Anda di halaman 1dari 22

TUGAS EKONOMI

SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG

NAMA KELOMPOK 1:

 ABDILLAH SIRAJ AL-HAQQI  ADIANFELA NAROTAMA


 ADEL APRIZA UTAMA SIBUEA
 MUHAMMAD DAFFA
 M. RIZQI ALFADHILLAH

KELAS : X.MIPA 5
GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI


SMA NEGERI 7 KOTA BENGKULU
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta alam, sehingga kami kelompok 1 dapat membuat
makalah yang berisi “Sistem Pembayaran dan Uang ”. Adapun tujuan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan Ibu Erna Fitraini, S.Pd. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan perihal sistem pembayaran dan uang di
Indonesia.
Kami berterimakasih kepada Ibu Erna Fitraini, S.Pd. yang telah memberikan tugas
ini sebagai sarana menambah wawasan kami. Kami juga berterima kasih kepada semua
pihak yang membagi sebagian pengetahuannya yang menjadi sumber makalah ini.
Kami hanyalah manusia, sehingga makalah ini jauh dari kata sempurna. Kami berharap
akan kritik dan saran untuk memperkaya informasi yang terdapat dalam makalah ini. Kami
minta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT kami mohon ampun.

Bengkulu, 21 Januari 2023

Penyusun

i|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................ 1

1.1 LATAR BELAKANG............................................................................................. 1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................... 1

1.3 TUJUAN.................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3
2.1 TEORI PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA............................................... 3
2.1.1 PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT JOHN LOCKE............................... 3
2.1.2 PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT BARON DE MONTESQUIEU...... 3
2.1.3 PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT ARTHUR MASS........................... 4
2.2 PRINSIP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA.................................. 4
2.2.1 NEGARA KESATUAN DENGAN SISTEM SENTRALISTIK.......................... 5
2.2.2 NEGARA KESATUAN DENGAN SISTEM DESENTRALISTIK.................... 5
2.3 KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA................................. 6
2.3.1 PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA HORIZONTAL.................................. 7
2.3.2 PEMBAGIAN KEKUASAAN SECARA VERTIKAL........................................ 7
2.4 MACAM-MACAM KEKUASAAN NEGARA DI INDONESIA....................... 7
2.4.1 LEMBAGA KEKUASAAN EKSEKUTIF........................................................... 8
2.4.2 LEMBAGA KEKUASAAN LEGISLATIF.......................................................... 9
2.4.2.1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT (DPR)........................................................ 10
2.4.2.2 DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD)........................................................ 10
2.4.3 LEMBAGA KEKUASAAN YUDIKATIF........................................................... 11
2.4.3.1 MAHKAMAH AGUNG (MA)............................................................................. 11
2.4.3.2 MAHKAMAH KONSTITUSI (MK).................................................................... 12
2.4.3.3 KOMISI YUDISIAL (KY).................................................................................... 13
2.4.4 LEMBAGA KEKUASAAN KONSTITUTIF....................................................... 13

ii | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
2.4.5 LEMBAGA KEKUASAAN EKSAMINATIF..................................................... 14
2.4.6 LEMBAGA KEKUASAAN MONETER............................................................. 15
BAB III PENUTUP......................................................................................................... 17
3.1 KESIMPULAN........................................................................................................ 17
3.2 SARAN.................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................... 18

