 1975 sampai sekarang.

IPS memiliki kekhasan dibandingkan dengan mata pelajaran lain.

Ips adalah mata kuliah yang wajib di ikuti semua mahasiswa pgmi yang merupakan

bagian dari kajian pengetahuan dasar bagi calon guru di kelas sd/Mi Maka pembelajaran ips

ini mengkaji tentang konsep dasar ips dan ruang lingkup lingkungannya, yaitu sejarah,

geografi, ekonomi, politik, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial, serta melatih

mahasiswa mengindetifikasi masalah masalah dan solusi pemecahan nya di kaitkan dengan

ruang lingkup keilmuan ips.


BAB I

KONSEP ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

A. Pendahuluan

Dalam bidang pengetahuan sosial, dikenal istilah Ilmu Sosial dan Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS). Istilah IPS dan keberadaannya dalam kurikulum

persekolahan di Indonesia tidak terlepas dari perkembangan dan keberadaan Studi

Sosial (Social Studies) di Amerika Serikat. Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris Social Studies yang telah

dikembangkan di Amerika Serikat (Wahab, dkk., 2009: 1.4). Oleh karena itu, gerakan

dan paham Social Studies di Amerika Serikat banyak mempengaruhi pemikiran

mengenai IPS di Indonesia. Studi Sosial (Social Studies) bukan merupakan suatu

bidang keilmuan atau disiplin bidang akademis, melainkan lebih merupakan suatu

bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial.

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil

kesepakatan komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem

pendidikan nasional dalam kurikulum 1975. Dalam dokumen kurikulum tersebut, IPS

merupakan salah satu nama mata pelajaran yang diberikan pada jenjang sekolah dasar

dan menengah. Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi

dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial

lainnya (Sapriya, 2009: 7). Nama IPS ini sejajar dengan nama mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA), sebagai integrasi dari mata pelajaran biologi, kimia, dan

Fisika.

B. Pengertian IPS
Studi sosial dalam arti luas, yaitu persiapan kaum muda agar mereka memiliki

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk partisipasi aktif

dalam masyarakat).

Social studies in the broadest sense, that is, the preparation of young people so that

they possess the knowledge, skills, and values necessary for active participation in

society (Ross, 2006: 18).

Istilah IPS di Indonesia mulai dikenal sejak 1970-an sebagai hasil kesepakatan

komunitas akademik dan secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan

nasional dalam kurikulum 1975. Pengertian IPS sering disalah-tafsirkan dengan

ilmu-ilmu sosial. Secara konseptual IPS erat hubungannya dengan studi sosial dan ilmu

sosial.

Masih banyak definisi tentang IPS (Social Studies) yang telah disampaikan para

ahli. Namun, pada umumnya definisi-definisi tersebut menunjukkan pengertian bahwa

IPS sebagai program pendidikan atau bidang studi dalam kurikulum sekolah yang

mempelajari kehidupan manusia dalam masyarakat serta hubungan atau interaksi

antara manusia dengan lingkungannya (fisik dan sosial). Isi atau materi IPS diambil

dan dipilih dari bagian-bagian pengetahuan/konsep dari ilmu- ilmu sosial disesuaikan

tingkat pertumbuhan dan usia siswa.

Pengertian IPS di setiap sekolah itu mempunyai perbedaan makna, disesuaikan

dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik khususnya antara IPS untuk sekolah

dasar (SD) dengan IPS untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan IPS untuk

Sekolah Menengah Atas (SMA). Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang

berarti nama mata pelajaran yang berdiri sendiri, ada yang berarti gabungan (integrated)

dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu, dan ada yang berarti program
pengajaran.

C. Tujuan dan Fungsi Mata Pelajaran IPS

IPS sebagai program pendidikan tidak hanya menyajikan konsep konsep

pengetahuan semata, namun yang terpenting harus mampu membina peserta didik

menjadi warga negara dan warga masyarakat yang tahu akan hak dan kewajiabannya,

memiliki tanggung jawab atas kesejahteraan bersama seluas- luasnya.

Tujuan mempersiapkan para peserta didik sebagai warga negara yang menguasai

pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values)

yang dapat dipergunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah,

mengambil keputusan, dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan

agar menjadi warga negara yang baik

pendidikan IPS di Indonesia pada dasarnya

IPS atau social studies lebih mengarah untuk persiapan peserta didik untuk siap

berpartisipasi dalam masyarakat, sehingga setiap peserta didik mengetahui bagaimana

peran diri sendiri baik dalam keluarga maupun masyarakat, mengetahui peranan orang

lain dan bagaimana memerankan peranan orang lain, serta siap untuk menerima bentuk

apapun yang diberikan masyarakat. Jadi, Pendidikan IPS merupakan kajian ilmu yang

terintegrasi dalam disiplin ilmu-ilmu sosial yang bersifat menyeluruh (holistik) yang

materinya diambil dari rumpun ilmu sosial, seperti bidang ilmu sejarah, geografi,

sosiologi,antropologi, politik, ekonomi, psikologi dan filsafat yang dikonsep menjadi

pembelajaran terpadu.

Tujuan mata pelajaran IPS adalah untuk mempersiapkan anak didik menjadi warga

negara yang baik berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan menitikberatkan pada
pengembangan individu yang dapat memahami masalah-masalah yang ada dalam

lingkungan, baik yang berasal dari lingkungan sosial yang membahas interaksi antar

manusia, dan lingkungan alam yang membahas antara manusia dengan lingkungannya,

Permendiknas No.22 tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

menyebutkan mata pelajaran IPS di SMP secara rinci memiliki empat tujuan, yaitu :

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannnya;

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial;

3. Memiliki komitmen dan kesadaran nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam

masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

D. Karakteristik Mata Pelajaran IPS

Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata

pelajaran yang lain. Demikian juga mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Soemantri

(2001: 38) menjelaskan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam

proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri- ciri yang kedapatan di

dalamnya memuat rincian sebagai berikut.

1. Bahan pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah
sosial, keterampilan berpikir serta pemeliharaan/pemanfaat lingkungan alam.

2. Mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.


3. Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integrated (terpadu),
correlated (berhubungan),

sampai yang separated (terpisah)

4. Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara,


fungsional, humanistis, sampai yang struktural.

5. Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi

6. Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor saja,
tetapi juga mencoba mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship
quotient,

7. Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program


pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama
akan ikut memperkaya bahan pembelajaran.

E. Nilai-nilai dalam Pembelajaran IPS

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, pengembangan

sumber daya manusia (SDM) berkualitas di era kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi (IPTEK) dewasa ini yang sangat urgen. Pengembangan SDM harus

bersamaan dengan pengembangan nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran IPS,

sebab IPS sarat dengan nilai-nilai, seperti nilai teoretis, nilai praktis, nilai edukatif dan

nilai ketuhanan (Sumaatmadja, 1977: 45-49;

1. Nilai Teoritis

Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanan diarahkan menjadi SDM untuk

hari esok. Oleh karena itu, pembelajaran IPS tidak hanya menyajikan dan membahas

kenyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari itu yakni

menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain.


2. Nilai Praktis

Pokok bahasan IPS jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual teoritis
belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari; misalnya mulai dari lingkungan
keluarga, di pasar, di jalan, dan tempat-tempat lain. Dalam hal ini, nilai praktis disesuaikan
dengan tingkat usia dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pengetahuan praktis tersebut

3. Nilai Edukatif.

Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pembelajaran IPS, yaitu adanya

perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut,

meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan kognitif dalam hal

ini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula

peningkatan nalar sosial dan kemampuan mencari alternatif-alternatif pemecahan

masalah sosial. Oleh karena itu, materi yang dibahas dalam pembelajaran IPS, tidak

hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat

masalah sosial yang terjadi sehari-hari

4. Nilai Ketuhanan

Kita dapat menghayati dalam menikmati segala yang kita peroleh sebagai manusia,

makhluk individu dan makhlk sosial yang berbeda dengan makhluk-makhluk hidup

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan. Kenikmatan

dari Tuhan Yang Maha Esa berupa akal pikiran yang berkembang dan dapat

dikembangkan yang telah membawa manusia sendiri untuk mampu memenuhi

kebutuhannya.
BAB II

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

A. Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkaitan dengan berbagai aspek kehidupan

manusia. IPS juga berkaitan dengan bagaimana usaha manusia untuk memenuhi

kebutuhannya, baik kebutuhan materi, budaya, jiwa, pemanfaatan sumber daya yang

ada di permukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya, untuk

mempertahankan kehidupan masyarakat manusia.

Pada prinsipnya, hakikat yang dipelajari IPS adalah bagaimana mempelajari,

menelaah, mengkaji sistem kehidupan manusia di muka bumi. Kebutuhan manusia

dalam konteks sosial sangat banyak dan luas, maka pembelajaran IPS dalam setiap

jenjang pendidikan perlu diadakan pembatasan sesuai dengan kemampuan peserta

didik pada jenjang masing-masing (Wahab, 2009: 3.6 – 3.7). Misalny,a ruang lingkup

materi IPS untuk tingkat sekolah dasar dibatasi pada gejala dan masalah sosial yang

mampu dijangkau pada geografi dan sejarah. Itu pun diutamakan pada gejala dan

masalah sosial sehari-hari yang ada di lingkungan siswa.


ruang lingkup mata pelajaran IPS mencakup empat aspek, yaitu:

1. Sistem sosial dan budaya, meliputi: individu, keluarga, dan masyarakat, sosiologi

sebagai ilmu dan metode, interaksi sosial, sosialisasi, pranata sosial, struktur sosial,

kebudayaan, dan perubahan sosial budaya.

2. Manusia, tempat, dan lingkungan, meliputi: sistem informasi geografi, interaksi gejala fisik
dan sosial, struktur internal suatu tempat/wilayah, dan interaksi keuangan, serta persepsi
lingkungan dan kewilayahan.

3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan, meliputi: ketergantungan, spesialisasi, pembagian


kerja, perkoperasian, dan kewirausahaan serta pengelolaan keungan perusahaan.

4. Waktu, berkelanjutan, dan perubahan meliputi: dasar- dasar ilmu sejarah, fakta, peristiwa,
dan proses.

B. Pembelajaran IPS Tingkat Sekolah Dasar

Pembelajaran IPS mempunyai tingkatan masing-masing sesuai dengan kemampuan

peserta didik menangkap tentang arti sosial. Banyak sekolah-sekolah yang

memasukkan IPS ke dalam kurikulum sekolah. Istilah IPS di Sekolah Dasar

merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah

konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah sosial

kehidupan (Sapriya, 2009: 20). Namun, di Sekolah Dasar tidak secara mentah

mengajarkan secara khusus dalam geografi, sejarah, ekonomi, politik, atau ilmu-ilmu

sosial yang lain.

Istilah IPS di sekolah dasar menurut Gunawan (2013: 48) merupakan suatu bahan
kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan

modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan Sejarah,

Geografi, Sosiologi, Antropologi, dan Ekonomi. Jadi, pembelajaran IPS Sekolah Dasar

merupakan kajian ilmu yang terintegrasi dalam disiplin ilmu-ilmu sosial yang bersifat

menyeluruh (holistik) yang materinya diambil dari rumpun ilmu sosial yang

disesuaikan dengan lingkup keadaan sosial masyarakat.

C. Pengorganisasian Materi IPS

Pengorganisasian materi membahas mengenai materi yang ada, diatur sehingga ini

merupakan suatu kesatuan yang utuh. Pengorganisasian materi amat penting dalam

pendidikan ilmu- ilmu sosial, demikian pentingnya sehingga dalam pandangan tertentu

pengorganisasian materi ini bahkan dikenal sebagai jenis kurikulum.

1. Pengorganisasian Terpisah

Pengorganisasian terpisah adalah bentuk pengorganisasian materi kurikulum yang


tertua. Dalam pengorganisasian kurikulum yang demikian, setiap disiplin ilmu-ilmu sosial
diajarkan secara terpisah berdasarkan ciri dan karakteristiknya masing-masing.

2. Pengorganisasian Korelatif

Pengorganisasian materi ini tidak menghilangkan ciri dari disiplin ilmu yang

bersangkutan. Pendidikan sejarah sebagai suatu keutuhan tetap saja dipertahankan,

seperti halnya dengan pendidikan geografi, ekonomi dan sosiologi.

3. Pengorganisasian Fusi

Sesuai dengan namanya dalam organisasi fusi, ciri dan warna disiplim ilmu sudah tidak
tampak. Dalam organisasi ini orang tidak dapat mengatakan bahwa ini adalah bahasan
sejarah, geografi, sosiologi atau ekonomi. Peleburan tersebut dilakukan atas dasar
pertimbangan pendidikan dan bukan atas dasar pertimbangan kepentingan keilmuan.
D. Kurikulum IPS di SD

Sesuai dengan Standar Isi yang dikembangkan oleh BSNP dan dibentuk berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, berikut ini akan disajikan kurikulum IPS di

SD.

E. Penilaian dalam Pembelajaran IPS

Penilaian menurut Anastasi (1982: 1) adalah ”a systematic process of determining the

extend to wich instuctional objectives are achieved by pupil”. Kegiatan penilaian adalah
suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan- tujuan instruksional telah
dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa dalam bentuk hasil-hasil belajar yang diperlihatkannya
setelah mereka menempuh pengetahuan belajarnya (proses belajar mengajar) ” . Lebih lanjut,
pengertian penilaian juga dikatakan oleh Zainul, dan Nasution (2005: 8), “Penilaian adalah
suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar baik yang menggunakan instrumen tes maupun nontes”.
Jadi, maksud penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu.

Beberapa kriteria atau hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian sebagai berikut.

1. Penilaian harus mencakup tiga aspek kemampuan, yaitu pengetahuan, keterampilan,

dan sikap.

2. Menggunakan berbagai cara penilaian pada waktu kegiatan belajar sedang berlangsung,
misalnya mendengarkan, observasi, mengajukan pertanyaan, mengamati hasil kerja siswa,
dan memberikan tes.

3. Pemilihan cara dan bentuk penilaian berdasarkan atas tuntutan kompetensi dasar.

4. Mengacu kepada tujuan dan fungsi penilaian, misalnya pemberian umpan balik, pemberian
informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilan belajarnya, dan memberikan laporan
kepada orang tua.

5. Mengacu kepada prinsip diferensiasi, yakni memberikan peluang kepada siswa untuk
menunjukkan apa yang diketahui, yang dipahami, dan mampu dilakukannya.
6. Tidak berlaku diskriminatif (tidak memilih-milih mana siswa yang berhasil dan mana yang
gagal dalam menerima pembelajaran (Depdiknas, 2004: 20).

BAB III

PELAJARAN IPS DALAM STRUKTUR KURIKULUM 2013

Struktur kurikulum menggambarkan konseptualisasi konten kurikulum dalam bentuk

mata pelajaran, posisi konten/mata pelajaran dalam kurikulum, distribusi konten/mata

pelajaran dalam semester atau tahun, beban belajar untuk mata pelajaran dan beban

belajar per minggu untuk setiap siswa. Struktur kurikulum juga merupakan aplikasi

konsep pengorganisasian konten dalam sistem belajar dan pengorganisasian beban

belajar dalam sistem pembelajaran. Pengorganisasian konten dalam sistem belajar

yang digunakan untuk kurikulum yang akan datang adalah sistem semester sedangkan

pengorganisasian beban belajar dalam sistem pembelajaran berdasarkan jam pelajaran

per semester.

A. Posisi IPS dalam Kurikulum 2013

Kelompok A adalah mata pelajaran yang memberikan orientasi kompetensi lebih

kepada aspek kognitif dan afektif sedangkan kelompok B adalah mata pelajaran yang

lebih menekankan pada aspek afektif dan psikomotor.

Integrasi Kompetensi Dasar IPA dan IPS di kelas rendah didasarkan pada
keterdekatan makna dari konten Kompetensi Dasar IPA dan IPS dengan konten Pendidikan
Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan Jasmani,
Olahraga dan Kesehatan yang berlaku untuk kelas I, II, dan III. Sedangkan untuk kelas IV, V
dan VI, Kompetensi Dasar IPA dan IPS berdiri sendiri dan kemudian diintegrasikan ke dalam
tema-tema yang ada untuk kelas IV, V, dan VI.
B. Beban Belajar

Beban belajar dinyatakan dalam jam belajar setiap minggu untuk masa belajar

selama satu semester. Beban belajar di SD/MI kelas I, II, dan III masing- masing 30, 32,

34 sedangkan untuk kelas IV, V, dan VI masing-masing 36 jam setiap minggu. Jam

belajar SD/MI adalah 35 menit.

Dengan adanya tambahan jam belajar ini dan pengurangan jumlah Kompetensi

Dasar, guru memiliki keleluasaan waktu untuk mengembangkan proses pembelajaran

yang berorientasi siswa aktif. Proses pembelajaran siswa aktif memerlukan waktu yang

lebih panjang dari proses pembelajaran penyampaian informasi karena peserta didik perlu
latihan untuk mengamati, menanya, mengasosiasi, dan berkomunikasi.

C. Organisasi Kompetensi Dasar dalam Mata Pelajaran

Mata pelajaran adalah unit organisasi Kompetensi Dasar yang terkecil. Untuk

kurikulum SD//MI organisasi Kompetensi Dasar kurikulum dilakukan melalui

pendekatan terintegrasi (integrated curriculum). Berdasarkan pendekatan ini maka

terjadi reorganisasi Kompetensi Dasar mata pelajaran yang mengintegrasikan konten

mata pelajaran IPA dan IPS di kelas I, II, dan III ke dalam mata pelajaran Pendidikan

Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, serta Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

D. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar IPS

Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi SKL dalam bentuk

kualitas yang harus dimiliki mereka yang telah menyelesaikan pendidikan pada satuan

pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran mengenai kompetensi

utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan


(afektif, kognitif, dan psikomotor) yang harus dipelajari peserta didik untuk suatu

jenjang sekolah, kelas dan mata pelajaran. Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur

pengorganisasi (organising element) kompetensi dasar. Sebagai unsur pengorganisasi,

Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan organisasi

horizontal Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan

antara konten Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas/jenjang di

atasnya sehingga memenuhi prinsip belajar yaitu terjadi suatu akumulasi yang

berkesinambungan antara konten yang dipelajari siswa. Organisasi horizontal adalah

keterkaitan antara konten Kompetensi Dasar satu mata pelajaran.

BAB IV

RUANG LINGKUP KAJIAN ILMU SOSIAL

Pembahasan konsep-konsep dasar IPS tertuang dalam beberapa butir yang

meliputi hal-hal berikut.

1. Dalam pendidikan IPS, pembinaan konsep merupakan salah satu strategi mengajar

dan membelajarkan yang bermakna, terutama dalam pembinaan serta pengembangan

SDM generasi muda yang memiliki kemampuan konseptual di masa yang akan datang.

2. Secara teoritik-konseptual, suatu konsep dasar dengan konsep dasar yang lain dapat

dipisah-pisahkan. Namun dalam proses berpikir yang integratif hal tersebut berkaitan

satu sama lain. Konsep geografi erat hubungannya dengan sejarah, konsep sosiologi
erat hubungannya dengan konsep-konsep antropologi, dan psikologi sosial serta

demikian seterusnya.

3. Konsep-konsep dasar perhatian, minat, kesadaran dan penghayatan, memiliki makna

afektif yang mendasar pada pembinaan dasar kepribadian peserta didik. Oleh karena

itu, guru, khususnya guru IPS memiliki kedudukan, peranan dan fungsi strategis dalam

menekankan serta membina konsep-konsep tadi.

4. Kepribadian sebagai suatu konsep dasar psikologi, merupakan suatu perpaduan

potensi, kemampuan dan aset diri tiap individu yang menjadi jati diri masingmasing.

5. Secara alamiah, persediaan dan penyediaan sumber daya ada dalam keterbatasan,

bahkan ada yang langka. Di pihak lain, pemenuhan kebutuhan oleh manusia cenderung

tak terbatas. Oleh karena itu, dalam kenyataan terjadi kesenjangan. Penerapan dan

pengembangan asas efektif, efisien dan produktif dalam kegiatan ekonomi, menjadi

salah satu landasan yang wajib mendapat perhatian segala pihak.

6. Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang- Undang Dasar 1945, salah satu

asas perekonomian yang cocok dengan kehidupan bangsa Indonesia yang

ber-Pancasila.

7. Ilmu Politik sebagai salah satu bidang ilmu sosial, ruang lingkup kajiannya adalah

penyelenggaraan kehidupan negara dan pelaksanaan pemerintahan dengan seluk- beluk

serta persoalannya. Oleh karena itu, untuk memahami dan menghayati proses

penyelenggaraan pemerintahan, serta untuk mampu menjadi warga negara yang baik,

wajib mempelajari dasar-dasar ilmu politik.

8. Pemerintahan sebagai aparat penyelenggaraan kehidupan negara, menyangkut

perangkat-perangkat

kekuasaan, kepemimpinan, per-undang-undangan, dan kelembagaan. Untuk


memahami hakikat pemerintahan dengan segala

9. kegiatan dan persoalannya, kita wajib mempelajari konsep-konsep dasar Ilmu Politik

dan Pemerintahan

A. Konsep Ruang dan Waktu dalam Sejarah

Eksistensi manusia menurut kodratnya mempunyai struktur temporal. Sejarah

perkembangan manusia selalu terkait dengan tiga dimensi kesejarahan, yakni: dimensi

masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dari tiga dimensi tersebut

hanya masa sekarang (kini) yang sungguh-sungguh real, berarti masa lampau

terangkum dalam masa sekarang, dan masa depan menjadi proyeksi masa kini (Munir,

1997: 139).

Dalam ilmu sejarah, manusia merupakan konsep utama. Sejarah membahas manusia

pada masa lalu. Namun, seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, bukan berarti

sejarah membahas kisah manusia secara keseluruhan. Kisah manusia tersebut

berkaitan dengan kehidupan manusia yang berkreasi dalam menghadapi kehidupannya.

1. Konsep Ruang dalam Sejarah

Ruang adalah tempat di permukaan bumi, baik secara keseluruhan maupun hanya

sebagian. Ruang tidak hanya sebatas udara yang bersentuhan dengan permukaan bumi,

tetapi juga lapisan atmosfer terbawah yang memengaruhi permukaan bumi. Ruang juga

mencakup perairan yang ada di permukaan bumi (laut, sungai, dan danau) dan dibawah

permukaan bumi (air dan tanah) sampai ke kedalaman tertentu. Ruang juga mencakup

lapisan tanah dan batuan sampai pada lapisan tertentu yang menjadi sumber daya bagi

kehidupan.

Berbagai organisme dan makluk hidup juga merupakan bagian dari ruang. Dengan
demikian, batas ruang dapat diartikan sebagai tempat dan unsur-unsur lainnya yang

mempengaruhi kehidupan di permukaan bumi.

Sedangkan dikatakan perubahan apabila dalam masyarakat terjadi perkembangan

secara besar-besaran dalam waktu yang relatif singkat. Perubahan terjadi karena

adanya pengaruh dari luar. Misalnya gerakan nasionalisme di Indonesia sering

dianggap sebagai kepanjangan dari gerakan romantik di Eropa.

