Anda di halaman 1dari 16

“NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN

KONSTITUSIONAL KETENTUAN PERUNDANG - UNDANGAN DI


BAWAH UUD”

Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Femella Dwi Berlianna (22441953)
2. MT. Zahra Syafa Al Salsabila (22441954)

“Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan”


Dosen Pengampu :
Dr. Bambang Widiyahseno, M.Si

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2023/2024
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................................i

I. PENDAHULUAN....................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................2
II. LITERATUR RIVIEW...........................................................................................................3

III. METODE PENELITIAN........................................................................................................5

IV. PEMBAHASAN.......................................................................................................................5

4.1 Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara.........................5


4.2 Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia..........................6
4.3 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam
Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia..............................................................................7
4.4 Mendiskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-
Negara....................................................................................................................................10
V. KESIMPULAN......................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................13

i
NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN
KONSTITUSIONAL KETENTUAN PERUNDANG - UNDANGAN DI BAWAH UUD

Abstrak
Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan tentang bagaimana nilai dan norma
konstitusional UUD NRI 1945 dan konstitusional ketentuan perundang - undangan di bawah
UUD. Tulisan ini menggunakan metode kajian kualitatif dan pembahasan secara deskriptif
dimana dasar bahasannya diperoleh dari hasil studi literatur pada sumber buku, beberapa
jurnal relevan yang telah ada sebelumnya, dan artikel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
konstitusi diperlukan untuk membagi kekuasaan negara, melindungi hak asasi warga negara,
dan memberikan batasan terhadap kewenangan pemerintah atau otoritas negara.
Kata kunci : Norma, Konstitusional, UUD NRI
Abstract
This article aims to find out and explain the constitutional values and norms of the 1945
Constitution of the Republic of Indonesia and the constitutional provisions of laws and
regulations under the Constitution. This paper uses a qualitative study method and
descriptive discussion where the basis of the discussion is obtained from the results of
literature studies in book sources, several relevant journals that have previously existed, and
articles. The research results show that a constitution is needed to divide state power, protect
the human rights of citizens, and provide limits on the authority of the government or state
authority.
Keywords: Norms, Constitutional, Constitution of the Republic of Indonesia.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam hidup bernegara, Kita dapat menemukan beberapa aturan yang mengatur
bagaimana pemerintahan dijalankan. Misalnya, siapa yang menjalankan kekuasaan
pemerintahan dan bagaimana kekuasaan tersebut diperoleh. Kita juga dapat menemukan
adanya beberapa aturan yangsama sekali tidak berhubungan dengan cara-cara
pemerintahan dijalankan(Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Putrayasa 2016).
Misalnya, bagaimana aturan mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya dan
bagaimana cara mencari keadilan jika hak dilanggar orang lain. Pada saat kita
menemukan aturan atau hukum yang berisi ketentuan yang mengatur bagaimana
pemerintah dijalankan, artinya kita telah menemukan bagian dari konstitusi.
Negara Indonesia merupakan negara hukum yang sesu(Nurwardani et al. 2016)ai
dengan UUD NRI Tahun 1945, hal itu ditandai dengan adanya konstitusi di Indonesia.
Konstitusi merupakan lembaga terpenting selain negara. Konstitusi memiliki arti yang
luas yaitu mencakup hukum dasar tertulis dan tidak tertulis. Konstitusi tertulis berupa
undang-undang dasar. Dalam pengertian ini, undang-undang dasar merupakan konstitusi
1
dasar atau hukum dasar yang tertulis. Kedudukan konstitusi berada paling tinggi dalam
suatu sistem ketatanegaraan suatu negara karena memuat tentang norma dan ketentuan
dasar yang mengatur hak warga negara, hubungan warga negara dengan negaranya serta
pembatasan kekuasaan penyelenggara negara secara umum, sehingga dibutuhkan
peraturan perundang-undangan yang mengatur lebih khusus apa yang diatur dalam UUD
NRI Tahun 1945(Aldiansyah 2021).
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Karena aturan atau undang-undang yang
terkandung dalam konstitusi mengatur hal-hal dasar suatu negara, maka dikatakan bahwa
konstitusi juga sebagai hukum dasar yang menjadi pedoman penyelenggaraan
negara(Mas Bakar 2014). Jika menemukan aturan atau hukum yang berisi tentang
ketentuan yang mengatur bagaimana pemerintah dijalankan, artinya bagian atau isi
konstitusi telah ditemukan.
Tidak setiap negara memiliki Undang-Undang Dasar atau konstitusi tertulis.
Misalnya, meskipun merupakan negara konstitusional, Britania Raya tidak memiliki
konstitusi tertulis. Berdasarkan fakta-fakta tersebut, maka lebih tepat jika kita
mendefinisikan konstitusi sebagai kumpulan undang-undang tertulis dan tidak tertulis
yang bertujuan untuk mendefinisikan peran dan tanggung jawab berbagai lembaga
pemerintah, serta bagaimana negara dan rakyatnya (individu) harus berinteraksi satu
sama lain lain(Undang-undang, Mangunsong, and Hum 2017).
Konstitusi, dalam definisi yang sempit, adalah suatu dokumen, atau serangkaian
dokumen, yang memuat pedoman-pedoman mendasar dalam mengatur suatu negara.
Dalam arti luas, konstitusi adalah undang-undang yang mengatur pembentukan dan
pengoperasian lembaga-lembaga pemerintahan. Hukum ini bisa tertulis atau tidak
tertulis(Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Putrayasa 2016).
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa Negara
Indonesia?
2. Apa pentingnya konstitusi dalam berbangsa negara?
3. Bagaimana mebangun argumen tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam
kehidupan berbangsa-negara?
4. Apa esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan tentang konsep dan urgensi berbangsa negara.
2. Untuk memahami bagaimana pentingnya konstitusi dalam berbangsa negara.
3. Untuk mengetahui tentang dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan
berbangsa-negara.
4. Untuk mengetahui esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara.