iii | S I S T E M
PEMBAYARAN DAN UANG
GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pemerintah merupakan salah satu unsur konstitutif (mutlak) berdirinya sebuah
negara, selain dari rakyat dan wilayah. Pemerintah bertugas menyelenggarakan
pemerintahan negara, atau dengan kata Iain mengelola kekuasaan negara untuk mencapai
cita-cita dan tujuan negara. Pemerintahlah mempunyai kewenangan mengatur seluruh
rakyat dan menjaga keutuhan wilayah negara untuk mencapai kemakmuran rakyat.
Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai pemegang kekuasaan
negara terdiri atas dua tingkatan, yaitu pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Dalam arti luas, pemerintahan pusat dilaksanakan Oleh setiap lembaga negara yang tugas
dan kewenangannya sudah diatur dalam UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta
peraturan perundangundangan yang Iainnya. Dalam arti sempit pemerintahan pusat
dilaksanakan oleh lembaga eksekutif, yaitu presiden, wakil presiden, kementerian negara,
dan lembaga pemerintahan non-kementerian. Pemerintahan daerah di Indonesia terdiri atas
pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupatemn/kota.
Pembagian kekuasaan merupakan jaminan tegaknya supremasi hukum dalam
kehidupan bernegara serta merupakan suatu yang dipersyaratkan untuk dimuat dalam
konstitusi negara. Dalam ketatanegaraan, pembagian kekuasaan sering dikenal sebagai
konsep “Trias Politica” oleh Montesquieu. Konsep Trias Politica adalah suatu prinsip
normatif bahwa kekuasaan-kekuasaan yang sebaiknya tidak diserahkan kepada orang yang
sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak yang berkuasa. Artinya
bahwa konsep Trias Politica menawarkan suatu konsep mengenai kehidupan bernegara
dengan melakukan pemisahan kekuasaan yang diharapkan akan saling lepas dalam
kedudukan yang sederajat, sehingga dapat saling mengendalikan dan saling mengimbangi
satu sama lain (check and balances). Selain itu diharapkan dapat membatasi kekuasaan agar
tidak terjadi pemusatan kekuasaan pada satu tangan yang nantinya akan melahirkan
kesewenang-wenangan atau otoriter. Menurut Montesquieu, negara yang menganut paham
demokrasi memerlukan pemisahaan kekuasaan negara ke dalam organ-organ Eksekutif,
Legislatif dan Yudikatif.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Mengacu pada latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
 Apa sajakah teori-teori mengenai pembagian kekuasaan negara?
 Bagiamanakah prinsip pembagian kekuasaan di Indonesia?
 Bagaimanakah konsep pembagian kekuasaan di Indonesia?
 Apa sajakah macam-macam kekuasaan negara di Indonesia?

1|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang dari penulisan ini antara lain:
 Untuk mengetahui teori-teori mengenai pembagian kekuasaan negara;
 Untuk memahami prinsip pembagian kekuasaan di Indonesia;
 Untuk mengetahui konsep pembagian kekuasaan di Indonesia;
 Untuk mengetahui macam-macam kekuasaan negara di Indonesia.

2|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 TEORI PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA


Menurut Miriam Budiardjo (2007), kekuasaan dapat diartikan sebeagai kemampuan
seseorang atau kelompok untuk memengaruhi orang lain supaya melakukan tindakan-
tindakan yang dikehendaki atau diperintahkannya. Kekuasaan negara merupakan
kewenangan negara untuk mengatur seluruh rakyatnya untuk mencapai keadilan dan
kemakmuran, serta keteraturan. Negara mempunyai kekuasaan, karena pada dasarnya
negara merupakan organisasi kekuasaan. Dengan kata lain, bahwa negara memiliki banyak
sekali kekuasaan.
Begitu banyaknya kekuasaan ini dibutuhkan kejelasan sistem pembagian
kekuasaan negara. Pembagian kekuasaan dalam pemerintahan suatu negara diperlukan
untuk mencegah terjadinya kekuasaan absolut atau mutlak. Terkait kekuasaan absolut, Lord
Acton mengatakan, “Manusia yang mempunyai kekuasaan cenderung menyalahgunakan,
tetapi manusia yang mempunyai kekuasaan tak terbatas pasti menyalahgunakannya”.
Pembagian kekuasaan akhirnya diperlukan untuk mencegah terjadinya kekuasaan absolut.
Dengan begitu, pemerintahan suatu negara tidak serta merta dapat menjalankan kebijakan
sendiri.

2.1.1 Pembagian Kekuasaan Menurut John Locke


Menurut John Locke (1660) sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto dalam
bukunya yang berjudul “Negara Kesatuan; Konsep, Asas, dan Aplikasinya” (2006:273),
kekuasaan negara itu dapat dibagi menjadi tiga macam kekuasaan, yaitu:
1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-
undang.
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-
undang,termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap
undang-undang.
3. Kekuasaan federatif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan hubungan luar negeri.

2.1.2 Pembagian Kekuasaan Menurut Baron de Montesquieu


Menurut Baron de Montesquieu (1748) sebagaimana dikutip oleh Astim Riyanto
dalam bukunya yang berjudul Negara Kesatuan; Konsep, Asas, dan Aplikasinya (2006:273)
1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang-
undang.
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
3. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang,
termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-
undang.

3|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
Teori Montesquieu ini dinamakan dengan Trias Politica.

2.1.3 Pembagian Kekuasaan Menurut Arthur Mass


Menurut Arthur Maass (1959), secara teoritik dikenal dua macam pembagian
kekuasaan negara. Pertama, teori pembagian kekuasaan negara menurut bidang-bidang
pemerintahan yang disebut Capital Division of Powers, yaitu teori pembagian kekuasaan
menurut bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Kedua, teori pembagian kekuasaan
negara menurut wilayah-wilayah yang lebih kecil dalam wilayah nasional, yang dikenal
dengan Areal Division of Powers. Menurut Ismail Suny (1982), dalam teori Areal Division
of Powers ini, apabila dalam pembagian kekuasaan yang kedua mencakup ketiga kekuasaan
yang terdapat dalam pemisahan kekuasaan yang pertama, pihak yang memperoleh
pembagian kekuasaan disebut negara bagian. Apabila hanya mencakup bidang eksekutif,
maka disebut local government (pemerintah daerah).

2.2 PRINSIP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA


Pendapat C. F. Strong yang dikutip Miriam Budiarjo menyatakan bahwa ciri mutlak
yang melekat pada negara kesatuan ialah: Pertama, adanya supremasi dari dewan
perwakilan rakyat pusat, dan kedua tidak adanya badan-badan lain yang berdaulat.
Kekuasaan pemerintah dalam suatu negara yang berbentuk kesatuan seperti itu dapat
diselenggarakan dengan cara terhimpun/ditumpuk (gathered) secara sentralisasi
(centralized), sehingga segala urusan dalam negara terletak di tangan pemerintah pusat
(central government), dan semua kewenangan pemerintah dilakukan oleh satu pusat
pemerintahan (single centralized goverment), atau oleh pusat bersama-sama dengan
orangnya yang berada/dipencarkan di daerah-daerah.
Pemencaran organ-organ yang menjalankan kewenangan pemerintah pusat di
daerah-daerah seperti itu, menurut Bagir Manan dikenal sebagai dekonsentrasi
(centralisatie met de deconcentratie) dimana semua kewenangan menyelenggarakan
pemerintahan daerah, termasuk kewenangan organ-organ dalam membentuk peraturan
perundang-undangan didasarkan atau sangat tergantung pada pemerintah (pusat).
Lepas dari dua sistem yang berbeda dalam negara kesatuan di atas, negara
kesatuan pada hakikatnya tidak terbagi, atau dalam arti lain kekuasaan pemerintahan
pusat tidak dibatasi, karena konstitusi negara kesatuan tidak mengakui badan
legislatif lain, selain badan legislative pusat. Jadi, kalaupun ada wewenang bagi
daerah, seperti membuat peraturan daerah (Perda), tidak berarti bahwa pemerintah
daerah itu berdaulat, kaerna pengawasan dan kekuasaan tertinggi masih tetap terletak
di pemerintah pusat.
Disebut negara kesatuan apabila kekuasan pemerintah pusat dan pemerintah daerah
tidak sama dan tidak sederajat. Kekuasaan pemerintah pusat merupakan kekuasaan yang
menonjol dalam negara, dan tidak ada saingan dari badan legislatif pusat dalam
membentuk undang-undang. Kekuasaan pemerintah yang di daerah bersifat derivatif (tidak

4|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
langsung) dan sering dalam bentuk otonom yang luas dengan demikian tidak dikenal
adanya badan legislatif pusat dan daerah yang sederajat, melainkan sebaliknya.
Negara kesatuan dapat dibedakan dalam 2 bentuk, yaitu negara kesatuan dengan
sistem sentralistik dan negara kesatuan dengan sistem sentralistik.

2.2.1 Negara Kesatuan Dengan Sistem Sentralistik


Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi, segala sesuatu dalam negara
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah hanya tinggal melaksanakan
segala apa yang telah diinstruksikan oleh pemerintah pusat.
1. Kelebihan Asas Sentralisasi
Beberapa keunggulan dari asas sentralisasi adalah:
a. Totaliterisme dari penyelenggaraan sistem pendidikan di Indonesia
b. Adanya bentuk keseragaman dari pola pembudayaan masyarakat
c. Organisasi yang akan menjadi lebih khusu dan efisien serta seluruh aktifitas
dari organisasi tersebut menjadi semakin terpusat dan kemudahan dalam
sistem pengambilan suara.
d. Pengembangan beserta perencanaan dari beragam organisasi yang akan
lebih terintegrasi.
e. Pengurangan dari adanya redundancies yang menyertakan fasilitas dan aset
alin yang berpengaruh di dalam masalah aset yang bisa digunakan secara
bersamaan tanpa harus menyediakan aset yangsama walaupun untuk
pekerjaan yang berbeda-beda.
2. Kekurangan Sistem Sentralisasi
Sedangkan beberapa kekureangan atau dampak dari sistem sentraliasi  adalah :
a. Keputusan maupun kebijakan yang diambil oleh pemerintah daerah bisa
dihasilkan oleh beberapa kelompuk yang berada di dalam roda
pemerintahan pusat sehingga untuk memutuskan sesuatu perkara
membutuhkan waktu yang lebih lama.
b. Kualitas dari manusia yang bersifat robotic, tanpa kreatifitas dan tanpa
inisiatif
c. Akan melahirkan sebuah perintah yang menjadi pemerintahan ototriter
yang nantinya tidak akan mengakui hak-hak daerah
d. Adanya kekayaan nasional berupa kekayaan daerah ytang telah
tereksploitasi untuk menggenapkan segenap kepentingan segelintir
pengguna elite politik
e. Dimana salah satu contoh penerapan asas sentralisasi adalah : Bagian dari
lembaga keamanan negara seperti TNI yang nantinya akan melakukan tugas
dalam melindungi NKRI dari 3 titik pusat perlindungan yaitu : darat, laut
dan udara. Kemudian peranan dari bank Indonesia yang merupakan sentral
dari semua pengaturan dari kebijakan fisikal dan kebijakan moneter.

5|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
2.2.2 Negara Kesatuan Dengan Sistem Desentralistik
Sedangkan dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, kepada daerah-
daerah, diberikan kesempatan dan kekuasaan untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri (otonomi daerah) yang dinamakan daerah otonom. Menurut Sri
Soemantri, adanya perlimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada daerah-daerah
otonom, bukanlah hal itu ditetapkan dalam konstitusinya, akan tetapi karena masalah itu
adalah merupakan hakikat daripada negara kesatuan.
1. Kelebihan Dari Asas Desentralisasi
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh peranan kebijakan pemerintah
desentralisasi yaitu:
a. Struktur dari organisasinya merupakan salah satu pendelegasian dari
adanya wewenang dan bisa menjadi peringan dari manajemen yang dimiliki
oleh pemerintah pusat
b. Merupakan alternatif sebagai upaya mengurangi penumpukan pekerjaan
yang dimiliki pemerintah pusat
c. Pemerintah daerah tentunya tidak lagi harus menunggu adanya intruksi dari
pemerintah pusat untuk mengurangi masalah tertentu
d. Peningkatan hubungan kerja antara pemerintah daerah dan pemerintah
daerah
e. Lebih efisien dalam beragam bidang
f. Penguranagan pengaruh buruk dari biokrasi karena keputusan dalam
mengiolah masalah segera dilaksanakan
2. Kekurangan atau Dampak Desentralisasi
Beberapa dampak dari desentralisasi adalah :
a. Sebuah organ dari pemerintah yang kian membesar hingga struktur dari
pemerintahan menjadi kian kompleks.
b. Kesesuaian dan Keseimbangan akan kian terganggu antara adanya beragam
kepentingan pemerintah daerah
c. Desentralisasi dari tetorial yang akan mendorong timbulnya sebuah paham
akan kedaerahan.
d. Karena terpakai banyak untuk berunding maka waktu yang dibutuhkan kian
lama

2.3 KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA


Kusnardi dan Ibrahim (1983: 140) menyatakan bahwa istilah pemisahan kekuasaan
(separation of powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of power) merupakan dua
istilah yang memiliki pengertian berbeda. Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara
itu terpisah-pisah dalam beberapa bagian, baik mengenai organnya
maupun fungsinya. Dengan kata lain, lembaga pemegang kekuasaan negara yang meliputi
lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif merupakan lembaga yang terpisah satu sama

6|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
lainnya, berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi dan kerjasama. Setiap lembaga
menjalankan fungsinya masing-masing.
Contoh negara yang menganut mekanisme pemisahan kekuasaan adalah Amerika
Serikat. Pembagian kekuasaan, kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa
bagian (legislatif, eksekutif dan yudikatif), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa diantara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau
kerjasama.
Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukan oleh banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia. Mekanisme pembagian kekuasaan di Indonesia diatur sepenuhnya di
dalam UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 baik sebelum maupun sesudah
amandemen dan terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan secara horizontal dan
pembagian kekuasaan secara vertikal.

2.3.1 Pembagian Kekuasaan Secara Horizontal


Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi
lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif).
1. Kekuasaan konstitutif, yaitu kekuasaan untuk mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar.
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk menjalankan undang-undangdan
penyelenggraan pemerintahan Negara. Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden
dan Wakil Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-
Undang Dasar.”
3. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membentuk atau mengubah
undang-undang.
4. Kekuasaan yudikatif, atau disebut kekuasaan kehakiman atau pengadilan,
yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum
dan keadilan.
5. Kekuasaan eksaminatif/inspektif, Yaitu kekuasaan yang berhubungan dengan
penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara.
6. Kekuasaan moneter, yaitu kekuasaan untuk menetapkan dan melaksanakan
kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
memelihara kestabilan nilai rupiah. Pembagian kekuasaan secara horizontal
pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga
daerah yang sederajat, yaitu antara pemerintah daerah (kepala daerah/wakil
kepala daerah) dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). Pada tingkat
provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara pemerintah provinsi

2.3.2 Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal

7|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut
tingkatnya, yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pasal 18
ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi
atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai
pemerintahan daerah, yang diatur dengan undang – undang.
Pembagian kekuasaan secara vertikal di Indonesia berlangsung antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah. Pemerintahan daerah yang dimaksud adalah pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten atau kota. Pembagian kekuasaan secara vertikal muncul
sebagai konsekuensi atas penerapan asas desentralisasi di Indonesia.
Pemerintah pusat menyerahkan wewenang pemerintahan kepada pemerintah daerah
otonom untuk mengurus urusan rumah tangganya sendiri, kecuali urusan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah pusat adalah kewenangan yang
berkaitan dengan politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter, dan
fiskal. Hal ini ditegaskan dalam pasal 18 ayat 5 UIJD 1945.
Pemberian otonomi kepada daerah bertujuan untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Khususnya dengan memerhatikan
dampak langsung kepada masyarakat dan meningkatkan kestabilan politik serta kesatuan
bangsa.

2.4 MACAM-MACAM KEKUASAAN NEGARA DI INDONESIA


Republik Indonesia menganut Trias Politica dalam sistem pemerintahannya. Sistem
pemerintahan ini diatur dalam UUD 1945. Saat UUD 1945 mendapatkan amandemen, ada
revisi terkait susunan pembagian kekuasaan. Tulisan Christiani Junita Umboh bertajuk
“Penerapan Konsep Trias Politica dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia” di
Jurnal Lex Administratum (2020), menyebutkan sebelum dilakukan amandemen,
pembagian kekuasaan negara di Indonesia terdiri dari:
1. Eksekutif oleh Presiden
2. Legislatif oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR)
3. Yudikatif oleh Mahkamah Agung (MA)
4. Konsultatif oleh Dewan Pertimbangan Agng (DPA)
5. Eksaminatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

8|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
Gambar 1. Susunan lembaga negara RI sebelum amandemen UUD 1945

Setelah amandemen UUD 1945 usai reformasi 1998, terdapat penambahan dan
pengurangan lembaga negara dalam pembagian kekuasaan. Susunannya sebagai berikut:
1. Eksekutif oleh Presiden
2. Legislatif oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD)
3. Yudikatif oleh Mahkamah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK), dan
Komisi Yudisial (KY)
4. Konstitutif oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
5. Eksaminatif oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
6. Moneter oleh Bank Indonesia (BI)

Gambar 2. Susunan lembaga negara RI setelah amandemen UUD 1945

Adapun lembaga-lembaga yang terlibat dalam pembagian kekuasaan negara sangat


berperan penting dalam menciptakan pemerintahan yang stabil.

2.4.1 Lembaga Kekuasaan Eksekutif


Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan
pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.”, Presiden merupakan lembaga yang
menjalankan kekuasaan eksekutif.

Presiden Republik Indonesia, umumnya disingkat sebagai Presiden, adalah jabatan


kepala negara sekaligus kepala pemerintahan Indonesia. Sebagai kepala negara, Presiden

9|SISTEM PEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
adalah salah satu simbol resmi dan identitas nasional Indonesia di mata dunia. Sementara
sebagai kepala pemerintahan, Kekuasaan eksekutif yang dipegang oleh Presiden, dibantu
oleh Wakil Presiden dan menteri-menteri dalam kabinet, digunakan untuk melaksanakan
rumah tangga pemerintahan sehari-hari.

Presiden juga menjalankan fungsi legislatif terbatas (Bersama Dewan Perwakilan


Rakyat) dalam  pemerintahan Indonesia. Presiden merupakan  panglima
tertinggi bagi Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Presiden (dan Wakil Presiden) dipilih secara langsung oleh rakyat dalam
suatu pemilihan umum yang diselenggarakan oleh badan terkait, serta menjabat selama 5
tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama untuk satu kali masa
jabatan. Sebelum adanya perubahan terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), Presiden dan Wakil Presiden dipilih oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR) dalam periode waktu 5 tahun dan setelahnya dapat terpilih
lagi (tanpa batas).

Presiden dan Wakil Presiden Indonesia sebagai suatu lembaga kepresidenan


Indonesia disusun melalui rancangan UUD 1945 yang dibahas oleh Badan Penyelidik
Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dalam beberapa
sidangnya. Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) yang merupakan badan penerus dari BPUPKI menetapkan pemberlakuan
UUD 1945, yang dengan demikian mengesahkan lembaga kepresidenan di Indonesia, dan
memilih Soekarno sebagai presiden pertama Indonesia.

2.4.2 Lembaga Kekuasaan Legislatif

2.4.2.1 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)


Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR memiliki tugas dan wewenang, beberapa
diantaranya adalah menyusun dan membahas rancangan undang-undang (RUU), membahas
RUU yang diusulkan presiden ataupun DPD, dan menetapkan UU bersama presiden
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 20 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan bahwa “Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan
membentuk undang-undang.”

Gambar 3. Gedung Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Adapun dalam menjalankan kekuasaan legislatif, DPR memiliki Fungsi dan


Haknya.

10 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
1. Fungsi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR mempunyai fungsi yaitu legislasi, anggaran, dan pengawasan yang
dijalankan dalam kerangka representasi rakyat.
a. Legislasi
Fungsi Legislasi dilaksanakan untuk membentuk undang-undang bersama
presiden saja.
b. Anggaran
Fungsi anggaran dilaksanakan untuk membahas dan memberikan
persetujuan atau tidak memberikan persetujuan terhadap rancangan undang-
undang tentang APBN yang diajukan oleh Presiden.
c. Pengawasan
Fungsi pengawasan dilaksanakan melalui pengawasan atas pelaksanaan
undang-undang dan APBN.
2. Hak Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
DPR mempunyai beberapa hak, yaitu; hak interpelasi, hak angket, hak imunitas,
dan hak menyatakan pendapat.
a. Hak interpelasi
Hak interpelasi adalah hak DPR untuk meminta keterangan kepada
Pemerintah mengenai kebijakan Pemerintah yang penting dan strategis serta
berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Hak angket
Hak angket adalah hak DPR menjelaskan pelaksanaan suatu undang-undang
dan/atau kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan hal penting, strategis,
dan berdampak luas pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara yang diduga bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
c. Hak imunitas
Hak imunitas adalah kekebalan hukum di mana setiap anggota DPR tidak
dapat dituntut di hadapan dan di luar pengadilan karena pernyataan,
pertanyaan/pendapat yang dikemukakan secara lisan ataupun tertulis dalam
rapat-rapat DPR, sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Tata Tertib
dan kode etik.
d. Hak menyatakan pendapat
Hak menyatakan pendapat adalah hak DPR untuk menyatakan pendapat
atas:
 Kebijakan Pemerintah atau mengenai kejadian luar biasa yang terjadi di
tanah air atau di dunia internasional
 Tindak lanjut pelaksanaan hak interpelasi dan hak angket
Dugaan bahwa Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan
pelanggaran hukum baik berupa pengkhianatan terhadap negara, korupsi,
penyuapan, tindak pidana berat lainnya, maupun perbuatan tercela,

11 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
dan/atau Presiden dan/atau Wakil Presiden tidak lagi memenuhi syarat
sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden.

2.4.2.2 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


Dewan Perwakilan Daerah atau DPD memiliki tugas dan wewenang untuk
membahas bersama DPR dan pemerintah terhadap penyusunan RUU tertentu dan
berwenang memberikan pandangan dan pendapat terhadap RUU tertentu.

Gambar 4. Gedung Dewan Perwakilan Daerah (DPD)


2.4.3 Lembaga Kekuasaan Yudikatif

2.4.3.1 Mahkamah Agung (MA)


Mahkamah Agung atau MA adalah lembaga tinggi negara dalam sistem
ketatanegaraan Indonesia yang merupakan pemegang kekuasaan kehakiman bersama-sama
dengan Mahkamah Konstitusi dan bebas dari pengaruh cabang-cabang kekuasaan lainnya.

Gambar 5. Gedung Mahkamah Agung (MA)

Mahkamah Agung terdiri dari pimpinan, hakim anggota, kepaniteraan, dan


sekretariat. Jumlah hakim agung paling banyak enam puluh orang diseleksi oleh KY
dengan persetujuan DPR. Adapun tugas pokok MA, yaitu menerima, memeriksa, dan
mengadili, serta menyelesaikan setiap perkara yang diajukan.

2.4.3.2 Mahkamah Konstitusi (MK)


Mahkamah Konstiusi atau MK adalah lembaga peradilan, sebagai cabang kekuasaan
yudikatif, yang mengadili perkara-perkara tertentu yang menjadi kewenangannya
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah
Agung dan badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,

12 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata
usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi

Gambar 6. Gedung Mahkamah Konstitusi (MK)

Mahkamah Konstitusi terdiri dari sembilan orang hakim konstitusi (tiga orang
diajukan DPR, tiga orang diajukan Presiden, tiga orang diajukan MA). Adaun tugas dan
wewenang MK, antara lain:
2.4.3.3 Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial atau KY adalah lembaga yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Dasar Tahun 1945 yang berwenang mengusulkan pengangkatan hakim agung dan
mempunyai wewenang lain dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan,
keleluhuran martabat, serta perilaku hakim. Komisi Yudisial merupakan lembaga negara
yang bersifat mandiri dan dalam pelaksanaan wewenangnya bebas dari campur tangan atau
pengaruh kekuasaan lainnya.

Gambar 7. Gedung Komisi Yudisial (KY)

Komposisi keanggotaan Komisi Yudisial terdiri atas dua mantan hakim, dua orang
praktisi hukum, dua orang akademis hukum, dan satu anggota masyarakat dimana
anggotanya diangkat dan diberhentikan oleh presiden dengan persetujuan DPR.

2.4.4 Lembaga Kekuasaan Konstitutif


Lembaga negara yang menjalankan kekuasaan konstitutif di Indonesia adalah
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR
merupakan salah satu lembaga tinggi negara dalam sistem ketatanegaraan Indonesia.
Majelis Permusyawaratan Rakyat bersidang sedikitnya sekali dalam lima tahun.

13 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
Gambar 8. Gedung Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)

Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) terdiri dari DPR dan DPD.
Adapun tugas dan wewenang MPR setelah amandemen, yaitu sebagaimana ditegaskan
Pasal 3 Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa “MPR berwenang
mengubah dan mentapkan UUD, MPR melantik presiden dan/atau wakil presiden, MPR
dapat memberhentikan presiden dan/atau wakil presiden dalam masa jabatannya menurut
UUD.”

2.4.5 Lembaga Kekuasaan Eksaminatif


Dalam pembagian kekuasaan negara Republik Indonesia, lembaga yang
menjalankan kekuasaan eksaminatif adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.
BPK merupakan lembaga negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. BPK mempunyai sembilan orang
anggota yang terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua
merangkap anggota, dan tujuh orang anggota. Anggota, ketua, dan wakil ketua BPK terpilih
sebelum memangku jabatannya wajib mengucapkan sumpah atau janji menurut agamanya
yang dipandu Oleh ketua Mahkamah Agung.

Gambar 9. Gedung Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI)

Apabila ketua Mahkamah Agung berhalangan, sumpah atau janji anggota BPK
dipandu Oleh wakil ketua Mahkamah Agung. Keanggotaan BPK dipilih oleh DPR dengan

14 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
memperhatikan pertimbangan DPD dan diresmikan dengan keputusan presiden. Anggota
BPK memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali untuk 1
kali masa jabatan.
Ketentuan tentang BPK diatur dalam pasal 23E-23G Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam ketentuan pasal-pasal tersebut dinyatakan bahwa
untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu
Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri. Hasil pemeriksaan keuangan negara
diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah sesuai kewenangannya. Selanjutnya, hasil pemeriksaan
ditindaklanjuti oleh lembaga perwakilan dan atau badan sesuai undangundang. Ketentuan
tentang BPK diatur dalam UndangUndang Republik Indonesia Nomor 1 5 Tahun 2006.
BPK bertugas memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank
Indonesia, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), badan layanan umum, Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD), d lembaga atau badan lain yang mengelola keuangan negara. Pelaksanaan
pemeriksaan BPK dilakukan berdasarkan undang-undang tentang pemeriksaan,
pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan BPK mencakup
pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Dalam melaksanakan pemeriksaan, pengelolaan, dan tanggung jawab keuangan negara,
BPK melakukan pembahasan atastemuan pemeriksaan dengan objek yang diperiksa
sesuai standar pemeriksaan keuangan negara. Dalam melaksanakan tugas kenegaraannya
BPK memiliki wewenang untuk menentukan objek pemeriksaan, merencanakan dan
melaksanakan pemeriksaan, menentukan waktu dan metode pemeriksaan, serta menyusun
dan menyajikan laporan pemeriksaan. BPK juga berwenang meminta keterangan dan/atau
dokumen yang wajib diberikan oleh setiap orang, unit organisasi pemerintah pusat,
pemerintah daerah, lembaga negara lainnya, Bank Indonesia, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), badan layanan umum, Badan Usaha Milik Daerah
(BUMD), dan lembaga atau badan lainyang mengelola keuangan negara. Selanjutnya, BPK
berwenang melakukan pemeriksaan di tempat penyimpanan uang dan barang milik negara,
di tempat pelaksanaan kegiatan, pembukuan, dan tata usaha keuangan negara, serta
pemeriksaan terhadap penghitungan-penghitungan, surat-surat, bukti-bukti, rekening koran,
pertanggung jawaban, dan daftar lainnya yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
negara.

2.4.6 Lembaga Kekuasaan Moneter


Kekuasaan Moneter dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank sentral
di Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23D UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-
undang.

15 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
Gambar 10. Gedung Bank Indonesia (BI)

Menurut UU No. 23, Bank Indonesia merupakan lembaga Negara yang independen
dan bebas dari campur tangan pemerintah Negara, kecuali undang-undang. Bank Indonesia
sebagai lembaga independen ini memiliki kewenangan untuk melaksanakan kebijakan
moneter dan mengawasi bank-bank lainnya di Indonesia.
Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia sesuai Pasal
23D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD) dan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. Sebelum seluruh sahamnya dibeli oleh
Pemerintah Indonesia, Bank ini awalnya bernama De Javasche Bank (DJB) yang didirikan
berdasarkan Oktroi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Sebagai bank sentral, BI
mempunyai tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.
Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua dimensi, yaitu kestabilan nilai mata
uang terhadap barang dan jasa domestik (inflasi), serta kestabilan terhadap mata uang
negara lain (kurs).[4]
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga
bidang tugasnya. Ketiga tugas ini adalah:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter;
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; serta
3. Mengatur dan mengawasi perbankan (tugas ini masih berlaku pasca-
UU OJK namun difokuskan pada aspek makroprudensial dalam rangka
menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia).
Ketiga tugas tersebut dijalankan secara terintegrasi agar tujuan mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas
mengatur dan mengawasi perbankan secara mikroprudensial dialihkan kepada Otoritas Jasa
Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun
difokuskan pada aspek makroprudensial sistem perbankan.
BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk
mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI
dipimpin oleh Dewan Gubernur yang diketuai oleh seorang Gubernur Bank Indonesia.

16 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 KESIMPULAN
- Teori-teori mengenai pembagian kekuasaan negara antara lain, teori John
Locke, Teori Trias Politica, dan teori Capital Division Of Powers dan Areal
Division Of Powers
- Prinsip pembagian kekuasaan di Indonesia menggunakan prinsip sentralisasi
dan desentralisasi
- Konsep pembagian kekuasaan di Indonesia dibentuk secara horizontal dan
vertical.
- Macam-macam kekuasaan negara di Indonesia, antara lain kekuasaan
eksekutif, legislatif, yudikatif, konstitutif, eksaminatif, dan moneter.

3.2 SARAN
- Sebaiknya seluruh masyarakat menjalankan peran dalam penyelenggaraan
pemerintahan dalam upaya memajukan negara.
- Sebaiknya, kita sebagai generasi penerus bangsa, mampu berperan aktif dalam
penyelenggaraan pemerintahan dengan mengetahui dan memahami pembagian
kekuasaan negara Republik Indonesia

17 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.
DAFTAR PUSTAKA

A Riyanto. 2003. Negara Kesatuan: Konsep, Asas, Dan Aktualisasinya, Bandung:


Yapemdo
https://nasional.kompas.com/read/2022/04/09/01000011/pembagian-kekuasaan-horizontal-
dan-vertikal-di-indonesia?page=all#page2
https://duniapendidikan.co.id/pengertian-kekuasaan-konstitutif/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lembaga_konstitutif#:~:text=Kekuasaan%20Konstitutif
%20adalah%20merupakan%20kekuasaan,dijadikan%20oleh%20Majelis
%20Permusyawaratan%20Rakyat
https://bantuanhukum-sbm.com/artikel-lembaga-eksaminatif
https://dindingholy.wordpress.com/2017/04/26/makalah-sumber-keuangan-negara/
https://id.scribd.com/document/531103319/Makalah-Sistem-Pembagian-Kekuasaan-
Negara-Republik-Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Presiden_Indonesia
https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Indonesia

18 | S I S T E MPEMBAYARAN DAN UANG


GURU : ERNA FITRAINI, S.PD.

Anda mungkin juga menyukai