Berhubungan dengan konsep waktu ini lah dikisahkan kehidupan manusia pada masa

lalu. Masa lalu merupakan sebuah masa yang sudah terlewati. Namun, masa lalu

bukanlah suatu masa yang terhenti dan tertutup. Masa lalu bersifat terbuka dan

berkesinambungan. Sehingga, dalam sejarah, masa lalu manusia bukan demi masa lalu

itu sendiri.

2. Keterkaitan Waktu dengan Sejarah

Sejarawan Sartono Kartodirdjo membuat suatu pernyataan bahwa “Barangsiapa yang

lupa sama sekali akan masa lampaunya dapat diibaratkan seperti mereka yang sakit jiwa”
(Kartodirdjo, 1986: 23)

Kedua ungkapan tersebut benar adanya. Seperti yang disebutkan oleh Sartono Kartodirdjo
bahwa mereka yang lupa 62|Yulia Siska, M.Pd.

akan masa lampaunya itu telah kehilangan identitas dan oleh karena itu dapat membahayakan
masyarakat di sekitarnya. Hal itu disebabkan karena kelakuannya yang mungkin sudah tidak
menentu dan terlepas dari norma-norma atau nilai-nilai hidup yang berlaku di masyarakat.
Keterkaitan antara waktu dengan peristiwa sejarah meliputi 4 hal berikut.

a. Perkembangan

Perkembangan masyarakat terjadi bila berturut-turut masyarakat bergerak dari satu bentuk ke
bentuk yang lain. biasanya masyarakat akan berkembang dari bentuk yang sederhana ke
bentuk yang lebih kompleks. Contoh paling jelas adalah perkembangan demokrasi Amerika
Serikat yang mengikuti perkembangan kota. Perkembangan masyarakat manusia dari masa
lampau sampai sekarang.
b. Kesinambungan

Kesinambungan terjadi bila suatu masyarakat baru hanya melakukan adopsi lembaga-
lembaga lama. Dikatakan bahwa pada mulanya kolonialisme adalah kelajutan dari
patrionalisme. Demikianlah, kebijakan kolonialisme hanya mengadopsi kebiasaan lama.

c. Pengulangan

Pengulangan terjadi bila peristtiwa yang pernah terjadi di masa lampau terjadi lagi pada masa
yang selanjutnya, misalnya ; jatuhnya kekuasaan Presiden Soekarno akibat aksi-aksi yang
dilakukan oleh mahasiswa. Peristiwa ini kembali terjadi, di mana presiden Soeharto lengser
akibat aksi-aksi yang dilakukan oleh para mahasiswa.

d. Perubahan

Perubahan terjadi apabila masyarakat mengalami pergeseran dan perkembangan.


Akan tetapi, asumsinya adalah adanya perkembangan besar-besaran dan dalam waktu yang

relatif singkat. Biasanya perubahan ini terjadi akibat pengaruh dari luar.

Faktor-faktor perubahan sosial berdasarkan arah timbulnya pengaruh :

a. Faktor Internal

1) Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan


penduduk yang sangat cepat akan mengakibatkan perubahan dalam struktur masyarakat,
khususnya dalam lembaga kemasyarakatannya.

2) Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan

yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan

dari bentuk penemuan lama (invention). Suatu proses social dan kebudayaan yang besar,
tetapi terjadi dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi.

3) Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat. Pertentangan

ini bisa terjadi antara individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan kelompok

4) Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya

perubahan-perubahan besar. Revolusi yang terjadi pada suatu masyarakat akan


membawa akibat berubahnya segala tata cara yang berlaku pada lembaga-lembaga

kemasyarakatannya.

b. Faktor Eksternal

1) Adanya pengaruh bencana alam. Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah
untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami
tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan
lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi
perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.

2) Adanya peperangan, baik perang saudara maupun perang antarnegara dapat menyebabkan
perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

3) Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain. Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda
akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa
paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak,
maka disebut cultural animosity.

3. Pendekatan dalam Studi sejarah

Studi sejarah seperti mengunakan beberapa cara pendekatan, antara lain pendekatan objektif,
(Louis Gottschalk, 1974: 144) yaitu setiap jenis exsposisi, atau kisah,

fakta-fakta sejarah harus (1) diseleksi, (2) disusun, (3) diberi atau dikurangi tekanannya,

dan (4) ditempatkan dalam suatu urut-urutan kausal dan masing-masing diantara

proses-proses itu memiliki komplikasi-komplikasinya sendiri. Secara lebih mendalam akan


dibahas dalam pengkategorian seperti di bawah ini.

a. Ontologi

Ontologi dapat mendekati masalah hakikat kenyataan dari dua macam sudut pandang.
Pertama, dari sudut pandang kuantitatif, hal ini bisa dicontohkan “ Kenyataan itu tunggal atau
jamak?” atau dapat juga mengajukan pertanyaan, “Dalam babak terakhir apakah yang
merupakan jenis kenyataan itu? ” Yang demikian ini merupakan pendekatan secara kualitatif.

b. Epistemologi
Cara kerja atau metode pendekatan epistemologi sama dengan ciri khas pendekatan filosofis
terhadap gejala pengetahuan. Pengetahuan bukan hanya menjadi objek ilmu filsafat tetapi
juga ilmu-ilmu lain seperti ilmu sosiologi kognitif dan sosiologi pengetahuan. Yang
membedakan ilmu filsafat seara umum dari ilmu-ilmu lain bukannlah objek materialnya atau
apa yang menjadi kajian, tetapi objek formal atau cara pendekatannya: bagaimana objek yang
dijadikan bahan kajian itu didekati.

c. Aksiologi

Aksiologi ialah ilmu yang menyelidiki ilmu pengetahuan, pada umunya ditinjau dari sudut
pandang kefilsafatan. Sedangkan etika merupakan cabang aksiologi yang pada pokoknya
membicarakan masalah perdikat-predikat nilai “betul” (right), “salah” (wrong) dalam arti “
susila ” (moral) dan “ tidak susila ” (immoral). Di dunia ini terdapat banyak cabang
pengetahuan yang bersangkutan dengan masalah masalah nilai yang khusus seperti, ekonomi,
estetika, etika, filsafat agama dan spistemologi.

B. Konsep Dasar Geografi

Istilah Geografi pertama kali diperkenalkan Erastothenes abad ke-2 SM. Pada masa itu,
geografi didominasi oleh cerita-cerita perjalanan dari berbagai penjuru dunia (Logografi).
Kata geografi sendiri berasal dari kata Geographica yang berarti ‘penulisan atau
penggambaran mengenai bumi’. Erastothenes dianggap sebagai peletak dasar pengetahuan
geografi.

1. Hakikat Geografi

bahwa geografi adalah suatu studi tentang hubungan keruangan, meliputi aspekaspek fisik,
biotic, dan sosial, tetapi dapat dibedakan dengan ilmu-ilmu lain karena geografi memusatkan
perhatiannya/studinya pada penyebaran atau distribusi,gejala/penomena serta hubungan
dengan gejala-gejala dengan tempat atau ruang. Pada abad ke-2, seorang ahli astronomi
Alexandria yg bernama Claudius Ptolemaeus, mengajukan metode baru dalam pembuatan
peta dalam karyanya yang berjudul Geographike Syntaxis lalu membuat atlas yang
dinamakan Atlas Ptolemaeus.

2. Konsep-kosep Geografi
Konsep-kosep dalam kajian geografi antara lain: distribusi, ruang, lokasi, wilayah,
bentangan alam, sumber alam, lingkungan hidup, globalisasi, penduduk, sungai, laut, gunung
dan lain sebagainya. Konsep-konsep tersebut dapat terbagi- bagi lagi kepada konsep yang
lebih khusus. Misalnya: bentangan alam dapat berupa konsep tentang gunung, lembah, sungai
dan seterusnya. Pengorganisasian secara spesifik dapat diperjelas sebagai berikut.

a. Distribusi keruangan (spatial distribution). Untuk dapat melihat distribusi keruangan


diperlukan ,fakta yang cukup banyak. Fakta tersebut memiliki tiga unsur yang bersamaan
ialah waktu, lokasi, dan kesamaan ciri-ciri.

b. Wilayah atau region adalah suatu daerah yang ditandai dengan adanya keseragaman atas
satu atau lebih fenomena/kenampakan.

c. Asosiasi areal adalah suatu areal yang memungkinkan terjadi suatu wilayah Formal,
misalnya adanya dataran rendah didaerah pantai, mungkin dapat menjadi daerah rawa.

d. Interaksi keruangan yaitu adanya hubungan antara fakta dengan fakta lain di dalam satu
ruang antar ruang dapat berwujud intraksi. Dengan adanya intraksi biasanya akan timbul
fakta baru.m

3. Ruang Lingkup Kajian Studi Geografi

a. Apa (what) dalam arti struktur pola, fungsi dan proses gejala, kenampakan atau kejadian di
permukaan bumi

b. Dimana ( where) dalam arti letak ( lokasi), penyebaran (spatial distribution) dipermukaan
bumi

c. Kapan (when) dalam arti waktu lampau, sekarang dan akan datang

d. Mengapa (why) dalam arti korologi/keruangan dan penjelasan/deskripsi latar belakang dan
pola hubungan sebab akibat ataupun gejala/kejadian

e. Bagaimana ( how) penjelasan suatu struktur pola, fungsi dan proses gejala/kejadian atau
solusi terhadap suatu masalah.

4. Prinsip Geografi

a. Persebaran
Persebaran berarti keberadaan suatu fenomena di permukaan bumi. Dalam prinsip ini
fenomena atau masalah alam dan manusia tersebar di permukaan bumi. Persebaran fenomena
atau permasalahan itu tidak merata.

b. Interelasi

Fenomena atau permasalahan alam dan manusia saling terjadi keterkaitan antara aspek yang
satu dengan aspek yang lainnya. Keterkaitan itu dapat terjadi antara aspek fenomena alam
dengan aspek fenomena alam lain, atau fenomena aspek manusia dengan aspek fenomena
manusia.

c. Deskripsi

Fenomena alam dan manusia memiliki saling keterkaiatan. Keterkaitan antara aspek

alam (lingkungan) dan aspek manusia itu dapat dideskripsikan. Pendiskripsian itu melalui
fakta, gejala dan masalah, sebab-akibat, secara kualitatif maupun kuantitatif dengan bantuan
peta, grafik, diagram, dan lain-lain.

d. Korologi

Merupakan prinsip keterpaduan antara prinsip persebaran, interelasi dan deskripsi.

Fenomena atau masalah alam dan manusia dikaji persebarannya, interelasinya, dan
interaksinya dalam satu ruang. Kondisi ruang itu akan memberikan corak pada kesatuan
gejala, kesatuan fungsi dan kesatuan bentuk.

5. Konsep Esensial Geografi

a. Konsep lokasi; merupakan letak suatu objek di permukaan bumi, contoh: Geografis
Provinsi Lampung terletak pada kedudukan : Timur - Barat berada antara: 103o 40' - 105o 50'
Bujur Timur Utara - Selatan berada antara : 6o 45' - 3o 45' Lintang Selatan. Lokasi relatif,
contoh; Kota Metro berada di antara Lampung Tengah, Lampung Timur, dan Lampung
Tengah.

b. Konsep jarak

- Jarak Geometrik absolut, contoh; Jarak Metro – Bandarlampung pada peta berskala
1:1.000.000 = 4 cm. Berarti jarak Metro – Bandarlampung yang sebenarnya adalah 40 Km -
Jarak Geometrik relatif, contoh; jarak tempuh Metro – Bandarlampung tidak sama bila diukur
melalui Kalianda dan Tanggamus karena rute yang dilaluinya pun berbeda.

- Waktu tempuh Metro – Bandarlampung melalui Tegineneng berbeda bila menempuh Metro
– Bandarlampung melalui Jatimulyo.

c. Konsep keterjangkauan; adalah mudah atau tidaknya suatu tempat dihubungi dari tempat
lain. Contoh; rumah Andri yang berada jauh dari jalan raya lebih sulit dijangkau
dibandingkan dengan rumah Sono yang letaknya dekat dengan jalan raya.

d. Konsep pola; merupakan susunan keruangan suatu objek di permukaan bumi. Contoh;
Mencari alamat rumah Yulia yang berada real estate lebih mudah dibandingkan mencari
alamat rumah Siska yang tinggal di perkampungan.

e. Konsep morfologi; yaitu bentuk permukaan bumi yang beraneka ragam di sebabkan oleh
adanya tenaga geologi. Contoh; Lampung Tengah terletak di daerah dataran rendah
sedangkan Tanggamus berada di daerah dataran tinggi.

f. Konsep aglomerasi; adalah kecenderungan pengelompokkan unsur-unsur yang sejenis.


Contoh; Orang-orang kaya tinggal di kawasan elit, sedangkan orang miskin tingal di daerah
kumuh (slum area).

g. Konsep nilai kegunaan; Nilai kegunaan dari fenomena di permukaan bumi bersifat relatif
sehingga tidak sama bagi setiap orang atau kelompok penduduk. Contoh; Seorang profesor
memandang mata air yang mengandung mineral.

h. Konsep Interaksi dan intrerdependensi; merupakan peristiwa saling mempengaruhi antar


berbagai fenomena geosfer. Contoh: Daerah perkotaan membutuhkan bahan pangan dari desa
dan sebaliknya masyarakat desa membutuhkan hasil industri dari kota.

i. Konsep Diferensiasi Area; bahwa antara wilayah satu dengan lainnya terdapat perbedaan
baik dalam hal bentuk maupun potensi yang dimiliki.

j. Konsep Keterkaitan Keruangan; menunjukkan derajat keterkaitan persebaran suatu


fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat, baik yang menyangkut fenomena alam
maupun sosial.

6. Pendekatan dalam Studi Geografi

a. Pendekatan Keruangan.
Pendekatan keruangan merupakan suatu cara pandang atau kerangka analisis yang
menekankan eksistensi ruang sebagai penekanan. Eksisitensi ruang dalam perspektif geografi
dapat dipandang dari struktur (spatial structure), pola (spatialpattern), dan proses
(spatialprocessess).

Dalam konteks fenomena keruangan terdapat perbedaan kenampakan struktur,

pola dan proses. Struktur keruangan berkenaan dengan dengan elemen-elemen penbentuk
ruang. Elemen-elemen tersebut dapat disimbulkan dalam tiga bentuk utama, yaitu: (1)
kenampakan titik (point features), (2) kenampakan garis (line features), dan (3) kenampakan
bidang (areal features).

b. Pendekatan Lingkungan (Ecological Approach).

Kelingkungan, yaitu menerapkan konsep ekosistem dalam mengkaji suatu


permasalahan geografi, fenomena, gaya dan masalah mempunyai keterkaitan aspek fisik
dengan aspek manusia dalam suatu ruang Dalam pendekatan ini penekanannya bukan lagi
pada eksistensi ruang, namun pada keterkaitan antara fenomena geosfera tertentu dengan
varaibel lingkungan yang ada. Dalam pendekatan kelingkungan, kerangka analisisnya tidak
mengkaitkan hubungan antara makluk hidup

c. Pendekatan Kompleks Wilayah

Kewilayahan, yang dikaji yaitu tentang persebaran fenomena, gaya dan masalah
dalam ruangan, interaksi antar/variabel manusia dan variabel fisik lingkungannya yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Karena pendekatan kewilayahan merupakan
perpaduan antara pendekatan keruangan dan kelingkungan, maka kajiannya adalah perpaduan
antara keduanya.

C. Konsep Dasar Ekonomi

Ekonomi adalah suatu pelajaran tentang bagaimana orang dan masyarakat memilih
tanpa uang mempekerjakan sumber- sumber produksi yang langkah, untuk menghasilkan
bermacam-macam barang sepanjang waktu dan mendistribusikannya untuk komsumsi,
sekarang dan yang akan datang, diantara berbagai macam orang dan golongan masyarakat
(Paul Samuelson dan Nordhaus, 2004).
Konsep dasar yang sentral dari ilmu ekonomi adalah konsep kelangkaan (Scarcity), bahwa
setiap masyarakat dihadapkan pada masalah tentang kebutuhan yang tak terbatas dengan
sumber-sumber produksi yang terbatas.

Macam kegiatan ekonomi adalah:

a. Kegiatan Produksi

b. Kegiatan Distribusi

c. Kegiatan Konsumsi.

Prinsip-prinsip Ekonomi:

• Bagaimana kita membuat keputusan

• Bagaimana orang-orang berinteraksi

• Bagaimana perekonomian secara keseluruhan bekerja.

Faktor-faktor dalam produksi sebagai berikut.

- Labour (tenaga kerja) - bukan sekedar jumlah orang, juga termasuk waktu manusia yang
digunakan untuk bekerja, atau untuk proses produksi, dengansegala keragaman keahlian
mereka.

- Land (lahan) - bukan hanya sekedar sebidang tanah, mencakup juga hal-halyang terkandung
di dalamnya dan di atasnya yang menyebabkan manusia dapat memproduksi sesuatu dengan
menggunakan semua yang ada di alam (termasuk biji logam, minyak mentah, kesuburan
tanah, dan bahan baku lainnya).

- Capital (modal) - sebagai sarana produksi (bangunan, mesin,kendaraan angkutan, peralatan


pertukangan, dan lain-lain). Untuk mengatur kesejahteraan rakyat, khususnya kesejahteraan
ekonomi bangsa Indonesia telah diatur dalam Undang-undang Dasar 1945. Pada Pasal 33

yang terdiri dari atas 5 ayat, sebagai berikut.

1) Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas kekeluargaan.


2) Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh Negara.

3) Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan
dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemampuan rakyat.

4) Perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi, dengan


prinsip kebersamaan, efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, lingkungan, kemandirian serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pasal ini diatur dalam undang-undang.

D. Konsep Koperasi Indonesia

Pengertian koperasi secara konstitusional dalam undang- undang Nomor 25/1992

tentang Perkoperasian dalam upaya memantapkan ekonomi kekeluargaan dan deklarasi


ekonomi. Berdasarkan undang-undang tersebut, “ koperasi ialah badan usaha yang
beranggotkan orang-seorang atau badan hukum dengan berlandaskan kegiatanya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berlandaskan asas
kekeluargaaan.”

hal yang perlu mendapat perhatian yang menunjukkan ciri koperasi Indonesia,

yaitu:

1. Koperasi sebagai badan usaha

Hal ini menunjukkan bahwa Koperasi sebagaimana badan usaha-badan usaha lainnya
perlu dikelola secara profesional dan berdasar pada prinsip-prinsip usalia yang rasional,
efektif, efisien dan produktif sehingga dapat mencapai tujuannya.

2. Beranggotakan orang seorang dan badan hukum Koperasi

Hal ini menunjukkan bahwa Koperasi Indonesia bukan merupakan kumpulan

modal, melainkan kumpulan orang yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama.

3. Berkerja berdasar prinsip Koperasi (Pasal 5 UU No. 25 Tahun 1992).

Prinsip Koperasi merupakan satu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dalam
kehidupan Koperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut Koperasi
mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berwatak sosial.

4. Koperasi Indonesia tujuannya harus benar-benar merupakan kepentingan bersama dari


anggotanya. Sebagai badan usaha pada kakekatnya Koperasi memiliki karakteristik dan
tujuan yang tidak jauh berbeda dengan bentuk badan usaha lainnya.

E. Konsep Politik dan Pemerintahan

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang

antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini
merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat
politik yang dikenal dalam ilmu politik Dalam perspektif sistem, sistem politik adalah
subsistem dari sistem sosial. Perspektif atau pendekatan sistem melihat keseluruhan interaksi
yang ada dalam suatu sistem yakni suatu unit yang relatif terpisah dari lingkungannya dan
memiliki hubungan yang relatif tetap di antara elemen-elemen pembentuknya. Kehidupan
politik dari perspektif sistem bisa dilihat dari berbagai sudut, misalnya dengan menekankan
pada kelembagaan yang ada kita bisa melihat pada struktur hubungan antara berbagai
lembaga atau institusi pembentuk sistem politik. Hubungan antara berbagai lembaga negara
sebagai pusat kekuatan politik misalnya merupakan satu aspek,

Konsep dasar ilmu politik dan pemerintahan, yaitu :

 Kekuasaan

 Negara

 Undang-undang.

 Kabinet

 Majelis Permusyawaratan Rakyat.

 Dewan Perwakilan Rakyat

 Dewan Perwakilan Daerah

 Mahkamah Agung

 Kepemimpinan

 Demokrasi
 Wilayah

 Kedaulatan rakyat

 Otoriter

 Monarki

 Republik

 Hal-hal yang dapat digali sendiri berdasarkan

pengamatan serta pengalaman. Adapun kriteria negara adalah sebagai berikut.

 Memiliki wilayah

 Penduduk

 Pemerintahan

 Kedaulatan

F. Paradigma, Teori, dan Metode Sosiologi

Pada sub bab berikut akan diulas mengenai paradigma, teori, dan metode sosiologi
menurut Farida Hanum (2011: 5-13). Dalam sosiologi terdapat tiga paradigma yaitu
paradigma fakta sosial, paradigma definisi sosial dan

paradigma perilaku sosial.

1. Paradigma fakta sosial

Durkheim melihat sosiologi yang baru lahir itu dalam upaya untuk memperoleh
kedudukan sebagai cabang ilmu sosial yang berdiri sendiri, tengah berada dalam ancaman
bahaya kekuatan pengaruh dua cabang ilmu yang telah berdiri kokoh, yakni filsafat dan
psikologi. Durkehim melihat filsafat sebagai ancaman Fakta sosial seperti arsitektur dan
norma hukum adalah merupakan sesuatu yang berbentuk material. Alasannya karena dapat
disimak dan diobservasi.
Sedang fakta sosial lain seperti opini hanya dapat dinyatakan sebagai sesuatu, tidak
dapat diraba. Adanya hanya dalam kesadaran manusia. Kedua macam fakta sosial itu adalah
sama-sama nyata (eksternal) bagi individu dan berpengaruh terhadap mereka. pranata sosial
inilah yang menjadi pokok persoalan penyelidikan sosiologi menurut paradigma fakta sosial.

a. Teori-teori dalam fakta sosial

Ada empat varian teori dalam paradigma fakta sosial, yaitu: teori fungsionalisme
struktural, teori konflik, teori sistem, dan teori sosiologi makro.

Yang dominan adalah teori fungsionalisme struktural dan konflik.

1) Teori fungsionalisme struktural

Teori menekankan pada keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-
perubahan dalam masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi latent, fungsi
manifest dan keseimbangan (equilibrium).

2) Teori konflik

Teori ini dibangun dalam rangka untuk menentang secara langsung teori
fungsionalisme struktural. Teori ini berasumsi bahwa masyarakat senantiasa berada dalam
proses perubahan yang ditandai oleh pertentangan yang terus menerus di antara unsur-
unsurnya.

2. Paradigma Definisi Sosial

Weber sebagai pengemuka exemplar dari paradigma ini mengartikan sosiologi


sebagai studi tentang tindakan sosial antar hubungan sosial. Kedua hal itulah yang
menurutnya menjadi pokok persoalan sosiologi. Inti tesisnya adalah "tindakan yang penuh
arti" dari individu. Yang dimaksud dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu
sepanjang tindakannya itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya dan diarahkan
kepada tindakan orang lain. Secara definisi Weber merumuskan sosiologi sebagai ilmu yang
berusaha untuk menafsirkan dan memahami (interpretative understanding) tindakan sosial
serta antar hubungan sosial untuk sampai kepada penjelasan kausal. Dalam definisi ini
terkandung dua konsep dasar. Pertama, konsep tindakan sosial. Kedua, konsep tentang
penafsiran dan pemahaman. Konsep terakhir ini menyangkut metode untuk menerangkan
yang pertama.

