Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD NEGARA


REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

DESRI YANI

KARINA

HADI DERMAWAN

M.RISKI APRILA

IKBAR HIDAYAT

ADITYA NUGRAHA

GURU PEMBIMBING :

KHILDA RAMADANI

SMA NEGRI 2 KAMPAR

TP.2022/2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah swt Yang MahaPengasih lagi
Maha Penyayang. Berkat rahmat, hidayah, dan inayah Allah swt, kami dapat menyelesikan
makalah “
Kewenangan lembaga-lembaga negara” ini sebagaimana tugas yang telah diberikan..
Pada kesempatan ini tidak lupa kami sampailan ucapan terima kasih kepadaguru mata
pelajaran sejarah, yang senantiasa membimbing dan menyumbangkanilmunya kepada kami.
Tak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada teman-teman dan juga semua pihak yang
telah membantu menyelesaikan tugas ini.Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, kekeliruan, danmasih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan kritikdan saran atas penulisan makalah ini selanjutnya.Semoga karya tulis
ilmiah ini dapat memberikan manfaat kepada pembaca.

Penyusun
DAFTAR ISI

MAKALAH..........................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. LATAR BELAKANG..................................................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................4
C.TUJUAN........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
A. SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK.................................................5
B. LEMBAGA LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA..........................................7
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)...........................................................................................8
3. Mahkamah Agung (MA)...........................................................................................................8
5. Mahkamah Konstitusi (MK)......................................................................................................9
6. Komisi Yudisial (KY).................................................................................................................10
7. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)............................................................................................10
8. . Dewan Perwakilan Daerah (DPD).........................................................................................11
C. Tata kelola pemerintahan yang baik............................................................................................12
1) Transparansi.........................................................................................................................12
2) Partisipasi............................................................................................................................12
3) Akuntabilitas........................................................................................................................13
4.) Koordinasi..............................................................................................................................13
D. Partisipasi Warga Pemerintahan Yang Baik Pistem Politik di Indonesia...................................13
Partisipasi Warga Negara dalam Sistem Politik...............................................................................13
Ciri-ciri Partisipasi dalam Sistem Politik.........................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................15
PENUTUP..........................................................................................................................................15
A.KESIMPULAN...........................................................................................................................15
B.SARAN........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................16
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
 Sejak reformasi terjadi tahun 1998 yang berakibat berakhirnya masa pemerintahanorde baru,
mulailah terjadi perubahan (Amandemen) konstitusi Undang-undang Dasar
NegaraRepublik Indonesia tahun 1945 sebanyak empat kali. Perubahan tersebut
berimplikasiterhadap perubahan ketatanegaraan sekaligus susunan kelembagaan Negara
Indonesia. salahsatu dampak langsung perubahannya adalah perubahan supremasi MPR
menjadi supermasiKonstitusi. Susunan kelembagaan Negara Indonesia tidak lagi mengenal
istilah “lembagater tinggi Negara” untuk kedudukan MPR sehingga terjadi kesejajaran
kedudukan denganlembaga sejenis demi menciptakan system check and balances.Telah
dikenal adanya 3 fungsi kekuasaan klasik yaitu fungsi legislative, eksekutif, danyudikatif
oleh Baron de Montesquieu (1689-1785). Teori tersebut disebut juga teori TriasPolitica yang
menghendaki adanya pemisahan kekuasaan antara satu lembaga denganlembaga Negara yang
lain. Satu lembaga Negara tidak boleh mencampuri kekuasaan lembaga Negara yang lain.

B.RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Suprastruktur ?
2. Apa itu Infrastruktur ?
3. Bagaimana tata kelola pemerintahan yang baik ?
4. Bagaimana Partisipasi Warga Negara dalam Sistem Politik di Indonesia ?

