Anda di halaman 1dari 24

TEMA : KEKUASAAN NEGARA BERDASARKAN UUD NRI TAHUN 1945

SISTEM KEKUASAAN DAN PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN

Oleh :
Kelompok 1

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
BANGKALAN
2022

i
SISTEM KEKUASAAN DAN PENYALAHGUNAAN KEKUASAAN
Dipresentasikan Pada Diskusi Kelompok
Mata Kuliah Hukum Tata Negara
Tanggal 7 april 2022

Oleh :
Kelompok 1
1. Windasari 210111100006 ;
2. Alifia eka pradini 2010111100023 ;
3. Tiana afiani 210111100365 ;
4. Bachtiar arya habibillah 210111100369 ;
5. Ahmad ferdian ramadhani 210111100386.

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA


FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI ILMU HUKUM
BANGKALAN
2022

ii
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami ucapkan kepada Allah SWT karena atas seizin-Nya kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Sistem Kekuasaan Dan Penyalahgunaan
Kekuasaan” dengan tema Kekuasaan Negara Berdasarkan NRI Tahun 1945. Makalah ini dibuat
sebagai salah satu tugas mata kuliah Hukum Tata Negara pada semester 2 di Fakultas Hukum
Universitas Trunojoyo Madura.

Dalam penyusunan makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Hukum Tata Negara yang telah memberikan tugas dan petunjuk kepada kami
sehingga dapat termotivasi dan dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa juga terima kasih
kepada rekan satu kelompok dalam penyusunan makalah.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik dari materi maupun
teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu,
kritik dan saran membangun sangat kami harapkan.

Bangkalan, 1 april 2022


Penyusun

Kelompok 1

iii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul......................................................................................................................i
Halaman Judul..........................................................................................................................ii
Kata Pengantar.........................................................................................................................iii
Daftar Isi....................................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................4
2.1. Kekuasaan Negara............................................................................... 4
2.2. Kekuasaan yang ada di Indonesia....................................................................6
2.3. Penyalahgunaan Kekuasaan dan Bentuk penyalahgunaan......................9
2.3.1 Penyalahgunaan Kekuasaan..................................................................9
2.3.2 Bentuk Penyalahgunaan........................................................................11
2.3.3 Kasus Penyalahgunaan di Indonesia....................................................13
BAB III SIMPULAN................................................................................................................15
3.1 Kekuasaan Negara.............................................................................................15
3.2 Kekuasaan Yang Ada Di Indonesia..................................................................16
3.3 Penyalahgunaan kekuasaan dan bentuk penyalahgunaan serta contoh
kasus...................................................................................................................16
3.3.1 Penyalahgunaan Kekuasaan...................................................................16
3.3.2 Bentuk Penyalahgunaan Kekuasaan......................................................17
3.3.3 Kasus Penyalahgunaan Kekuasaan........................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara hokum yang sangat kental dengan segala peraturan maupun
kekuasaan yang ada didalamnya. Sangat penting bagi suatu Negara yang telah merdeka untuk
memiliki sistem pemerintahan yang berdaulat dan disegani oleh Negara lainnya. Indonesia yang
telah lama merdeka telah menciptakan berbagai kekuasaan guna mengatur seluruh masyarakat
dalam mewujudkan kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kekuasaan Negara
ini yang nantinya akan dijadikan sebagai kewenangan Negara dalam menjalankan segala sistem
pemerintahan yang ada. Sistem pemerintahan menurut Sri Soemantri adalah sistem hubungan
antara organ eksekutif dan organ legislatif (organ kekuasaalegislatif) 1. Hubungan yang tercipta
antara keduanya harus terjalin dengan baik, karena tujuan dari sistem pemerintahan adalah
menjaga kestabilan dari suatu Negara. Sesuai dengan yang disampaikan oleh Carl J Friedrich,
sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari beberapa bagian yang mempunyai hubungan
fungsional terhadap keseluruhannya sehigga hubungan itu menimbulkan suatu ketergantungan
antara bagian-bagian yang akibatnya jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan
mempengaruhi keseluruhannya itu2. Pernyataan tersebut dapat dirasakan kebenarannya, ketika
suatu pemerintah maupun lembaga penguasaha Negara tidak bias bekerjasama dengan baik demi
tujua yang hendak diraih maka akan terjadi perpecahan atau kekuasaan didalam negeri.
Sistem pemerintahan saat ini, sebagian ahli tata negara menyebutnya dengan sistem
pemerintahan presidensil dan ada pula yang menyebutnya dengan sistem pemerintahan Quasi-
parlementer-presidensil dengan mendasarkan pada UUD NRI Tahun 1945 dan prinsip
kelembagaan yang dianut dari semula pada masa orde baru adalah pembagian kekuasaan
(distribution of power) dan Pemisahan (separation of power) dengan prensip chek and balances
antara tembaga-lembaga Negara, dalam artian bahwa setiap-setiap lembaga negara memiliki

1
Ratna, solihah. Peluang dan tantangan serentak 2019 dalam perspektif poitik. Jurnal Ilmiah ilmu pemerintahan.
2018. https://doi.org110.14710/jiip.VBil.3234

2
Philips W. Buck, Carl J. Friedrich, and Zbigniw K, Brzezinski. Totalitarian Dictatorship and Auticracy. American
Xavic and East European Review. 1957. Https://obi.org/10.2307/3001187

1
kedudukan yang sama dan terdapatnya saling kontrol antar lembaga 3. Terdapat perbedaan antara
pemisahan dan pembagian kekuasaan. pemisahan kekuasaan yang berarti kekuasaan negara
terpisah dalam beberapa bagian, baik dari organ dan fungsinya, sedangkan pembagian kekuasaan
membuat kekuasaan dinegara dibagi dalam beberapa bagian tetapi tidak dipisahkan, sehingga
masih saling berhubungan dalam menjalankan kekuasaan. Pembagian kekuasaan memungkinkan
adanya koordinasi dan kerja sama antar pemangku kekuasaan dalam menjalankan kekuasaan,
sedangkan pemisahan kekuasaan memungkinkan pemangku bagian kekuasaan berdiri sendiri
tanpa memerlukan koordinasi dan kerja sama satu sama lain. Di Indonesia sendiri, menganut
sistem pembagian kekuasaan dalam menyelenggarakan seluruh sistem yang berlaku di Indonesia.
Di Indonesia sendiri memiliki cukup banyak kekuasaan-kekuasaan yang menjadi
penyenggaran dalam mengurusi semua hal yang berkaitan dengan Negara maupun rakyatnya.
Dalam UUD 1945 menetapkan 7 lembaga Negara yaitu MPR,DPR, DPD, Presiden, BPK, MA,
dan MK. Semua kekuasaan yang dimiliki oleh lembaga-lembaga tersebut memiliki ruang
lingkupnya masing-masing dan pelaksanaannya juga dapat diberikan kepada lembaga secara
mandiri maupun dilaksanakan secara bersama-sama. Tetapi, sangat disayangkan karena banyak
penguasa-penguasa di Indonesia yang memanfaatkan kekuasaan maupun jabatannya untuk
kepentingan dan kepuasaan pribadinya tanpa memikirkan kepentingan rakyat, terlebih para
pejabat tersebut membuat rakyat rugi atas tindaan yang dilakukannya. Seperti para pejabat yang
melalukan korupsi, kasus korupsi bukan hanya penyalahgunaan tetapi juga merusak cita-cita
yang telah dirancang oleh pendiri bangsa Indonesia. Melihat sangat banyaknya kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia membuat kondisi masyarakat sangat memperhatinkan karena dapak
dari kejahatan penjahat penguasa Negara. Sulit dibayangkan penguasa yang seharusnya
melindungi Negara justru membiarkan para korupsi sibuk memperkaya dirinyadengan
merugikan orang lain,sehingga melahirkan kesenjangan social yang semakin lebar di
masyarakat4. Terlebih banyak para koruptor yang tidak mendapatkan hukuman sebagai mana
mestinya,hanya karna mereka memiliki uang dan juga jabatannya atau kekuasaan di Indonesia
sering kali hukum kalah dengan penguasa yang memiliki kekuasaan di Indonesia.sesungguhnya
di dalam UUD 1945 telah ada petunjuk dan batasan dan itulah pentingnya konstitusi artinya