Tindakan sosial yang dimaksudkan Weber dapat berupa tindakan yang nyata
diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat "membatin" atau
bersifat subjektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. maka
perbuatan-perbuatan lainnya tidak termasuk ke dalam objek penyelidikan sosiologi.

a. Teori-teori

Ada tiga teori yang termasuk ke dalam paradigme definisi sosial, yaitu teori aksi

(action theory), interaksionisme simbolik (simbolic interactionism), dan fenomenologi

(phenomenology). Ketiganya mempunyai beberapa perbedaan, tapi juga dengan beberapa


persamaan dalam faktor-faktor yang menentukan tujuan penyelidikannya serta gambaran
tentang pokok persoalan sosiologi menurut masing-masing yang dapat mengurangi
perbedaannya.

1) Teori aksi

Teori ini sepenuhnya mengikuti karya Weber. Teori aksi dewasa ini tidak banyak
mengalami perkembangan melebihi apa yang sudah dicapai oleh tokoh utamanya Max Weber
(1961). Malahan teori ini sebenarnya mengalami semacam jalan buntu.

2) Teori interaksionisme simbolik

Teori interaksionisme simbolik ini brkembang pertama kali di Univeristas Chicago


dan dikenal pula sebagai aliran Chicago. Tokoh utamanya yang dikenal adalah John Dewey,

Charles Horton Cooley dan Herbert Blumer (1962). Menurut Blumer istilah interaksionisme
simbolik menunjuk kepada sifat khas dari interaksi antar manusia.

3) Teori fenomenologi

Alfred Schutz merupakan tokoh teori ini bertolak dari padangan Weber bahwa
tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia memberikan arti atau makna
tertentu terhadap tindakannya itu dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai
sesuatu yang penuh arti.
b. Metode

Penganut paradigma definisi sosial ini cenderung mempergunakan metode observasi

dalam penelitian mereka. Alasannya adalah untuk dapat memahami realitas intrasubjektif dan
intersubjektif dari tindakan sosial dan interaksi sosial. Penganut paradigma ini sangat tertarik
kepada tindakan manusia yang spontan dan sikap yang wajar. Untuk maksud tersebut metode
kuesioner dan interview dinilai kurang relevan.

3. Paradigma Perilaku Sosial

Paradigma perilaku sosial memusatkan perhatiannya kepada antar hubungan

antara individu dan lingkungannya. Lingkungan itu terdiri atas:

1) bermacam-macam objek sosial;


2) bermacam-macam objek non sosial. Prinsip

yang menguasai antar hubungan individu dengan objek sosial adalah sama dengan prinsip
yang menguasai hubungan antar individu dengan objek non sosial. Artinya hubungan antara
individu dengan objek sosial dan hubungan antar individu dengan objek non sosial dikuasai
oleh prinsip yang sama.

G. Perilaku Manusia dalam Perspektif Psikologi Sosial

Perilaku manusia dalam perspektif psikologi sosial diajukan oleh HasanMustafa


dalam artikel yang dimuat dalam Jurnal Administrasi Bisnis (2011: 143-156). Psikologi sosial
merupakan disiplin yang telah lama ada (sejak Plato dan Aristotle), namun secara resmi,
disiplin ini menjadi satu ilmu yang mandiri baru sejak tahun 1908. Pada tahun itu ada dua
buku teks yang terkenal yaitu :

"Introduction to Social Psychology" ditulis oleh William McDougall – seorang


psikolog - dan "Social Psychology : An Outline and Source Book , ditulis oleh E.A. Ross -
seorang sosiolog. Berdasarkan latar belakang penulisnya maka dapat dipahami bahwa
psikologi sosial bisa di-"claim" sebagai bagian dari psikologi, dan bisa juga sebagai bagian
dari sosiologi. Psikologi sosial juga merupakan pokok bahasan dalam sosiologi karena dalam
sosiologi dikenal ada dua perspektif utama, yaitu perspektif struktural makro yang
menekankan kajian struktur sosial, dan perspektif mikro Perspektif interaksionis lebih
menekankan bahwa manusia merupakan agen yang aktif dalam menetapkan perilakunya
sendiri, dan mereka yang membangun harapan-harapan sosial. Manusia bernegosiasi satu
sama lainnya untuk membentuk interaksi dan harapannya. Untuk lebih jelas, di bawah ini
diuraikan satu persatu keempat prespektif psikologi sosial.

1. Perspektif Perilaku (Behavioral Perspective)

Pendekatan ini awalnya diperkenalkan oleh John B. Watson (1941, 1919). Pendekatan
ini cukup banyak mendapat perhatian dalam psikologi di antara tahun 1920-an s/d 1960- an.
Ketika Watson memulai penelitiannya, dia menyarankan agar pendekatannya ini tidak
sekedar satu alternatif bagi Pendekatan instinktif dalam memahami perilaku sosial, tetapi juga
merupakan alternatif lain yang memfokuskan pada pikiran, kesadaran, atau pun imajinasi.

2. Perspektif Kognitif (The Cognitive Perspective)

Kebiasaan (habit) merupakan penjelasan alternatif yang bisa digunakan untuk


memahami perilaku sosial seseorang di samping instink (instinct). Namun beberapa analis
sosial percaya bahwa kalau hanya kedua hal tersebut (kebiasaan dan instink) yang dijadikan
dasar, maka dipandang terlampau ekstrem - karena mengabaikan kegiatan mental manusia.
Seorang psikolog James Baldwin (1897) menyatakan bahwa paling sedikit ada dua bentuk
peniruan, satu didasarkan pada kebiasaan kita dan yang lainnya didasarkan pada wawasan
kita atas diri kita sendiri dan atas orang lain yang perilakunya kita tiru. Walau dengan konsep
yang berbeda seorang sosiolog Charles Cooley (1902) sepaham dengan pandangan Baldwin.
Keduanya memfokuskan perhatian mereka kepada perilaku sosial yang melibatkan proses
mental atau kognitif.

3. Perspektif Struktural

Telah kita catat bahwa telah terjadi perdebatan di antara para ilmuwan sosial dalam
hal menjelaskan perilaku sosial seseorang. Untuk menjelaskan perilaku sosial seseorang
dapat dikaji sebagai sesuatu proses yang (1) instinktif, (2) karena kebiasaan, dan (3) juga
yang bersumber dari proses mental. Mereka semua tertarik, dan dengan cara sebaik mungkin
lalu Konsep Dasar IPS di SD/MI |123 menguraikan hubungan antara masyarakat dengan
individu. William James dan John Dewey menekankan pada penjelasan kebiasaan individual,
tetapi mereka juga mencatat bahwa kebiasaan individu mencerminkan kebiasaan kelompok -
yaitu adat-istiadat masyarakat - atau strutur sosial.

Beberapa teori yang melandasi persektif struktural adalah: a. Teori Peran (Role
Theory). Teori Peran menggambarkan interaksi sosial dalam terminologi aktor-aktor yang
bermain sesuai dengan apa-apa yang ditetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini,
harapan- harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk
berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

b. Teori Pernyataan Harapan (Expectation-States Theory)

Menurut teori ini, anggota-anggota kelompok membentuk harapan-harapan atas


dirinya sendiri dan diri anggota lain, sesuai dengan tugas-tugas yang relevan dengan
kemampuan mereka, dan harapan-harapan tersebut mempengaruhi gaya interaksi di antara
anggota-anggota kelompok tadi. Sudah tentu atribut yang paling berpengaruh terhadap mu.

c. Posmodernisme (Postmodernism)

Teori Posmodernisme, contohnya, menyatakan bahwa dalam masyarakat modern,


secara gradual seseorang akan kehilangan individualitas-nya - kemandiriannya, konsep diri,
atau jati diri. Dalam pandangan teori ini.

4. Perspektif Interaksionis (Interactionist Perspective)

George Herbert Mead (1934) mengembangkan teori bahwa keanggotaan kita dalam
suatu kelompok sosial menghasilkan perilaku bersama yang kita kenal dengan nama budaya.
Individu-individu yang memegang posisi berbeda dalam suatu kelompok, mempunyai peran
yang berbeda pula sehingga memunculkan perilaku yang juga berbeda. Misalnya, perilaku
pemimpin berbeda dengan pengikutnya. Aspek internal (mental) sama pentingnya dengan
aspek eksternal untuk dipelajari. Karena dia tertarik pada aspek internal dan eksternal atas
dua atau lebih individu yang berinteraksi.

H. Antropologi dan Konsep Kebudayaan

Antropologi mempelajari semua mahluk manusia yang pernah hidup pada semua
waktu dan semua tempat yang ada di muka bumi ini. Mahluk manusia ini hanyal ah satu dari
sekian banyak bentuk mahluk hidup yang ada di bumi ini yang diperkirakan muncul lebih
dari 4 milyar tahun yang lalu (Siregar, 2016).

1. Hakikat Antropologi
Istilah "antropologi" berasal dari bahasa Yunanai asal kata "anthropos" berarti
"manusia", dan "logos" berarti "ilmu", dengan demikian secara harfiah "antropologi" berarti
ilmu tentang manusia. Para ahli antropologi (antropolog) sering mengemukakan bahwa
antropologi merupakan studi tentang umat manusia yang berusaha menyusun generalisasi
yang bermanfaat tentang manusia dan perilakunya.

2. Cabang Ilmu dalam Antropologi

Seperti ilmu-ilmu lain, Antropologi juga mempunyai spesialisasi atau pengkhususan.


Secara umum ada 3 bidang spesialisasi dari Antropologi, yaitu Antropologi Fisik, Arkeologi,
dan Antropologi Sosial-Budaya.

a. Antropologi Fisik

Antropologi Fisik tertarik pada sisi fisik dari manusia. Termasuk didalamnya
mempelajari gen-gen yang menentukan struktur dari tubuh manusia. Mereka melihat
perkembangan mahluk manusia sejak manusia itu mulai ada di bumi sampai manusia yang
ada sekarang ini.

b. Arkeologi

Ahli Arkeologi bekerja mencari benda -benda peninggalan manusia dari masa
lampau. Mereka akhirnya banyak melakukan penggalian untuk menemukan sisa-sisa
peralatan hidup atau senjata.

c. Antropologi Sosial -Budaya

Antropologi Sosial-Budaya atau lebih sering disebut Antropologi Budaya


berhubungan dengan apa yang sering disebut dengan Etnologi. Ilmu ini mempelajari tingkah-
laku manusia, baik itu tingkah-laku individu atau tingkah laku kelompok.

3. Pendekatan dan Metode dalam Kajian Antropologi

Pendekatan yang digunakan dalam antropologi menggunakan pendekatan kuantitatif


(positivistik) dan kualitatif (naturalistik). Artinya, dalam penelitian antropologi bisa
dilakukan melalui pengkajian secara statistik-matematis, baik dilakukan untuk mengukur
pengaruh maupun korelasi antar variabel penelitian maupun dilakukan secara kualitatif-
naturalistik. Selain dikenal pendekatan positivistik dan naturalistik, menurut Kapplan dan
Manners (1999: 6) dalam antropologi juga dikenal pendekatan relativistik dan komparatif.
Pendekatan relativistik memandang bahwa setiap kebudayaan merupakan konfigurasi unik
yang memiliki citarasa khas dan gaya serta kemampuan tersendiri. Keunikan ini sering
dinyatakan dukungan maupun tanpa dukungan bukti serta tidak banyak upaya membahas atau
menjelaskannya. Memang dalam pengertian tertentu, setiap budaya itu unik — persis
sebagaimana uniknya individu, tiap helai rambut, dan tiap atom di alam semesta tidak sama.

BAB V

KETERAMPILAN DASAR ILMU SOSIAL (Pendekatan Saintifik

dalam Pembelajaran)

A. Mengamati

Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull


learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara
nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan
mengamati dalam rangka pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama
dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan
makna serta tujuan pembelajaran.

B. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan

mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,
pada saat itu pula guru membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula guru mendorong peserta
didiknya untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik. Berbeda dengan penugasan
yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan
verbal.

1. Fungsi bertanya

a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau
topik pembelajaran.

b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan
pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan alternatif untuk


mencari solusinya.

d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk


menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahamannya atas substansi pembelajaran yang
diberikan.

e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan


memberi jawaban secara logis, sistem

2. Kriteria Pertanyaan

Kriteria pertanyaan yang baik adalah: a. Singkat dan jelas

Contoh: (1) Seberapa jauh pemahaman Anda mengenai faktor- faktor yang

menyebabkan generasi muda terjerat kasus narkotika dan obat-obatan

terlarang? (2) Faktor-faktor apakah yang menyebabkan generasi muda terjerat

kasus narkotika dan obat-obatan terlarang?

b. Menginspirasi jawaban

Contoh: Membangun semangat kerukunan umat beragama itu sangat penting

pada bangsa yang multiagama. Jika suatu bangsa gagal membangun semangat kerukukan
beragama, akan muncul aneka persoalan sosial kemasyarakatan. Coba jelaskan dampak sosial
apa saja yang muncul,

c. Memiliki fokus
Untuk pertanyaan seperti ini sebaiknya masing- masing peserta didik diminta
memunculkan satu jawaban. Peserta didik pertama hingga kelima misalnya menjawab:
kebodohan, kemalasan, tidak memiliki modal usaha, kelangkaan sumber daya alam,

d. Bersifat probing atau divergen

Pertanyaan pertama cukup dijawab oleh peseta didik dengan Ya atau Tidak.
Sebaliknya, pertanyaan kedua menuntut jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan
penjelasannya, yang kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.

e. Bersifat validatif atau penguatan.

Pertanyaan dapat diajukan dengan cara meminta kepada peserta didik yang berbeda
untuk menjawab pertanyaan yang sama. Jawaban atas pertanyaan itu dimaksudkan untuk
memvalidsi atau melakukan penguatan atas jawaban peserta didik sebelumnya.

f. Memberi kesempatan peserta didik untuk berpikir ulang.

Untuk menjawab pertanyaan dari guru, peserta didik memerlukan waktu yang cukup
untuk memikirkan jawabannya dan memverbalkannya dengan kata-kata. Karena itu, setelah
mengajukan pertanyaan, guru hendaknya menunggu beberapa saat sebelum meminta atau
menunjuk peserta didik untuk menjawab pertanyaan itu.

g. Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif

Pertanyaan guru yang baik membuka peluang peserta didik untuk mengembangkan
kemampuan berpikir yang makin meningkat, sesuai dengan tuntunan tingkat kognitifnya.

h. Merangsang proses interaksi.

Pertanyaan guru yang baik mendorong munculnya interaksi dan suasana


menyenangkan pada diri peserta didik.Dalam kaitan ini, setelah menyampaikan pertanyaan,
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik mendiskusikan jawabannya.

3. Tingkatan Pertanyaan

Pertanyaan guru yang baik dan benar menginspirasi peserta didik untuk memberikan
jawaban yang baik dan benar pula. Guru harus memahami kualitas pertanyaan, sehingga
menggambarkan tingkatan kognitif seperti apa yang akan disentuh, mulai dari yang lebih
rendah hingga yang lebih tinggi.

C. Menalar

Istilah "menalar" dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah


yang dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus
lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu
tidak bermanfaat.

D. Mencoba

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata
pelajaran IPA, misalnya,peserta didik harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya
dengan kehidupan sehari- hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk
mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu menggunakan metode
ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-
hari.

E. Membentuk Jejaring dengan Pembelajaran Kolaboratif

Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat personal, lebih dari sekadar


sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya merupakan filsafat
interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai
struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha
kolektif dalam rangka mencapai tujuan bersama.

Pada pembelajaran kolaboratif, fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar.
Sebaliknya, peserta didiklah yang lebih aktif. Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik
berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin
peserta didik menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.

F. Kriteria Penggunaan Pendekatan Saintifik


Beberapa kriteria untuk menggunakan pendekatan ini dalam proses pembelajaran
adalah:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analisis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan materi
pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa untuk mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan


mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi
pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun dengan menggunakan
sistem penyajian yang menarik.
BAB VI

STUKTUR PRANATA DAN PROSES SOSIAL

Sistem sosial budaya Indonesia sebagai totalitas nilai, tata sosial, dan tata laku
manusia Indonesia harus mampu mewujudkan pandangan hidup dan falsafah negara
Pancasila ke dalam segala segi kehidupan berbangsa dan bernegara. Asas yang melandasi
pola pikir, pola tindak, fungsi, struktur, dan proses sistem sosial budaya Indonesia yang
diimplementasikan haruslah merupakan perwujudan nilai-nilai Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945, transformasi serta pembinaan sistem sosial budaya harus tetap
berkepribadian Indonesia.

A. Pranata Sosial

Melver dan C.H. Page (Soekanto, 1984: 49), mengartikan pranata sosial adalah
lembaga sosial sebagai proedur atau tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan
antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat. Pengertian tersebut sejalan
dengan pendapat Leopold Von Wiese dan Becker (Soekanto; 1984: 51), lembaga sosial
adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi
memelihara hubungan itu serta pola-polanya sesuai dengan minat dan kepentingan individu
dan kelompoknya. Sedangkan W.G. Sumner (Soekanto, 1984: 69), melihat lembaga dari
sudut pandang kebudayaan. Pranata sosial adalah lembaga sosial yang merupakan perbuatan,
cita- cita, sikap Pranata sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan pokok
manusia, pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi sebagai berikut.

a. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah laku
atau bersikap di dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut kebutuhan- kebutuhan.

b. Menjaga keutuhan masyarakat

c. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial


(social control). Artinya, sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggotaanggotanya.

Fungsi-fungsinya di atas menyatakan bahwa betapa pentingnya keberadaan pranata


sosial bagi masyarakat dan kebudayaannya. Dengan demikian, apabila Anda hendak
mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu, maka harus pula diperhatikan secara teliti
lembagalembaga kemasyarakatan di masyarakat yang bersangkutan.

B. Stratifikasi Sosial

Stratifikasi Sosial menurut Sofa (dalam Sambas, 2016:7) merupakan suatu konsep
dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status
yang dimilikinya. Status yang dimiliki oleh setiap anggota masyarakat ada yang didapat
dengan suatu usaha (achievement status) dan ada yang didapat tanpa suatu usaha (ascribed
status). Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk
jamak.

Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama.

1. Stratifikasi Sosial dalam Masyarakat a. Ascribed Status Ascribed status adalah tipe status
yang didapat sejak lahir seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku, usia, dan
lain sebagainya.

b. Achieved Status Achieved status adalah status sosial yang didapat sesorang karena kerja
keras dan usaha yang dilakukannya. Contoh achieved status yaitu seperti harta kekayaan,
tingkat pendidikan, pekerjaan, dan lain-lain.
c. Assigned Status Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di dalam
lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi diberikan karena usaha dan
kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua
adat, sesepuh, dan sebagainya.

2. Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial

a. Stratifikasi Sosial Tertutup

Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut


tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh
stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada
golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa
seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.

b. Stratifikasi Sosial Terbuka

Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota


masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan
yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.

C. Norma yang Berlaku di Masyarakat

Terdapat lima norma yang umumnya berlaku dalam kehidupan masyarakat, yaitu:

1. Norma kesopanan/etika

Adalah norma yang berpangkal pada aturan tingkah laku yang diakui di masyarakat,
seperti cara berpakaian, cara bersikap dan berbicara dalam bergaul. Norma ini bersifat relatif,
berarti terdapat perbedaan yang disesuaikan dengan tempat, lingkungan, dan waktu.

2. Norma kesusilaan

Norma ini mengatur bagaimana seseorang dapat berperilaku secara baik dengan
pertimbangan moral atau didasarkan pada hati nurani atau ahlak manusia. Norma ini bersifat
universal, dimana setiap orang di seluruh dunia mengakui dan menganut norma ini.

3. Norma agama
Didasarkan pada ajaran atau akidah suatu agama. Norma ini menuntut ketaatan
mutlak setiap penganutnya. Dalam agama terdapat perintah dan larangan yang harus
dijalankan para pemeluknya. Apabila seseorang melanggar perintah Tuhannya, maka ia akan
mendapat dosa. Demikian sebaliknya, apabila ia melaksanakan perintah-Nya, maka ia akan
mendapatkan pahala sebagai ganjarannya. Karena agama didasarkan pada suatu keyakinan,
maka bagi masyarakat yang agamis norma ini akan sangat efektif untuk mengatur kehidupan
dalam masyarakat.

4. Norma hukum

Norma ini merupakan jenis norma yang paling jelas dan kuat ikatannya karena
merupakan norma yang baku. Didasarkan pada perintah dan larangan yang mengatur tata
tertib dalam suatu masyarakat dengan ketentuan yang sah dan terdapat penegak hukum
sebagai pihak yang berwenang menjatuhkan sanksi.

5. Norma kebiasaan

Didasarkan pada hasil perbuatan yang dilakukan berulang- ulang dalam bentuk yang
sama sehingga menjadi suatu kebiasaan. Contoh: Mudik di hari raya (Ningrum, 2016: 1011).
Pada dasarnya, setiap anggota masyarakat mengetahui, mengerti, menghargai, dan
menginginkan keberadaan norma yang mengatur pola perilaku dalam masyarakat demi
terciptanya kehidupan yang tertib dan aman. Namun, dalam pelaksanaannya selalu ada
penyimpangan.

D. Sistem Sosial Budaya Indonesia

Pada dasarnya, masyarakat Indonesia sebagai suatu kesatuan telah lahir jauh sebelum
lahirnya (secara formal) masyarakat Indonesia. Peristiwa sumpah pemuda antara lain
merupakan bukti yang jelas. Peristiwa ini merupakan suatu konsensus nasional yang mampu
membuat masyarakat Indonesia terintegrasi di atas gagasan Bineka Tunggal Ika.
BAB VII

PRINSIP DASAR HUKUM DAN PEMERINTAHAN

Demokrasi dan negara hukum adalah dua konsepsi mekanisme kekuasan dalam
menjalankan roda pemerintahan negara. Kedua konsepsi tersebut saling berkaitan yang satu
sama lainnya tidak dapat dipisahkan, karena pada satu sisi demokrasi memberikan landasan
dan mekanisme kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan dan kesederajatan manusia, pada
sisi yang lain negara hukum memberikan patokan bahwa yang memerintah dalam suatu
negara bukanlah manusia, tetapi hukum. Dalam tataran

Dalam suatu negara hukum menghendaki adanya supremasi konstitusi. Supremasi


konstitusi, di samping merupakan konsekuensi dari konsep negara hukum, sekaligus
merupakan pelaksanaan demokrasi karena konstitusi adalah wujud perjanjian sosial tertinggi
(Jimly Asshiddiqie, 2005: 152 – 162). Berdasarkan teori kontrak sosial, untuk memenuhi
hak-hak tiap manusia, tidak mungkin dicapai masing-masing orang secara individual, tetapi
harus bersamasama. Maka, dibuatlah perjanjian sosial yang berisi tentang tujuan bersama,
batas- batas hak individual, dan siapa yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan
tersebut dan menjalankan perjanjian yang telah dibuat dengan batas-batasnya.
A. Konsep Negara Demokrasi

Dalam literatur kenegaraan dikenal beberapa istilah demokrasi yaitu demokrasi

konstitusional, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi Pancasila, demokrasi


rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, dan lain sebagainya. Semua konsep ini
memakai istilah demokrasi, yang menurut asal kata berarti "rakyat berkuasa" atau
government or rule by the people (kata Yunani demos berarti rakyat, kratos/ kratein berarti
kekuasaan/berkuasa)

B. Konsep Negara Hukum

Secara historis, gagasan tentang konsepsi negara hukum terus bergulir sejalan dengan
arus perkembangan sejarah. Mulai dari konsepsi negara hukum liberal negara sebagai penjaga
malam) ke negara hukum formal kemudian menjadi negara hukum materiil hingga pada ide
negara kemakmuran atau negara yang mengabdi kepada kepentingan umum atau sociale
verzorgingsstaat)

C. Prinsip negara hukum dan negara demokrasi

1. Prinsip-prinsip Negara Hukum

a. Disebut sebagai "negara hukum yang demokratis", karena di dalamnya mengakomodasikan


prinsip-prinsip negara hukum dan prinsip-prinsip demokrasi Asas legalitas, pembatasan
kebebasan warga negara (oleh pemerintah) harus ditemukan dasarnya dalam undang-undang
yang merupakan peraturan umum. Kemauan undang-undang itu harus memberikan jaminan
(terhadap warga negara) dari tindakan (pemerintah) yang sewenang-wenang, kolusi, dan
berbagai jenis tindakan yang tidak benar, pelaksanaan wewenang oleh organ pemerintah
harus dikembalikan dasarnya pada undang-undang tertulis, yakni undangundang formal;

b. Perlindungan hak-hak asasi manusia (HAM);

c. Keterikatan pemerintah pada hukum;

d. Monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum; dan

e. Pengawasan oleh hakim yang merdeka dalam hal organ-organ pemerintah melaksanakan
dan menegakkan aturan-aturan hukum.

2. Prinsip peri sip demokrasi


a. Perwakilan politik. Kekuasaan politik tertinggi dalam suatu Negara dan dalam masyarakat
hokum yang lebih rendah diputuskan oleh badan perwakilan, yang diisi melalui pemilihan
umum;

b. Pertanggungjawaban politik. Organ-organ pemerintahan dalam menjalankan fungsinya


sedikit banyak tergantung secara politik, yaitu kepada lembaga perwakilan;

c. Pemencaran kewenangan. Konsentrasi kekuasaan dalam masyarakat pada satu organ


pemerintahan adalah kesewenang-wenangan. Oleh karena itu, kewenangan badan-badan
publik itu harus dipencarkan pada organ-organ yang berbeda

d. Pengawasan dan kontrol (penyelenggaraan) pemerintahan harus dapat dikontrol;

e. Kejujuran dan terbuka untuk umum;

f. Rakyat diberi kemungkinan untuk mengajukan keberatan.

D. Ciri-ciri Negara Hukum

Ciri-ciri negara hukum antara lain adanya azas legalitas, adanya pengakuan terhadap
Hak azasi manusia dan adanya suatu sistem peradilan yang bebas, tidak memihak. Dalam
KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) Pasal 1 Ayat (1) menyatakan “Tiada suatu
perbuatan boleh dihukum melainkan atas kekuatan ketentuan pidana dalam Undang-Undang
yang ada terdahulu”. Ketentuan ini tidak dapat dikenakan kepada perbuatan yang telah
dilakukan sebelum ketentuan pidana itu diadakan, hal ini di kenal dengan asas nullum
delictum nulla poena sine praevia lege poenalli artinya peristiwa pidana tidak akan ada jika
ketentuan pidana dalam Undang-Undang tidak ada terlebih dahulu.

Dengan adanya ketentuan Pasal 1 Ayat (1) KUHP ini dalam menghukum orang hakim
terikat oleh Undang-Undang sehingga terjaminlah hak kemerdekaan diri pribadi orang.
Penghargaan kita terhadap azas nullum dellictum itu ditentukan menurut pertimbangan antara
2 hal yang menjadi latar belakang de strijd om hec straafrecht yaitu pertama, kemerdekaan
pribadi individu. Kedua, kepentingan kolektiviteit atau masyarakat

E. Negara Hukum Arti Material


Dengan melihat sistem hukum menurut konstitusi Undang- Undang Dasar 1945 dan
Undang-Undang yang berlaku terutama melihat cita - cita bangsa Indonesia serta tujuan
negara Indonesia dalam preambule (pembukaan) Undang- Undang Dasar 1945 di alinea ke 2
dan ke 4 negara hukum Indonesia adalah negara hukum dalam arti material artinya negara
Indonesia hendak menciptakan kesejahteraan sosial bagi rakyatnya bukan negara hukum
dalam arti formal, negara hanya sebagai penjaga malam yaitu hanya menjaga jangan sampai
terjadi pelanggaran hukum semata dan hanya menindak para pelanggar hukum atau
mengutamakan ketenteraman dan ketertiban semata

F. Negara Hukum "Indonesia" yang Demokratis

Indonesia, sebagai negara yang terlahir pada abad modern melalui Proklamasi 17
Agustus 1945 juga "mengklaim" dirinya sebagai negara hukum. Hal ini terindikasikan dari
adanya suatu ciri negara hukum yang prinsip-prinsipnya dapat dilihat pada Konstitusi Negara
R. I. (sebelum dilakukan perubahan), yaitu dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh
(non Pasal-pasal tentang HAM). maka dapat ditemukan pengaturan nsur-unsur negara hukum
dalam Batang Tubuh UUD 1945 sebagai berikut.

1. Perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (HAM)

Perlindungan terhadap HAM di dalam UUD 1945 (sebelum perubahan) selain telah
dijamin pengaturannya pada Pembukaan UUD 1945, juga telah diatur dalam Batang Tubuh
UUD 1945 yaitu dalam Pasal-pasal 27, 28, 29, 30, 31, dan Pasal 34. Kemudian setelah UUD
1945 dilakukan perubahan, perlindungan terhadap HAM telah dijamin pengaturannya lebih
komprehensif lagi jika dibandingkan dengan UUD 1945 sebelum perubahan yang dituangkan
dalam pasal-pasal HAM pada bab tersendiri yaitu Bab X A dengan judul "Hak Asasi
Manusia", dan di dalamnya terdapat 10 pasal tentang HAM ditambah 1 pasal (pasal 28) dari
bab sebelumnya (Bab X) tentang "Warga Negara dan Penduduk", sehingga ada 11 pasal
tentang HAM mulai dari Pasal 28 A sampai dengan Pasal 28.

2. Pemisahan / pembagian kekuasaan

UUD 1945 sebelum perubahan menganut paham pembagian kekuasaan secara


vertikal, bukan pemisahan kekuasaan yang bersifat horizontal. Dalam hal ini kedaulatan
rakyat dianggap terwujud penuh dalam wadah MPR yang dapat ditafsirkan sebagai lembaga
tertinggi ataupun sebagai forum tertinggi. Dari sini, fungsi-fungsi tertentu dibagikan sebagai
tugas dan kewenangan lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di bawahnya, yaitu Presiden,
DPR, MA, dan seterusnya. Akan tetapi, dalam Perubahan Pertama dan Kedua UUD 1945,
prinsip pemisahan kekuasaan.

3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang

Sebagai suatu negara hukum berdasarkan UUD 1945, Presiden RI memegang


kekuasaan pemerintahan menurut UUD, Presiden berhak mengajukan RUU kepada DPR.
Presiden menetapkan PP untuk menjalankan UU sebagaimana mestinya. Semua ketentuan
UUD 1945 itu merupakan hukum positif yang menjadi dasar konstitusional.

4. Peradilan administrasi yang berdiri sendiri

Meskipun keberadaan peradilan administrasi (administrative court) merupakan ciri


khas negara hukum liberal yang lebih mengutamakan perlindungan terhadap hak asasi
individu. Dengan demikian, dalam sistem konstitusi Negara Indonesia cita negara hukum itu
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari perkembangan gagasan kenegaraan Indonesia sejak
kemerdekaan. Meskipun dalam pasal-pasal UUD 1945 sebelum perubahan, ide negara hukum
itu tidak dirumuskan secara eksplisit, tetapi dalam penjelasannya ditegaskan bahwa Indonesia
menganut ide.

BAB VIII

MANUSIA DAN LINGKUNGAN

A. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk yang berhadapan dengan dirinya sendiri. Tidak hanya
berhadapan, akan tetapi juga menghadapi, dalam artian menghadapi persoalan hidup. Ia
mengolah, mengangkat, melakukan dan bahkan merendahkan dirinya sendiri. Dia bisa
menyatu dengan dirinya sendiri akan tetapi disisi lain ia juga bisa mengambil jarak dengan
dirinya sendiri. Bersama dengan itu, manusia juga berada dan menghadapi alam, manusia
adalah bagian dari alam, dia bisa bersatu akan tetapi juga bisa berjarak dengan alam. Manusia
bisa memandang, berpendapat tentangnya, mengolah dan merubah alam. Manusia itu hidup
dan selalu mengubah dirinya dalam arus situasi konkret. Manusia seutuhnya adalah sebuah
matriks yang mempunyai akal, jasmani, dan rohani. Pemahaman terhadapnya memerlukan
pendekatan multi dimensional dengan tidak melupakan kodratnya sebagai makhluk pribadi
dan sosial. Melalui akalnya manusia dapat menciptakan dan mengembangkan teknologi,
lewat jasmaninya manusia dapat menerapkan dan merasakan kemudahan yang diperolehnya
dari teknologi tersebut sedangkan melalui rohani terciptalah peradaban.

B. Manusia sebagai Makhluk Individu dan Sosial

Manusia dalam kehidupannya mempunyai tiga fungsi, yaitu :

a. Sebagai makhluk Tuhan

b. Sebagai makhluk individu

c. Sebagai makhluk sosial budaya

Sebagai makhluk pribadi, manusia terus melakukan interaksi dengan sesamanya


sebagai jalan mencari pemahaman tentang dirinya, lingkungan dan sarana untuk pemenuhan
kebutuhan yang tidak dapat diperolehnya sendiri. Interaksi itu sudah tercipta sejak manusia
masih berada di dalam kandungan ibunya dan terus berkelanjutan sampai dia dilahirkan yang
kemudian tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa dengan bentuk interaksi yang
semakin komplek dalam mengenal lingkungan sekitarnya. Interaksi tersebut sebagai cikal
terbentuknya suatu komunitas sosial yang selanjutnya melahirkan aturan-aturan dan norma
yang disepakati bersama untuk mengatur interaksi yang terjadi tersebut.

C. Hubungan Manusia dengan Lingkungan

Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan dengan segala fungsi dan potensinya
yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan,
dan mati, serta terkait dan berinteraksi dengan lingkungan alam dan lingkungan sosialnya
dalam sebuah hubungan timbal balik baik itu positif maupun negatif. Lingkungan adalah
media manusia hidup, mencari, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas terkait secara
timbal-balik dengan keberadaan manusia yang menempatinya dan memiliki peranan
kompleks dan riil.

Lingkungan sosial adalah merupakan lingkungan masyarakat yang didalamnya


terdapat interaksi individu dengan individu yang lain seperti yang telah disebutkan diatas
lingkungan sosial inilah yang menjadi psikologi sosial.

Lingkungan sosial dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Lingkungan Sosial Primer


Lingkungan sosial primer yaitu lingkungan sosial terdapat hubungan yang erat antara
individu satu dengan yang lain, individu satu dengan yang lain saling kenal. Pengaruh
lingkungan sosial dengan primer akan mendalam bila dibandingkan dengan pegaruh lingkung
sosial skunder.

2. Lingkungan Sosial Skunder

Lingkungan sosial skunder adalah lingkungan sosial dimana hubungan indidvidu satu
dengan yang lain agak longgar, individu satu dengan individu yang lain. Namun pengaru
lingkungan sosial , baik lingkungan primer maupun lingkungan sosial skunder sangat besar
terhadaap individu sebagai anggota masyarakat.

D. ManusiadanLingkungandalamBingkaiIslam

Allah SWT telah menjelaskan dalam Al Qur’an bahwa faktor keturunan dan
lingkungan mempunyai pengaruh yang besar bagi manusia. Tetapi, di sana ada kemauan
manusia yang dapat mengalahkan keturunan dan lingkungan tersebut dengan pertolongan
Allah.

1. Faktor keturunan

Di dalam Al Qur’an telah dinyatakan tentang pengaruh keturunan dalam proses


kejadian manusia dan. Al Qur’an mengisahkan bagaimana Allah mengutamakan keluarga
Ibrahim dari sekalian alam sebagai hasil dari keturunan yang soleh yang terus turun kepada
generasi berikutnya. Al Qur’an mengisyaratkan kepada kita, baik secara implisit maupun
eksplisit tentang keharusan berhati-hati dan cermat memilih istri dan suami.

2. Faktor lingkungan

Menurut Ali Abdul Azhim (1989: 124), lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat
dalam pada proses pertumbuhan dan perkembangan seorang manusia di mana Allah
menyiapkan dari keluarga yang soleh dan mulia. Pengaruh lingkungan terhadap individu
sebenarnya telah diawali sejak terjadinya pembuahan. Sejak pembuahan sampai saat
kelahiran, lingkungan telah mempengaruhi calon bayi lewat ibunya. Misalnya defisiensi
kalsium dalam aliran darah sang ibu dapat menyebabkan abnormalitas tulang bayi.
E. Pendekatan dalam Kajian Manusia – Lingkungan

Pendekatan yang digunakan dalam mempelajari pengaruh faktor herediter dan faktor
lingkungan terhadap individu menghendaki agar pengaruh faktor herediter dan faktor
lingkungan dapat dikendalikan secara sistematik.

1. Hereditas Terkendali dan Lingkungan Bervariasi

Penelitian dengan menggunakan kembar identik merupakan contoh situasi di mana


hereditas dikendalikan karena anak kembar identik berasal dari pembuahan ovum tunggal dan
memiliki rangkaian gen yang identik. Jadi, dari sudut faktor bawaan, anak kembar identik
adalah sama.

2. Lingkungan Terkendali dan Hereditas Bervariasi

Untuk menempatkan manusia dalam suatu lingkungan yang benar-benar terkendali,


dapat dikatakan mustahil untuk dilakukan. Walaupun dapat dilakukan pengendalian terhadap
lingkungan akan tetapi dua lingkungan hanya akan tampak sama secara fisik sedangkan bagi
individu di dalamnya akan terasa berbeda secara psikologis dan karenanya dapat
menimbulkan efek yang berbeda pula.

3. Studi Kemiripan dalam Keluarga

Metode ini mempelajari kemiripan yang terjadi antara anakorangtua, antara anak
dengan saudara sekandung, antar kembar framental (yang berasal dari dua sel telur dan
disebut juga kembar dizygotic atau kembar DZ), dan antar kembar identik. Dengan cara
mempelajari kemiripan dalam keluarga seakan-akan peneliti berada dalam situasi hereditas
yang bervariasi dan lingkungan yang terkendali.

3. Studi Sejarah Keluarga

Studi mengenai sejarah keluarga memanfaatkan informasi mengenai garis keturunan


dan keluarga dari beberapa informasi mengenai garis keturunan dan keluarga dari beberapa
generasi. Dengan mempelajari garis keturunan suatu keluarga, seorang peneliti seakan berada
dalam situasi yang menyerupai eksperimen pembiakan selektif (selective breeding).
BAB IX

PENGARUH BUDAYA ASING TERHADAP KEBUDAYAAN

INDONESIA

A. Hakikat Kebudayaan Indonesia

Kata Kebudayaan atau budaya adalah kata yang sering dikaitkan dengan

Antropologi. Konsep ini memang sangat sering digunakan oleh Antropologi dan

telah tersebar kemasyarakat luas bahwa Antropologi bekerja atau meneliti apa

yang sering disebut dengan kebudayaan. Seorang Ahli Antropologi yang

mencoba mengumpulkan definisi yang pernah dibuat mengatakan ada sekitar

160 definisi kebudayaan yang dibuat oleh para ahli Antropologi. Tetapi, dari

sekian banyak definisi tersebut ada suatu persetujuan bersama diantara para
ahli Antropologi tentang arti dari istilah tersebut.

Indonesia sebagai negara dengan keragaman budaya dan komposisi penduduk

yang multi etnik dihadapkan pada persolan tipikal. Koentjaraningrat yang sejak

lama menaruh perhatian terhadap masalah ini dalam setiap kajiannya

senantiasa mengupayakan sisi manfaat dari kajian-kajiannya itu untuk mencari

format ideal bagi nasionalisme bangsa Indonesia dalam karyanya Manusia dan

Kebudayaan di Indonesia. Koentjaraningrat (1979: 31) melakukan seleksi dari

15 kebudayaan yang menurutnya hanya sebagai sampel dari keragaman yang

sesungguhnya. Tujuan dari kajian tersebut tidak lain adalah, "...mencapai

pengertian tentang sebanyak mungkin aneka warna manusia dan kebudayaan

Indonesia".

B. Orientasi pada Budaya Asing

Ignas Kleden (dalam Pasaribu, 2016: 108-109) menyusun persepsi bahwa dari

satu segi, negara Indonesia merdeka harus berusaha (dengan tidak selalu

berhasil) melepaskan diri dari sifat-sifat negara kolonial yang mendahuluinya,

baik negara kolonial Belanda maupun negara kolonial Jepang. Orientasi utama

ke pasar luar negeri dalam ekonomi misalnya, merupakan warisan langsung

dari negara kolonial Hindia Belanda. Demikian pun, peranan besar militer

dalam bidang sosial-politik dalam masa Orde Baru adalah salah satu warisan

pemerintahan Jepang. Dari pihak lainnya, kebudayaan Indonesia harus

didefinisikan dalam hubungan dengan kebudayaan daerah maupun

kebudayaan asing.
dalam politik sebagai refleksi kebudayaan Barat, tetapi dengan tangan terbuka

menerima modal-modal asing yang sebagian terbesar berasal dari

negara-negara Barat. Anehnya, sikap bermusuhan terhadap kebudayaan asing

ini hanya ditujukan kepada apa yang dibayangkan sebagai kebudayaan Barat,

sedangkan kebudayaan Cina, Parsi, India, dan kebudayaan luar lainnya tidak

dianggap sebagai kebudayaan asing.

C. Pengaruh Budaya Asing

Rowland B. F. Pasaribu (2016: 113-115) memberikan pemaparan mengenai

pengaruh budaya asing terhadap budaya nasional yang mengkaitkankannya

dengan rentetatan perjalanan panjang sejarah negeri ini adalah sebagai suatu

wujud akulturasi kebudayaan. Akulturasi adalah perubahan besar yang terjadi

dalam kebudayaan sebagai akibat adanya kontak antar kebudayaan

yangberlangsung lama. Hal itu terjadi apabila ada kelompok kelompok yang

memiliki kebudayaan berbeda saling berhubungan secara langsung dan intensif.

Hal tersebut mengakibatkan timbulnya perubahan- perubahan besar pada pola

kebudayaan pada salah satu kelompok atau keduanya.

Perubahan kebudayaan akibat adanya proses akulturasi tidak mengakibatkan

perubahan total pada kebudayaan yang bersangkutan, hal ini disebabkan

karena ada unsur-unsur kebudayaan yang masih bertahan, masyarakatpun ada

yang menerima sebagian atau mengadakan penyesuaian.

1. Pengaruh India (Hindu – Budha)

Pengaruh yang pertama kali menyentuh masyarakat Indonesia berupa

pengaruh kebudayaan Hindu dan Budha dari India sejak 400 tahun sebelum

masehi. Hinduisme dan Budhaisme, pada waktu itu tersebar meliputi daerah
yang cukup luas di Indonesia, serta lebur bersamasama dengan kebudayaan

asli yang telah lama hidup. Namun demikian, terutama di Pulau Jawa dan

Pulau Bali pengaruh agama Hindu dan Budha itu tertanam dengan kuatnya

sampai saat ini.

2. Pengaruh Kebudayaan Islam

Pengaruh kebudayaan Islam mulai memasuki masyatrakat Indonesia sejak abad

ke 13, akan tetapi baru benar-benar mengalami proses penyebaran yang meluas

sepanjang abad ke 15. Pengaruh agama Islam terutama memperoleh tanah

tempat berpijak yang kokoh di daerahdaerah di mana pengaruh agama Hindu

dan Budha tidak cukup kuat. Di daerah Jawa tengah dan Jawa Timur, dimana

pengaruh agama Hindu dan Budha telah tertanam dengan cukup kuat, suatu kepercayaan
keagamaan yang bersifat sincretic dianut oleh sejumlah besar

penduduk di kedua daerah tersebut, dimana kepercayaan animisme-dinamisme

bercampur dengan kepercayaan agama Hindu, Budha dan Islam.

3. Pengaruh Kebudayaan Barat

Pengaruh kebudayaan Barat mulai memasuki masyarakat Indonesia melalui

kedatangan bangsa Portugis pada permulaan abad ke 16, kedatangan mereka

ke tanah Indonesia ini karena tertarik dengan kekayaan alam berupa rempahrempah di daerah
kepulauan Maluku, rempah-rempah ini adalah sebagai

barang dagangan yang sedang laku keras di Eropa pada saat itu. Kegiatan

misionaris yang menyertai kegiatan perdagangan mereka, dengan segera

berhasil menanamkan pengaruh agama Katolik di daerah tersebut. Ketika

bangsa Belanda berhasil mendesak bangsa Portugis untuk meninggalkan

Indonesia pada sekitar tahun 1600 M,

D. Ketahanan Budaya Indonesia, Suatu Keharusan


Sejak isu globalisasi menggelinding dari Benua Utara (Eropa Barat dan Amerika

Serikat), globalisasi telah membuat batas- batas dunia makin mencair.

Globalisasi dalam konteks ini dapat diartikan proses masuk menuju ruang

lingkup dunia. Yang kemudian terjadi, ternyata makin terbukanya perluasan

lahan bagi produk budaya Barat. Harus diakui bahwa tidak semua yang berasal

dari budaya Barat itu tidak baik. Sebaliknya, tidak semua yang ada pada

budaya kita sendiri itu baik. Kebaikan dan ketidakbaikan itu ada di

mana-mana.

1. Upaya Eksternal dan Internal

Terkait dengan semua itu, ada dua hal, paling tidak, yang mesti kita lakukan

dengan sungguh-sungguh. Pertama, sebuat saja sebagai upaya eksternal, pada

prinsipnya kita harus mampu menyikapi secara arif budaya 'asing' yang mau

masuk ke Indonesia. Kedua, sebuat saja sebagai upaya internal, pada pokoknya

kita harus mengangkat kembali nilai-nilai lokal ke permukaan

.2. Mengangkat Sebuah Kasus

Tulisan ini berangkat dari fenomena yang terjadi pada masyarakat Jawa

sebagai salah satu etnis di Indonesia. Di satu sisi, masyarakat Jawa jelas

kebanjiran muatan dari budaya 'asing'. Budi pekerti dalam hal ini merupakan

salah satu alat, di samping moral keagamaan dan Pancasila, yang secara jitu

dapat dipakai untuk menangkal pengaruh negatif perubahan dunia.

3. Rehistori “Tri Pusat Pendidikan”

Kita tentu menyadari benar adanya tiga pusat pendidikan yang pernah

digaungkan oleh Ki Hadjar Dewantara yang secara positif dan signifikan

berpengaruh terhadap proses pendidikan budi pekerti. Ketiga-tiganya itu


meliputi: rumah (pendidikan dalam keluarga), sekolah (pendidikan formal),

dan masyarakat (pendidikan dalam lingkungan pergaulan sosial).

a. Rumah

Untuk pertama kalinya anak (-anak) berkenalan dengan norma dan tata nilai

sudah tentu di rumah (sendiri). Proses pendidikan yang pertama dan utama

berlangsung di rumah. Kita yakin bahwa dalam keluarga yang baik pasti akan

terbentuk kepribadian yang baik pula. 'Dulu' ada istilah 'dongeng sebelum tidur',

yakni para orang tua yang selalu (menyempatkan diri untuk) mendongengkan

anaknya menjelang tidur.

b. Sekolah

Di sekolah, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik murid-muridnya.

Dengan mengajar, guru hanya menyampaikan pengetahuan dan keterampilan

(transfer of

Dengan mendidik, guru membentuk kepribadian Dengan dalih jam

pelajaran yang terbatas dan kurikulum yang terlalu padat karena adanya

'pelajaran-pelajaran pesanan' dari berbagai pihak, pendidikan budi pekerti di

sekolah menjadi terabaikan.

c. Masyarakat

Masyarakat atau lingkungan pergaulan mestinya punya andil besar dalam

pembinaan budi pekerti kepada anak. Namun, lingkungan pergaulan pada

dewasa ini sudah banyak terpolusi dan terkontaminasi oleh situasi kehidupan

yang serba modern dan serba bebas.


BAB X

SEJARAH PERJUANGAN BANGSA MASA KOLONIAL

Wilayah yang tercakup dalam negara kolonial Hindia Belanda pada awalnya

hanya mencakup wilayah-wilayah taklukkan VOC atau yang diklaim sebagai

taklukkan VOC. Kerajaan Aceh, Bangka dan Belitung tidak termasuk Hindia

Belanda, karena bukan taklukkan VOC sedangkan Singapura dan Malaka

termasuk Hindia Belanda karena bekas taklukkan VOC. Namun dalam

perkembangannya kemudian wilayah Hindia Belanda mengalami banyak

perubahan (Didik Pradjoko, 2016: 43-61).

Pada saat Commissaris Generaal memulai tugasnya di awal abad ke-19, ada
beberapa daerah taklukkan VOC yang menyatakan tidak terikat lagi oleh

perjanjian dengan VOC, sekaligus tidak terikat pula oleh negara kolonial Hindia

Belanda. Peristiwa-peristiwa inilah antara lain yang mendorong pemerintah

kolonial Hindia Belanda melakukan politik pasifikasi, terutama ke daerah luar

Jawa.

A. Perlawanan Pattimura

Perlawanan rakyat Maluku terjadi tahun 1817 di bawah pimpinan Thomas

Matulesya (Matulessy), mantan sersan mayor yang mendapat status burger dari

pemerintah Inggris. Penyebab pemberontakannya adalah karena rakyat Maluku

diperlakukan tidak adil oleh Belanda. Selama VOC berkuasa, para petingginya

tidak ada sedikit pun upaya

untuk memajukan budaya setempat. Yang terjadi justru perusakan tata

ekonomi dan niaga setempat yang berakibat semakin merosotnya

kesejahteraan penduduk

Kondisi ini berbeda sewaktu Maluku berada di bawah kekuasaan Inggris.

Meskipun Raffles pada dasarnya melanjutkan monopoli VOC, tetapi

pemerintahannya lebih lunak dan bijaksana, dalam arti mereka tidak hanya

mencari keuntungan semata, tetapi juga memperbaiki keadaan setempat.

Sebagai contoh, Raffles masih memperhatikan tingkat kemakmuran rakyat

maka dengan segera pemerintah di Batavia mengirimkan bala bantuan ke

Saparua. Pada tanggal 1 Agustus 1817, 45 kapal perang Belanda membuang

sauh di teluk di depan benteng Duurstede yang ternyata telah ditinggalkan oleh

Pattimura.

Dengan maksud agar masyarakat di Saparua mau membantu Belanda, maka


pihak Belanda menjanjikan akan memberi hadiah sebesar 1.000 gulden bagi

siapa saja yang berhasil menyerahkan Pattimura dan 500 gulden lagi bagi setiap

kepala para pimpinan di bawahnya. Akhirnya pemberontakan Pattimura dapat

diatasi. Pada bulan Desember 1817, Thomas Matulesya alias Pattimura

dihukum gantung bersama tiga orang lainnya.

B. Perlawanan Diponegoro (1825-1830)

Ketika Sultan Hamengku Buwono III wafat pada tahun 1816 terjadi kericuhan

di istana Yogyakarta berkenaan dengan penggantinya. Putra tertua sultan,

Pangeran Diponegoro, tidak terpilih untuk menggantikannya karena dia anak

dari istri samping. Ketika putra mahkota kemudian wafat juga, tahta jatuh ke

tangan anak laki- laki putra mahkota yang masih berusia dua tahun. Pangeran

Diponegoro amat marah dengan kebijakan tersebut. Namun dia kemudian

disingkirkan dari istana oleh para bangsawan yang pro-Belanda dan akhirnya

menetap di Tegalrejo.

Kegeramannya atas perlakuan tersebut akhirnya meledak saat tanahnya di

Tegalrejo, tanpa pembicaraan terlebih dahulu, dipatok untuk dijadikan jalan

umum oleh orang-orang suruhan Patih Danureja (1813-1847) yang pro-Belanda.

Konflik pun terjadi antara para pengikut pengikut Diponegoro dengan pengikut

Danureja yang didukung Belanda. Ketika perundingan antara kedua belah

pihak

de Kock menjadikan wilayah mereka sebagai pusat komandonya dalam

menghadapi Diponegoro.

Pada awalnya, Diponegoro berhasil mengalahkan pasukan de Kock dengan

taktik pukul lari dan menjadikan daerah Surakarta sebagai 'perangkap' pihak
lawannya. Akhirnya salah seorang perwira de Kock menemukan cara untuk

menghadapi strategi dan taktik lawannya, yaitu dengan menerapkan

sistem benteng (bentengstelsel). Taktik ini banyak dipengaruhi kemenangan

Perancis dalam menghadapi pemberontakan petani di Vendee, Perancis Selatan.

Penerapan sistem benteng ini adalah dengan cara membangun rangkaian

benteng kecil yang saling berhubungan serta diadakan patroli secara teratur

untuk mencegah dan mempersempit ruang gerak gerilyawan Diponegoro.

Untuk menghindari perang yang berkepanjangan, pihak Belanda menempuh

cara diplomasi dengan menawarkan satu perundingan. Pihak Belanda

mengirimkan dua orang utusan yang keduanya bekas kepercayaan Diponegoro.

Oleh karena itu, Diponegoro setuju untuk berunding walaupun dia mengetahui

banyak pengikutnya yang tidak setuju. Sebagai langkah awal pada 16 Februari

Diponegoro bertemu dengan Kolonel Cleerens yang mewakili de Kock di

Remokawal. Di tempat itu disetujui bahwa pertemuan berikutnya dengan

Jenderal de Kock akan diadakan di Magelang.

Perang Diponegoro menyebabkan kerugian besar bagi Belanda. Secara

keseluruhan, Belanda kehilangan 15.000 prajuritnya, termasuk 8.000 orang

Eropa. Selain itu Belanda harus menanggung beban biaya yang amat besar.

Dalam kondisi ekonomi yang morat-marit, pemerintah Hindia Belanda mau

tidak mau harus menjalankan program penghematan. Untuk membiayai perang

dengan sistem benteng itu, dengan cerdik Du Bus de Gisignies

membebankannya kepada Sultan Yogyakarta (Hamangkubuwono II), termasuk

tanah milik kesultanan di Jabarangkah secara penuh menjadi milik pemerintah

Hindia.
C. Perlawanan Padri (1821-1838)

Awal perlawanan Kaum Padri sebenarnya adalah pertentangan paham antara

Kaum Adat dan Kaum Padri dalam masalah praktik keagamaan. Gerakan kaum

Padri sudah ada sejak awal abad ke-19, yang bertujuan untuk memurnikan

Islam dari praktikpraktik sinkretisme, yaitu adat istiadat setempat yang justru

bertentangan dengan ajaran Islam. Istilah Kaum Paderi kemungkinan berasal

dari kata padre (bahasa Portugis) suatu istilah untuk menyebut orang suci atau

ulama yang berpakaian putih.

Kekuatan kaum Padri semakin bertambah terutama setelah mendapat

dukungan dari pimpinan adat tertinggi di Alahan Panjang, yaitu Datuk Bandaro.

Dengan adanya dukungan itu kaum Padri mendirikan benteng pertahanan di

Bonjol. Sewaktu Datuk Bandaro meninggal, pimpinan digantikan oleh PETO

SYARIF bergelar Tuanku Imam Bonjol.

Setelah tertangkapnya Imam Bonjol, sejumlah pemimpin Padri masih

melakukan perlawanan terhadap Belanda. Di antara mereka terdapat Haji

Saleh dan Tuanku Tambusei. Pihak Belanda sendiri terus berusaha

menaklukkan kubu-kubu kaum Padri. Akhirnya, pada tanggal 28 Desember

1838, pertahanan terakhir kaum Padri jatuh ke tangan Belanda. Akan tetapi

Haji Saleh dan Tuanku Tambusei tidak bisa ditangkap. Kedua tokoh itu

menghilang ke dalam hutan melalui sungai.

D. Ekspedisi Militer ke Bali dan Nusa Tenggara

Pada tahun 1841, pihak Belanda berhasil meyakinkan para raja Bali untuk

masuk ke dalam lingkungan Hindia Belanda (Pax Nederlandica) dengan

jaminan bahwa kedaulatan dalam negeri mereka tidak akan dibatasi. Sebagian
raja Bali menerima tawaran itu dengan harapan pihak Belanda mau membantu

mereka menaklukkan Mataram dan Lombok. Sebagian lagi seperti Raja

Buleleng dan Karangasem menolak meratifikasi perjanjian tersebut.

Perlawanan kedua raja itu mendapat dukungan dari raja Klungkung, yaitu

Dewa Agung. Pembangkangan ini menyebabkan Belanda mengirimkan tiga

ekspedisi militer ke Bali, yaitu pada tahun 1846, 1848, dan 1849.

E. Perlawanan Rakyat Sulawesi dan Papua

Perluasan wilayah Belanda di selatan Sulawesi ditentang oleh mantan sekutu

utama VOC, yaitu Bone yang telah tumbuh menjadi satu kerajaan yang terkuat

di wilayah ini. Sejak Belanda dikalahkan Inggris, banyak tokoh Bone menilai

Perjanjian Bongaya (1667) tidak mengikat lagi dan menganggap bahwa

hubungan mereka dengan Belanda telah putus.

Pada tahun 1824, Gubernur Jenderal Van der Capellen mengunjungi daerah ini

dan membujuk kerajaan-kerajaan di Sulawesi selatan untuk memperbaharui

Perjanjian Bongaya, tapi Bone menolaknya. Setelah Van de Capellen pergi, Ratu

Bone memimpin negara Bugis menyerang garnisun Belanda dan merebut

wilayah- wilayah yang dikuasai Belanda. Untuk menindas pemberontakan ini,

Belanda bergabung dengan musuh lama Bone, Makassar. Pada tahun 1825

pasukan gabungan Belanda dan Makassar berhasil mengalahkan Bone. Akan

tetapi, pecahnya perang Diponegoro membuat pasukan Belanda terpaksa

ditarik ke Jawa. Akibatnya, Bone kembali melanjutkan perlawanannya.

Sementara itu, setelah berhasil memantapkan kekuasaannya di Sulawesi,

Maluku, dan Nusa Tenggara, Belanda memalingkan perhatiannya ke Papua

(Irian Jaya). Pada tahun 1828, Belanda mendirikan Benteng Du Bus di Lobo,
sebagai bukti eksistensi mereka di sana, sekaligus untuk mencegah masuknya

kekuatan Eropa lainnya ke wilayah itu. Namun setelah mengamati wilayah ini,

untuk sementara waktu Belanda menilai daerah ini kurang menarik secara

ekonomi. Masyarakatnya masih hidup di "zaman batu" sementara nyamuk

malaria banyak mengambil korban di kalangan anggota garnisun Benteng Du

Bus, sehingga pada tahun 1836 benteng tersebut terpaksa ditinggalkan.

Meskipun demikian Belanda tidak meninggalkan pulau ini. Malahan pada

tahun 1898 wilayah ini secara permanen dimasukkan ke dalam lingkungan

Hindia Belanda. Di kemudian hari, ganasnya wilayah Papua menyebabkan

Belanda menjadikannya sebagai tempat pembuangan para tokoh pergerakan

kebangsaan Indonesia.

220|Yulia Siska, M.Pd.

F. Perlawanan Rakyat Kalimantan

Kalimantan merupakan satu-satunya pulau besar di kepulauan Nusantara yang

menjadi ajang persaingan antara Belanda dan Inggris dalam memperluas

wilayahnya. Bagi Inggris, Kalimantan dinilai memiliki letak yang strategis

karena letaknya mengapit jalur perdagangan dari Cina ke India. Karena itulah

Inggris tidak mentolelir kemungkinan adanya kekuatan Eropa lainnya yang

bercokol di daerah itu, khususnya Kalimantan Utara dan Barat. Sebaliknya,

kepentingan Belanda terhadap Kalimantan lebih bersifat penjajahan. Belanda

melihat Kalimantan sebagai sarang bajak laut dan orang-orang Cina yang

anti-Belanda. Meskipun sumber daya alam di pedalaman pulau ini tidak

dikenalnya, namun demi keamanan, Belanda berminat menguasai pesisir

selatan dan barat pulau ini.


Pihak Belanda terpaksa mendatangkan bala bantuan dari daerah lain untuk

memadamkan perlawanan itu.

Pada tahun 1860 pemerintah Belanda mengumumkan penghapusan Kesultanan

Banjarmasin dan menempatkan daerah ini langsung di bawah Hindia Belanda.

Namun perlawanan rakyat itu sendiri baru dapat diatasi pada tahun 1863,

setelah para pemimpinnya meninggal (seperti Pangeran Antasari) dan

ditangkap (seperti Pangeran Hidayat). Akan tetapi perlawanan sporadis masih

tetap terjadi hingga tahun 1906.

G. Perlawanan Rakyat Palembang dan Jambi

Selain Minangkabau, di beberapa daerah di Sumatera yang pernah terikat

perjanjian dengan VOC, juga melakukan perlawanan terhadap Belanda. Salah

satu di antaranya terjadi di Palembang di bawah pimpinan Sultan Mahmud

Badaruddin. Ketika Inggris menyerbu Jawa pada tahun 1811, Sultan

Badaruddin mempergunakan kesempatan itu untuk menyerang dan

membantai garnisun Belanda yang berada di Palembang. Sikap keras Sultan

Badaruddin ini juga diperlihatkan kepada Inggris sehingga pada tahun 1812

Inggris menyerang dan merampok istana Palembang dan melantik adik

Badaruddin sebagai raja dengan gelar Sultan Ahmad Najamuddin.

Pada tahun 1899, Sultan Jambi terakhir yang diakui Belanda, yaitu Ahmad

Zainuddin (1885-1899), mengundurkan diri. Oleh karena Belanda kesulitan

mencari penggantinya maka pada tahun 1901 kesultanan Jambi diserahkan

penanganannya kepada residen Belanda di Palembang. Tindakan Belanda ini

menimbulkan perlawanan yang tidak dapat diatasi hingga tahun 1907.

H. Perlawanan Rakyat Batak (Si Singamangaraja), 1878- 1907


Sewaktu terjadi perlawanan kaum Padri, pengaruh Belanda juga menembus

wilayah Batak yang terletak di sebelah utara Minangkabau. Pasukannya

bergerak menduduki Mandailing, Angkola, Padang Lawas, Sipirok, Tapanuli

dan sekitarnya. Kaum Padri telah membantu penyebaran agama Islam di

kalangan rakyat Batak,

dan sejak tahun 1850-an Belanda membantu kristenisasi dengan mengirimkan

Dr. N. Van der Tuuk. Kedatangannya disambut dengan penuh kebencian oleh

rakyat, sehingga ia hampir terbunuh oleh rakyat. Namun dengan cara mengaku

sebagai keturunan Si Singa Mangaraja X yang tewas dalam Perang Padri, ia

berhasil membebaskan dirinya, bakan pada tahun 1853 ia diterima oleh Si

Singa Mangaraja XI di Bakara.

pro-Belanda, pasukan Belanda di bawah pimpinan Kapten Hans Christoffel

berhasil menemukan Si Singa Mangaraja di dekat Aik Sibulbulon, daerah Dairi.

Dalam kondisi terkepung dan sangat lemah, Si Singa Mangaraja beserta

pengikutnya tetap melakukan perlawanan. Dalam pertempuran itu Si Singa

Mangaraja beserta dua orang puteranya, Sutan Nagari dan Patuan Anggi serta

seorang puterinya Lopian termasuk orang- orang yang gugur bersama para

pengikut lainnya. Istrinya dan anak-anaknya yang lain yang masih hidup

kemudian ditangkap dan ditawan yang kemudian dibuang ke luar daerah Batak.

Semua harta pusaka Si Singa Mangaraja dirampas oleh Belanda

I. Perang Belanda di Aceh (1873-1912)

Berdasarkan Perjanjian London, Belanda tidak boleh mengganggu kedaulatan

Aceh. Akan tetapi, perkembangan di Aceh antara dasawarsa 1850-an dan

1860-an membuat pemerintah kolonial Belanda menjadi cemas dan tidak bisa
membiarkan Aceh tetap merdeka. Di antara perkembangan tersebut adalah

adanya unsur kesengajaan dari Aceh untuk membiarkan pihak-pihak luar

(seperti Amerika Serikat, Turki, dan kekuatan Eropa lainnya selain Inggris dan

Belanda) ikut campur di wilayah ini.

Jatuhnya istana Kutaraja dan penghapusan kesultanan Aceh oleh Belanda

ternyata tidak menyurutkan perlawanan Aceh. Rakyat tetap mengakui

keberadaan kesultanan Aceh. Perlawanannya pun tidak lagi sekedar

perlawanan kerajaan tetapi telah menjadi perlawanan rakyat Aceh. Kebencian

rakyat Aceh terhadap orang-orang Belanda yang dinilai sebagai orang kafir

telah mengobarkan semangat perang jihad di kalangan rakyat Aceh. Dalam

perkembangannya, sejak tahun 1881 terjadi pergeseran kepemimpinan dalam

perlawanan rakyat Aceh. Apabila sebelumnya perlawanan terutama dipimpin

oleh para bangsawan atau petinggi istana, maka kini pimpinan perlawanan

didominasi oleh para alim- ulama. Salah satu tokoh ulama yang terkenal

adalah Tengku

Cik di Tiro (1836-1891). Perlawanan pun telah berubah menjadi perang suci,

perang fisabilillah. Dengan begitu, perlawanan Aceh semakin meluas. Di Aceh

bagian barat Teuku Umar bersama istrinya, Cut Nyak Dien. Pertempuran sengit

di Meulaboh, beberapa pos pertahanan berhasil direbut Teuku Umar, tahun

1891 Tengku Cik di Tiro meninggal.

Tahun 1893 Umar menyerah pada Belanda. Pada tanggal 26 maret 1896 Teuku

Umar berbalik melawan. Hal itu membuat belanda geram

perpecahan di kalangan masyarakat Aceh. Snouck Horgronye menyamar

menjadi rakyat biasa dan mengetahui beberapa hal sehingga ia mengusulkan


cara melawannya adalah:

1. perlu memecah belah persatuan dan kesatuan masyarakat aceh.

2. Menghadapi kaum ulama yang fanatik dalam memimpin perlawanan harus

dengan kekerasan. Bersikap lunak terhadap kaum bangsawan dan keluarganya

diberi kesempatan untuk masuk korps pamong praja dalam pemerintah konial

Belanda.

Perang terjadi selama 10 tahun. Di Aceh bagian barat, Teuku Umar

mempersiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan secara besarbesaran ke arah


Meulaboh. Tetapi, persiapan Teuku Umar ini tercium oleh

Belanda. Maka dari itu, Belanda segera menyerang benteng pertahanan Teuku

Umar. Terjadilah pertempuran sengit pada

Februari 1899. Dalam pertempuran ini Teuku Umar gugur sebagai syuhada.

Perlawanan dilanjutkan oleh Cut Nyak Dien. Cut Nyak Dien dengan

pasukannya memasuki hutan dan mengembangkan perang gerilya. Perlawanan

rakyat Aceh belum berakhir. Para pejuang Aceh di bawah komando Sultan

Muhammad Dau Syah dan Panglima Polem terus berkobar. Setelah istana

kerajaan di Keumala diduduki Belanda, sultan melakukan perlawanan dengan

berpindah-pindah bahkan juga melakukan perang gerilya.

Sejak Sultan menyerah dalam periode 1903-1912 justru terjadi kericuhan sosial.

Pada masa ini Van Heutsz diangkat menjadi Gubernur Jenderal (1904-1909).

Kedudukannya sebagai Gubernur Aceh digantikan oleh Letnan Kolonel G.C.E.

van Daalen, yang menjalankan pemerintahannya secara kejam. Banyak ulama

terkemuka Aceh yang mati syahid. Menurut kolonial verslag tahun 1908

tindakan van Daalen yang bertujuan agar Aceh aman, justru mendorong

semakin bertambahnya perlawanan yang dilakukan secara sistematis. Pihak


Belanda menilai banyak perlawanan itu karena rakyat mendapat dukungan

Sultan, yang berarti Sultan telah melanggar perjanjian.

Meskipun perang Aceh dianggap berakhir pada tahun 1912 dan pejuang Aceh

berangsur-angsur menyerah, namun serangan terhadap orang-orang Belanda di

sanasini masih tetap berlangsung. Sejak tahun 1910 hingga 1921 tercatat ada 79

kali pembunuhan terhadap orang-orang Belanda. Dan perlawanan terakhir

yang cukup besar terjadi tahun 1927 di Bakongan.

BAB XI

SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL

Pada bab ini akan dibahas mengenai sejarah pergerakan nasional dari Budi

Utomo 1908 hingga Proklamasi Kemerdekaan 1945 yang disusun sesuai dengan

kronologis waktu dan diikhtisarkan dari apa yang telah disusun oleh Ayi Budi

Santosa dan Encep Supriatna (2008: 1-149).