C.TUJUAN
a.) Untuk Mengetahui kewenangan Presiden dan wakil Presiden dalam sistem ketatanegaraan
Indonesia sebagaimana telah di atur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 sebelum perubahan dan sesudah perubahan.

b.) Untuk memberikan sumbangsi gagasan pemikiran kedepan pada Sistem Ketatanegaraan
Indonesia Terhadap urgensi pembentukan undang-undang lembaga kepresidenan pada sistem
ketatanegraan
BAB II

PEMBAHASAN
A. SUPRASTRUKTUR DAN INFRASTRUKTUR POLITIK
1. Suprastruktur Politik
Suprastruktur politik diartikan sebagai mesin politik resmi di suatu negara dan merupakan
penggerak politik yang bersifat formal.
Suprastruktur politik merupakan gambaran pemerintah dalam arti luas yang terdiri dari
lembaga-lembaga negara yang tugas dan peranannya di atur dalam konstitusi negara atau
peraturan perundang-undangan lainnya.
Susunan kelembagaan ini berkaitan erat dengan lembaga-lembaga negara, dan juga hubungan
di antara lembaga-lembaga tersebut.

Suprastruktur politik hadir dalam suatu negara guna berperan sebagai pembuat kebijakan,


pelaksana kebijakan, dan mengawasi kebijakan.
Yang dimaksud suprastruktur politik di Indonesia adalah lembaga lembaga Negara yang
peran dan kewenangannya diatur oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun
1945.
Adapun yang menjadi kekuatan supra-struktur politik yang tergolong ke dalam lembaga
tinggi negara Indonesia adalah:
1. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
2. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
3. Dewan Perwakilan Daerah (DPD),
4. Presiden/Wakil Presiden,
Mahkamah Agung,

5. Mahkamah Konstitusi,
6. Komisi Yudisial, dan
7. Badan Pemeriksa Kekuangan.
2. Infrastruktur Politik
Infrastruktur politik adalah lembaga politik atau mesin politik yang bersifat tidak formal
dalam suatu negara yang memiliki kedudukan untuk mempengaruhi
suprastruktur politik ketika mengambil suatu kebijakan.
Infrastruktur politik merupakan kekuatan di dalam masyarakat.
a) Partai Politik

Keberadaan partai politik tidak dapat dipisahkan dari masyarakat modern. Keberadaan
parpol dibutuhkan sebagai organisasi penyalur aspirasi dan partipisasi masyarakat
sekaligus suara untuk mewakili kepentingan rakyat.

b) Kelompok Kepentingan

Kelompok kepentingan adalah sekumpulan orang yang mengadakan persekutuan atau


kerjasama berdasarkan kesamaan kepentingan, tujuan, dan keinginan yang sama.
Kelompok kepentingan dapat berupa kepentingan umum atau masyarakat secara luas atau
kepentingan kelompok tertentu. Bentuk kerjasama yang dibangun adalah untuk
memengaruhi kebijakan demi tercapainya tujuan awal.

c) Kelompok Penekan

Kelompok penekan adalah sekelompok orang dengan tujuan sama yang bergabung untuk
melakukan aktivitas penekanan terhadap pemerintah agar keinginan atau tujuan awalnya
tercapai. Kelompok penekan melakukan cara yang dianggap lebih efektif daripada
kelompok kepentingan, seringkali menjurus ke arah anarkis.

d) Media

Media massa berperan sebagai sarana komunikasi dari masyarakat kepada pemerintah dan
begitu pula sebaliknya. Kebebasan pers mendukung peran media sebagai sumber
informasi, pendidikan politik, sekaligus pengawas jalannya pemerintahan.
B. LEMBAGA LEMBAGA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia Tahun 1945
1. Majelis permusyawaratan

1.Anggota MPR terdiri dari DPR dan DPD (Pasal 2 (1) UUD 1945).

2. Anggota MPR berjumlah sebanyak 550 anggota dan DPD berjumlah sebanyak
4x jumlah provinsi anggota DPD (UU Nomor 22 tahun 2003).
3. MPR adalah  lembaga  tinggi  negara  dalam  sistem  ketatanegaraan
Indonesia, bukan lembaga tertinggi negara.
4. Tugas dan   wewenang   MPR   adalah   berwenang   mengubah   dan
menetapkan  UUD,  melantik  Presiden  dan/atau  Wakil  Presiden  dan hanya
dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden dalam masa jabatannya
menurut UUD NRI Tahun 1945 sesuai Pasal 3 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3).
5. MPR juga memiliki hak dan kewajiban seperti diatur dalam UU Nomor 22
tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD dan DPRD.
6. Presiden
7. Presiden dan wakil presiden dipilih langsung oleh rakyat dalam satu pasangan
calon (Pasal 6 A ayat (1) UUD NRI Tahun 1945).
8. Syarat menjadi presiden diatur lebih lanjut dalam UUD NRI Tahun 1945 Pasal
6 ayat (2) UUD NRI Tahun 1945.
9. Kekuasaan presiden menurut UUD NRI Tahun 1945.