3
Roesli, Muhammad. Susilo, Damel. 2018. Konsep pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945. Jurnal Mimbar
Yustita. 2(1). Hlm. 42-129
4
Saputra, inggar. 2017. Implementasi Nilai Pancasila dalam mengatasi koruptor di Indonesia. Jurnal Ilmiah
Pendidikan Dan Kewarganegaraan. 2(1). Hlm. 9-17

2
apabila terjadi pergalakan antara hukum dan kekuasaan yang lebih dominan maka harus
dikembalikan bahwa Negara kita adalah Negara hukum bukan Negara kekuasaan5.

1.2 Rumusan masalah


Dari latar belakang tersebut, kami mendapatkan beberapa rumusan masalah yang cukup
menarik untuk diulas. Diantaranya :
1. Jelaskan apa yang di maksud dengan kekuasaan Negara ?
2. Sebutkan dan jelaskan mengenai kekuasaan yang berada di Indonesia?
3. Apa yang di maksud dengan penyalahgunaan kekuasaan dan bentuk penyalahgunaan
kekuasaan serta berikan contoh kasus penyalahgunaan kekuasaan di Indonesia!

5
Suhadi, Imam. 1996. Hukum Dan Kekuasaan. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. 3(6). Hlm. 44-49

3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kekuasaan Negara
Kekuasaan menurut Max Weber adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang
untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauan sendiridengan sekaligus
menerapkannya terhadap tindakan tindakan perlawanan dan orang orang atau golongan golongan
tertentu6. Hampir sama dengan pernyataan Max Weber, Meriam budiarjo juga berpendapat
bahwa kekuasaan merupakan kemapuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa,sehingga tingkah
laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang memiliki kekuasaan
tersebut.kekuasaan dapat di gunakan sebagai alat untuk memaksa siapa saja tunduk dan menaati
segala peraturan yang telah di buat. Biasanya kekuasaan ditunjukkan pada kekuasaan pemerintah
dalam Negara.
Kekuasaan dalam kaitannya dengan masalah kenegaraan dapat di bedakan ke dalam dua
kelompok,yaitu kekuasaan Negara dan kekuasaan masyarakat. Kekuasaan masyarakat adalah
kekuasaan /kemampuan masyarakat untuk mengelola dan mengorganisasikan kepentingan
individu dan kelompok masyarakat yang menjadi anggotanya sehingga intraksi social dapat
berjalan dengan lancar sedangkan kekuasaan Negara berkaitan dengan atoritas Negara untuk
mengatur kekuasaan masyarakat secara tertib dan nyaman7. Negara dapat dikatakan sebagai
suatu organisasi kekuasaan, sehingga Negara mendapatkan peran penting dalam menjalankan
kekuasaan di dalamya. Kekuasaan Negara terdiri dari 2 kata yakni kekuasaan (power) dan
Negara (state), sehingga dapat di artikan bahwa wewenang yang di berikan atau dimiliki oleh
penguasa atau pemerintah untuk mengatur dan menjaga wilayah kekuasaannya dari Negara lain
serta untuk mengatur dan mempengaruhi tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan kehendak
atau tujuan bersama. Segala kekuasaan yang telah di berikan sudah seharusnya di gunakan dan di
jalankan dengan sebaik mungkin guna meraih tujuan yang telah di harapkan dan membuat
masyarakat mendapatkan kesejahteraan sebagai warga Megara Indonesia hal tersebut juga

6
Mushodiq, Muhammad Agus. Imron, Ali. 2020. Peran Majelis Ulama Indonesia Dalam Mitigasi Pandemi Covid19
(Tinjuan Tindakan Sosial Dan Dominasi Kekuasaan Max Weber. Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I. 7(5). Hlm. 455-472
7
Luthan, Salman. 2007. Hubungan Hukum Dan Kekuasaan. Jurnal Hukum. 2(14). Hlm. 166-184

4
menjadi salah satu alas an mengapa kekuasaan Negara menjadi sesuatu yang penting sebagai
factor pendukung perkembangan kemajuan yang di inginkan8.
Kekuasaan legislative, kekuasaan yudikatif, dan kekuasaan eksekutif merupakan
kekuasaan-kekuasaan yang dimiliki oleh suatu negara yang sangat luas dan mencakup beberapa
aspek kehidupan. Serta di dalamnya mencakup kekuasaan guna mengatur kehidupan masyarakat
dalam kaitannya dengan kesejahteraan rakyat, agama, social, budaya dan lainnya9. Mengenai
konsep kekuasaan Negara sering kali di dengar,terdapat konsep pembagian kekuasaan Negara di
Indonesia,yakni pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan. Pembagian kekuasaan
(division of powers) merupakan suatu proses untuk membagi kekuasaan terhadap suatu negara
kepada beberapa lembaga negara agar tidak terjadi pemusatan kekuasaan. Sedangkan pemisahan
kekuasaan (separation of powers) memiliki arti kekuasaan negara yang terpisah-pisah dalam
beberapa bagian, baik mengenai orangnya atau pun fungsinya. Kedua hal ini adalah hal penting
yang diperlukan sebagai suatu usaha untuk menghindari pemusatan kekuasaan pada satu orang
saja dan mencegah terjadinya resiko sistem pemerintahan yang absolut atau otoriter, sehingga
negara dapat mengontrol keseimbangan antara pemegang kekuasaan. Meskipun begitu, terdapat
perbedaan antara pemisahan dan pembagian kelompok:
1. Pemisahan kekuasaan yang berarti kekuasaan negara terpisah dalam beberapa bagian,
baik dari organ dan fungsinya, sedangkan pembagian kekuasaan membuat kekuasaan
di negara dibagi dalam beberapa bagian tetapi tidak dipisahkan, sehingga masih saling
berhubungan dalam menjalankan kekuasaan.
2. Pembagian kekuasaan memungkinkan adanya koordinasi dan kerja sama antar
pemangku kekuasaan dalam menjalankan kekuasaan, sedangkan pemisahan kekuasaan
memungkinkan pemangku bagian kekuasaan berdiri sendiri tanpa memerlukan
koordinasi dan kerjasama satu sama lain.
Karena penjelasan diatas dapat diketahui bahwa Indonesia menggunakan sistem
pembagian kekuasaan yang artinya kekuasaan negara dibagi dalam beberapa bagian, tetapi tidak
dipisahkan sehingga tetap akan terjadi kerjasama antar pemangku kekuasaan di Indonesia 10.

8
Airlangga, Shandi Patria. 2019. Hakikat Penguasa dalam Negara Hukum Demokratis. Jurnal Univetas Lampung.
3(1). Hlm. 1-10
9
Asshidiqqie, Jimly. 2006. Penghantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II. Jakarta Pusat:Sekretariat Jendral Dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI
10
Marlina, Rina. 2018. Pembagian Kekuasaan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia. Jurnal Daulat
Hukum. 1(1). Hlm. 171-178

5
selain itu, pemisahan kekuasaan masih belum bisa terlaksana dengan baik di Indonesia menurut
kenyataan yang ada, hal tersebut menjadi salah satu pemicu mengapa Indonesia menggunakan
sistem pembagian kekuasaan.
Fungsi dari pembagian kekuasaan yang dilaksanakan ini agar pekerjaan tidak dititik
beratkan kepada hanya satu pihak saja, pembagian kekuasaan bukan berarti saling terpisah-pisah
melainkan tetap saling bekerjasama satu sama lain.

2.2 Kekuasaan yang ada di Indonesia


Setiap negara pasti memiliki susunan kekuasaan masing-masing. Beragam kekuasaaan
negara ini tentunya diciptakan bukan tanpa vokal maksud dan tujuan. Dari beberapa masa
kepemimpinan, Indonesia telah mengalami beberapa kali pergantian dalam hal ragam kekuasaan
negara terutama mengenai jenis kekuasaan horizontal. Seluruh jenis kekuasaan tersebut bisa
dikatakan memiliki kedudukan yang agak sejajar. Di bawah ini merupakan macam-macam
kekuasaan negara berdasarkan jenisnya :
Kekuasaan horizontal
Di Dalam UUD 145, kekuasaan secara horizontal pembagian kekuasaan Negara dilakukan
pada tingkatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pada pembagian kekuasaan di
pemerintah pusat berlangsung antara lembaga- lembaga negara yang sederajat. Karena adanya
perubahan UUD negara republik tahun 1945 maka terjadi pergeseran klasifikasi kekuasaan yang
semula terdiri dari tiga jenis kekuasaan (legislatif, eksekutif, dan yudikatif), kini menjadi enam
kekuasaan negara, yakni :
1.Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif telah menjadi salah satu dari beragam kekuasaan negara yang mana di
dalamnya terdapat tugas dan tanggungjawab untuk menyusun aturan undang-undang yang harus
dibuat lebih terperinci dan juga disesuaikan dengan aturan dasar di dalam UUD 1945 20 ayat (1).
Saat ini, kekuasaan legislative dipegang oleh jabatan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).
DPR juga memiliki anggota yang tersebar pada tingkat provinsi dan juga kabupaten yang mana
tugasnya juga hampir sama.11
2. Kekuasaan Eksekutif
Lembaga eksekutif adalah lembaga yang memegang kekuasaan pemerintahan.

11
https://cerdika.com/macam-macam-kekuasaan-negara-di-indonesia/

6
Lembaga ini bertugas menjalankan pemerintahan dan pembangunan sesuai undang-undang.
Kekuasaan ini dipegang oleh Presiden sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 4 ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Presiden Republik Indonesia
memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar.
Lembaga eksekutif terdiri dari:
1. Presiden
2. Wakil Presiden
3. Kementerian negara
4. Pejabat setingkat menteri12
3. Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan Yudikatif adalah kekuasaan peradilan yang dalam kekuasaannya menjaga
undang-undang, peraturan dan ketentuan hukum lainnya yang harus ditaati dengan menjatuhkan
sanksi terhadap setiap pelanggaran hukum. lembaga yudikatif juga bertugas memberikan
keputusan dengan adil dalam sengketa sipil yang diajukan ke pengadilan untuk diputuskan. 13
Kekuasaan ini sering kali juga disebut dengan kekuasaan kehakiman sebagai penyelenggara
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah
Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh
sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan
peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan
peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.
4. Kekuasaan Eksaminatif atau Inspektif
Kekuasaan ini merupakan kekuasaan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dijalankan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).14 Lembaga ini memiliki kuasa penuh atas kekuasaannya
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan
negara diadakan satu Badan Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.

12
Cerdika.com/macam-macam kekuasaan Negara di indonesia
13
Kelas pintar solusi belajar online
14
GridKids.id ‘’Terbagi menjadi Horizontal dan Vertikal, Ini Pembagian Kekuasaan di Indonesia’’

7
4. Kekuasaan moneter
Kekuasaain moneter merupakan kekuasaan yang berfungsi untuk menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter; mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; serta
memelihara kestabilan nilai rupiah15. Kekuasaan ini dijalankan oleh Bank Indonesia selaku bank
sentral di Indonesia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 D UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara memiliki suatu bank sentral yang susunan,
kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan indepedensinya diatur dalam undang-undang.
5. Kekuasaan Konstitutif
Kekuasaan konstitusi adalah kekuasaan negara yang bertugas untuk mengubah dan
menetapkan UUD 1945 dan dijalankan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 3 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang menyatakan bahwa Majelis Permusyawaratan Rakyat berwenang mengubah dan
menetapkan Undang-Undang Dasar.
Kekuasaan vertikal
Pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan berdasarkan
tingkatannya. Dalam hal ini pembagian kekuasaan terdiri dari beberapa tingkatan pemerintahan.
pembagian kekuasaan secara vertikal di Indonesia berlangsung antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Khususnya, terdiri dari pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten atau
kota. Pembagian kekuasaan secara vertikal juga berlangsung pada tingkat pemerintah daerah,
Penentuan tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat. Pemerintah Pusat menyerahkan wewenang
pemerintahan kepada pemerintah daerah otonom (provinsi dan kabupaten/kota) untuk mengurus
dan mengatur sendiri urusan pemerintahan di daerahnya, kecuali urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat, yaitu kewenangan yang berkaitan dengan politik luar
negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, agama, moneter dan fiskal. Koordinasi, pembinaan, dan
pengawasan dari pemerintah pusat, ditujukan untuk menjaga hubungan antara pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten maupun kota.
Berikut adalah pembagian kekuasaan antar lembaga secara vertikal :
1. Pemerintah Pusat, Tingkatan ini identik dengan pemerintahannya yang berpusat di ibu kota.
2. Pemerintah Daerah, Pemerintah daerah di Indonesia memiliki hak otonomi daerah atau
berhak untuk mengatur wilayahnya sendiri.16
15
(tirto.id - Sosial Budaya) "6 Jenis Konsep Pembagian Kekuasaan di Indonesia Secara Horizontal"
16
GridKids.id ‘’Terbagi menjadi Horizontal dan Vertikal, Ini Pembagian Kekuasaan di Indonesia’’

8
2.3 Penyalahgunaan Kekuasaan dan Bentuk penyalahgunaan
2.3.1 Penyalahgunaan Kekuasaan
Abuse of power adalah tindakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan seorang
pejabat untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri, orang lain atau
korporasi17. Kalau tindakan itu dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara, maka
tindakan tersebut dapat dianggap sebagai tindakan korupsi. Ada adagium yang mengatakan
bahwa, kekuasaan itu dekat dengan korupsi. Kekuasaan yang tidak terkontrol akan menjadi
semakin besar, beralih menjadi sumber terjadinya berbagai penyimpangan. Makin besar
kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan untuk melakukan korupsi.
Wewenang yang diberikan sebagai sarana untuk melaksanakan tugas, dipandang sebagai
kekuasaan pribadi. Karena itu dapat dipakai untuk kepentingan pribadi. Akibatnya, pejabat yang
menduduki posisi penting dalam sebuah lembaga negara merasa mempunyai hak untuk
menggunakan wewenang yang diperuntukkan baginya secara bebas, semakin tinggi jabatannya,
makin besar kewenangannya18.
Tindakan hukum terhadap orang-orang tersebut dipandang sebagai tindakan yang tidak
wajar. Kondisi demikian merupakan sebuah kesesatan publik yang dapat merugikan organisasi
secara menyeluruh. Dalam keadaan di mana masyarakat lemah karena miskin, buta hukum, buta
administrasi, korupsi berjalan seperti angin lewat. Pemerintah pada suatu negara merupakan
salah satu unsur atau komponen dalam pembentukan negara yang baik.Terwujudnya
pemerintahan yang baik adalah manakala terdapat sebuah sinergi antara swasta, rakyat dan
pemerintah sebagai fasilitator, yang dilaksanakan secara transparan, partisipatif, akuntabel dan
demokratis19.
Proses pencapaian negara dengan pemerintahan yang baik memerlukan alat dalam
membawa komponen kebijakan-kebijakan atau peraturan-peraturan pemerintah guna
terealisasinya tujuan nasional. Alat pemerintahan tersebut adalah aparatur pemerintah yang
dalam hal ini Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan sekarang disebut dengan Aparatur Sipil Negara
(ASN) sebagaimana ditetapkan dalam UU Nomor 5 Tahun 2014.
17
Hafis, Raden Imam Al. Yogia, Moris Adidi. 2017. Abouse Of Power: Tinjauan Terhadap Penyalahgunaan
Kekuasaan Oleh Pejabat Publik Di Indonesia. Jurnal Publika. 3(1). Hlm. 80-88
18
Izziyana, Wafda Vivid. 2016. Korupsi Dalam Dimensi Kekuasaan. Jurnal Law Pro Justitia. 1(2). Hlm. 1-20
19
Astomo, Putra. 2014. Penerapan Prinsip-Prinsip Pemerintahan Yang Baik Dalam Penyelenggaraan Pemerintah.
Jurnal Ilmu Hukum. 16(3). Hlm. 401-420

9
Pembentukan disiplin, etika dan moral ditingkat pejabat pengambil keputusan, sangat
diperlukan untuk menangkal kebijakan yang diambil penuh dengan nuansa kepentingan pribadi
dan golongan/kelompok, kalau itu yang terjadi, tanpa disadari bahwa itu merupakan
penyalahgunaan wewenang jabatan, yang disebut abuse of power20. Perwujudan tindakan
penyalahgunaan wewenang jabatan tersebut sebagian besar berdampak pada terjadinya Korupsi,
Kolusi, Nepotisme (KKN).
Adakalanya tindakan penyalahgunaan wewenang jabatan tersebut disebabkan karena
kebijakan publik yang hanya dipandang sebagai kesalahan prosedur dan administratif, akan
tetapi apabila dilakukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi
yang berakibat pada kerugian perekonomian dan keuangan negara, maka sesungguhnya itu
adalah tindak pidana.
Persolan korupsi yang terjadi dari penyalahgunaan jabatan, terkait dengan kompleksitas
masalah moral atau sikap mental, masalah pola hidup, kebutuhan serta kebudayaan dan
lingkungan sosial. Masalah kebutuhan atau tuntutan ekonomi dan kesejahteraan sosial ekonomi,
masalah struktur atau sistem ekonomi, masalah sistem atau budaya politik, masalah mekanisme
pembangunan dan lemahnya birokrasi atau prosedur administrasi (termasuk sistem pengawasan)
di bidang keuangan dan pelayanan publik.
Dengan demikian, kasus tindak pidana korupsi dengan modus penyalahgunaan
wewenang jabatan bersifat multidimensi dan kompleks. Sekalipun tindak pidana korupsi bersifat
multidimensi dan kompleks, akan tetapi ada satu hal yang merupakan penyebab utama terjadinya
tindak pidana korupsi khususnya dalam birokrasi, yaitu kesempatan dan jabatan atau
kekuasaan21. Seseorang akan cenderung menyalahgunakan jabatan atau kekuasaannya untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi, apabila mempunyai kesempatan.
Penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan ini merupakan sebagai salah satu unsur penting
dari tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 junto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Unsur
penting yang dimaksudkan adalah “penyalahgunaan wewenang, yang dapat menyebabkan
kerugian keuangan atau perekonomian negara”. Penyalahgunaan kekuasaan atau kewenangan

20
Budijanto, Oki Wahju. Rini, Nicken Sarwo. 2019. Implementasi Mekanisme Pemberian Hukuman Disiplin di
Kementerian Hukum dan HAM. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum. 13(3). Hlm. 283-310
21
Syaifulloh, Abvianto. 2020. Perampasan Aset Terkait Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari
Tindak Pidana Korupsi. Universitas Airlangga. https://repository.unair.ac.id/95861/

10
khususnya dalam pengelolaan dan peruntukkan keuangan negara oleh aparatur negara,
sesungguhnya itu merupakan tindak pidana korupsi oleh karena sifatnya merugikan
perekonomian negara dan keuangan negara.
Artinya bahwa sekalipun itu dipandang hanya sebagai kebijakan publik yang sifatnya
administratif, akan tetapi apabila sudah berakibat pada merugikan perekonomian negara dan
keuangan negara, maka sesusngguhnya itu adalah merupakan tindak pidana.
Mencermati apa yang dikemukakan di atas, maka penyalahgunaan kewenangan dalam
kekuasaan atau jabatan dapat dipandang sebagai perbuatan melawan hukum. Hal ini
dimaksudkan karena perbuatan penyalahgunaan wewenang merupakan perbuatan yang tercela,
oleh karena orang cenderung melaksanakan sesuatu tidak sesuai dengan tugas, pokok dan fungsi
yang seharusnya dilaksanakan. Akan tetapi malahan sebaliknya, yaitu memanfaatkan
kesempatan yang ada dengan kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan tindak
pidana korupsi. Dalam ketentuan perundang-undangan mengatur tentang bagaimana perbuatan
atau tindakan penyalahgunaan kewenangan itu harus bersifat merugikan keuangan negara, maka
tindakan ini rentan dan seringkali ditemui di kalangan aparatur negara atau pegawai negeri sipil.
Mengingat peranan dan kedudukan pegawai negeri adalah aparatur negara yang juga memegang
kekuasaan, maka tidaklah berlebihan bahwa dalam diri pegawai negeri terdapat potensi untuk
menyalahgunakan kedudukan, kewenangan atau kekuasaannya.

2.3.2 Bentuk Penyalahgunaan


Penyalahgunaan kekuasaan, dalam bentuk penyimpangan dalam jabatan atau pelanggaran
resmi adalah tindakan yang melanggar hukum, yang dilakukan dalam kapasitas resmi, yang
memengaruhi kinerja tugas-tugas resmi22. Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau tidak
tepat/layak (Malfeasance) dalam jabatan sering menjadi alasan untuk pemecatan pejabat yang
dipilih dengan undang-undang atau mengingat pemilihan. Penyalahgunaan kekuasaan juga bisa
berarti seseorang menggunakan kekuatan yang mereka miliki untuk keuntungan pribadi mereka
tanpa memikirkan akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya terhadap kesejahteraan rakyat.
Sering dijumpai dikalangan kekuasaan bahwa wewenang yang dimiliki digunakan sebagai alat

22
Hafis, Raden Imam Al. Yogia, Moris Adidi. 2017. Abouse Of Power: Tinjauan Terhadap Penyalahgunaan
Kekuasaan Oleh Pejabat Publik Di Indonesia. Jurnal Publika. 3(1). Hlm. 80-88

11
untuk mengancam seseorang ketika orang tersebut tidak mengikuti kemauan ataupun kehendak
dari orang yang memiliki kekuasaan.
Penyalahgunaan wewenang yang diatur dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tidak
ditentukan satu-satunya bentuk kewenangan. Selain kewenangan dalam UU Nomor 20 Tahun
2001 tersebut, terdapat tiga bentuk lainnya yaitu tindak pidana penyuapan kepada aparatur
negara, tindak pidana gratifikasi kepada aparatur negara dan tindak pidana pemerasan oleh
pejabat/aparat negara. Bentuk ketiga tindak pidana korupsi tersebut masing-masing diatur dalam
pasal tersendiri dalam UU Nomor 20 Tahun 200123.
Untuk tindak pidana korupsi suap ini, diatur dalam Pasal 5 ayat 1 UU No. 31 Tahun 1999
jo UU. No 20 Tahun 2001 dengan ancaman pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp.50.000.000,- (lima puluh juta
rupiah) dan paling banyak Rp.250.000.000,- (dua ratus lima puluh juta rupiah), baik terhadap
pemberi suap maupun penerima suap24. Pada dasarnya, pengertian suap yaitu tindakan
memberikan berupa barang atau uang bahkan bisa berupa perjanjian khusus kepada seseorang
yang memiliki otoritas khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pemberian penyuapan
sehingga menyebkan keuntungan yang tidak pantas oleh seseorang kepada pejabat atau pegawai
negeri, langsung atau tidak langsung dengan maksud agar pegawai negeri atau pejabat tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuai dengan tugasnya yang sah.
Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B UU Nomor 20 Tahun 2021 menjelaskan gratifikasi
adalah "pemberian dalam arti luas yang meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi,
pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata, pengobatan
cuma-cuma, dan fasilitas lainnya25. Gratifikasi tersebut baik yang diterima di dalam negeri
maupun di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa
sarana elektronik. Gratifikasi bisa menjadi sesuatu yang dilarang atau salah ketika gratifikasi
yang diterima berhubungan dengan jabatan. Selain itu, gratifikasi dilarang jika penerimaan

23
An. 2015. Tiga Wujud Penyalahgunaan Wewenang Dalam Hukum Administrasi. Di Akses Pada Tanggal 2 April
2022 Melaui https://iainptk.ac.id/tiga-wujud-penyalahgunaan-wewenang-dalam-hukum-administrasi/
24
Rini. NS.2018. Penyalahgunaan Kewenangan Admistrasi Dalam Undang – Undang Tinda Pidana Korupsi. Jurnal
Penelitian Hukum De Jure. 18 (2). Hlm 257-274
25
Kuriniawan, Andre. 2021. Gratifikasi Adalah Semua Bentuk Pemberian, Ketahui Mana Yang Boleh dan Tidak. Di
Akses pada tanggal 2 April 2022 Melalui https://m.merdeka.com/jabar/gratifikasi-adalah-semua-bentuk-
pemberian-ketahui-mana-yang-boleh-dan-tidak-kln.html

12
tersebut dilarang oleh peraturan yang berlaku, bertentangan dengan kode etik, memiliki konflik
kepentingan atau merupakan penerimaan yang tidak patut / tidak wajar26.
Ancaman pidana bagi pegawai penyelenggara negara yang menerima gratifikasi
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau hukuman penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun dan pidana denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling
banyak Rp.1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). Pada hakekatnya, gratifikasi adalah pemberian
kepada pegawai negeri/penyelenggara negara dan bukan merupakan suap. Gratifikasi merupakan
suap apabila diberikan oleh si pemberi gratifikasi berhubungan dengan jabatan dan yang
berlawanan dengan kewajiban atau tugas si penerima gratifikasi sebagai pegawai negeri.
Pengertian pemerasan dalam tindak pidana adalah perbuatan yang dilakukan oleh orang
atau sekelompok orang dalam rangka mengambil untung sebanyak-banyaknya dari orang lain
baik berupa barang ataupun uang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Pemerasan merupakan
tindak pidana yang diatur dalam ketentuan Pasal 368 ayat 1 Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana yang menyebut bahwa Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri
atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan kekerasan atau ancaman
kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan
orang itu atau orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam
karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. Subjek hukum dalam
tindak pidana pemerasan adalah “barangsiapa” yang bisa dimaknai sebagai orang atau
sekolompok orang atau korporasi.

2.3.3 Kasus Penyalahgunaan Kekuasaan Di Indonesia


Di Indonesia sangat sering ditemukan kasus penyalahunaan kekuasaan oleh oknum-
oknum yang tidak bertanggung jawab sehingga menyebabkan banyak kerugiaan yang disebabkan
oleh perbuatan mereka, terutama dampak yang dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Mereka
yang diberikan kekuasan seharusnya dapat berprilaku dengan baik dan mencontohkan hidup
yang sederhana kepada masyarakat, bukan justru berbondong-bondong memanfaatkan kekuasaan
yang dimilikinya untuk hidup yang lebih mewah nan glamor. Mereka yang memiliki jabatan
diberbagai institusi tampak terjebak ke dalam tarikan-tarikan yang menggiurkan sehingga terjadi
kasus korupsi dan praktik-praktik kotor lainnya, saat ini sangat sulit dijumpai akan adanya
lembaga bersih dari praktik-praktik kotor yang dapat merugikan Negara dan rakyat. Segala hal
tersebut menunjukan telah memudarnya moralitas luhur dari kehidupan bangsa, nilai-nilai
kejujuran, tanggung jawab dan diikuti dengan menguatnya ambisi, kerakusan serta pola hidup
pragmatis dikalangan pemerintahan Indonesia.

26
Santoso, Topo. 2013. Menguak Relevensi Ketentuan Gratifikasi Di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum. 13 (3) hlm
402-414

13
Sangat banyak kasus penyalahgunaan kekuasaan, terutama dalam hal korupsi karena
kasus korupsi yang dilakukan para pejabat sangat terasa dampaknya ditengah masyarakat.
Terdapat kasus korupsi yang tertangkap pada beberapa tahun terakhir, diantaranya:

1. Gubenur Sulawesi Selatan, Nurdin Abdullah beserta pihak lainnya yang terjaring dalam
operasi tangkap tangan. Pada hari minggu tepatnya tanggal 28 Februari 2021 KPK
menetapkan Nurdin sebagai tersangka dalam kasus dugaan penerimaan suap terkait
pengadaan proyek insfastruktur di Sulawesi Selatan27.
2. Mantan menteri social, Juliari batubara yang menjadi tersangka dalam operasi tangan
tangan yang dilakukan oleh KPK pada Jumat 5 Desember 2020, atas kasus dugaan suap
dana bansos penanganan pandemi covid-19 untuk wilayah jabodetabek pada tahun
tersebut. Juliari memerintahkan dua anak buahnya yakni Mentheus joko dan Adi
Wahyono untuk meminta fee sebesar Rp 10.000 setiap paket bansos covic 19 dari
perusahaan penyedia.
Juliari dijadikan tersangka dan dijatuhkan hukuman vonis 12 tahun penjara dan denda
500 juta28.
3. Jaksa Pinangki Sirna Malasari yang menjadi tersangka setelah menerima uang sebesar
500.000 dolar AS atau sekitar Rp 7,3 milliar dari burnan Bank Bali Joko Soegiarto
Tjandra atas pemulangan Joko tanpa seharusnya dipidana menjalankan siding
perdananya. Atas kasus tersebut Jaksa Pinangki resmi dijatuhkan sanski disiplin
dibebastugaskan hingga akhirnya dicopot dari jabatannya sebagai Kepala Subbagian
Pemantuan dan Evaluasi II pada Biro Perencanaan Jaksa Agung Muda Pembinaan29.

27
Setyaningsih, SBD. 2021. Kaleidoskop 2021: Deretan Pejabat Yang Terjerat Kasus Korupsi Selama 2021. Di akses
pada 2 April 2022 melalui https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2021/12/08/kaleidoskop-2021-deretan-
pejabat-yang-terjerat-kasus-korupsi-selama-2021
28
Sahara, Wahyuni. 2021. Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 Yang Menjerat Juliari Hingga Divonis 12
Tahun Penjara. Di Akses Pada 2 April 2022 melalui
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-kasus-korupsi-bansos-covid-19-yang-
menjerat-juliari-hingga-divonis?page=1
29
Sinuhaji, Julkifli. 2020. 5 Kasus Korupsi Yang Mencuri Perhatian Sepanjang 2020, Mulai Jaksa Pinangki Hingga
Mensos Juliari. Di Akses Pada 2 April 2022 melalui https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-011148547/5-
kasus-korupsi-yang-mencuri-perhatian-sepanjang-2020-mulai-jaksa-pinangki-hingga-mensos-juliari?
page=2&_gl=1*1ha6czy*_ga*QU80T0VfU21UWEdRTDVqYmw5ei1yUzNmRmFPS0JLSEUyVDJZamNzdXNPVU9OYnd
XalRxOFFhY0EzaVU5YmZfWg

14
4. Mantan Bupati Banjarnegara, Budhi Sarwono yang terjaring operasi tangkap tangan KPK
pada 3 September 2021 yang terduga kasus suap dengan total sejumlah uang Rp 2,1
Miliar atas pengadaan proyek pembangunan infrastruktur di Kabupaten Banjarnegara30.
5. Bupati Kotawaringin Timur, Supian Hadi, yang sampai saat ini masih di proses oleh
KPK. Supian Hadi diduga menyalahgunakan kekuasaan dalam menerbitkan izin usaha
pertambangan kepada tiga perusahaan yang tidak memenuhi prosedur dan syarat
perizininnya sehingga menyebabkan kerugiaan mencapai Rp 5,8 triliun yang dihitung
berdasarkan produksi hasil pertambangan bauksit, kerusakan lingkungan dan kerugiaan
kehutanan akibat produksi dan kegiataan pertambangan31.

Dari beberapa kasus di atas, dapat dilihat bahwa masih banyak kasus penyalahgunaan
kekuasaan yang dilakukan oleh para pejabat demi kepuasaan pribadi, bahkan masih banyak
kasus yang belum terungkap dan dibiarkan begitu saja. Para pejabat berfikir selama mereka
memiliki uang yang banyak mereka akan dengan mudah terbebas dari hukuman yang akan
menjeratnya, fikiran yang seperti itu membuat para pejabat kekuasan lainnya turut serta dalam
kasus penyalahgunaan kekuasaan di Indonesia. Seharusnya hukuman yang diberikan lebih berat
dari hukuman lainnya, karena mereka mengemban tanggung jawab dan juga kepercayaan dari
seluruh masyakat Indonesia untuk pemimpin dan menyelenggaran segala urusan Negara yang
ditujukan demi kepentingan masyarakat Indonesia, dengan hukuman yang jauh lebih berat
diharapkan bahwa para pejabat mulai bias kembali kepada tugas dan niat yang lebih baik untuk
memajukan kesejahteraan masyarakat.

30
Hafiez, FA. 2021. Eks Bupati Banjarnegara Diperiksa Untuk Tersangka Budhi Sarwono. Di Akses Pada 2 April
melalui https://m.medcom.id/amp/JKRW6pVN-eks-bupati-banjarnegara-diperiksa-untuk-tersangka-budhi-sarwono
31
Harrunma, Issha. 2022. Deretan Kasus Korupsi Terbesar di Indonesia. Di Akses Pada 2 April 2021 melalui
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/09/01300021/deretan-kasus-korupsi-terbesar-di-indonesia?page=3

15
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kekuasaan Negara


Kekuasaan Negara merupkan wewenang yang diberikan kepada penguasa atau lembaga
Negara guna megatur serta menjaga wilayah dari Negara lain. Kekuasaan Negara juga berfungsi
untuk mengatur dan mempengaruhi masyarakat agar sesuai dengan kehendak ataupun demi
mencapai tujuan bersama. Negara mendapatkan hak tersebut dikarenakan Negara merupakan
salah satu organisasi kekuasaan yang menyebabkan Negara memiliki peran penting dalam
menyelenggarakan sistem kekuasaan di suatu Negara. Dalam penyelenggaraannya kekuasaan
dibagi menjadi 2 konsep, yakni pemisahan dan pembagian kekuasaan. Keduanya memiliki
perbedaan yang cukup signifikan, dimana pembagian kekuasaan memungkinkan adanya
koordinasi dan kerjasama antar pemangku kekuasaan dalam menjalankan kekuasaann sedangkan
pemisahan kekuasaan memungkinkan pemangku bagian kekuasaan berdiri sendiri tanpa
memerlukan koordinasi dan kerjasama satu sama lain. Indonesia sendiri memerlukan koordinasi
dan kerjasama satu sama lain. Indonesia sendiri menggunakan sistem pembagian kekuasaan
sehingga kekuasaan-kekuasaan di Indonesia tidak berpusat pada satu lembaga dan dipegang oleh
satu orang saja. Alasan lainnya adalah karena Indonesia merupakan Negara demokrasi, jadi
segala hal yang dilakukan demi rakyat, untuk rakyat, dan kembali kepada rakyat sehingga
kedaulatan tertinggi berada pada rakyat.

3.2 Kekuasaan yang ada di Indonesia


Di Indonesia menggunakan sistem pembagian kekuasaan dalam penyelenggaran tatanan
Negara. Dalam pembagian kekuasaan terbagi menjadi 2, yakni pembagian kekuasaan secara
horizontal dan pembagian secara vertical. Pembagian horizontal yang semula terdiri dari 3
kekuasaan yakni kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Namun karena adanya Pembagian
kekuasaan pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 maka terdapat 6 kekuasaan saat ini, yakni
kekuasaan eksaminatif atau inspektif, moneter, konstituso, legislative, eksekutif, yudikatif.

16
Pembagian kekuasaan secara horizontal pada tingkatan pemerintahan daerah berlangsung antara
lembaga-lembaga daerah yang sederajat yaitu antara pemerintah daerah dan dewan perwakilan
rakyat daerah sedangkan pada tingkat provinsi, pembagian kekuasaan berlangsung antara
pemerintah provinsi dan DPRD provinsi, danpada tingkat kabupaten/kota, pembagian kekuasaan
berlangsung antara pemerintahan kabupaten/kota dan DPRD kabupaten/kota. Pembagian
kekuasaan secara vertikal berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah
(pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota). Setiap kekuasaan memiliki fungsi
dan kekuasaan wilayahnya masing-masing tetapi tetap ter koordinasi dan juga bekerjasama antar
satu kekuasaan dengan kekuasaan lainnya.

3.3 Penyalahgunaan Kekuasaan dan Bentuk Serta Contoh Kasusnya Di


Indonesia
3.3.1 Penyalahgunaan Kekuasaan
Abuse of power adalah tindakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan seorang
pejabat untuk kepentingan tertentu, baik untuk kepentingan diri sendiri, orang lain atau
korporasi. Ada adagium yang mengatakan bahwa, kekuasaan itu dekat dengan korupsi semakin
besar kekuasaan itu, makin besar pula kemungkinan untuk melakukan korupsi, Akibatnya,
pejabat yang menduduki posisi penting dalam sebuah lembaga negara merasa mempunyai hak
untuk menggunakan wewenang yang diperuntukkan baginya secara bebas. Terwujudnya
pemerintahan yang baik adalah manakala terdapat sebuah sinergi antara swasta, rakyat dan
pemerintah sebagai fasilitator, yang dilaksanakan secara transparan, partisipatif, akuntabel dan
demokratis.

Penyalahgunaan jabatan atau kekuasaan ini merupakan sebagai salah satu unsur penting
dari tindak pidana korupsi yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 junto
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Penyalahgunaan kewenangan dalam kekuasaan atau jabatan dapat dipandang sebagai perbuatan
melawan hukum. Akan tetapi malahan sebaliknya, yaitu memanfaatkan kesempatan yang ada
dengan kewenangan atau kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan tindak pidana korupsi.
Mengingat peranan dan kedudukan pegawai negeri adalah aparatur negara yang juga memegang
kekuasaan, maka tidaklah berlebihan bahwa dalam diri pegawai negeri terdapat potensi untuk
menyalahgunakan kedudukan, kewenangan atau kekuasaannya.

3.3.2 Bentuk Penyalahgunaan Kekuasaan


Penyalahgunaan kekuasaan, dalam bentuk penyimpangan jabatan atau pelanggaran resmi
adalah tindakan melanggar hukum, yang dilakukan secara resmi, yang memengaruhi

17
kinerja. Penyalahgunaan kekuasaan juga berarti seseorang menggunakan kekuatan yang mereka
miliki untuk keuntungan pribadi. Terdapat 3 bentuk penyalahgunaan kekuasaan, yaitu :

1. Tindak pidana suap, pengertian suap yaitu tindakan memberikan berupa barang
atau uang bahkan bisa berupa perjanjian khusus kepada seseorang yang memiliki
otoritas khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu
2. Gratifikasi, gratifikasi bisa menjadi sesuatu yang dilarang atau salah ketika
gratifikasi yang diterima berhubungan dengan jabatan. Selain itu, gratifikasi
dilarang jika penerimaan tersebut dilarang oleh peraturan yang berlaku,
bertentangan dengan kode etik, memiliki konflik kepentingan atau merupakan
penerimaan yang tidak patut / tidak wajar.
3. Pengertian pemerasan dalam tindak pidana adalah perbuatan yang dilakukan oleh
orang atau sekelompok orang dalam rangka mengambil untung sebanyak-
banyaknya dari orang lain baik berupa barang ataupun uang disertai dengan
ancaman dan kekerasan

3.3.3 Kasus Penyalahgunaan Kekuasaan


Dari kasus-kasus yang telah terjadi sangat membuktikan bahwasanya masih banyak
oknum-oknum pejabat yang melakukan tindakan yang memanfaatnya jabatan ataupun kekuasaan
yang telah dimilikinya demi kepentingan pribadi dan tidak ada unsur mensejahterakan rakyat.
Padahal kekuasaan yang telah diberikan seharusnya digunakan sebagai sarana untuk memajukan
kesejahteraan dan perkembangan bangsa Indonesia kedepannya agar lebih baik lagi. Untuk saat
ini masih banyak kasus yang belum terungkap dan seharusnya bisa terungkap dan berikan
hukuman seberat mungkin agar ada efek jera bagi pejabat kekuasaan lainnya yang sedang
ataupun ingin melalukan tindakan yang berkaitan dengan penyalahgunaan kekuasaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Asshidiqqie, Jimly. Penghantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Rajawali pers. 2013.
Huda, Ni’matul. Hukum Tata Negara Indonesia. Depok: Rajawali pers. 2021.
Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. 1998.
Girsang, Juniver. A Buse of Power. Jg Publishing. 2012.
Huda, Nurul. Hukum Lembaga Negara. Bandung: PT. Refika Aditama. 2020.

Jurnal:
Roesli, Muhammad. Susilo, Damel. 2018. Konsep pemerintahan Indonesia menurut UUD 1945.
Jurnal Mimbar Yustita. 2(1). Hlm. 42-129
Saputra, inggar. 2017. Implementasi Nilai Pancasila dalam mengatasi koruptor di Indonesia.
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dan Kewarganegaraan. 2(1). Hlm. 9-17
Suhadi, Imam. 1996. Hukum Dan Kekuasaan. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. 3(6). Hlm.
44-49
Mushodiq, Muhammad Agus. Imron, Ali. 2020. Peran Majelis Ulama Indonesia Dalam Mitigasi
Pandemi Covid19 (Tinjuan Tindakan Sosial Dan Dominasi Kekuasaan Max Weber. Jurnal
Sosial Dan Budaya Syar-I. 7(5). Hlm. 455-472
Airlangga, Shandi Patria. 2019. Hakikat Penguasa dalam Negara Hukum Demokratis. Jurnal
Univetas Lampung. 3(1). Hlm. 1-10
Marlina, Rina. 2018. Pembagian Kekuasaan Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Di Indonesia.
Jurnal Daulat Hukum. 1(1). Hlm. 171-178
Hafis, Raden Imam Al. Yogia, Moris Adidi. 2017. Abouse Of Power: Tinjauan Terhadap
Penyalahgunaan Kekuasaan Oleh Pejabat Publik Di Indonesia. Jurnal Publika. 3(1). Hlm.
80-88
Astomo, Putra. 2014. Penerapan Prinsip-Prinsip Pemerintahan Yang Baik Dalam
Penyelenggaraan Pemerintah. Jurnal Ilmu Hukum. 16(3). Hlm. 401-420
Izziyana, Wafda Vivid. 2016. Korupsi Dalam Dimensi Kekuasaan. Jurnal Law Pro Justitia. 1(2).
Hlm. 1-20
Budijanto, Oki Wahju. Rini, Nicken Sarwo. 2019. Implementasi Mekanisme Pemberian
Hukuman Disiplin di Kementerian Hukum dan HAM. Jurnal Ilmiah Kebijakan Hukum.
13(3). Hlm. 283-310
Rini. NS.2018. Penyalahgunaan Kewenangan Admistrasi Dalam Undang – Undang Tinda
Pidana Korupsi. Jurnal Penelitian Hukum De Jure. 18 (2). Hlm 257-274
Santoso, Topo. 2013. Menguak Relevensi Ketentuan Gratifikasi Di Indonesia. Jurnal Dinamika
Hukum. 13 (3) hlm 402-414

19
Web:
Ratna, solihah. Peluang dan tantangan serentak 2019 dalam perspektif poitik. Jurnal Ilmiah ilmu
pemerintahan. 2018. https://doi.org110.14710/jiip.VBil.3234
Philips W. Buck, Carl J. Friedrich, and Zbigniw K, Brzezinski. Totalitarian Dictatorship and
Auticracy. American Xavic and East European Review. 1957.
Https://obi.org/10.2307/3001187
Syaifulloh, Abvianto. 2020. Perampasan Aset Terkait Perkara Tindak Pidana Pencucian Uang
Yang Berasal Dari Tindak Pidana Korupsi. Universitas Airlangga.
https://repository.unair.ac.id/95861/
Sahara, Wahyuni. 2021. Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 Yang Menjerat Juliari
Hingga Divonis 12 Tahun Penjara. Di Akses Pada 2 April 2022 melalui
https://nasional.kompas.com/read/2021/08/23/18010551/awal-mula-kasus-korupsi-bansos-
covid-19-yang-menjerat-juliari-hingga-divonis?page=1
Setyaningsih, SBD. 2021. Kaleidoskop 2021: Deretan Pejabat Yang Terjerat Kasus Korupsi
Selama 2021. Di akses pada 2 April 2022 melalui
https://m.tribunnews.com/amp/nasional/2021/12/08/kaleidoskop-2021-deretan-pejabat-
yang-terjerat-kasus-korupsi-selama-2021
Sinuhaji, Julkifli. 2020. 5 Kasus Korupsi Yang Mencuri Perhatian Sepanjang 2020, Mulai Jaksa
Pinangki Hingga Mensos Juliari. Di Akses Pada 2 April 2022 melalui
https://www.pikiran-rakyat.com/nasional/pr-011148547/5-kasus-korupsi-yang-mencuri-
perhatian-sepanjang-2020-mulai-jaksa-pinangki-hingga-mensos-juliari?
page=2&_gl=1*1ha6czy*_ga*QU80T0VfU21UWEdRTDVqYmw5ei1yUzNmRmFPS0JL
SEUyVDJZamNzdXNPVU9OYndXalRxOFFhY0EzaVU5YmZfWg
Hafiez, FA. 2021. Eks Bupati Banjarnegara Diperiksa Untuk Tersangka Budhi Sarwono. Di
Akses Pada 2 April melalui https://m.medcom.id/amp/JKRW6pVN-eks-bupati-
banjarnegara-diperiksa-untuk-tersangka-budhi-sarwono
Harrunma, Issha. 2022. Deretan Kasus Korupsi Terbesar di Indonesia. Di Akses Pada 2 April
2021 melalui https://nasional.kompas.com/read/2022/03/09/01300021/deretan-kasus-
korupsi-terbesar-di-indonesia?page=3
An. 2015. Tiga Wujud Penyalahgunaan Wewenang Dalam Hukum Administrasi. Di Akses Pada
Tanggal 2 April 2022 Melaui https://iainptk.ac.id/tiga-wujud-penyalahgunaan-wewenang-
dalam-hukum-administrasi/
Kuriniawan, Andre. 2021. Gratifikasi Adalah Semua Bentuk Pemberian, Ketahui Mana Yang
Boleh dan Tidak. Di Akses pada tanggal 2 April 2022 Melalui
https://m.merdeka.com/jabar/gratifikasi-adalah-semua-bentuk-pemberian-ketahui-mana-
yang-boleh-dan-tidak-kln.html

20

Anda mungkin juga menyukai