A. Politik Etis (1900-1942)

Perdebatan antara golongan-golongan politik di Belanda mengenai bagaimana

cara dan dengan cara apa mengeksploitasi koloni tidak kunjung selesai. Politik

kolonial konservatif yang dianggap kuno itu diserang oleh golongan liberal
yang akan menguntungkan kedua belah pihak, penjajah dan terjajah, tetapi

kenyataannya pihak terjajah tinggal terbelakang. Selanjutnya politik kolonial

liberal itu tidak lepas dari kritikan golongan etis yang tengah muncul di

panggung politik. Sebagai golongan baru yang mewakili zamannya maka

idenya disesuaikan dengan kepentingan zaman. Eksploitasi dan kesejahteraan

koloni harus dilakukan bersama tanpa berat sebelah. Kemudian muncullah Van

Deventer yang mengatakan bahwa Indonesia telah berjasa membantu

pemerintah Belanda memulihkan keuangannya meskipun dengan penuh

pengertian, oleh sebab itu sudah sewajarnya kalau kebaikan orang Indonesia

itu dibayar kembali.

Tulisan Van deventer ternyata berpengaruh besar. Proses politik pun terus

bergulir hingga tahun 1901, Ratu Wilhemina mengumumkan perlunya suatu

penyelidikan tentang kesejahtraan rakyat Jawa. Inilah yang disebut Politik Etis.

Van Deventer yang kemudian dikenal sebagai "Bapak Pergerakan Politik Etis"

telah menempatkan kesejahteraan penduduk pribumi di atas segala-galanya

dan ia menjadi penentang kemiskinan di jawa sebagai akibat tanam paksa.

Politik etis memberikan edukasi (pendidikan), emigrasi (Pemindahan

penduduk), dan Irigasi (pengairan) bagi penduduk pribumi.

B. Budi Utomo

Corak baru yang diperkenalkan Budi Utomo adalah kesadaran lokal yang

diformulasikan dalam wadah organisasi modern, dalam arti bahwa organisasi

itu mempunyai pimpinan, ideologi yang jelas dan anggota. Lahirnya Budi

Utomo, telah merangsang berdirinya oragnisasi-organisasi pergerakan lainnya

yang menyebabkan terjadinya perubahan sosio-politik Indonesia.


Budi Utomo (BU) bersifat kooperatif dengan pemerintah kolonial, karena BU

menempuh cara dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi pada waktu itu

sehingga wajar jika BU berorientasi kultural. Dalam perjalanannya, BU dengan

fleksibilitasnya itu mulai menggeser orientasinya dari kultur ke politik. Edukasi

barat dianggap penting dan dipakai sebagai jalan untuk menempuh jenjang

sosial yang lebih tinggi.

BU bukan hanya dikenal sebagi salah satu organisasi nasional yang pertama di

Indonesia,

Setelah boedi Oetomo, bermunculan organisasi lainnya. Pada bulan September

1908 orang-orang Ambon mendirikan asosiasi yang disebut Ambonsch

Studiefonds. Pada tahun 1909dana lain-lain. Selajutnya, pada tahun 1911 Haji

Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam. Organisasi yang kemudian

menjadi Sarekat Islam ini berkembang pesat. Kemudahan persyaratan menjadi

anggota dan orientasi organisasi yang mengutamakan kepentingan rakyat kecil

C. Sarekat Islam

Organisasi Serikat Islam didirikan pada akhir tahun 1911 atau awal tahun 1912

di Surakarta. Secara umum diterima bahwa gerakan ini dibentuk H.

Samanhudi, seorang pengusaha batik terkenal di kampung Lawean. Yang

merupakan salah satu pusat terpenting kerajinan batik di Indonesia yang dalam

abad ke 19 berhasil menyaingi kerajinan tekstil Eropa, dengan

keberhasilannya ditemukannya metode cap.

Perjalanan dan perkembangan SI yang awal didirikannnya ini sering bentrok

dengan orang Cina berkembang dan telah pula menyebar keluar Surakarta

bersamaan dengan gerakan emansipasi, sehingga semakin banyak cabang dan


anggota SI. Pada 26 januari 1913, diadakan kongres Si di Surabaya. Dalam

pertemuan ini H Samanhudi dia sambut besar-besaran oleh para anggota SI.

Pada 23 maret diadakan lagi kongres umum yang kedua di Surakarta. Yang

memilih H Saman hudi sebagai ketua dan Tjokroaminoto sebagai wakil

ketuanya. Dalam kongres ini diperkirakan puuhan ribu yang mengikutinya,

yang datang dari berbagai daerah. Ssudah kongres di Surabaya dan Surakarta

perkembangan Si semakin pesat. Propaganda secara massal dilakukan oleh

perkumpulan baru ini.

Dalam pelbagai pikiran tentang emansipasi yang berlaku dikalangan SI dapat

dibedakan unsur -unsur:

1. penolakan akan bermacam-macam prasangka negatif terhadap golongan

pendudukan indonesia dan perlakuan yang tidak sama antara bangsa indonesia

dengan bukan Indonesia

2. penghargaan positif tehadap identitas sendiri

3. cita-cita penentuan nasib sendiri dalam politik

4. anti kapitalisme

D. Indische Partij

Keistimewaan IP adalah usianya yang sangat pendek, tetapi dijadikanpertama

Organisasi ni didirikan oleh E.F.E Douwes Dekker di Bandung pada 25

Desember 1912. IP adalah organisasi anggaran program dsarnya politik

Indonesia.dicampuran yang menginginkan kerjasama orang Indo dan

Bumiputera. Gerakan IP sangatlah mengkhawatirkan pemerintah Kolonial

Belanda, karena IP brsifat radikal dalm menuntut kemerdekaan Indonesia.

E. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta tanggal 18

Nopember 1912, organisasi ini bertumpu pada cita-cita agama. Sebagai aliran

modernis Islam, organisasi ini ingin memperbaiki agama umat Islam Indonesia.

Agama Islam sudah tidak utuh dan murni lagi karena pemeluknya terkungkung

dalam kebiasaan yang menyimpang dari

asalnya yaitu Kitab Suci Al Qur'an. Dorongan dari luar yang melahirkan

organisasi modernis Islam itulah politik kolonial sendiri terhadap

pengembangan agama Islam yang menginginkan agar agama Islam tetap tidak

murni dan utuh. Karena itu kembalinya ke agama yang murni dan utuh

mengkhawatirkan pemerintah karena pemerintah tidak dapat mencampuri dan

mengawasi perkembangan organisasi sesuai dengan kepentingan pemerintah.

Bidang kemasyarakatan yang ditempuhnya adalah dengan mendirikan rumah

sakit, poliklinik, rumah yatim piatu yang dikelola oleh lembaga- lembaga.

Usaha di bidang sosial ini ditandai dengan berdirinya Pertolongan

Kesengsaraan Umum (PKU) pada tahun 1923 dan ini merupakan bentuk

kepedulian sosial dan tolong menolong sesama muslim.

F. Nahdlatul Ulama

NU adalah organisasi sosial keagamaan atau jam'iyyah diniyah Islamiyah yang

didirikan oleh para ulama (Hasyim Asy'ari), pemegang teguh salah satu dari

empat madzhab berhaluan Ahlusunnah wal jam'ah, yang bertujuan tidak saja

mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam tetapi juga memperhatikan

masalah sosial ekonomi, dan sebagainya, dalam rangka pengabdian kepada

umat manusia. Pada dasarnya NU tidak mencampuri urusan politik dan dalam

kongresnya pada bulan Oktober 1928 di Surabaya diambil keputusan untuk


menentukan reformasi kaum modernis dan perubahan- perubahan yang

dilakukan Wahabid Hijaz.

G. Partai Komunis Indonesia

Sosialisme dipandang sebagai lambang kemodernan yang akan membawa

keadilan sosial, kemakmuran, dan kemerdekaan bangsa terjajah. Tanggung

jawab memperkenalkan pikiran dilimpahkan pada sekelompok kecil marxis

Belanda yang pada waktu itu organisasi itu adalah Sneevliet, Brandsteder, dan

Dekker, sedangkan dari pihak Indonesia yang terkenal adalah Semaun. ISDV

berusaha mencari kontak dengan IP dan SI untuk mendekati rakyat tetapi tidak

berhasil.

Pada tahun 1920 PKI bergabung dengan Comintern (Communist International)

yang merupakan forum dan pusat eksekutif bagi partai-partai komunis seluruh

dunia. Sementara itu juga PKI mendapat kekuatan di kalangan buruh, sebagai

akibat dari depresi ekonomi. Namun pada akhirnya, PKI hancur dalam proses

perebutan kekuasaan dan pemerintah melakukan penindasan secara

besar-besaran.

H. Perhimpunan Indonesia

Dampak politik etis ternyata sangat besar keberadaan IV (indische vereeniging)

pada tahun 1922 kemudian berganti nama menjadi PI (Perhimpunan Indonesia)

pada tahun 1925 adapun tokoh-tokoh PI yang muncul pada saat itu adalah Iwa

Kusumasumantri, Moh Hatta, JB Sitanala, Sastramulyana,

D.Mangunkusomo dan mereka pun kemudian menerbitkan majalah Indonesia

Merdeka penerbitan majalah itu adalah suatu usaha menciptakan identitas

baru bagi kekuatan nasionalis diluar tanah air.


PI merupakan organisasi radikal sebagai akibat pemikiran Moh Hatta, dialah

yang menyebabkan PI berkembang dan dialah yang merangsang intelektual

rekan-rekannya. Oleh karena itu PI mempunyai beberapa tujuan pokok dalam

perjuangannya:

a. Membentuk suatu negara Indonesia merdeka

b. Partsipasi seluruh lapisan rakyat Indonesia dalam suatu perjuangan terpadu

untuk mencapai

kemerdekaan

c. Konflik kepentingan antara penjajah dan yang dijajah harus dilawan dengan

mempertajam dan mempertegas konflik. Konflik ditujukan untuk melawan

penjajah

d. Pengaruh buruk penj ajahan Belanda terhadap kesehatan fisik dan psikis

bangsa Indonesia harus segera dipulihkan dan dinormalkan dengan cara terus

berjuang mencapai kemerdekaan

Aktivitas PI senantiasa gencar dilakukan baik oleh mahasiswa ditanah air

maupun yang ada dinegeri Belanda. Para mahasiswa ini secara teratur

melakukan diskusi dan mengkritik pemerintah Belanda serta menuntut

kemerdekaan Indonesia dengan cepat.

I. Partai Nasional Indonesia

Latar belakang didirikannya PNI adalah akibat dari situasi sosio-politik serta

pasca dilarangnya kegiatan yang berbau komunis, pada tahun 1927 berdirilah

PNI yang dipelopori oleh Soekarno dan mayoritasnya anggotanya berasal dari

Algemene Studie Club Bandung yang merasa aspirasinya tidak tersalurkan

pada organisasi lain. Tujuan PNI pada waktu adalah mencapai Indonesia
merdeka, dengan asas self help atau berdikari, nonkoperasi, serta marhaenisme.

Dalam perjuangannya seringkali PNI melalui Soekarno sebagai penarik massa karena

kelihaianya akan berorasi mampu membuat PNI menjadi organisasi yang banyak

pengikutnya, selain itu Soekarno pun selalu membuat propaganda yang mampu

membakar semangat rakyat seperti perlunya menghilangkan ketergantungan pada

pemerintah kolonial, serta perlawanan antara front kulit putih dengan sawo matang.

Perjuangan PNI yang semakin subur ternyata pengundang petaka bagi Sukarno.

Organisasi yang semakin keras mulai dicium oleh polisi Belanda. Sukarno dan

partainya dituduh akan melakuakn revolusi. Dari berita itulah, pada 29 desember 1929

dia dan teman-temannya ditangkap dan dimajukan ke pengadilan. Untuk menghindari

intimidasi Belanda, pada 1930 PNI mengadakan rapat (konferensi) luar biasa untuk

membahas keberlanjutan. Berdasarkan ketetapan hasil konferensi, PNI dibubarkan,

kemudian dibentuk Partindo (Partai Indonesia).

J. Kongres Pemuda dan Sumpai Pemuda

Nasionalime bukan hanya menjadi milik organisasi-organisasi politik tapi

kemudian menjadi milik para pelajar dan pemuda yang kemudian terhimpun

kedalam PPPI (perhimpunan-perhimpunan pelajar indonesia), organisasi

tersebut didirikan tahun 1926 dan merupakan perkumpulan mahasiswa Recht

Schoolgeschar dan STOVIA untuk merealisasikan persatuannya dan

menghilangkan sifat-sifat kedaerahan dan mencapai Indonesia satu maka

diadakanlah suatu kongres yang bertujuan membentuk badan sentral,

mengajukan paham kesatuan, dan semakin mempererat hubungan diantara

semua perkumpulan pemuda kebangsaan.

K. Partindo
Partindo merupakan pecahan dari PNI pimpinan Soekarno dan setelah

Soekarno selesai menyelesaikan hukumannya ia langsung diajak bergabung

dalam partai baru ini oleh Mr. Sartono karena dengan adanya Soekarno di

Partindo akan menarik lebih banyak massa pendukung melalui propaganda

dan orasi Soekarno.

Tujuan dari Partindo sendiri ialah mencapai satu negara Republik Indonesia

merdeka dan kemerdekaan akan tercapai jika ada persatuan seluruh bangsa

Indonesia, konsep sosio- demokrasi dan sosio-nasionalisme dari Soekarno

diterima sebagai cita-cita yang dituju Partindo, realisasi perjuangan Partindo

tetap dengan cara nonkoperasi .

Partindo pun semakin rutin mengadakan kongres dan pada setiap kongresnya

selalu dijelaskan konsep Marhaenisme, keadilan sosial, kerakyatan dan

kebangsaan, serta persatuan Indonesia. Akibat dari propaganda yang

dilancarkna Soekarno pemerintah kolonial bersikap keras dan mengeluarkan

peraturan larangan bagi para pegawai negeri untuk tidak jadi anggota Partindo,

sehingga pada puncaknya gubernur jenderal De Jounge menangkap Soekarno

dan dibuang ke Ende Flores, dan Partindo pun menjadi sempit ruang geraknya

meski begitu Partindo berjalan sampai bubar tahun 1936.

Konsep Dasar IPS di SD/MI |251

L. Persatuan Bangsa Indonesia dan Partai Indonesia Raya

Gerakan kebangsaan memiliki tujuan utama yaitu menghapuskan penderitaan

rakyat melalui kegiatan ekonomi, sosial, dan politik. Pada pertengahan bulan

November 1930, kelompok Studi Indonesia di Surabaya yang berperan dalam

gerakan kebangsaan dengan mengetengahkan pikirannya melalui surat kabar


Soeloeh Rakyat Indonesia. Kemudian namanya menjadi PBI, yang lebih

menunjukan partai lokal dengan pusatnya di Surabaya. Tokohnya adalah

Soetomo yang berkewajiban memperbaiki kesejahteraan rakyat. Rukun Tani

yang didirikan PBI memiliki pengaruh luas di kalangan petani dan berhasil

meyakinkan perbaikan dan kesejahteraan petani terlebih pada masa depresi

ekonomi.

Pada waktu itu gerakan nonkooperasi sedang dalam kematian maka tidak

mengherankan kalau PBI mengkritik mereka dengan megatakan bahwa sikap

nonkooperasi memang perlu, tetapi tidak kuasa menghadapi pemerintah.

Sebaliknya PBI dikritik sebagai organisasi yang tidak mempunyai karakter

karena sikap politiknya kooperatif dan sifatnya insidentil, artinya kalau

menang tidak cocok dengan politik pemerintah organisasi ini tidak segan-segan

mengundurkan diri dari perwakilan (Pringgodigdo, 1964: 112).

M. Gerakan Rakyat Indonesia

Bekas pimpinan Partindo mendirikan Gerindo di Jakarta tanggal 24 Mei 1937.

Diantara pemimpinnya adalah A. K. Gani, Mr. Mohamad Yamin, dan Mr.

Sartono. Gerindo memiliki azas koperasi, mau kerjasama dengan pemerintah,

para anggotanya boleh duduk dalam badan perwakilan, organisasi ini bercorak

internasional dan sosialistis dan terus mempertahankan demokratis.

Pemimpin Gerindo tidak setuju dengan sebagian kaum nasionalis yang lebih

setuju pada faham fasisme daripada demokrsi. Untuk itu Gerindo bergerak di

bawah tanah memerangi fasisme, dengan dana 2.500 Yen Jepang pemberian

pemerintah Belanda untuk menentang Jepang. Dalam beberapa kongres,

Gerindo ingin mencapai bentuk masyarakat yang bersendikan demokrasi


politik, ekonomi dan sosial, dengan jalan demokrasi.

Ketidak sesuaian pendapat menyebabkan Mr. Muhamada Yamin dipecat, dan ia

mendirikan partai baru dengan nama Partai Persatuan Indonesia (Parpindo)

pada tanggal 21 Juli 1939 di Jakarta. Sifatnya koperasi dengan mengusung asas

sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.

N. Pergerakan Nasional, 1940-1942

Sejak digantikannya Gubernur Jenderal de Jonge oleh Gubernur Jenderal

Stachouwer (1936-1942), organisasi pergerakan nasional terus mengalami

berbagai hambatan dan tekanan, meskipun pada waktu itupergerakan nasional

diwakili oleh Parindra, Gerindo dan Gapi, tetapi organisasi ini tidak dapat

berbuat banyak.

Pemerintahan Tjarda kemudian yang kersa, tidak memberkan perubahan.

Kehidupan rakyat tidak bertambah baik. Dalam posisi internasional kedudukan

Belanda makin sulit dengan berbagai desakan dari rakyat Indonesia untuk

melakukan perbaikan sosial dan politik. H.M.Thamrin merupakan satu-satunya

juru bicara rakyat yang dianggap sebagai ancaman oleh pemerintah

Kekuatan politik pada waktu itu : Parindra terdiri dari golongan menengah,

tinggi dan kalangan cendikiawan, sedangkan Gerindo terdiri dari golongan

menewngah dan kecil serta bekas anggota PKI. Anggota PNI lama menyebar ke

semua partai dari

Parindra sampai ke PSII dan Muhammadiyah. Pada tahun 1940 partai-partai

yang tergabung dalam Gapi ada 47.000 anggota, sedangkan MIAI berjumlah

kira-kira 22.000 anggota, dan partai-partai kecil lain beranggotakan sekitar

11.400 anggota, seluruhnya yang aktif sekitar 80.700 orang. Diperkirakan


bahwa orang Indonesia yang ikut menentang pemerintah kolonial menjadi

200.000 orang, sedangkan yang pro kolonial sedikit sekali.

P. Partai Politik: Legal dan Ilegal

Pada masa pendudukan Jepang pergerakan politik dilarang dan dibubarkan.

Oleh karenanya sebagian oragnisasi pergerakan melakukan gerakan bawah

tanah (ilegal) dan ada juga yang bekerjasama dengan Jepang (legal). Adapun

gerakan ilegal yang menolak bekerjasama dengan Jepang, diantaranya adalah

gerakan yang dipimpin oleh syahrir dan Amir Syarifudin, akan tetapi Syahrir

kemudian merubah haluan politiknya dan bekerjasama dengan Jepang. Untuk

mengambil hati bangsa Indonesia, mula-mula pemerintah Jepang bersifat

lunak. Untuk merealisasikan kerjasama dengan bangsa Indonesia, Jepang

mendirikan "Gerakan Tiga A" pada bulan April 1942. untuk memimpin

organisasi itu, R Syamsudin diangkat sebagai ketuanya. Pemerintah militer

Jepang berusaha memobisasi rakyat Indonesia melalui organisasi yang disebut

Gerakan Tiga A (Jepang pemimpin Asia, Pelindung Asia dan Pemimpin Asia)".

siding-sidang yang diselenggarakan, R. Oto Iskandar Dinata juga pernah

mengusulkan dibentuknya "barisan pengangkut" yang dapat bergerak cepat

untuk keperluan peran maupun untuk pengangkuta bahan pangan. Selain itu,

diusulkan juga pembentukan "Pasukan Palang Merah".

Pada tanggal 17 Juni 1943 pemerintah Jepang mengumumkan perubahan

politik dengan mengundang "Empat Serangkai" dan para pemimpin Indonesia

lainnya yang berpengaruh. Akhirnya Saiko Sikkan menetapkan tiga rencana

pokok yaitu (1) pembentukkan badan pertimbangan pemerintah pusat dan

daerah (2) pengangkatan pejabat tinggi bangsa Indonesaia (3) pengangkatan


bangsa Indonesai menjadi penasihat badan pemerintahan militer.

Q. BPUPKI dan PPKI

Dibentuknya BPUPKI merupakan langkah kongkrit pertama bagi pelaksanaan

janji perdana mentri Kosio tentang "kemerdekaan Indonesia kelak di kemudian

hari". Maksud didirikannya badan ini adalah untuk menyelidiki hal-hal penting

yang berhubungan dengan pembentukan Negara Indonesia merdeka. Badan ini

diresmikan pada tanggal 28 mei 1945 bertempat di Gedung Chuo Sang In, di

Pejambon. Sebelumnya dibentuk suatu panitia kecil berjumlah delapan orang

dibawah pimpinan Ir. Soekarno,R.Oto Iskandar Dinata menjadi anggota panitia

kecil ini bersama-sama dengan Drs. Moh Hatta, Soetardjo Hadikoesoemo,

Moeh. Jamin, dan A.A Maramis. Kemudian panitia kecil ini melakukan

pertemuan dengan anggota-anggota BPUPKI yang kemudian melahirkan

panitia sembilan. Panitia ini merumuskan maksud dan tujuan pembentukan

Negara Indonesia merdeka dalam rumusan yang dinamakan Piagam Jakarta.

R. Sekitar Proklamasi

1. Kekuatan dan Solidaritas Pemuda

Angkatan Muda Indonesia (AMI) menyelenggarakan kongres pemuda yang

dihasiri utisan pemuda, pelajar dan mahasiswa dari seluruh Jawa. Mereka

sependapat untuk bersatu menyiapkan proklamasi. Di dalm kongres tersebut

diajukan resolusi persatuan di bawah pimpinan nasional dan mempercepat

pelaksanaan kemerdekaan. Sebagian kelompok pemuda tidak puas, antara lain

Sukarni, Anwar Cokroaminoto dan Chaerul Saleh karen amereka menganggap

kongres itu dibawah pengaruh Jepang. Di dalam menciptakan proklamasi

kemerdekaan kelompok Sukarni menjadi penggabung gerakan


pelajar-mahasiswa.

2. Rengasdengklok

Perbedaan pendapat terjadi antara golongan tua dan golongan terjadi sebelum

dan mejelang proklamasi. Golongan muda, menginginkan proklamasi

dilaksanakan secara revolusioner. Oleh karenanya, mereka membawa

Soekarno-Hatta ke Rengasdenngklok untuk menandatangai Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 16 Agustus 1945.

3. Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia

Pada tanggal 14 Agustus 1945 Jepang mengalami pemboman di Hirosima dan

Nagasaki, tak ada pilihan lain selain menyerah ke Sekutu. Karena Sekutu belum

datang menerima penyerahan itu, terjadi kevakuman kekuasaan di Indonesia.

Inilah kesempatan yang dimanfaatkan oleh pejuang kita, akhirnya tanggal 17

Agustus 1945 Negara Indonesia merdeka diproklamasikan.

Sebuah pemerintahan yang baru itu memerlukan seorang presiden sebagai

pemimpin negara ini. Untuk itu PPKI mengadakan sidang pertama pada

tanggal 18 Agustus 1945, dipimpin oleh Ir. Soekarno. Dalam sidang ini

diputuskan hal penting, yaitu pengesahan UUD 45, pemilihan presiden dan

wakil presiden. Pengusulan Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta sebagai presiden

dan wakil presiden Sidang PPKI yang pertama dilangsungkan pada hari Sabtu,

19 Agustus 1945, di Gedung Chuo-Sangi-in, pukul 11.30 waktu Nippon (pukul

10.00 waktu Jawa).


BAB XII

SEJARAH PERANG KEMERDEKAAN DAN DIPLOMASI

A. Perang Kemerdekaan 1945-1949

Perjanjian Potsdam (salah satu kota di Jerman) tahun 1945 memberi kekuasan

pada sekutu dalam mengembalikan wilayah-wilayah negara-negara mereka

yang sebelumnya diambil alih oleh negara-negara porors axis (Jerman, Jepang

dan Italy). Berdasarkan perjanjian Potsdam, Belanda yang berkeinginan

kembali menguasai Indonesia, menyatakan bahwa Republik Indonesia yang

diproklamasikan pada 17 Agustus 1945 adalah suatu negara "boneka" bentukan

Jepang. Belanda menyatakan bahwa rakyat Indonesia sangat menderita waktu


dijajah Jepang, sehingga rakyat Indonesia membenci Jepang dan

kolaboratornya (pendukung proklamasi). Rakyat Indonesia menginginkan

untuk segera dibebaskan dari Jepang dan menunggu Tentara Sekutu untuk

membebaskan Indonesia (Pradjoko, 2016: 68-94).

Indonesia menganggap pernyataan di atas sebagai pengakuan de fakto atas

kemerdekaan Indonesia. Apalagi Letjen Christison menegaskan bahwa sekutu

(Inggris) tidak akan mencampuri urusan yang menyangkut status kenegaraan

Indonesia. Pernyataan Letjen Christison tersebut bernuansa politis, sebab

situasi dan kondisi yang dihadapi oleh tentara Inggris di Indonesia dalam posisi

yang terjepit. Antara kepentingan Belanda dan kenyataan yang dihadapi bahwa

Indonesia setelah memproklamasikan kemerdekaannya. Tentara Inggris

memandang bahwa yang paling aman bagi tentara Inggris untuk bertugas di

Indonesia dalam melucuti tentara Jepang adalah bekerjasama dengan pihak

Indonesia.

Sementara itu di Bali, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Barat Daya pertempuran

antara pihak Indonesia dan Belanda berjalan terus. Di Sulawesi Barat Daya,

karena kekuatan pihak Indonesia yang cukup kuat, maka Belanda

mendatangkan Kapten Raymond Westerling untuk menumpas perjuangan

pihak Indonesia. Westerling merupakan suatu sejarah kekejaman Belanda di

Indonesia. Menurut pihak Indonesia Westerling telah membantai 30.000 orang

sementara menurut sumber tidak resmi militer Belanda dinyatakan telah

membunuh 3.000 orang. Di Sulawesi Utara perlawan terhadap Belanda

dilakukan oleh serdadu-serdadu KNIl yang membelot.

Pertempuran-pertempuran dalam mempertahankan kemerdekaan antara tahun


1945-1949 berpengaruh terhadap perundingan-perundingan pihak Indonesia

dan Belanda. Ada beberapa periode yang dapat dikatakan bahwa pertempuran

relatif berhenti, yaitu pada beberapa bulan sebelum pasukan Inggris menarik

diri pada tahun akhir November 1946, satu dua bulan setelah perjanjian

Linggarjati. Di luar periode damai tersebut, pertempuran-pertempuran tetap

terjadi.

B. Menuju Perundingan

Alasan Belanda menolak untuk mengadakan kontak dengan pihak Indonesia

karena menganggap bahwa pihak yang berkuasa di Indonesia adalah

kolaborator Jepang. Untuk itu Esler Dening, penasehat Laksamana

Mounbattten, memberitahu Soekarno bahwa di mata Sekutu kabinet Soekarno

tidak dapat diterima untuk berunding dengan Belanda karena Soekarno

dianggap sebagai kolaborator Jepang. Suatu perubahan kepemimpinan sangat

diperlukan agar wakil Indonesia akan dilihat sebagai orang-orang yang tidak

mempunyai kaitan dengan Jepang.

Pihak Belanda menolak usul dari pihak Indonesia. Van Mook secara pribadi

kemudian mengusulkan Republik Indonesia diakui sebagai wakil Jawa untuk

mengadakan kerjasama dalam rangka pembentukan negara federal yang bebas

dalam lingkungan Kerajaan Belanda. Wakil semua bagian Hindia

Belanda dan wakil semua golongan minoritas akan berkumpul untuk

menetapkan struktur negara Indonesia di masa depan. Selanjutnya tentara

Belanda akan menggantikan tentara Serikat.

Pada akhir Maret 1946, Sjahrir memberikan jawaban yang meminta Belanda

mengakui kedaulatan de facto Republik Indonesia atas Jawa dan Sumatra serta
meminta kerjasama dalam membentuk RIS.

Keinginan Belanda tersebut mendapat penolakan dari pihak Indonesia sehingga

Belanda melakukan agresi militer pada 21 Juli 1947. Belanda tidak menyebut

serangannya ke Indonesia sebagai agresi, melainkan "aksi polisionil" untuk

mencitrakan bahwa serangan yang mereka lakukan adalah suatu tindakan

pengamanan di dalam negeri untuk menghadapi para "pengacau keamanan".

Perjanjian Linggarjati telah memaksa Belanda untuk duduk sejajar dalam

perundingan untuk pertamakali dengan Indonesia. Secara langsung maupun

tidak langsung Pemerintah Belanda mengakui de facto eksistensi kedaulatan

Republik Indonesia.

Indonesia melakukan perluasan hubungan dengan negara- negara lain. untuk

memperoleh dukungan dunia internasional. Perwakilan Republik Indonesia di

Amerika Serikat yang dipimpin oleh Soemitro Djojohadikusumo, Charles

Tambu, Sultan Hamzah, dan Soedjatmoko menandingi propaganda

Hubungan dengan India semakin kokoh dengan adanya undangan Pandit

Jawaharal Nehru kepada Sjahrir untuk menghadiri sidang Inter-Asian Relations

Conference. Konferensi tersebut berlangsung pada 23 Maret sampai 1 April

1947 dan merupakan suatu konferensi Asia pertama. Arti Inter-Asian Relations

Conference sangat penting bagi Indonesia karena dihadiri oleh bangsa-bangsa

di Asia. Republik Indonesia mengirimkan suatu delegasi yang besar yang terdiri

dari tiga puluh orang, dengan ketua Abu Hanifah. Sjahrir bersama Agus Salim

turut serta menghadiri konferensi. Pada kesempatan konferensi itu

anggota-anggota delegasi Republik

Untuk itu, Agus Salim setelah menghadiri konferensi di India kemudian


melanjutkan perjalanan ke negara-negara Arab. Hasil dari perjalanan tersebut

beberapa negara Arab mengakui pemerintahan Republik Indonesia tanpa

dibatasi oleh peraturan- peraturan persetujuan Linggarjati. Negara-negara

tersebut adalah Mesir, Irak, Syria, Lebanon, Saudi Arabia, Afghanistan, dan

Yaman.

Akibat dari kesuksesan misi diplomasi Indonesia, hubungan Republik Indonesia

dan Belanda menjadi buruk. Hubungan buruk itu ditandai dengan sering

terjadinya insiden bersenjata. Untuk menghindari konfrontasi militer, Sjahrir

kemudian memberikan konsensi-konsensi kepada Belanda.

C. Perjanjian Roem Royen

Dalam pandangan Belanda, persetujuan Renville telah mengalami kegagalan

karena Moh Hatta dianggap telah menarik kembali janjinya kepada Menteri

Belanda yang berkunjung ke Yogyakarta pada Desember 1948. Pelaksanaan

persetujuan Renville yang ditandatangani pada awal Januari 1948 setelah

berunding selama satu tahun tanpa hasil. Belanda selalu mengulur waktu, dan

berupaya untuk menyerang Indonesia. Hal itu terbukti ketika Belanda

melakukan agresi militer yang ke I

Pada persidangan DK-PBB ke-173 tanggal 1 Agustus 1947 muncul suatu sikap

menentang atas resolusi yang diajukan oleh Australia di atas. Penentangan

dimotori oleh Amerika Serikat, yang menolak pencantuman setiap fasal-fasal

Piagam PBB maupun Linggarjati. Sebagai gantinya Amerika Serikat

mengajukan suatu resolusi yang menganjurkan agar DK-PBB menunggu

perkembangan lebih lanjut mengenai peristiwa- peristiwa yang terjadi di

Indonesia. Usulan Amerika Serikat disetujui oleh persidangan dengan


perbandingan suara setuju sebanyak 8, dan abstains 3 suara.

Sikap Amerika Serikat tersebut didasarkan pada kepentingan politik dan

ekonomi Amerika Serikat, yaitu untuk menghindarkan campur tangan Uni

Soviet dalam masalah

Indonesia-Belanda. Dukungan Uni Soviet dikhawatirkan akan meningkatkan

rasa solidaritas di Asia dan negara-negara Arab.

Hasil dari persidangan DK-PBB ke 173 tersebut dilaporkan ke Amir Sjariffudin

oleh Ketua DK-PBB, Faris El Kouri. Laporan tersebut diterima sehari kemudian

oleh Amir Sjariffudin yang sedang ditahan oleh Belanda di Jakarta. Belanda

selalu berupaya untuk menahan segala bentuk komunikasi antara pihak

Indonesia dengan dunia luar. Termasuk komunikasi dengan PBB. Belanda

berpandangan bahwa masalah yang terjadi di Indonesia adalah masalah dalam

negeri Belanda.

Untuk memperlancar diplomasinya, pihak Indonesia sering melakukan kontak

diplomatik dengan wakil Cina-Nasionalis, India dan Australia. Sebelum sidang

DK- PBB dilaksanakan, biasanya dua hari sebelumnya pihak Indonesia

membicarakan mengenai segala kemungkinan yang akan terjadi dalam

persidangan dengan wakil- wakil dari negara di atas. Indonesia juga

memanfaatkan kedekatan negara-negara tersebut dengan negara-negara

anggota DK-PBB. India dan Australia diminta bantuannya oleh pihak Indonesia

untuk melobi negara-negara Persemakmuran Inggris (Commonwealth).

Sementara wakil dari Cina-Nasionalis diminta bantuannya untuk melobi

Amerika Serikat dengan pertimbangan bahwa Cina-Nasionalis merupakan

salah satu negara yang berpengaruh besar terhadap perekonomian Amerika


Serikat .

Cochran yang menjadi sponsor atas pertemuan Indonesia- Belanda

meng-usulkan agar mereka merumuskan suatu persetujuan dengan Belanda

sebelum Rapat Umum, karena perdebatan tentang masalah Indonesia tidak

bisa diharapkan menghasilkan dukungan yang besar untuk Indonesia. Delegasi

dan para pimpinan Republik bersedia diajak berunding dan menilai Cochran

berbicara untuk Amerika Serikat. Apabila tidak menerima usul Cochran

ditakutkan Indonesia akan kehilangan dukungannya dari Amerika Serikat.

Walaupun ada keyakinan bahwa RI tetap mampu memenangkan kemerdekaan

penuh, tetapi dengan dukungan-dukungan Amerika Serikat akan mempercepat

pencapaian kemerdekaan, memperkecil jumlah korban dan tanpa resiko

menjebloskan RI ke dalam krisis ekonomi dan politik akibat suatu peperangan

yang lama. Akhirnya pada l7 Mei 1949, perundingan yang disponsori oleh

Cochran dan dikenal dengan persetujuan Roem-Royen, secara resmi diterima

oleh delegasi RI dan Belanda, dengan persetujuan ini, pemerintah RI tidak

dengan

sendirinya mau melaksanakan tiga tuntutan Belanda sebagai suatu prasyarat

untuk diizinkan kembali ke Yogyakarta. Akan tetapi, kemudian disetujui oleh

Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta untuk memberikan "jaminan pribadi"

dengan tujuan menyesuaikan diri dengan Resolusi 28 Januari dan Dewan

Keamanan dan pengarahan DK tanggal 23 Maret:

1. Mengeluarkan perintah agar pasukan-pasukan bersenjatanya meng-hentikan

perang gerilya.

2. Bekerjasama dalam mengembalikan kedamaian dan menjaga ketertiban dan


keamanan

3. Berpartisipasi dalam suatu Konferensi Meja Bundar di Den Haag dengan

tujuan mempercepat penyerahan kedaulatan yang nyata, tanpa syarat dan

penuh kepada Republik Indonesia Serikat.

a. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta menyatakan akan

mendorong agar pemerintah Republik Indonesia mau menerima kebijakan

semacam itu secepat mungkin setelah kembali ke Yogyakarta.

D. KonferensiMejaBundar(KMB)

Pada 12 Maret 1949 guna membicarakan masalah Indonesia dan merundingkan

syarat-syarat "penyerahan" kedaulatan serta pembentukan Uni

Indonesia-Belanda. Pemerintah Belanda mengutus Dr. Koets sebagai Wakil

Tinggi Mahkota untuk menemui Ir. Soekarno bersama beberapa pembesar RI

lainnnya yang ditawan di Bangka, untuk menyampaikan maksud pemerintah

Belanda dan mengundang Ir. Soekarno untuk menghadiri Konferensi itu di Den

Haag. Tanggal 3 Maret 1949 Presiden Soekarno mengadakan pembicaraan

dengan penghubung BFO dan menegaskan mengenai perlunya

kedudukan pemerintahan RI dipulihkan sebagai syarat dilangsungkannya

perundingan selaras dengan Resolusi DK- PBB. Tanggal 4 Maret Presiden

Soekarno menyatakan penolakannya untuk menghadiri KMB kecuali dengan

syarat, yaitu:

1. Pengembalian kekuasaan RI adalah syarat mutlak untuk memulai

perundingan.

2. Kedudukan dan kewajiban komisi PBB untuk Indonesia dalam membantu

melaksanakan Resolusi PBB tidak akan terganggu.


Pada 1 Agustus 1949 akhirnya disetujui bahwa gencatan senjata antar Belanda

dan Republik akan dilaksanakan secara serentak oleh kedua belah pihak pada 3

Agustus dan berlaku pada 11 Agustus di Jawa, serta pada 15 Agustus di

Sumatera. Sesudah tanggal tersebut, delegasi Republik dan delegasi BFO yang

masing-masing diketuai oleh perdana menteri Hatta dan Sultan Hamid dari

Kalimantan Barat, berangkat ke Den Haag, tempat diadakannya Konferensi

Meja Bundar untuk membicarakan penyerahan kedaulatan pada RI yang

dimulai pada 23 Agustus.

Selama periode dua bulan menjelang Konferensi Den Haag, senator-senator

yang sebelumnya mendesak diputus bantuan ECA kepada Negeri Belanda,

terus- menerus mendesak Departemen Luar Negeri untuk memastikan agar

kemerdekaan diberikan kepada Indonesia. Pada akhirnya mulai tanggal 23

Agustus-2 November 1949 diselenggara-kanlah suatu Konferensi Meja Bundar

di Den Haag, Belanda. Moh. Hatta men-dominasi pihak RI selama jalannya

perundingan- perundingan yang menghasilkan pengakuan kedaulatan bagi

Republik Indonesia.
BAB XIII

KONSEP DASAR PEREKONOMIAN

A. Hakikat Ekonomi

Ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih

dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya

ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat

pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Permasalahan itu kemudian

menyebabkan timbulnya kelangkaan (Inggris: scarcity).

Kata "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti

"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan,


hukum," dan secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau

"manajemen rumah tangga" khususnya penyediaan dan administrasi

pendapatan (Sastradipoera, 2001: 4). Namun sejak perolehan maupun

penggunaan kekayaan sumberdaya secara fundamental perlu diadakan

efesiensi termasuk pekerja dan produksinya, maka dalam bahasa modern

istilah 'ekonomi' tersebut menunjuk terhadap prinsip usaha maupun metode

untuk mencapai tujuan dengan alat=alat sesedikit mungkin. Di bawah ini akan

dijelaskan beberapa definisi tentang ilmu ekonomi.

Sebagai akibatnya sifat keberlakuan generalisasinya yang berupa dalil-dalil

atau hukum- hukum dan teori-teorinya akan tergantung kepada konteks ruang

dan waktu serta tidak mutlak. Jadi sifat keberlakuan dalil-dalil atau hokumhukumnya adalah
bersyarat. Yaitu bila yang lainnya tidak berubah Syarat ini

bisa disebut juga dengan "Cateris Paribus". Hal ini disebabkan oleh

hukum-hukum ekonomi merupakan pernyataan-pernyataan tentang

tendensi-tendensi ekonomi. Ia merupakan hukum-hukum yang berhubungan

dengan tingkah laku sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya,

di mana tingkah laku tersebut juga dipengaruhi atau tergantung kepada situasi

dan kondisi yang berlaku pada suatu saat. Jadi ilmu ekonomi sebagai bagian

dari ilmu sosial tetap tidak dapat melepaskan dirinya dari keterbatasanketerbatasan yang
dimiliki oleh ilmu sosial.

B. Makroekonomi dan Mikroekonomi

Ditinjau dari ruang-lingkup/cakupannya, ilmu ekonomi juga dapat dibedakan

atas makroekonomi dan mikroekonomi (Samuelson dan Nordhaus, 1990: 99).

Istilah "makroekonomi" itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh

Ragnar Frisch pada tahun 1933, untuk diterapkan pada studi mengenai
hubungan antar agregat ekonomi yang bersifat luas, seperti; pendapatan

nasional, inflasi, pengangguran agregat, neraca pembayaaran

Instrumen kebijakan makroekonomi adalah moneter dan fiskal. Kebijakan

moneter dilaksanakan oleh bank sentral, sebagai contoh oleh Bank Indonesia.

Ketat/tidaknya kebijakan ini dapat diukur dari tingkat suku bunga riil (suku

bunga nominal dikurangi tingkat inflasi) atau melalui pertunbuhan penawaran

uang (yang didefinisikan secara berbeda-beda)> Salah satu keuntungan

kebijakan moneter sebagai alat untuk mempengaruhi perekonomian adalah

berbeda dari kebijakan fiskal., kebijakan ini bisa dikaji ulang dan diubah secara

kontinu berdasarkan informasi baru Sedangkan kebijakan fiskal adalah

perpajakan dan pembelanjaan masyarakat yang dikontrol oleh pemerintah

yang tunduk pada ketentuan- ketentuan yang telah mendapat engesahan dari

badan legislatif.

Terdapat enam topik yang sering dipresentasikan dalam ekonomi mikro, yakni;

(1) teori perilaku konsumen, (2) teori pertukaran, (3) teori produksi dan biaya,

(4) teori perusahaan, (5) teori distribusi, dan (6) teori ekonomi kesejahteraan

(Asimakopulos, 2000: 661). Tema umum yang mendasari semua topik tersebut

adalah upaya dari para aktor individual untuk meraih suatu posisi yang optimal,

dengan nilai-nilai parameter yang membatasi pilihan mereka. Para konsumen

berusaha untuk memaksimalkan kepuasan (atau kegunaan), sesuai dengan

selera, pendapatan mereka dan harga barang- barang; perusahaan berusaha

memaksimalkan laba mereka, dan ini berarti bahwa dengan tingkat output

berapa- pun diproduksi dengan biaya terendah.

C. Konsep Ilmu Ekonomi


1. Skarsitas

Skarsitas" atau "kelangkaan" adalah sebuah prinsip bahwa sebagian besar barang

yang diinginkan orang hanya tersedia dalam jumlah yang terbatas (kecuali seperti

barang bebas seperti udara). Dengan demikian barang umumnya dalam keadaan langka

dan harus dijatah, baik melaui mekanisme harga maupun cara lainnya

2. Produksi

"Produksi" dapat diartikan secara luas dan sempit. Dalam pengertian luas

"produksi" adalah segala usaha untuk menambah atau mempertinggi nilai atau

faedah dari sesuatu barang. Sedangkan dalam arti sempit "produksi" adalah

segala usaha dan aktivitas untuk menciptakan suatu barang atau mengubah

bentuk suatu barang menjadi barang lain.

3. Konsumsi

Secara sederhana pengertian "konsumsi' adalah segala tindakan manusia yang

dapat menimbulkan turunnya atau hilangnya "faedah atau guna" sesuatu

barang. Pengertian tersebut dapat dibandingkan dengan Samuelson dan

Nordhaus

4. Investasi

"Investasi" dapat diartikan sebagai perubahan stok modal dalam kurun waktu

tertentu, bisanya satu tahun buku (Mullineux, 2000: 522). Makna "investasi"

tersebut sering dikacaukan dengan investasi keuangan (financial investment)

yang definisinya adalah pembelian aset-aset keuangan seperti saham dan

obligasi yang nantinya akan akan dijual kembali begitu harganya meningkat,

dan hal itu lebih terkait dengan analisis jasa. "Investasi" juga berbeda dari

"investasi inventori", yakni penyimpanan atau perubahan stok produk final,


produk setengah jadi, atau bahan-bahan mentah.

5. Pasar

"Pasar" adalah sebuah mekanisme yang melaluinya para pembeli dan para

penjual berinteraksi untuk menentukan harga dan melakukan pertukaran

barang dan jasa (Samuelson dan Nordhaus: 2003; 29). Dengan demikian pasar

pada hakikatnya juga merupakan keseluruhan permintaan dan penawaran

barang serta jasa.

6. Uang

Uang secara umum dilihat dari fungsinya dapat didefinisikan sebagai alat tukar

(Sastradipoera, 1991: 397- 398). Uang juga berfungsi sebagai sebagai satuan ukuran

(standard for valuing things) maupun memiliki fungsi turunan (seperti sebagai standard

perincian utang atau standard deferred payments, dan sebagai alat penyimpan

kekayaan).

7. Letter of Credit

"Letter of Credit" (L/C) adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank devisa atas

permintaan importir nasabah bank devisa bersangkutan dan ditujukan kepada eksportir

di luar negeri yang menjadi relasi dari importir tersebut

8. Neraca Pembayaran

"Neraca pembayaran" (balance of payments) adalah keseluruhan catatan

akuntansi dari transaksi-transasksi internasional suatu negara dengan negara

lainnya (Thirlwall, 2000: 58). Penerimaan valuta asing dari penjualan barang

dan jasa disebut ekspor dan sebagai item kredit dalam apa yang disebut neraca

transaksi berjalan (current account) yang merupakan salah satu bagian dari

neraca pembayaran. Sedangkan pembayaran valuta asing untuk pembelian


barang- barang dan jasa disebut impor dan muncul sebagai item debet dalam

neraca berjalan.

9. Bank (Perbankan)

Istilah "bank" mempunyai arti yang sebenarnya dan sudah berakar khususnya

pada masyarakat Eropa bermakna "meja" atau "kounter". Pengertian "meja"

yang dimaksud adalah "meja" yang sering dipakai tempat penukaran uang di

pasar pada Abad Pertengahan dan bukan "meja" yang dipakai oleh para "lintah

darat"

10. Koperasi

"Koperasi" adalah sebuah gerakan ekonomi maupun sebagai badan usaha

(Chaurmain dan Prihatin, 1994: 364). Sebagai gerakan ekonomi, koperasi

mempersatukan sejumlah orang- orang yang mempunyi kebutuhan yang sama

dan sepakat bahwa kebutuhan bersama itu akan direncanakan, dilaksanakan,

dikendalikan dan diawasi, serta dipertanggungjawabkan secara bersama

berdasarkan asas kekeluargaan dan kebersamaan. Sedangkan sebagai badan

usaha milik bersama, koperasi merupakan sebuah badan yang bertujuan

melakukan usaha pemenuhan kebutuhan bersama seluruh anggota

11. KebutuhanDasar

Menurut Townsend (2000: 61) istilah kebutuhan dasar dipakai secara luas sejak

Konverensi Tenaga Kerja Dunia (ILO) yang berlangsung di Jenewa tahun 1976,

mengemukakan bahwa bahwa kebutuhan dasar memiliki dua unsur: Pertama,

meliputi jumlah minimum tertentu

12. Kewirausahaan

Konsep "kewirausahaan" atau "entrepreneurship" merujuk kepada suatu sifat


keberanian, keutamaan dan dalam mengambil risiko dalam kegiatan inovasi

(Samuelson dan nordhaus, (1990: 518). Dari kata entrepreneur tersebut maka

muncullah tafsiran yang beragam, seperti; merchant (pedagang), "pemilik

usaha", sampai "petualang". Para wira usaha adalah penggerak atau motor

ekonomi, karena fungsi inovasi yang mereka jalankan menduduki tempat

sentral.

13. Perpajakan

Konsep "perpajakan" mengacu kepada suatu pembayaran yang dilakukan kepada

pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluaran yang dilakukan dalam hal

menyelenggarakan jasa-jasa, untuk kepentingan umum, yang sekaligus sebagai sumber

pendapatan negara

14. Periklanan

Istilah "perikalanan" mengacu pada suatu komunikasi pasar yang dilakukan para

penjuan barang dan jasa. Pada mulanya yang paling banyak memperhatikan bidang ini

ini adalah para ekonom, dan pembahasannya didasrkan pada konsep kunci informasi

dalam konteks struktur pasar di tingkat lokal maupun nasional

15. PerseroanTerbatas

Konsep "perseroan terbatas" merupakan konsep yang paling populer dalam

ekonomi, yang mendasarkan kepemilikan dan tanggung jawab pada sejumlah

saham, dan sepenuhnya diakui sebagai badan hukum.


BAB XIV

STRUKTUR DAN SISTEM PEREKONOMIAN INDONESIA

A. Sistem Perekonomian di Indonesia

1. Bentuk sistem perekonomian Indonesia

Dalam pidato yang diucapkan oleh wakil presiden RI dalam konferensi

ekonomi di Yogyakarta pada tanggal 3 febuari 1946 dikatakan bahwa dasar

politik perekonomian RI terpancang dalam UUD 1945 pasal 33. Sementara itu,

Sumitro Djojohadikusumo dalam pidatonya di hadapan “School of Advanced

International Studies” Washington D.C tanggal 22 Febuari 1949 juga


menegaskan bahwa yang dicita-citakan ialah suatu macam ekonomi campuran

yaitu lapangan-lapangan tertentu akan dinasionaliasi dan dijalankan oleh

pemerintah, sedangkan yang lainnya akan terus terletak dalam lingkungan

usaha partekelir.

Demokrasi Ekonomi memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas

kekeluargaan.

b. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat

hidup orang banyak dikuaswai oleh Negara.

c. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh

engara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

d. Sumber-sumber kekayaan dan keuangan engara digunakan dengan

permufakatan Lembaga-lembaga Perwakilan Rakyat

e. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilih pekerjaan yang

dikehendaki serta mempunyai hak akan pekerjaan dan penghidupan yang

layak.

f. Hak milik perorangan diakui dan pemanfaatannya tidka boleh bertentangan

dengan kepentingan masyarakat.

g. Potensi, inisiatif dan daya kreasi setiap warga Negara diperkembangkan

sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan umum.

h. Fakir miskin dan anak-anak etrlantar dipelihara oleh Negara

2. Ciri-ciri Sistem Ekonomi Pancasila

Menurut Mubyarto (1993: 53), Sistem Ekonomi Pancasila memiliki ciri-ciri

sebagai berikut (Cornelis Rintuh, 1995: 42):


a. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan moral;

a. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan kemerataan sosial

(egalitarianism), sesuai asas-asas kemanusiaan;

b. Prioritas kebijakan ekonomi adalah penciptaan perekonomian nasional yang

tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijaksanaan ekonomi;

c. Koperasi merupakan soko guru perekonomian dan merupakan bentuk yang

paling konkrit dari usaha bersama;

d. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat

nasional dengan desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk

menjamin keadilan sosial.

3. Sistem Ekonomi Kerakyatan

Sistem Ekonomi Kerakyatan adalah Sistem Ekonomi Nasional Indonesia yang

berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat,

Konsep Dasar IPS di SD/MI |325

bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh- sungguh pada

ekonomi rakyat.

Syarat mutlak berjalannya sistem ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial:

• Berdaulat di bidang politik

• Mandiri di bidang ekonomi

• Berkepribadian di bidang budaya

Yang mendasari paradigma pembangunan ekonomi kerakyatan yang

berkeadilan sosial :

• Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala bentuk ketidakadilan

sistem dan kebijakan ekonomi


• Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang multidisipliner dan

multikultural

• Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-ilmu ekonomi dan sosial

di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi

4. Dasar/Landasan Sistem Ekonomi Indonesia

Dasar filosofis sistem ekonomi Indonesia adalah Pancasila dan dasar

konstitusionilnya adalah UUD 1945 pasal 23, 27, 33, dan 34 (Cornelis Rintuh,

1995: 43). Dari butir-butir tersebut, keadilan menjadi sangat utama di dalam

sistem ekonomi Indonesia. Keadilan merupakan titik-tolak, proses dan tujuan

sekaligus.

B. Periode Sejarah Ekonomi Indonesia

Berikut dibahas mengenai Sejarah Ekonomi Indonesia yang disadur dari buku

Sejarah Perekonomian Indonesia (Yulia Siska, 2013: 143-170).

1. Masa Sebelum Kemerdekaan

Daya tarik Indonesia akan sumber daya alam dan rempah- rempah membuat

bangsa-bangsa Eropa berbondong-bondong datang untuk menguasai Indonesia.

Sebelum merdeka

setidaknya ada 4 negara yang pernah menjajah Indonesia, diantaranya adalah

Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang.

Pada masa penjajahan Portugis, perekonomian Indonesia tidak banyak

mengalami perubahan dikarenakan waktu Portugis menjajah tidaklah lama

disebabkan kekalahannya oleh Belanda untuk menguasai Indonesia, sehingga

belum banyak yang dapat diberlakukan kebijakan.

2. Pada Masa Orde Lama


a. Masa Pasca Kemerdekaan (1945 – 1950)

Pada awal kemerdekaan, pembangunan ekonomi Indonesia

mengarah perubahan struktur ekonomi kolonial menjadi ekonomi nasional,

yang bertujuan untuk memajukan industri

kecil untuk memproduksi barang pengganti impor yang pada akhirnya

diharapkan mengurangi tingkat ketergantungan luar

negri.

b. Masa Demokrasi Liberal (1950 – 1959)

Kondisi Ekonomi Indonesia pada masa liberal masih sangat buruk. Hal ini

disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.

1) Setelah pengakuan kedaulatan dari Belanda pada tanggal 27 Desember

1949, Bangsa Indonesia menanggung beban keuangan dan ekonomi, seperti

yang telah ditetapkan dalam hasil KMB. Beban tersebut berupa utang luar

negeri sebesar 1,5 triliun rupiah dan

utang dalam negeri sejumlah 2,8 triliun rupiah.

2) Politik Keuangan Indonesia tidak dibuat di Indonesia melainkan dirancang

di Belanda.

3) Pemerintah Belanda tidak mewarisi ahli-ahli yang cukup untuk mengubah

sistem ekonomi kolonial menjadi sistem ekonomi nasional.

4) Tidak stabilnya situasi politik dalam negeri mengakibatkan pengeluaran

pemerintah untuk operasi-operasi keamanan sangat meningkat.

5) Defisit yang harus ditanggung pemerintah RI pada waktu itu sebesar Rp. 5,1

miliar.

6) Ekspor Indonesia hanya bergantung pada hasil perkebunan.


7) Angka pertumbuhan jumlah penduduk besar.

c. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Indonesia pada waktu itu menjurus pada sistem etatisme, artinya

segala-galanya di aturdan di pegang oleh pemerintah.Kegiatan-kegiatan

ekonomi banyak diatur oleh peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan

prinsip-prinsip ekonomi banyak yang diabaikan.Akibatnya, defisit dari tahun ke

tahun meningkat 40 kali lipat. Untuk membendung inflasi dan untuk

mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka pada tanggal 25

Agustus 1959 pemerintah

mengumumkan keputusannya tentang penurunan nilai uang (devaluasi)

sebagai berikut.

4. Pemerintahan Reformasi (1967-2004)

Pemerintahan reformasi diawali pada tahun 1998. Peristiwa ini dipelopori oleh

ribuan mahasiswa yang berdemo menuntut presiden Soeharto untuk turun dari

jabatannya dikarenakan pemerintahan Bapak Soeharto dianggap telah banyak

merugikan Negara dan banyak yang melakukan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

(KKN).Tahun 1998 merupakan tahun terberat bagi pembangunan ekonomi di

Indonesia sebagai akibat krisis moneter di Asia yang dampaknya sangat terasa

di Indonesia. Nilai rupiah yang semula 1 US$ senilai Rp. 2.000,-menjadi sekitar

Rp. 10.000,- bahkan mencapai Rp. 12.000,- (5 kali lipat penurunan nilai rupiah

terhadap dolar). Artinya, nilai Rp. 1.000.000,- sebelum tahun 1998 senilai

dengan 500 US$ namun setelah tahun 1998 menjadi hanya 100 US$.

5.Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II (Era SBY –

Boediono, 2009-2014)
Kondisi perekonomian pada masa pemerintahan SBY mengalami

perkembangan yang sangat baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia bertumbuh

pesat ditahun 2010 seiring

Pemerintahan Indonesia Bersatu Jilid II (Era SBY – Boediono, 2009-2014)

pemulihan ekonomi dunia pasca krisis global yang terjadi sepanjang 2008

hingga 2009.

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat

mencapai 5,5-6 persen pada 2010 dan meningkat menjadi 6-6.5 persen pada

2011. Dengan demikian prospek ekonomi Indonesia akan lebih baik dari

perkiraan semula. Namun, masalah-masalah besar lain masih tetap ada.

C. Permasalahan Ekonomi Indonesia

Dari pendapat para pakar ekonomi dapat dijelaskan bahwa permasalahan

ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini antara lain adalah:

1. Kemiskinan

Data BPS menunjukkan bahwa angka kemiskinan Indonesia pada tahun 2008

masih berada pada tingkat yang cukup tinggi, yaitu 15,42. Angka ini memang

lebih rendah dibanding dengan angka kemiskinan tahun sebelumnya.

2. Ketidakmerataan pendapatan masyarakat

Hasil pembangunan ekonomi nasional seharusnya dapat dinikmati oleh seluruh

penduduk Indonesia secara merata. Namun kenyataannya, kelompok

penduduk menengah ke atas cenderung lebih banyak menikmati hasil

pembangunan tersebut.

3. Pengangguran

Data BPS menunjukkan bahwa angka pengangguran terbuka pada tahun 2009
dibanding dengan tahun sebelumnya menunjukkan kenaikan hingga menjadi

9%. Apabila jumlah penduduk Indonesia pada pertengahan 2009 naik menjadi

sekitar 242,5 juta jiwa, ini berarti jumlah penganggur di Indonesia pada tahun

2009 menjadi sekitar 21,82 juta jiwa.

4. Inflasi yang relatif masih cukup tinggi

Data Moneter Bank Indonesia 2009 menunjukkan bahwa tingkat inflasi pada

bulan Januari 2009 adalah 9,17%. Tingkat inflasi ini lebih rendah dibanding

tingkat inflasi pada bulan Desember 2008 yaitu 11,06%. Namun demikian,

tingkat inflasi itu masih harus ditekan lebih rendah lagi agar daya beli

masya-rakat bisa meningkat, sehingga kesejahteraannya juga meningkat.

5. Ketergantungan terhadap luar negeri cukup tinggi

Dalam aspek produksi tertentu, pemerintah Indonesia masih bergantung pada

(diatur) luar negeri, misalnya dalam hal pengelolaan SDA (sumber daya alam).

Hal ini mengakibatkan hasil yang diperoleh bangsa Indo-nesia dari pengelolaan

SDA tersebut menjadi tidak optimal.

D. Koperasi,SolusiMasalahPerekonomianIndonesia

1. Koperasi dan Kemiskinan

Sekarang marilah kita coba mengaitkan koperasi sebagai suatu sistem ekonomi

dengan permasalahan perekonomian Indonesia seperti yang telah dipaparkan

di muka.

Makna yang terkandung dalam pengertian koperasi telah menjelaskan

bahwa koperasi merupakan gerakan ekonomi Kegiatan Ekonomi Alat Pemuas

(Barang/Jasa Perkembangan cenderung cepat Perkembangan cenderung

lambat
rakyat. Dalam hal ini, koperasi akan menjadi wadah kegiatan ekonomi rakyat

yang pada umumnya merupakan kelompok menengah ke bawah (miskin).

Mereka ini pada umumnya tidak mungkin tertampung pada badan usaha lain

seperti Firma, CV, maupun PT.

2. Koperasi dan Ketidakmerataan Pendapatan

Apabila manajemen koperasi dilaksanakan secara benar dan profesional, maka

rakyat yang menjadi anggota koperasi akan meningkat taraf hidupnya sesuai

dengan tujuan koperasi. Dalam peningkatan taraf hidup ini berarti terjadi

peningkatan kemampuan ekonomi (pendapatan/daya beli) dan peningkatan

kemampuan non ekonomi (misalnya: pendidikan dan sosial). Dengan

peningkatan kemampuan pendidikan dan sosial, mereka tentu akan lebih

mampu meningkatkan lagi kemampuan ekonominya.

3. Koperasi dan Pengangguran

Apabila koperasi dapat berkembang di setiap wilayah kecamatan di seluruh

Indonesia, dan benar-benar mampu membina kegiatan ekonomi rakyat di

sekitarnya, tentu kope- rasi akan dapat menciptakan lapangan kerja bagi

masyarakat di sekitarnya. Apalagi jika kegiatan ekonomi (produksi dan

distribusi) anggotanya dapat berkembang dengan adanya pembinaan koperasi,

niscaya kegiatan ekonomi anggota tersebut juga akan menciptakan lapangan

kerja tersendiri.

4. Koperasi dan Inflasi

Dalam keadaan inflasi penawaran komoditi harus terus ditingkatkan agar

harga komoditi tidak menaik. Untuk meningktkan penawaran komoditi

diperlukan perluas-an produksi.


5. Koperasi dan ketergantungan terhadap luar negeri

Dalam kasus ini, nampaknya koperasi tidak mampu berbuat

lebih banyak. Ketergantungan ekonomi terhadap luar negeri cenderung lebih

dipengaruhi oleh faktor politik luar negeri pemerintah kita.

BAB XV

PEMBANGUNAN NASIONAL INDONESIA

A. Pendahuluan

Pembangunan disegala bidang yang diselenggarakan oleh bangsa Indonesia

sejak kepemimpinan nasional pertama, Presiden Soekarno, di era orde lama,

hingga kini dalam kepemimpinan Presiden Susilo Joko Widodo, merupakan

sebuah upaya pelaksanaan dari amanat konstitusi UUD Tahun 1945, yang sejak

awal diadakan sebagai panduan dasar dalam dimensi nomatif dan/atau yuridis

oleh negara Republik Indonesia.


B. Hakikat Pembangunan Nasional

Pada hakikatnya, pengertian pembangunan secara umum pada hakikatnya

adalah proses perubahan yang terus menerus untuk menuju keadaan yang

lebih baik berdasarkan norma- norma tertentu.

Dengan demikian, proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan

masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level

makro (nasional) dan mikro. Makna penting dari pembangunan adalah adanya

kemajuan/perbaikan (progress), pertumbuhan dan diversifikasi.

Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah

semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan

terencana.

C. Perencanaan Pembangunan Nasional

Menurut Undang Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional Pasal 1 ayat 3, Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional adalah kesatuan tata cara perencanaan pembanunan untuk

menghasilkan rencana – rencana pembangunan dalam jangka panjang, jangka

menengah,

D. StrategiNormatifPenyusunanKebijakanPerencanaan Pembangunan

Nasional

Berkenaan dengan GBHN dalam status yuridisnya sebagai TAP MPR sebagai

bagian dari bentuk dalam sistem peraturan peratuan perundang-undangan,

maka penyusunan GBHN tersebut haruslah sesuai dengan tata cara

pembentukan TAP MPR yang diatur menurut norma-norma yudiris dalam

sistem peraturan perundang-undangan itu sendiri. Artinya proses perumusan


kebijakan perencanaan pembangunan nasional dalam GBHN harus

disandarkan pada aturan-aturan hukum yang ada, meskipun GBHN juga dapat

dipahami sebagai kebijakan stategis yang bersifat politis.

E. Pancasila dan Paradigma Pembangunan Nasional

1. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Dengan memasuki kawasan filsafat ilmu, ilmu pengetahuan yang diletakkan di

atas Pancasila sebagai paradigmanya perlu difahami dasar dan arah

penerapannya, yaitu pada aspek ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya.

Pada ontologisnya berarti hakikat ilmu pengetahuan merupakan aktivitas

manusia Indonesia yang tidak mengenal titik-henti dalam upayanya untuk

mencari dan menemukan kebenaran dan kenyataan yang utuh dalam

dimensinya sebagai masyarakat, sebagai proses, dan sebagai produk. Sebagai

masyarakat berarti mewujud dalam academic community; sebagai proses

berarti mewujud dalam scientific activity; sebagai produk berarti mewujud

dalam scientific product beserta aplikasinya.

2. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Hukum

Dengan ditetapkannya UUD 1945, NKRI telah memiliki sebuah konstitusi, yang

di dalamnya terdapat pengaturan tiga kelompok materi-muatan konstitusi,

yaitu: (1) adanya perlindungan terhadap HAM, (2) adanya susunan

ketatanegaraan negara yang mendasar, dan (3) adanya pembagian dan

pembatasan tugas-tugas ketatanegaraan yang juga mendasar.

Sesuai dengan UUD 1945, yang di dalamnya terdapat rumusan Pancasila,

Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian dari UUD 1945 atau merupakan

bagian dari hukum positif. Dalam kedudukan yang demikian, ia mengandung


segi positif dan segi negatif. Segi positifnya, Pancasila dapat dipaksakan

berlakunya (oleh negara); segi negatifnya, Pembukaan dapat diubah oleh MPR

sesuai dengan ketentuan Pasal 37 UUD 1945.

3. Supremasi Hukum dalam Perspektif Pengembangan HAM

Dalam negara hukum, supremasi hukum pun harus menjamin bahwa HAM

dijunjung tinggi dan dilindungi oleh hukum; HAM harus sebagai ciri negara

hukum.

Secara objektif, HAM merupakan kewenangan-kewenangan pokok yang

melekat pada manusia (atau melekat pada kodrat manusia), yang harus diakui

dan dihormati oleh masyarakat dan negara. HAM itu universal, tidak tersekat

oleh suku, bangsa, dan agama; tetapi tatkala HAM dirumuskan dalam UUD

(konstitusi), ia menjadi berbeda-beda menurut ideologi, menurut kultur negara

masing-masing.

4. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Sosial Politik

Pancasila sebagai paradigma pengembangan sosial politik diartikan bahwa

Pancasila bersifat sosial-politik bangsa dalam cita-cita bersama yang ingin

diwujudkan dengan menggunakan nilai-nilai dalam Pancasila. Pemahaman

untuk implementasinya dapat dilihat secara berurutan-terbalik:

5. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Ekonomi

Pancasila sebagai paradigma pengembangan ekonomi lebih mengacu pada Sila

Keempat Pancasila; sementara pengembangan ekonomi lebih mengacu pada

pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia. Dengan demikian subjudul ini

menunjuk pada pembangunan Ekonomi Kerakyatan atau pembangunan

Demokrasi Ekonomi atau pembangunan Sistem Ekonomi Indonesia atau Sistem


Ekonomi Pancasila.

6. Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan Kebudayaan Bangsa

Paradigma-baru dalam pembangunan nasional berupa paradigma

pembangunan berkelanjutan, yang dalam perencanaan dan pelaksanaannya

perlu diselenggarakan dengan menghormati hak budaya komuniti-komuniti

yang terlibat, di samping hak negara untuk mengatur kehidupan berbangsa dan

hak asasi individu secara berimbang (Sila Kedua).

7. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan

Paradigma-baru TNI dalam rangka menjadikan Pancasila (sila- sila Pancasila)

sebagai paradigma pembangunan pertahanan adalah berupa: (1) Tindakan TNI

senantiasa: (a) melaksanakan tugas negara dalam rangka pemberdayaan

kelembagaan fungsional, (b) atas kesepakatan bangsa, (c) bersama-sama

komponen strategis bangsa lainnya, (d) sebagai bagian dari sistem nasional, (e)

melalui pengaturan konstitusional; dan (2) pada hakikatnya merupakan

pemberdayaan bangsa.

8. Implikasi Paradigma Pancasila pada Pemahaman UUD 1945

Karena Ideologi Pancasila merupakan pandangan hidup (PH), dasar negara

(DN), dan tujuan negara (TN) di Negara Kesatuan Republik Indonesia, ia harus

dijadikan sistem nilai acuan (paradigma) dalam memahami UUD 1945. Selanjutnya,

karena UUD 1945 merupakan hukum dasar (yang tertulis) bagi segala norma moral

bangsa (NM), norma hukum nasional (NH), dan norma politik/kebijakan

pembangunan (NK), ia harus dijadikan landasan bagi pembangunan moral bangsa,

hukum nasional, dan kebijakan pembangunan nasional di segala bidang. Sehingga,

pembangunan moral, hukum, dan kebijakan pembangunan di Indonesia harus dalam


kerangka merealisasikan,

F. Pembangunan Nasional Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan menurut Emil Salim (dalam Abdurrahman, 2003: 1-31)

adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber daya, orientasi

pengembangan teknologinya, dan perubahan kelembagaan. Prses tersebut dilakukan

secara harmonis dengan memperhatikan potensi pada saat ini dan masa depan dalam

pemenuhan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sementara kegagalan untuk mewujudkan


solidaritas transgenerasi itu akan menyebabkan kita berdosa karena telah melalaikan sesuatu
(sin of Scommission). Sebagai sebuah konsep, pembangunan berkelanjutan tidak lepas

dari berbagai interpretasi. Moeljarto Tjokrowinoto misalnya menyebutkan ada

interpretasi yang lahir dari pemikiran kaum environmentalist dan ada pula

interpretasi yang datang dari para pakar dalam donor agencies. Kedua

interpretasi pembangunan berkelanjutan tadi mempunyai implikasi

administratif tertentu. Interpretasi yang lain sustainable development didorong

oleh adanya kenyataan tinggi mortality rate proyek-proyek pembangunan di

negara berkembang.

Anda mungkin juga menyukai