1. Presiden
a.) Memegang kekuasaan tertinggi atas Angkatan Darat. Angkatan Laut,
dan Angkatan Udara (Pasal 10 UUD 1945)
b.) Menyatakan perang membuat perjanjian dan perdamaian dengan
negara lain dengan persetujuan DPR (Pasal 11 UUD 1945)
c.) Menyatakan negara dalam keadaan bahaya (Pasal 12 UUD 1945)
d.) Mengangkat duta dan konsul
e.) Memberi grasi, amnesti, dan rehabilitasi.
f.) Memberi gelar, tanda jasa, dan lain-lain tanda kehormatan
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
BPK merupakan lembaga pemeriksa keuangan yang bersifat mandiri. Artinya dalam
menjalankan tugasnya badan ini terlepas dan pengaruh pemerintah Tugas BPK adalah
memenksa pengelolaan keuangan dan bertanggung jawab tentang keuangan negara. Anggota
BPK dipilih oleh DPR dengan memerhatikan pertimbangan pertimbangan dari DPD. Hasil
kerja dari BPK ini diserahkan kepada DPR DPD juga DPRD sesuai dengan kewenangannya
Badan ini berdomisili di ibu kota negara dan memiliki perwakilan di setiap provinsi Lembaga
ini juga dikenal sebagai lembaga eksaminatif.

3. Mahkamah Agung (MA)


Dalam UUD 1945 Bab IX Pasal 24 ayat (2), MA (Mahkamah Agung) merupakan salah satu
pemegang kekuasaan kehakiman Keberadaan lembaga ini sebagai pengadilan negara tertinggi
dari semua lingkungan peradilan MA disebut sebagai lembaga tertinggi karena merupakan
lembaga peradilan tingkat terakhir. Jika misalnya seseorang berpekara di peradilan pertama
(Pengadilan Negeri) kurang puas terhadap keputusan yang diperoleh maka ia akan naik
banding ke peradilan di atasnya lagi (Pengadilan Banding).

Jika masih kurang maka ia dapat mengajukan lagi ke peradilan MA in MA diketuai oleh
seorang Hakim Agung dibantu oleh hakim-hakim agung Menurut UU No 5 Tahun 2004
tentang perubahan atas UU NO 5 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung Jumlah Hakim
Agung paling banyak 60 orang. Adapun Hakim Agung merupakan pejabat tinggi negara
setingkat menteri negara yang diangkat oleh Presiden atas usul DPR Hakim Agung yang
diusulkan oleh DPR tersebut berasal dari usulan Komisi Yudisial.

Mahkamah Agung membawahi badan peradilan dalam lingkungan berikut:

1. Peradilan Umum pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Negeri pada tingkat
banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi dan pada tingkat kasası dilakukan oleh Mahkamah
Agung

2. Peradilan Agama pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Agama pada tingkat
banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Agama dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh
Mahkamah Agung
3. Peradilan Militer pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Militer pada tingkat
banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Militer dan pada tingkat kasasi dilakukan oleh
Mahkamah Agung

4. Peradilan Tata Usaha negara pada tingkat pertama dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha
negara pada tingkat banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara dan pada
tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung.
Kewajiban dan wewenang MA berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, antara lain:

1. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang- undangan di bawah
Undang-Undang dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-Undang

2. Mengajukan 3 orang anggota Hakim Konstitusi

3. Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden memberi grasi dan rehabilitasi.

4. Mahkamah Agung dipimpin oleh seorang ketua Ketua Mahkamah Agung dipilih dari dan
oleh hakim agung dan diangkat oleh Presiden .

5. Pada Mahkamah Agung terdapat hakim agung sebanyak maksimal 60 orang Hakim agung
dapat berasal dari sistem karier (hakim), atau tidak berdasarkan sistem karier dari kalangan
profesi atau akademisi.

6. Calon hakim agung diusulkan oleh Komisi Yudisial kepada Dewan Perwakilan Rakyat, untuk
kemudian mendapat persetujuan dan ditetapkan sebagai hakim agung oleh Presiden.