2
II. LITERATUR RIVIEW
Tulisan yang berjudul “ Nilai dan Norma Konstitusi” memiliki kelebihan yaitu
Memberikan pemahaman tentang konstitusi: File tersebut memberikan penjelasan yang cukup
lengkap tentang konstitusi, termasuk definisi, fungsi, jenis, sejarah, dan peran politisnya. Hal
ini membantu pembaca untuk memahami konsep dasar konstitusi. Menyadari adanya
interpretasi yang beragam terhadap konstitusi. Hal ini menunjukkan kelebihan konstitusi
dalam memberikan ruang untuk interpretasi yang fleksibel, sehingga dapat mengakomodasi
perubahan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Kekurangan dari file tersebut adalah tidak
dicantumkan nama dari penulisan file tersebut, juga File tersebut lebih fokus pada penjelasan
tentang konstitusi secara umum. Kekurangan ini dapat diatasi dengan menyertakan informasi
tentang kritik terhadap konstitusi, seperti kelemahan dalam implementasi, ketidaksesuaian
dengan perkembangan masyarakat, atau kekurangan dalam perlindungan hak-hak asasi warga
negara.
Buku yang ditulis oleh Nuwardani, 2016 memiliki kelebihan yaitu memungkinkan
pengguna untuk mengatur dan mengelompokkan informasi dengan cara yang terstruktur.
Pengguna dapat membuat folder, subfolder, dan label untuk mengorganisir file mereka agar
mudah ditemukan dan diakses. Kekurangan dari file tersebut adalah Jika beberapa pengguna
ingin bekerja secara bersamaan pada file yang sama, file tersebut harus diunggah dan diunduh
secara terpisah. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam kolaborasi secara real-time dan
sinkronisasi antara pengguna. Keamanan yang Rentan: File dapat rentan terhadap ancaman
keamanan seperti virus, malware, atau serangan siber. Jika file terinfeksi, dapat menyebabkan
kerusakan pada perangkat atau kebocoran data.
Jurnal dengan judul “ Mengkaji Sistem Pengujian Peraturan Perundang-Undangan Satu
Atap Di Indonesia” menyimpulkan bahwa Mahkamah Konstitusi yang ada di tiga negara
yanitu Austria, Republik Federal Jerman, dan Italia mempunyai kewenangan untuk
melakukan judicial review. Sistem Judicial review yang dianut oleh ketiga negara tersebut
adalah dengan menggunakan mekanisme sistem satu atap. Sehingga harmonisasi nilai-nilai
konstitusi dengan peraturan perundang-undangan di bawahnya menjadi tercipta. Kelemahan
dari jurnal ini adalah terlalu banyak kosa kata asing dan kurangnya penjelasan mengenai
kosakata tersebut.
Jurnal yang berjudul “Nilai-Nilai Konstitusi Di Negara Republik Indonesia” yang disusun
oleh Anggy Aprilya menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Penelitian
kepustakaan (library research), yaitu kegiatan membaca dan mengumpulkan buku dan artikel
serta referensi dari internet, yang berkaitan dengan topik nilai konstitusi untuk digali secara
mendalam. Dalam jurnal ini membahas Konstitusi adalah asas hukum fundamental dalam
negara yang mengatur hubungan antar negara, dalam hal ini pemerintah; dan warga negara,
yang semuanya terikat oleh hukum, baik konstitusi tertulis maupun tidak tertulis. Maka dari
itu, sebagai warga negara yang baik, mereka harus mematuhi konstitusi atau aturan hukum
dan mengikutinya dengan baik. Kelemahan dari jurnal ini adalah kurangnya pembahasan
mengenai hal hal yang menyangkut konstitusional, pembahasan hanya seputar konstitusi yang
ada di indonesia dan kurangnya dikaitkan dengan berbagai aspek.

3
Jurnal yang berjudul “Kontroversi Pembentukan Perppu No. 1 Tahun 2013 Tentang
Mahkamah Konstitusi Dalam Ranah Kegentingan Yang Memaksa” karya Nur Rohim
membahasa mengenai Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang merupakan bagian
dari hirarki perundangundangan yang masih memiliki kontroversi kedudukannya, apakah
setara dengan undang-undang atau dibawah undang-undang. Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-Undang (Perppu) merupakan salah satu jenis peraturan perundang-undangan yang
harus ada dalam sistem norma hukum negara Republik Indonesia sebagai salah satu
konsekuensi logis dianutnya sistem presidensiil dalam pemerintahan Negara Republik
Indonesia yang eksistensinya selalu dipertahankan sepanjang sejarah konstitusi di Indonesia.
Kelemahan dari jurnal ini adalah terlalu banyak kutipan dalam penulisan jurnal, bahkan
hungga menyita setengah halaman dari jurnal tersebut.
Jurnal yang berjudul “Integrasi Pengujian Peraturan Perundangundangan oleh Mahkamah
Konstitusi” karya Meidiana menyimpulkan, integrasi pengujian peraturan perundang-
undangan di bawah UUD NRI Tahun 1945 dibutuhkan untuk meng atasi problematika
pengujian TAP MPR, Perppu, Perda; menghilangkan kerancuan pengujian peraturan
perundangundangan dan konflik kelembagaan antara Mahkamah Agung dan Mahkamah
Konstitusi; dan mendorong kesinkronan antar peraturan perundang-undangan dari yang paling
bawah sampai dengan yang paling atas. Kekurangan dalam jurnal ini adalah tidak metode
penelitian yang digunakan sehingga kejelasan atau kebenaran dari jurnal yang dibuat abu-abu.
Jurnal yang berjudul “Kedudukan Dan Fungsi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:
Pembelajaran Dari Tren Global” karya Mei Susanto menyimpulkan bahwa terjadi tren global
kedudukan hukum pembukaan konstitusi, tidak hanya sekedar seremonial atau simbolis
pembuka (ceremonial preamble) yang berisi sejarah, sumber kedaulatan, pernyataan
kemerdekaan, Tuhan, tujuan negara maupun identitas nasional, melainkan telah berkembang
menjadi interpretatif dan subtantantif (interpretative and subtantantive preamble). Selain itu,
pembukaan konstitusi juga memiliki fungsi sosial sebagai alat pemersatu, namun kadang juga
bisa menjadi alat pemecah. Kekurangan dalam jurnal ini adalah tidak metode penelitian yang
digunakan sehingga kejelasan atau kebenaran dari jurnal yang dibuat abu-abu. Juga font atau
tulisan kurang nyaman untuk dibaca sehingga mengurangi minat pembaca.
Jurnal yang berjudul “Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Demokrasi Dan
Konstitusi Khususnya Dalam Menjalankan Constitutional Review” karya Nabitatus Sa’adah
menyimpulkan bahwa Ada beberapa batasan atas kewenangan Mahkamah Konstitusi sebagai
pengawal nilai-nilai konstitusi dan demokrasi, khususnya dalam melakukan judicial review ,
batasan-batasan tersebut menjadi rambu bagi Mahkamah Konstitusi untuk memutus
permohonan atas judicial review sehingga dapat menghasilkan putusan yang sejalan dengan
semangat demokrasi. Kekurangan dalam jurnal ini adalah tidak metode penelitian yang
digunakan sehingga kejelasan atau kebenaran dari jurnal yang dibuat abu-abu.
Jurnal yang berjudul “Penguatan Prinsip Konstitusionalitas Melalui Peraturan Perundang-
Undangan” karya Kadimuddin Baehaki dan Muhammad Abdi Sabri I Budahu menggunakan
metode penelitian hukum normatif yang mana melalui penelitian ini untuk menemukan
perangkat aturan-aturan hukum serta doktrindoktrin hukum dan menggunakan pendekatan

4
pendekatan koseptual dan pendekatan peraturan perundang undang-undangan. Jurnal ini
membahas Prinsip konstitusional yang terkandung didalam UUD NRI 1945 merupakan norma
dasar yang harus diimplementasikan melalui peraturan perundangundangan agar bangunan
konstitusional dalam sebuah negara dapat berdiri kokoh. Terkait dengan problematika
ketidaktaatan peraturan-peraturan dibawah UUD NRI 1945 sangat dibutuhkan sebuah
pengawasan dalam ketertiban peraturan perundang-undangan terhadap UUDNRI 1945 serta
mengoptimalkan peran lembaga pembentuk undang-undang untuk lebih teliti dalam
melahirkan sebuah peraturan.
Jurnal yang berjudul “Perubahan Non-Formal Konstitusi di Indonesia PascaReformasi
Berdasarkan Pemikiran Fajrul Falaakh” karya Aldiansyah dan Muhtar Syahid menggunakan
metode penelitian yang bersifat kepustakaan (library research) adalah penelitian yang bersifat
yuridis, yaitu yang didasarkan penelitian kepustakaan (library reseacrh). Dalam jurnal ini
disimpulkan bahwa Menurut Fajrul Falaakh amandemen secara formal (formal amendment)
hanyalah salah satu cara mengubah konstitusi. Tetapi, Konstitusi dapat mengalami perubahan
nonformal jika semakin rigid, maka semakin terbuka untuk diubah secara nonformal. Setiap
Masa perubahan sebenarnya konstitusi mengalami perubahan secara nonformal dengan
menafsirkan dari hukum yang telah disepakati.

III.METODE PENELITIAN
Dalam penulisan ini menggunakan metode kajian kualitatif dan pembahasan secara
deskriptif dimana dasar bahasannya diperoleh dari hasil studi literatur pada sumber buku,
beberapa jurnal relevan yang telah ada sebelumnya, dan artikel. Pengguaan metode ini
merupakan metode yang tepat karena menggambarkan, dan mendiskripsikan secara rinci
untuk mendapatkan bahan- bahan dan topik yang dibutuhkan. Bahan- bahan pustaka ini
digunakan sebagai sumber ide yang dapat memunculkan gagasan atau pemikiran lain. Oeh
karena itu, pola pikir deduktif sering diterapkan dalam skripsi jenis kajian pustaka ini.

IV. PEMBAHASAN
4.1 Konsep dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara
Konstitusi merupakan seperangkat aturan atau hukum yang berisi tentang ketentuan
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Konsep konstitusi dari segi bahasa (secara
etimologis) yaitu menggunakan bahasa Prancis dikenal dengan istilah constituer, dalam
bahasa Latin/Italia menggunakan istilah constitutio, dalam bahasa Inggris digunakan
istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan istilah constitutie, dalam bahasa
Jerman dikenal dengan dengan istilah masyrutiyah (Riyanto, 2009).
Dalam bahasa Prancis, constituer memiliki arti yaitu membentuk atau pembentukan.
Yang dimaksud dengan membentuk atau pembentukan yaitu membentuk suatu negara.
Konstitusi memuat permulaan dari segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan
kata lain konstitusi memuat peraturan dari segala peraturan mengenai negara
(Prodjodikoro, 1970), pembentukan suatu negara atau menyusun dan menyatakan suatu
negara (Lubis, 1976), dan sebagai peraturan dasar mengenai pembentukan negara
( Machfud MD, 2001).

5
Menurut pandangan Lord james Bryce, Konstitusi merupakan suatu kerangka negara
yang diselenggarakan dengan hukum yang menetepakan lembaga-lembaga tetap
(permanen) dan yang menetapkan fungsi serta haknya yaitu dari lembaga permanen
tersebut. Berdasarkan dengan itu C.F Strong yang menganut paham modern secara tegas
menyamakan pengertian konstitusi dengan undang undang dasar. Menurutnya, Konstitusi
adalah seperangkat asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah, dan
hubungan antara keduanya (dalam konteks hak asasi pemerindah dan yang diperintah).
Konstitusi tersebut dapat diimplementasikan dalam sebuah dokumen yang dapat diubah
seiring dengan berkembangnya zaman, namun dapat juga berupa a bundle of separate
laws yang disahkan sebagai hukum tata negara(Sihombing 2019).
Konstitusi atau Undang-Undang Dasar mempunyai dua sifat atau ciri utama: kekakuan
(rigidity) dan kelenturan (flexibility). Kedua ciri konstitusi tersebut dijelaskan secara
singkat sebagai berikut:
a. Konstitusi Bersifat Luwes (flexible); dalam hal ini konstitusi dapat berubah melalui
prosedur seperti membuat Undang-Undang dan disesuaikan dengan perkembangan
jaman
b. Konstitusi Bersifat Kaku (rigid); yaitu Undang-Undang yang sulit atau tidak bisa
diubah sampai kapanpun, atau hanya dapat diubah melalui prosedur yang berbeda
dengan prosedur membuat Undang-Undang
Para akademisi hukum terus-menerus mengutip dari Karl Loewenstein ketika
membahas nilai-nilai konstitusi, pandangan nilai konstitusional normatif, nominal, dan
semantik . Dikatakan bahwa konstitusi itu berharga. Normatif Jika konstitusi suatu negara
secara formal diratifikasi oleh seluruh warga negaranya, maka konstitusi tersebut tidak
hanya sah dalam arti hukum (yaitu legal), namun juga berlaku secara efektif dan
konsisten dalam masyarakat. Dalam masyarakat, proses politik diatur dan diatur oleh
prinsip-prinsip konstitusi(Dan and Konstitusi n.d.).
4.2 Perlunya Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia
Menurut para ahli terdapat perbedaan pendapat mengenai pengertian konstitusi
yang mengacu pada pendapat dua orang ahli, ada yang membedakan antara konstitusi
dengan undang undang dasar tetapi ada juga ahli yang menyakannya(Sa’adah 2019).
Konstitusi sangat diperlukan dalam kehidupan berbangsa-negara di Indonesia sebab
memiliki fungsi-fungsi yang penting, yaitu sebagai berikut :
1. Konstitusi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan konstitusionalisme adalah
landasan yang berdasar pada konstitusi, baik konstitusi dalam artian luas maupun
sempit. Konstitusi dalan arti luas meliputi undang-undang dasar, undang-undang
organik,, peraturan perundang-undangan lain, dan konvensi. Sedangkan konstitusi
dalam arti sempit yaitu berupa undang-undang dasar (Astim Riyanto, 2009).
2. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang. Diharapkan
hak-hak warganegara akan lebih dilindungi. Gagasan ini disebut konstitusionalisme,
yang dijelaskan oleh Carl Joachim Friedrich sebagai gagasan bahwa pemerintah
6
merupakan suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh serta atas nama
rakyat, tetapi dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan menjamin
bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintah tersebut tidak disalahgunakan
oleh orang yang mendapat tugas untuk memerintah(Perundang-undangan et al. 2022).
3. Konstitusi berfungsi untuk membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa agar
dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya.
4. Konstitusi berfungsi membuat kerangka hukum bagi perubahan sosial yang diuraikan
pada tahap berikutnya.
5. Konstitusi berfungsi sebagai landasan penyelenggaraan negara menurut suatu sistem
ketatanegaraan yang didukung oleh seluruh warga negaranya.
6. Konstitusi berfungsi sebagai penjamin hak-hak asasi warga negara.
Konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara. Pandangan
ini berdasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu diantaranya adalah membagi
kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Aturan-aturan dasaar dalam UUD
NRI 1945 merupakan bukti adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan di Indonesia.
Jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi, tentunya penguasa akan memerintah dengan
sewenang-wenang.
Menurut C. F. Strong, konstitusi dapat dibagi menjadi dua jenis. Adapun macam
macam konstitusi adalah sebagai berikut:
a. Konstitusi Tertulis, yaitu suatu naskah atau dokumen yang di dalamnya terdapat
penjelasan kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintah serta
menentukan bagaimana cara kerja badan pemerintahan tersebut. Konstitusi tertulis ini
disebut juga dengan Undang-Undang Dasar(Dan and Konstitusi n.d.).
b. Konstitusi Tidak Tertulis, yaitu suatu aturan atau norma yang tidak tertulis yang telah
ada dan dilaksanakan oleh penyelenggaran negara. Konstitusi ini disebut juga dengan
istilah konvensi(Dan and Konstitusi n.d.).
4.3 Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan Konstitusi dalam
Kehidupan Berbangsa-Negara Indonesia
Dengan diberlakukannya amandemen konstitusi atau undang-undang dasar, jika
melihat sejarah Indonesia sebagai negara merdeka, terlihat jelas bahwa hal ini telah
terjadi dinamika ketatanegaraan. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 mulai berlaku sebagai dasar pengaturan kehidupan ketatanegaraan Indonesia
dan segala pembatasannya sehari setelah proklamasi kemerdekaan(Hapsoro and Ismail
2020). Mengapa demikian? Sebab Bung Karno yang menyusun UUD NRI Tahun 1945
menyatakan bahwa itu adalah “flash konstitusi” yang akan diperbaiki seiring berjalannya
waktu. Berikut dinamika ketatanegaraan yang dialami Indonesia.
Tabel Dinamika Konstitusi Indonesia

7
Mulai pertengahan tahun 1998, sejumlah tuntutan perubahan sosial berkembang.
Berbagai kelompok di seluruh negeri, khususnya pelajar dan generasi muda,
menyampaikan tuntutan mereka. Beberapa tuntutan reformasi adalah:
a. Mengamandemen UUD NRI 1945,
b. Menghapuskan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia,
c. Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia (HAM), serta
pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN),
d. Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan daerah,
e. Mewujudkan kebebasan pers,
f. Mewujudkan kehidupan demokrasi
Salah satu invasi atau terobosan yang signifikan adalah seruan amandemen UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena perubahan tidak diinginkan pada era
sebelumnya, maka hal ini dikatakan merupakan kemajuan yang signifikan. MPR
mendukung sikap politik pemerintah yang tidak bersedia melakukan amandemen UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945(ADHAYANTO 2016). Jika hal tersebut
merupakan hasil yang diharapkan, maka diperlukan serangkaian persyaratan yang sangat
berat sebelum referendum dapat dilakukan untuk mengubah UUD NRI 1945. Kecil
kemungkinan keberhasilan amandemen UUD 1945 karena standarnya sangat ketat.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi kebutuhan
bersama bangsa Indonesia(Pracasya 2021). Berdasarkan hal itu MPR hasil Pemilu 1999,
sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan
perubahan secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan, yakni:
a. Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999.
b. Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000.
c. Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001.
d. Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
Alasan adanya perubahan dalam UUD NRI 1945 adalah :
a. Belum memuat landasan bagi kehidupan demokratis
b. Landasan tentang pemberdayaan rakyat dan penghormatan HAM kurang cukup
c. Terdapat pasal-pasal yang multitafsir
Proses perubahan UUD NRI 1945 yang dilakukan oleh MPR dapat digambarkan sebagai
berikut:

8
Dasar pemikiran perubahan UUD NRI 1945 adalah kekuasaan tertinggi di tangan
MPR, kekuasaan yang sangat besar pada presiden, pasal-pasal yang terlalu “luwes”
sehingga dapat menimbulkan multitafsir, kewenangan pada presiden untuk mengatur hal-
hal penting dengan undang-undang, dan rumusan UUD NRI 1945 tentang semangat
penyelenggara negara belum cukup didukung ketentuan konstitusi yang sesuai dengan
tuntutan reformasi(Pinasang 2020).
Awal proses perubahan UUD NRI 1945 adalah pencabutan Ketetapan MPR RI
Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum, pembatasan masa jabatan Presiden dan Wakil
Presiden RI, dan Ketetapan MPR mengenai Hak Asasi Manusia mengawali perubahan
UUD NRI 1945(Lestari and Risnain 2020). Dari proses perubahan UUD NRI 1945, dapat
diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Perubahan UUD NRI 1945 dilakukan oleh MPR dalam satu kesatuan perubahan yang
dilaksanakan dalam empat tahapan, yakni pada Sidang Umum MPR 1999, Sidang
Tahunan MPR 2000, 2001, dan 2002;
b. Hal itu terjadi karena materi perubahan UUD NRI 1945 yang telah disusun secara
sistematis dan lengkap pada masa sidang MPR tahun 1999-2000 tidak seluruhnya dapat
dibahas dan diambil putusan;
c. Hal itu berarti bahwa perubahan UUD NRI 1945 dilaksanakan secara sistematis
berkelanjutan karena senantiasa mengacu dan berpedoman pada materi rancangan yang
telah disepakati sebelumnya.

9
4.4 Mendiskripsikan Esensi dan Urgensi Konstitusi dalam Kehidupan Berbangsa-
Negara
Setelah disahkannya Perubahan Keempat UUD NRI 1945 pada Sidang Tahunan
MPR 2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini
dipandang telah tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang berhasil dilakukan mencakup 21
bab, 72 pasal, 170 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan. Ada
enam pasal yang tidak mengalami perubahan, yaitu Pasal 4, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 25,
Pasal 29, dan Pasal 35.
Perubahan UUD NRI 1945

Dalam negara modern, konstitusi berfungsi sebagai landasan bagi negara untuk
menjalankan kewenangannya. Oleh karena itu, konstitusi mempunyai kedudukan atau
tingkat kewenangan tertentu dalam suatu negara. Supremasi konstitusi mengacu pada
gagasan bahwa konstitusi suatu negara diutamakan di atas semua undang-undang
lainnya(AprilyaS 1945). UUD NRI Tahun 1945 yang menjadi hukum dasar negara
Indonesia dianggap sebagai hukum tertinggi. Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menempati posisi teratas dalam hierarki hukum Indonesia sebagai
negara dengan taraf hidup terbaik. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, yang merupakan hukum dasar, menjadi dasar bagi semua peraturan
perundang-undangan selanjutnya(Memaksa et al. 2014).

10
Hal ini menggambarkan hierarki peraturan dengan menempatkan dari tingkat
paling atas ke rendah. Meskipun undang-undang ini telah mengalami banyak perubahan
atau amandemen sepanjang sejarah politik hukum Indonesia, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tetap dianggap sebagai hukum
tertinggi(Meidiana 2020).
Oleh karena itu, secara normatif peraturan perundang-undangan tidak boleh
bertentangan dengan UUD NRI 1945; Namun jika ditemukan suatu norma yang
bertentangan tersebut dalam suatu undang-undang, maka dapat menimbulkan pertanyaan
mengenai konstitusionalitas undang-undang tersebut jika dilihat dari UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945(Lailam 2020). Badan-badan negara dalam sistem hukum
Indonesia mempunyai wewenang untuk melakukan pengujian UUD NRI 1945 harus diuji
oleh mahkamah konstitusi mengenai keabsahan undang-undang. Konstitusionalitas suatu
undang-undang ditentukan oleh seberapa baik undang-undang tersebut memenuhi
persyaratan formal dan substantif Konstitusi(Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I
Putrayasa 2016).

V. KESIMPULAN
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang
bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Dalam bahasa Prancis, constituer memiliki arti
yaitu membentuk atau pembentukan. Sedangkan menurut C.F Strong, konstitusi adalah
seperangkat asas mengenai kekuasaan pemerintah, hak-hak yang diperintah, dan hubungan
antara keduanya. Para akademis terus-menerus mengutip dari Karl Loewenstein ketika
membahas nilai-nilai konstitusi, pandangan nilai konstitusional normatif, nominal, dan
semantik. Dikatakan bahwa konstitusi itu berharga. Dalam masyarakat, proses politik diatur
oleh prinsip-prinsip konstitusi.
11
Dalam fungsinya, konstitusi sebagai landasan konstitusionalisme, selain itu untuk
membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa, sehingga penyelenggaraan kekuasaan
tidak bersifat sewenang-wenang hingga diharapkan hak-hak warganegara akan lebih
dilindungi. Berfungsi juga sebagai pengendali kekuasaan penguasa agar dalam menjalankan
kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap rakyatnya serta membuat kerangka hukum
bagi perubahan sosial yang diuraiakan pada tahap berikutnya. Konstitusi juga berfungsi
sebagai penjamin hak asasi warga negara dan untuk membagi kekuasaan dalam negara.
Aturan-aturan dasar dalam UUD NRI 1945 merupakan bukti adanya pembatasan kekuasaan
pemerintahan di Indonesia. Jika kekuasaan pemerintah tidak dibatasi, tentunya penguasa akan
memerintah dengan sewenang-wenang.
Seruan amandemen UUD NRI Tahun 1945 dapat dikatakan sebagai kemajuan yang
signifikan. MPR mendukung sikap politik pemerintah yang tidak bersedia melakukan
amandemen UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jika hal tersebut merupakan hasil
yang diharapkan, maka diperlukan serangkain persyaratan yang sangat berat sebelum di
referendum dapat dilakukan untuk mengubah UUD NRI Tahun 1945. Dalam
perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI Tahun 1945 menjadi kebutuhan bersama
bangsa Indonesia.
Setelah disahkannya perubahan keempat UUD NRI 1945 pada Sidang Tahunan MPR
2002, agenda reformasi konstitusi Indonesia untuk kurun waktu sekarang ini dipandang telah
tuntas. Perubahan UUD NRI 1945 yang berhasil dilakukan mecakup 21 bab, 72 pasal, 170
ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.
Dalam negara modern, konstitusi berfungsi sebagai landasan bagi negara untuk
menjalankan kewarganegaraan. Oleh karenna itu, konstitusi mempunyai kedudukan atau
tingkat kewenangan tertentu dalam suatu negara.

12
DAFTAR PUSTAKA

ADHAYANTO, OKSEP. 2016. “Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Dasar Negara Dalam
Pembentukkan Peraturan Perundang-Undangan.” Jurnal Ilmu Hukum 6(2): 166.
Aldiansyah, Aldiansyah. 2021. “Perubahan Non-Formal Konstitusi Di Indonesia Pasca-Reformasi
Berdasarkan Pemikiran Fajrul Falaakh.” AL WASATH Jurnal Ilmu Hukum 2(2): 93–102.
AprilyaS, Anggy. 1945. “Nilai-Nilai Konstitusi Di Negara Republik Indonesia.”
Dan, Nilai, and Norma Konstitusi. “1 | Page.” : 1–9.
Hapsoro, Fakhris Lutfianto, and Ismail Ismail. 2020. “Interpretasi Konstitusi Dalam Pengujian
Konstitusionalitas Untuk Mewujudkan The Living Constitution.” Jambura Law Review 2(2): 139–
60.
Lailam, Tanto. 2020. “Membangun Constitutional Morality Hakim Konstitusi Di Indonesia.” Jurnal
Penelitian Hukum De Jure 20(4): 511.
Lestari, Endang Puji, and Muh Risnain. 2020. “Evaluasi Norma Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi
Dan Pelaksanaannya Dalam Kerangka Negara Hukum Demokratis.” Indonesian Journal of Law
and Policy Studies 1(1): 25.
Mas Bakar, Dian Utami. 2014. “Pengujian Konstitusional Undang-Undang Pengesahan Perjanjian
Internasional.” Yuridika 29(3).
Meidiana, Meidiana Meidiana. 2020. “Integrasi Pengujian Peraturan Perundang-Undangan Oleh
Mahkamah Konstitusi.” Undang: Jurnal Hukum 2(2): 381–408.
Memaksa, Kegentingan Yang, Jl Ir, H Juanda No, and Ciputat Jakarta. 2014. “TENTANG MAHKAMAH
KONSTITUSI DALAM RANAH Nur Rohim.” (1).
Nurwardani, Paristiyanti et al. 2016. “Bagaimana Nilai Dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945 Dan
Konstitusionalitas Ketentuan Perundang-Undangan Di Bawah UUD?” Buku Ajar Mata Kuliah
Wajib Umum Pendidikan Kewarganegaraan: 85–114.
Perundang-undangan, Peraturan et al. 2022. “Jurnal Media Hukum.” 10(10): 14–27.
Pinasang, Dani. 2020. “Falsafah Pancasila Sebagai Norma Dasar (Grundnorm) Dalam Rangka
Pengembanan Sistem Hukum Nasional.” Jurnal Hukum Unsrat 20(3): 1–10.
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=pengertian+norma&oq=pengertian+no#d=gs_qabs&u=%23p
%3DnlaBMFNeGqMJ.
Pracasya, D P. 2021. “Penerapan Peraturan Perundang-Undangan Pajak Daerah Atas Perubahan Pasal
Mengenai Perpajakan Dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.”
Dharmasisya 1(2): 743–64. https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss2/13/.
Sa’adah, Nabitatus. 2019. “Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Demokrasi Dan Konstitusi
Khususnya Dalam Menjalankan Constitutional Review.” Administrative Law and Governance
Journal 2(2): 235–47.
Eka NAM Sihombing. 2019. “Perilaku LGBT Dalam Perspektif Konstitusi Negara Republik Indonesia
Dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-XIV/2016.” EduTech: Jurnal Ilmu Pendidikan
dan Ilmu Sosial 5(1): 13–20.

13
Sukartha, I Nengah, I Nyoman Suparwa, I Putrayasa, I Wayan Teguh. 2016. Untuk Perguruan Tinggi.
Undang-undang, Undangan D I Bawah, Nurainun Mangunsong, and M Hum. 2017. “Kewenangan
Constitutional Review Mahkamah Konstitusi Dalam Pengujian Peraturan Perundang- Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Syari ’ Ah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata.”

14

Anda mungkin juga menyukai