5. Mahkamah Konstitusi (MK)


Dalam UUD 1945 Bab IX Pasal 24 ayat (2). MK (Mahkamah Konstitusi) merupakan
pemegang kekuasaan kehakiman sesudah MA Lembaga negara ini termasuk baru Lembaga
ini mempunyai wewenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir serta putusannya
bersifat final untuk

a. Menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar.


b. Memutus sengketa kewenangan
c. Memutus perselisihan hasil pemilu
d. Memberi putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan terhadap
presiden/wakil presiden terhadap UUD.
6. Komisi Yudisial (KY)
Sama halnya dengan MK Komisi Yudisial (KY) juga merupakan lembaga negara yang
termasuk baru. Komisi Yudisial adalah lembaga negara yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 22 tahun 2004 Lembaga ini dibentuk untuk mengawasi perilaku para hakim
Selain itu lembaga ini dibentuk untuk mengawasi praktik kotor penyelenggaraan proses
peradilan Lembaga ini juga punya kewenangan mengusulkan calon Hakim Agung Dalam
UUD 1945 hasil amandemen, kedudukan KY ini diatur dalam pasal 24 B Lembaga ini
bersifat mandiri yang keberadaannya dibentuk dan diberhentikan oleh Presiden dengan
persetujuan DPR. Adanya komisi ini diharapkan penyelenggaraan peradilan terhindar dari
praktik-praktik kotor.

7. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Kedudukan DPR sebagai lembaga negara diatur dalam Bab VII Pasal 19 UU 1945 hasil
amandemen Keanggotaan DPR berasal dari partai politik yang dipilih melalui Pemilu setiap
lima tahun sekali. Selain DPR, ada pula DPRD. Perbedaannya yakni DPR berkedudukan di
ibu kota Anggota DPR secara otomatis juga menjadi anggota MPR. Sementara itu DPRD
berkedudukan di provinsi dan kabupaten/kota

Berdasarkan UU Pemilu NO. 10 Tahun 2008 ditetapkan sebagai berikut:

. Jumlah anggota DPR sebanyak 560 orang.


b. Jumlah anggota DPRD Provinsi sekurang-kurangnya 35 orang dan sebanyak-banyak 100
orang
c. Jumlah anggota DPRD Kabupaten/kota sedikitnya 20 orang dan sebanyak-banyaknya 50
orang.

Keanggotaan DPR diresmikan dengan keputusan presiden Anggota DPR berdomisili di ibu
kota negara. Masa jabatan anggota DPR adalah lima tahun dan berakhir pada saat anggota
DPR yang baru mengucapkan sumpah/janji yang dipandu oleh Ketua Mahkamah Agung
dalam sidang paripurna DPR.

a. Wewenang dan Hak-hak DPR

Berdasarkan Pasal 20A UUD 1945, secara umum wewenang DPR memegang kekuasaan
legislatif. Hal tersebut dapat diartikan bahwa DPR sebagai pemegang kekuasaan membentuk
undang-undang. Lebih jelasnya tentang wewenang DPR terdapat dalam tiga fungsi penting
sebagal berikut.

1. Fungsi legislatif yakni DPR sebagai pembuat undang-undang bersama presiden

2. Fungsi anggaran, yakni DPR sebagai pemegang kekuasaan menetapkan APBN (Anggaran
Pendapatan Belanja Negara) yang diajukan Presiden.

3. Fungsi pengawasan yakni DPR mengawasi jalannya pemerintahannya.


Selain tugas/kewenangan tadi anggota-anggota DPR juga memiliki hak-hak penting Hak-hak
yang dimaksud adalah sebagai berikut

1. Hak Interpelasi, yakni hak untuk meminta keterangan kepada presiden.

2. Hak Angket, yakni hak untuk mengadakan penyelidikan atas suatu kebijakan pemerintah
presiden

3. Hak Inisiatif yakni hak untuk mengajukan rancangan undang-undang kepada


pemerintah/presiden

4. Hak Amandemen, yakni hak untuk menilai atau mengadakan perubahan atas RUU
(Rancangan Undang-Undang).

5. Hak Budget, yakni hak untuk mengajukan RAPBN (Rencana Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara).

6. Hak Petisi, yakni hak untuk mengajukan pertanyaan atas kebijakan pemerintah/presiden
b. Persidangan DPR

Menurut Pasal 19 ayat 2 UUD 1945 hasil amandemen, sidang DPR paling sedikit adalah
sekali dalam satu tahun. Tentu saja hal itu terjadi jika tidak ada hal-hal penting yang
memaksa, atau keadaan pemerintahan berjalan normal. Jika ada hal-hal yang memaksa,
misalnya presiden melanggar undang-undang dan mengkhianati negara maka DPR dapat
mengadakan sidang sewaktu-waktu.

8. . Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


DPD Dewan Perwakilan Daerah) merupakan lembaga yang baru dalam sistem ketatanegaraan
RI. Sebelumnya lembaga ini tidak ada. Setelah UUD 1945 mengalami amandemen lembaga
ini tercantum. yakni dalam Bab VII Pasal 22C dan Pasal 22D Anggota DPD ada dalam setiap
provinsi dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilu Anggota DPD ini bukan berasal dari
partai politik, melainkan dari organisasi-organisasi kemasyarakatan.

Menurut pasal 22D UUD 1945, DPD memiliki wewenang sebagai berikut.

a. Mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR yang berkaitan


dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah pembentukan
pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam
atau sumber ekonomi lainnya juga yang berkaitan dengan
perimbangan keuangan pusat daerah.
b. Memberi pertimbangan kepada DPR atas rancangan undang-undang
APBN dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak,
pendidikan dan agama.
c. Melakukan Pengawasan terhadap pelaksanaan mengenai hal-hal di
atas tadi, serta menyampaikan hasil pengawasannya kepada DPR
untuk ditindaklanjuti. DPD bersidang sedikitnya sekali dalam
setahun. 

C. Tata kelola pemerintahan yang baik


1) Transparansi
Transparansi merupakan proses keterbukaan menyampaikan informasi atau aktivitas
yang dilakukan. Harapannya, agar pihak-pihak eksternal yag secara tidak langsung ikut
bertanggung jawab dapat ikut memberikan pengawasan. Memfasilitasi akses informasi
menjadi faktor penting terciptanya transparansi ini.

2) Partisipasi
Partisipasi merujuk pada keterlibatan seluruh pemangku kepentingan dalam
merencanakan kebijakan. Masukan dari berbagai pihak dalam proses pembuatan
kebijakan dapat membantu pembuat kebijakan mempertimbangkan berbagai persoalan,
perspektif, dan opsi-opsi alternatif dalam menyelesaikan suatu persoalan. Proses
partisipasi membuka peluang bagi pembuat kebijakan untuk mendapatkan pengetahuan
baru, mengintegrasikan harapan publik kedalam proses pengambilan kebijakan, sekaligus
mengantisipasi terjadinya konflik sosial yang mungkin muncul. Komponen yang
menjamin akses partisipasi mencakup, tersedianya ruang formal melalui forum-forum
yang relevan, adanya mekanisme untuk memastikan partisipasi publik, proses yang
inklusif dan terbuka, dan adanya kepastian masukan dari publik akan diakomodir di
dalam penyusunan kebijakan.
3) Akuntabilitas
Akuntabilitas didefinisikan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas peraturan yang telah
dibuat. Proses ini juga sekaligus menguji seberapa kredibel suatu kebijakan tidak berpihak
pada golongan tertentu. Akuntabilitas akan melewati beberapa proses pengujian tertentu.
Proses yang terstruktur ini diharapkan akan mampu membaca celah-celah kekeliruan, seperti
penyimpangan anggaran atau pelimpahan kekuasaan yang kurang tepat. Mekanisme
akuntabilitas juga memberikan kesempatan kepada para pemangku kebijakan untuk  untuk
meminta penjelasan dan pertanggungjawaban apabila terdapat hal-hal yang tidak sesuai
dengan konsesus dalam pelaksanaan tata kelola di bidang tertentu.

4.) Koordinasi
Koordinasi adalah sebuah mekanisme yang memastikan bahwa seluruh pemangku kebijakan
yang memiliki kepentingan bersama telah memiliki kesamaan pandangan. Kesamaan
pandangan ini dapat diwujudkan dengan mengintegrasikan visi dan misi pada masing-masing
lembaga. Koordinasi menjadi faktor yang sangat penting, karena kekacauan koordinasi dapat
menyebabkan efisiensi dan efektivitas kerja menjadi terganggu.  

D. Partisipasi Warga Pemerintahan Yang Baik Pistem Politik di Indonesia


Partisipasi Warga Negara dalam Sistem Politik
Keterlibatan individu maupun kelompok masyarakat dalam kegiatan politik secara tidak
langsung menunaikan hak kebebasan dalam ranah sosial politik.

Upaya tersebut sekaligus menjadi sebuah kewajiban sebagai warga negara. Perwujudan hak
dan kewajiban memiliki dampak secara tidak langsung terhadap sistem politik di suatu
negara. partisipasi merupakan kegiatan untuk memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga
negara. Tujuannya, yakni ikut serta dalam keputusan politik yang akan diambil oleh
pemerintah.

Peran serta warga negara dalam sebuah sistem politik, tidak hanya sebagai bentuk
menunaikan hak dan kewajiban. Namun, sebagai ikhtiar sadar menjalankan sistem politik
yang berlaku dalam sebuah negara.
Ciri-ciri Partisipasi dalam Sistem Politik
berikut ciri-ciri partisipasi dalam sistem politik:

1. Terdapat lembaga penyelenggara pemerintahan


2. Terdapat pihak yang melakukan perintah dan menjalankan perintah
3. Adanya tujuan tertentu yang bersifat mengikat bagi seluruh masyarakat di dalamnya
4. Adanya rasa peduli dan peka terhadap masa depan bangsa dan negara
5. Adanya kesadaran untuk menjunjung nilai-nilai demokrasi
6. Memiliki rasa tanggung jawab atas penyelenggaraan negara melalui demokrasi
7. Dan sebagainya

Itulah penjelasan tentang partisipasi warga negara dalam sistem politik di Indonesia. Sebagai
warga negara yang baik, terlibat dalam sistem politik merupakan bentuk kepedulian terhadap
masa depan bangsa dan negara.
Lebih dari itu, berkontribusi dalam sistem politik di Indonesia merupakan bentuk menunaikan
hak dan kewajiban dalam kehidupan sosial maupun politik.
BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab terdahulu, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa selain bertujuan untuk menutup penyalahgunaan atau penyimpangan
praktek ketatanegaraan dari kehendak yang telah diatur dalam UUD, perubahan kedudukan,
keanggotaan, dan mekanisme keanggotaan MPR, DPR dan keberadaan lembaga baru DPD,
dimaksudkan sebagai jalan untuk mewujudkan gagasan meniadakan kedudukan MPR sebagai
lembaga tertinggi negara. Gagasan itu secara konseptual ingin menegaskan bahwa MPR
bukan satusatunya lembaga yang melaksanakan kedaulatan rakyat, setiap lembaga yang
mengemban tugas-tugas politik negara dan pemerintahan adalah pelaksana kedaulatan rakyat,
harus tunduk dan bertanggung jawab kepada rakyat. Secara praktis, pembaruan dimaksudkan
untuk meniadakan penyalahgunaan kadudukan MPR sebagai lembaga tertingi negara yang
pada prakteknya telah digunakan sebagai alat kepanjangan tangan Presiden untuk
melanggengkan kekuasaannya.

B.SARAN
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan yang telah saya buat, maka saya memberikan saran
agar fungsi kelembagaan MPR perlu diperjelas bukan hanya sebagai lembaga tempat
bertemunya anggota-anggota DPR dengan DPD. Selain untuk menerapkan mekanisme cheks
and balances, sebaiknya sistem bikameral yang diterapkan di Indonesia lebih memperhatikan
kepada kemauan dan partisipasi seluruh rakyatnya yang diwakili oleh DPD sebagai
pewakilan dari daerah-daerah di Indonesia. Dengan kata lain sebaiknya pemerintah dan DPR
lebih memperhatikan kepentingan daerah agar usul yang diajukan oleh DPD yang
menguntungkan bagi daerah tetapi tidak mengganggu atau merugikan kepentingan nasional
ditindaklanjuti.
DAFTAR PUSTAKA
Bagir Manan, 2004, DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 BARU, FH UII Press,
Yogyakarta.
Hestu Cipto Handoyo, 2009, Hukum Tata Negara Indonesia, Universitas Atma
Jaya Yogyakarta, Yogyakarta.
Jimly Asshidiqie, 2004, FORMAT KELEMBAGAAN NEGARA DAN PERGESERAN
KEKUASAAN DALAM UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai