Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM PEMERINTAHAN DAERAH


“PEMBAGIAN KEKUASAAN DALAM NEGARA KESATUAN”

Dosen Pengampu : Muhammad Fadhly Akbar, S.H.,MH

Disusun oleh:

AGUNG ANUGRAH HIDAYAWAN 2002021013

ANISYA PUTRI 2102021001

FEBRIANTO W 2102021019

UNIVERSITAS OSO
FAKULTAS HUKUM
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Puji Syukur penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah satu
syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum pemerintahan daerah.
Makalah ini berjudul “PEMBAGIAN KEKUASAAN DALAM NEGARA
KESATUAN”, dapat terselesaikan tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari
berbagai pihak.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah
ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi.
Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, 5 april 2022


Yang membuat penyataan,

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................ii

DAFTAR ISI.............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1

a. Latar Belakang.............................................................................................1
b. Rumusan Masalah........................................................................................1
c. Tujuan Penulisan.........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................2

A. KEKUASAAN NEGARA..................................................................................2

1. Pengertian Kekuasaan Negara....................................................................2


2. Tujuan Pembagian Kekuasaan Negara.....................................................3

B. TEORI PEMBAGIAN KEKUASAAN NEGARA MENURUT AHLI..........3

1. Pembagian Kekuasaan Menurut John Locke...........................................3


2. Pembagian Kekuasaan Menurut Montesquieu.........................................4
3. Pembagian Kekuasaan Menurut Teori “Catur Praja”…………………5

C. KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA.............................6

1. Pembagian Kekuasaan Secara Horizontal.................................................7


2. Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal.....................................................12

BAB III PENUTUP..................................................................................................15

A. Kesimpulan...................................................................................................15
B. SARAN……………………………………………………………………..16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suatu pemerintahan dalam sebuah negara tentu menjalankan begitu banyak fungsi dan sangat
beragam. Dalam pemerintahan yang terpusat, disebut sebut pemerintah memiliki kekuasaan yang
absolut dalam beberapa hal sekaligus.
Hal itulah yang kemudian menjadi hambatan bagi terciptanya pemerintahan yang adil. Pasalnya,
ketika suatu pemerintahan memiliki kuasa absolut terhadap beberapa hal, misalnya dalam pembuatan
peraturan perundang-undangan, menjalankan fungsi kepemerintahan, hingga peradilan, maka semakin
besar bagi pemerintahan negara untuk berlaku sewenang-wenang terhadap pemerintahan negara.
Tentu saja hal tersebut menjadi masalah besar, karena kesewenang-wenangan akan berbuah
ketidakadilan kepada masyarakat. Oleh karenanya, beberapa pemikir politik Barat mulai
mengembangkan pemikiran mereka mengenai teori pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan.
Pemikir politik seperti John Locke dan Montesquieu kemudian yang menjadi pelopor pemikiran
tersebut untuk menghindari terjadinya kesewenang-wenangan dalam aktivitas ketatanegaraan. 1

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang terkait yaitu, Bagaimana masyarakat
memandang apa yang dimaksud dengan kekuasaan negara serta bagaimana pembagian kekuasaan
tersebut di bentuk di negara kesatuan terutama indonesia.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


Untuk memahami dan menganalisi apa yang dimaksud dengan pembagian kekuasaan negara dan
mengetahui juga bagaimana proses mekanisme pembagian kekuasaan di dalam sistem negara yang
berbentuk kesatuan.

1
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.1997. Hlm 4

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEKUASAAN NEGARA

1. Pengertian Kekuasaan negara

Kekuasaan negara terdiri dari dua kata yaitu kekuasaan dan negara. Jika diartikan satu persatu,
kekuasaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok untuk dapat mempengaruhi
tingkah laku pihak lain sesuai dengan keinginan pelaku. 2

Sedangkan negara adalah alat atau wewenang yang dapat mengatur atau mengendalikan persoalan-
persoalan bersama atas nama masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kekuasaan negara adalah
kemampuan kelompok tertentu untuk mengatur serta mempengaruhi tingkah laku masyarakat agar sesuai
dengan kehendak atau tujuan bersama.

Terdapat aturan khusus yang digunakan sebagai dasar pedoman kekuasaan di suatu negara.
Kekuasaan yang dimiliki negara cukup luas dan mencakup dalam berbagai aspek yang didalamnya dapat
berkaitan dengan nilai agama, budaya, sosial, kesejahteraan rakyat dan lain sebagainya.

Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah
laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan
menggunakan semua alat dan cara yg tersedia 3. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg
memerintah dan ada yg diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan.
Contohnya Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada Undang-
Undang (objek dari kekuasaan).

Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan menuju kekuasaan
selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai politik. Partai partai politik berusaha
untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk
mewakili partainya dalam lembaga legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti
yang terjadi di Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.

2
(Miriam Budiarjo,2002) Konstitusi Negara. Jakarta 2009
3
Mukhtie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Bayu Media Publishing, Malang, h.10.

v
2. Tujuan Pembagian Kekuasaan

Tujuan utama pemisahan atau pembagian kekuasaan di suatu negara adalah guna mencegah adanya
penumpukan kekuasaan di salah satu tangan yang dapat menimbulkan penyelenggaraan pemerintahan yang
sewenang-wenang.4

Secara umum, kekuasaan adalah kemampuan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi serta mengatur
perilaku suatu individu maupun kelompok. Jika hanya ada satu individu atau kelompok saja yang berkuasa
atas segala, maka bisa menyebabkan tindakan otoriter.

Hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut.

 Agar tidak adanya kekuasaan yang absolut.


 Mencegah terjadinya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter.
 Untuk mencegah adanya penumpukan kekuasaan di satu tangan yang bisa menimbulkan
penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang.
 Mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak tertentu.
 Mengoptimalkan dan mempermudah kinerja sebuah badan pemerintahan yang ada di sebuah
negara.
 Mensinergikan dan mengoptimalkan fungsi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap lembaga.
 Menciptakan suasana yang lebih adil dan nyaman serta mengutamakan kepentingan umum yang
mengacu para peningkatan kesejahteraan bagi seluruh rakyat.

B. TEORI PEMBAGIAN KEKUASAAN

1. Menurut John Locke

Menurut John Locke kekuasaan negara dibagi menjadi tiga, yaitu :

a). Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan yang membuat undang-undang dalam satu negara. Biasanya
kekuasaan ini terletak pada parlemen dalam negara atau lembaga lain yang menyerap aspirasi
masyarakatnya dalam negara demokrasi.

b). Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertugas melaksanakan undang-undang, mengawasi,


dan mengadilinya jika terjadi pelanggaran. Kekuasaan ini dalam suatu negara terletak pada kepala

4
Jimly Asshiddiqie, 2003, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945, hlm. 2-3

vi
pemerintahan, kepala negara, dan lembaga peradilan negara. Beberapa negara menyatukan
ketiganya menjadi satu, sebagai kepala pemerintahan.

c). Kekuasaan Federatif

Kekuasaan federatif adalah kekuaasaan negara yang melaksanakan atau berhubungan dengan luar
negeri. Jika disebutkan sebagai lembaga pemerintahan, termasuk dalam hal ini adalah kedutaan dan
atase negara. Termasuk di dalamnya kementerian luar negeri suatu negara. Namun, pelaksanaannya
menjadi rancu karena ketiganya berada di bawah kepala negara dan atau kepala pemerintahan.

2. Menurut Montesquieu

Montesquieu membagi macam-macam kekuasaan negara menjadi lebih sempurna atau menyempurnakan
yang dikemukakan John Locke. Macam-macam kekuasaan negara menurut Montesquieu adalah : 5

a). Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan yang membuat dan membentuk undang-undang, baik dilakukan lembaga tersendiri
maupun Bersama lembaga kekuasaan dalam pemerintahan.

b). Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan undang-undang dan biasanya kekuasaan ini yang
memegang penuh kekuasaan pemerintahan di dalam dan hubungannya dengan luar negeri.

c). Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan untuk mengawasi dan mempertahankan undang-undang. Kekuasaan ini termasuk di


dalamnya adalah kekuasaan untuk mengadili pelanggaran undang-undang. Pada pelaksanaannya
lembaga peradilan yang independen disebut sebagai lembaga yudikatif.

Perbedaan mendasar dari dua pendapat tersebut bukan hanya terletak pada kekuasaan yudikatif dan
kekuasaan federatif. Montesqueieu meletakkan dasar pemisahan antara macam-macam kekuasaan,
sedangkan John Locke tidak. Sehingga pada macam-macam kekuasaan menurut Montesqueieu tidak ada
lembaga negara yang merangkap dua fungsi atau berada di bawah yang lain. Ketiga macam kekuasaan
negara berdiri terpisah dengan tujuan yang sama. Montesqueieu menyebutnya sebagai pembagian
kekuasaan, yang kemudian dikenal dengan sebutan Trias Politica. 6 Model kekuasaan negara yang banyak

5
Baron de Montesquieu, tt, The Spirit of Laws ; Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan Politik diterjemahkan oleh M. Khoiril Anam,
(Bandung : Nusa Media), hlm. 62.
6
Bagir Manan, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju, Bandung, hlm. 78-79

vii
dipakai di negara-negara dunia. Trias politica ini diharapkan dapat memperkecil peluang kekuasaan negara
tidak terbatas dan kesewenangan atau penyalahgunaan kekuasaan.

3. Teori Catur praja

Van Vollenhoven menganjurkan teori Catur Praja (Quarto Politica) yang terdiri atas penyelenggara
pemerintahan (bestuur), kepolisian, peradilan, dan legislatif. Menyelenggarakan pemerintahan mangandung
makna proaktif, dan van Vollenhoven memperkenalkan prinsip vrijbestuur dalam penyelenggaraan
pemerintahan, yaitu kewajiban dan hak yang melekat pada diri pejabat publik begitu diangkat.

Kewajibannya menganut stelsel residual theory, yaitu melaksanakan tugas apa saja meskipun tidak
dinyatakan secara eksplisit, selain tugas-tugas kepolisian, peradilan, dan legislatif. Untuk melaksanakan
kewajiban ini pemerintah memiliki diskresi atau kebebasan bertindak dengan prinsip freies ermessen demi
menjaga kepentingan rakyat.

Berdasarkan teori residu dari Van Vollenhoven dalam bukunya “Omtrek Van Het Administratief
Recht”, membagi kekuasaan/fungsi pemerintah menjadi empat yang dikenal dengan teori catur praja yaitu:

1) Fungsi memerintah (bestuur)

Dalam negara yang modern fungsi bestuur yaitu mempunyai tugas yang sangat luas, tidak hanya terbatas
pada pelaksaan undang-undang saja. Pemerintah banyak mencampuri urusan kehidupan masyarakat, baik
dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun politik.

2) Fungsi polisi (politie)

Merupakan fungsi untuk melaksanakan pengawasan secara preventif yaikni memaksa penduduk suatu
wilayah untuk mentaati ketertiban hukum serta mengadakan penjagaan sebelumnya (preventif), agar tata
tertib dalam masyarakat tersebut tetap terpelihara.

3) Fungsi mengadili (justitie)

Adalah fungsi pengawasan yang represif sifatnya yang berarti fungsi ini melaksanakan yang konkret,
supaya perselisihan tersebut dapat diselesaikan berdasarkan peraturan hukum dengan seadil-adilnya.

4) Fungsi mengatur (regelaar)

Yaitu suatu tugas perundangan untuk mendapatkan atau memperoleh seluruh hasil legislatif dalam arti
material. Adapun hasil dari fungsi pengaturan ini tidaklah undang-undang dalam arti formil (yang dibuat
oleh presiden dan DPR), melainkan undang-undang dalam arti material yaitu setiap peraturan dan ketetapan

viii
yang dibuat oleh pemerintah mempunyai daya ikat terhadap semua atau sebagian penduduk wilayah dari
suatu negara.

C. KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA

Dalam sebuah praktik ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan pada satu orang
saja, terjadi pengelolaan sistem pemerintahan dilakukan secara absolut atau otoriter. Untuk menghindari hal
tersebut perlu ada pemisahan atau pembagian kekuasaan, agar terjadi kontrol dan keseimbangan di antara
lembaga pemegang kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif, eksekutif maupun yudikatif tidak
dipegang oleh satu orang saja.

pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan (divisions of power)


merupakan dua istilah yang memiliki pengertian berbeda satu sama lainnya. Pemisahan kekuasaan berarti
kekuasaan negara itu terpisah-pisah alam beberapa bagian, baik mengenai organ maupun fungsinya. 7
Dengan kata lain, lembaga pemegang kekuasaan negara yang meliputi lembaga legislatif, eksekutif, dan
yudikatif merupakan lembaga yang terpisah satu sama lainnya, berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi
dan kerja sama. Setiap lembaga menjalankan fungsinya masing-masing. Contoh negara yang menganut
mekanisme pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat.

Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme pembagian kekuasaan,


kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian (legislatif, eksekutif, dan yudikatif ),
tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa konsekuensi bahwa di antara bagian-bagian itu dimungkinkan
ada koordinasi atau kerja sama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukan oleh banyak negara di
dunia, termasuk Indonesia.

Indonesia termasuk negara yang ciri-cirinya termasuk dalam pengertian demokrasi. Dapat
disebutkan pula bahwa negara Indonesia menganut sistem pembagian kekuasaan yang dikemukakan oleh
Montesqueiu atau Trias Politica. Namun pelaksanannya tidak persis sama. Karena ini prinsip-prinsip
demokrasi di Indonesia juga berbeda degan negara lain, yaitu Demokrasi Pancasila. Macam-macam
kekuasaan negara di Indonesia diatur oleh UUD 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dan
setelah konstitusi sendiri pelaksanaannya mengalami beberapa perubahan, termasuk dalam pemerintahan
orde lama dan orde baru, maka kini diatur dalam UUD 1945 hasil amandemen yang dilakukan terakhir

7
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. FH UI. Jakarta. Hlm. 140

ix
tahun 20048. Kekuasaan negara di Indonesia dibagi menjadi dua bagian, yaitu kekuasaan horizontal dan
kekuasaan vertikal.

1. Pembagian Kekuasaan Secara Horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan yang sesuai dengan hukum
Trias Politica, yaitu pembagian kekuasaan secara terpisah dan mandiri. Pembagian kekuasaan horizontal ini
berupa lembagalembaga negara. Di mana tiap lembaga negara mempunyai hubungan kerja sama dengan
lembaga lain, namun kedudukannya sama. Berdasarkan UUD 1945, kekuasaan Indonesia dibagi menjadi 3
lembaga yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dan sampai masa pemerintahan landasan orde baru masih
berlaku demikian.

Walaupun tidak sama persis dengan apa yang disebutkan oleh Montequeieu. Karena pada masa itu,
kedudukan MPR dibandingkan lembaga lain lebih tinggi dan berkuasa penuh atas nama rakyat.

Selanjutnya sejak diberlakukan amandemen UUD 1945 pada tahun 2004, pembagian kekuasaan di
Indonesia sedikit berubah. Secara rinci dapat dikatakan menjadi 6 kekuasaan horizontal yang berbeda.
Keenam lembaga atau kekuasaan dapat dikatakan mempunyai kedudukan yang hampir sama atau sejajar. 9

a). Kekuasaan Legislatif

Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat
dan menyusun undang-undang. Di mana undang-undang ini berfungsi menjalankan secara terperinci
mengenai semua aturan dasar yang disebutkan dalam UUD 1945. Kekuasaan legislatif di Indonesia
dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR, yang keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat
melalui pemilihan umum setelah diajukan oleh partai peserta pemilu. Tugas dan wewenang DPR
disebutkan dengan jelas dalam pasal 20 ayat 1 UUD 1945. Tugas dan wewenangnya, antara lain :

 Membentuk dan menetapkan atau mensahkan UU yang telah dibahas bersama dengan
eksekutif / Presiden untuk disetujui bersama
 Menerima dan membahas usulan Rancangan undang-Undang uang diajuakan oleh DPD atau
lembaga dan organsasi lain
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan mempertimbangkan dan memperhatikan usulan
dari DPD sebagai perwakilan daerah.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan pemerintah lain
agar dapat ditindaklanjuti jika terjadi pelanggaran.
8
Titik Triwulan Tutik, 2007, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial sebagai Lembaga Negara dalam Sistem
Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prestasi Pustaka, Jakarta, h. 30
9
http://pkn-ips.blogspot.co.id/2014/10/konsep-pembagian-kekuasaan-negara-di.html, diakses tgl 9 Januari 2018 pukul 14.50

x
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang anggotanya juga telah disetujui
DPR, atas pertanggungjawaban keuangan lembaga negara
 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan anggota Komisi Yudisial, begitu
pula dengan pemberhentiannya dan Hakim Agung sebagai Ketua Komisi Yudisial. Hakim
Agung kemudian diangkat oleh Presiden.
 Memberikan pertimbangan kepada Pesiden untuk mengangkat duta dan konsul dari negara lain
dan menerima duta dan konsul dari negara lain.
 Memberi persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat perdamaian, dan
membuat perjanjian degan negara lain.
 Memberi pertimbangan kepada Presiden tentang amnesti dan abolisi.
 Sebagai wakil rakyat di lembaga negara yang menyerap aspirasi Di tingkat provinsi dan
kabupaten, terdapat DPRD I dan DPRD II yang tugas dan wewenangnya hampir sama dengan
DPR tingkat Pusat.

b). Kekuasaaan Konstitutif

Kekuasaan konstitutif adalah kekuasaan yang memegang fungsi ,mengubah dan menetapkan
Undang-Undang Dasar. Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia memegang kekuasaan tersebut
berdasarkan pasal 3 ayat 1 UUD 1945. Anggota MPR ini terdiri dari seluruh anggota DPR dan DPD. MPR
hanya ada di tingkat pusat. Contoh kekuasaan konstitutif MPR berkaitan dengan tugas dan fungsi MPR,
antara lain :

 Mengubah dan menetapkan UUD


 Melantik Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dari hari pemilihan umum secara
langsung
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden berhenti dari jabatannya
karena wafat atau hal lain.
 Memilih presiden dan Wakil Presiden baru sekaligus melantiknya apabila Presiden dan
Wakil Presiden secara bersamaan berhenti sebelum selesai masa tugasnya karena beberapa
sebab.

c). Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang memegang peranan menjalankan pemerintahan.


Kekuasaan ini menjalankan dan melaksanakan Undang-Undang. Kekuasaan eksekutif di Indonesia

xi
dipegang oleh Presiden sesuai yang tertera pada pasal 4 ayat 1 UUD 1945. 10
Contoh kekuasaan eksekutif
presiden berdasarkan tugas dan wewenang Presiden, antara lain:

 Memegang kekuasaan tertinggi pemerintahan, Angkatan Laut, Angkatan Darat, dan


Angkatan udara.
 Mengajukan Rancangan Undang-Undang dan bersama DPR menyetujui RUU menjadi UU
dan mengesahkannya.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri sebagai bagian dari orang atau lembaga
yang membantu tugas Presiden dan Wakil Presiden sehari-hari.
 Menyatakan perang dan perdamaian dengan negara lain, di mana termasuk di dalamnya
adalah membuat perjanjian internasional dengan negara lain.
 Mengangkat dan menerima duta dan konsul untuk dan dari negara lain dengan
mempertimbangkan segala usulan DPR.
 Menyatakan keadaan darurat bahaya terjadi di negara Indonesia
 Memberikan grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan mahkamah Agung dan
memberikan amnesti dan abolisi degan pertimbangan dari DPR.
 Memberikan gelar, tanda jasa, atau tanda kehormatan kepada siapa saja sesuai dengan
peraturan yang berlaku.
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR, menetapkan Hakim Agung dari calon
yang diusulkan Komisi Yudisial dan disetujui DPR, dan menetapkan hakim konstitusi dari
calon yang diusulkan Presiden, DPR, dan Mahkamah Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan persetujaun DPR
 Selain yang ditetapkan di atas, Presiden bagi Bangsa Indonesia adalah simbol resmi negara
di dunia yang berfungsi sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.

d). Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan untuk menyelenggarakan
peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini dipegang oleh Mahkamah Agung dan
Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama,

10
Edie Toet Hendratno, 2009, Negara Kesatuan, Desentralisasi, Dan Federalisme, Graha Ilmu, Yogyakarta, h. 83

xii
lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah
Konstitusi.” 11

Tugas lembaga yudikatif mahkamah Agung, antara lain :

 Mengadili tingkat kasasi dan menguji perundang-undangan di bawah Undang-Undang .


 Mengajukan 3 orang sebagai anggota Hakim Konstitusi
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden ketika akan mengajukan grasi dan rehabilitasi

Fungsi Mahkamah Konstitusi dalam lembaga pemerintahan Indonesia terkait perbedaan Mahkamah Agung
dan Mahkamah Konstitusi, antara lain :

 Mengadili tingkat pertama dan kasasi di mana putusannya bersifat akhir dan final untuk menguji
UndangUndang terhadap UUD.
 Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya ada dalam
konstitusi UUD 1945.
 Memutuskan tentang pembubaran partai politik jika sudah tidak sesuai dengan ketentuan UUD
1945
 Memutuskan sengketa atau perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
 Memberi keputusan tentang pendapat DPR mengenai pelanggaran Presiden dan Wakil Presiden
terhadap UUD 1945.

Sementara tugas Komisi Yudisial yang juga merupakan bagian dari kekuasaan yudikatif adalah sebagai
berikut :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung menjadi anggota Mahkamah Agung


 Menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat dan perilaku hakim, yang berarti
kekuasaan ini mengawasi perilaku hakim agar tetap jujur dan bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugasnya.

e). Kekuasaan Eksaminatif / Inspektif

kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung
jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa “untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.”
11
Kusnardi Muh. dan Bintan R Saragih, 1983, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem Undang-Undang Dasar 1945, PT
Gramedia, Jakarta, h.180.

xiii
Tugas wewenang lembaga eksaminatif BPK, antara lain :

 Meminta dan meneliti pertanggungjawaban keuangan negara dari lembaga-lembaga negara dan
orangorang yang terkait di dalamnya
 Mengusahakan keseragaman dalam tata cara pemeriksaan, pengawasan, dan pertanggungjawaban
keuangan negara.
 Mengandalkan dan menetapkan tuntunan tentang kebendahaaraan lembaga negara dan tuntunan
ganti rugi di dalamnya.
 Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang
terkait
 dengan bidang keuangan.

f). Kekuasaan Moneter

Sepintas kekuasaan moneter sama dengan kekuasaan yang dipegang oleh BPK. Namun kekuasaan
moneter ini sangat jauh berbeda dengan tugas dan wewenang BPK. Kekuasaan moneter adalah kekuasaan
yang mengatur dan menjaga kelancaran perputaran uang di Indonesia. Dan yang terpenting dari kekuasaan
ini adalah kekuasaan untuk menjaga kestabilan nilai rupiah di pasar nasional dan internasional. Kekuasaan
ini dipegang oleh Bank Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pasal 23 UUD 1945 hasil amandemen. 12

Peran dan fungsi Bank Indonesia atau BI dalam kekuasaan moneter yang diatur dalam UUD 1945, antara
lain :

 Menetapkan dan melaksanakan semua kebijakan moneter di Indonesia dengan cara menetapkan
sasaran moneter, melakukan kegiatan pengendalian moneter, dan menggunakan instrument
kebijakan moneter.
 Melancarkan sistem pembayaran dan transaksi secara nasional dan internasional dengan
menetapkan penggunaan alat pembayaran dan mengatur dan menetapkan sistem pembayaran yang
digunakan.
 Mengawasi bank secara nasional, sehingga BI dapat bertindak memberikan dan mencabut ijin
operasional lembaga keuangan seperti bank, menetapkan peraturan di bidang perbankan, dan
memberikan hukuman kepada pelanggaran perundangan, dan memberi jaminan konsumen di bank
dengan adanya dana likuidasi.
12
Ibid

xiv
Macam-macam kekuasaan negara secara horizontal di atas dalam tugas dan wewenangnya saling terpisah
dan madiri. Artinya, tidak saling mencampradukkan dalam keputusannya. Jika pelaksanan yang demikian
tercapai, maka pembangunan secara ideal dapat lebih cepat tercapai.

2. Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal

Kekuasaan negara secara vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari atas ke bawah, di mana di
tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada di bawahnya. Dalam pemerintahan di Indonesia,
hal tersebut dilaksanakan antara hubungan pemerintahan pusat dan pemerintah daerah. Pelaksanaannya,
sesuai dengan yang tertulis di UUD 1945 bahwa Indonesia adalah negara kesatuan, maka menggunakan
prinsip-prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah yang menggabungkan beberapa asas otonomi daerah
sekaligus, yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan dekonsentrasi. Pengertian daerah otonom yang menjadi
bagian dari pelaksanaan otonomi daerah adalah penerima pelimpahan wewenang yang diberikan dari
pengertian pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah
mempunyai tugas dan wewenang masing-masing.13

a). Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat, identik dengan pemerintahan yang terletak di ibu kota. Yang termasuk
pemerintah pusat adalah semua lembaga negara. Macam-macam kekuasaan negara yang telah disebutkan
dalam kekuasaan horizontal adalah pemerintah pusat. Namun, secara umum yang dikenal dengan sebutan
pemerintah pusat adalah kekuasaan legislatif dan kekuasaan eksekutif.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat ini juga diatur dalam pasal 18 UUD 1945 dan UU Nomor 32 tahun
2004. Tugas tersebut, antara lain :

 Melakukan dan Mengatur Politik Luar Negeri Indonesia. Sesuai dengan salah satu tujuan
pembangunan nasional adalah ikut serta melaksanakan ketertiban dunia pada pokok pikiran
pembukaan UUD 194, sudah banyak kiprah Indonesia di luar negeri. Hal ini terkait dengan politik
bebas aktif yang diterapkan. Pengaturan dan penetapan seluruh kebijakan politik luar negeri
dilakukan oleh pemerintah pusat.
 Mengatur Bidang Pertahanan dan Kemanan Nasional. Indonesia adalah negara dengan
keberagaman terbesar di dunia. Ditambah dengan wilayahnya yang sangat membentang luas dan
jika diukur merupakan salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Oleh karena itu,
tugas pemerintah pusat mengatur dan menjaga pertahanan dan keamanan nasional. Pengaturan
menjadi upaya menjaga keutuhan negara NKRI.

13
HAW. Widjaja, 1998, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h. 147.

xv
 Mengatur Jalannya Proses Kehakiman. Proses kehakiman oleh lembaga-lembaga peradilan terletak
pada pemerintah pusat. terkait dengan kekuasaan negara yudikatif juga ada pada pemerintah pusat.
Dengan pengaturan, proses kehakiman di semua wilayah Indonesia adalah sama. Semua warga
negara dan rakyat Indonesia mempunyai posisi yang sama di mata hukum.
 Mengatur Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter atau keuangan dan fiskal juga diatur oleh
pemerintah pusat. Berkaitan erat dengan sistem pembayaran, pengaturan bank, dan lain-lain yang
seragam di semua wilayah Indonesia tanpa terkecuali.
 Mengatur Agama di Indonesia, Indonesia mengakui 5 agama resmi dan satu kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah keberagaman yang ada, agama harus diatur oleh pemerintah agar
tidak memicu konflik. Contoh pengaturan misalnya dengan kebebasan memilih agama dan
beribadah sesuai agama dan kepercayaannya masing-masing.

b). Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah di Indonesia mempunyai hak otonomi daerah. Hak yang bermakna kewenangan
mengatur wilayahnya sendiri. Namun, kekuasaan pemerintah daerah adalah vertikal. 14
Artinya berada di
bawah pemerintah pusat. Kewenangannya juga tidak dapat membuat kebijakan yang merupakan
kewenangan pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah daerah, antara lain :

 Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan, Kewenangan ini diberikan agar pembangunan di


berbagai wilayah Indoensia sesuai dengan sumber daya dan potensi daerah masing-masing. Dengan
demikian, kesejahteraan akan lebih cepat tercapai.
 Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Infrastruktur Daerah dan Ruangnya, Ini juga
diberikan kewenangannya kepada daerah karena pemerintah daerah adalah pemerintah yang
terdekat. Pemerintah akan lebih tahu apa kebutuhannya. Pemerintah daerah lebih mengetahui
misalnya, seberapa mendesak jalan antar kota dikerjakan. Termasuk dalam wewenang ini adalah
kewenangan dalam menjaga hutannya, dan menyediakan sarana dan pra sarana umum.
 Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat, Penyelenggaraan ini dapat
dicapai dengan adanya struktur organisasi desa hingga sampai ke rukun tetangga.
Penyelenggaraannya dapat berupa swadaya masyarakat bersama pemerintah dan polisi. Contohnya
pelakasanaan siskamling.
 Menyelenggarakan dan memajukan Kesehatan dan Pendidikan, Wewenang di bidang kesehatan dan
pendidikan juga menjadi milik pemerintah daerah. Pemerintah pusat hanya memberikan kebijakan
secara global. Misalnya, pelaksanaan Ujian Nasional, penyelenggarannya diberikan kepada dinas

14
https://www.scribd.com/document/440560705/Pembagian-dan-Pemisahan-Kekuasaan

xvi
Pendidikan masing-masing daerah. Ini juga terkait dengan penyediaan sarana dan pra sarana umum
seperti rumah sakit dan sekolah.
 Menyelenggarakan Kegiatan Ekonomi, Pemerintah daerah mempunyai wewenang mengembangkan
sumberdaya. Ini juga berarti wewenang dalam pengembangan ekonomis sesuai potensi daerah dan
mengadakan koperasi untuk kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam pelaksanaannya tentu saja pemerintah berpedoman pada pemerintah pusat dan berpegang teguh pada
Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.

xvii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kekuasaan negara adalah wewenang yang diberikan kepada penguasa atau pemerintah untuk
mengatur dan menjaga wilayah kekuasaannya dari penguasaan negara lain. Dalam penerapannya, terdapat
pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan. Yang memiliki tujuan untuk menciptakan kontrol dan
keseimbangan di antara pemegang kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif tidak dipegang satu orang saja.

Teori pembagian kekuasaan pertama kali dipopulerkan secara ilmiah oleh John Locke seorang
filosof berkebangsaan Inggris (1632-1704) dalam bukunya Two Treatises of Government, yang terbit tahun
1690. John Locke membagi kekuasaan dalam Negara menjadi tiga yaitu : pertama, kekuasaan membentuk
undang-undang (legislatif); kedua, kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif); dan ketiga,
kekuasaan mengenai perang dan damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan
semua orang dan badanbadan di luar negari (federatif).

Pemikiran John Locke, ternyata mempengaruhi ahli hukum Perancis bernama Montesquieu (1689-
1755) untuk lebih menyempurnakan konsep pemisahan kekuasaan. Montesquieu dalam bukunya berjudul
De L’Esprit des Lois terbit tahun 1748, mengemukakan teori pemisahan kekuasaan negara. Montesquieu
menyatakan bahwa kekuasaan dalam negara harus dipisahkan dalam tiga kekuasaan, yaitu : pertama,
kekuasaan legislatif (la puissance legislative) yang membentuk undang-undang; kedua, kekuasaan eksekutif
(la puissance executive) yang melaksanakan undang-undang; dan ketiga,kekuasaan yudikatif (la puissance
de juger), yang menjalankan kekuasaan kehakiman. Juga teori catur praja yang menjadi patokan sebagai
teori pembagian kekuasaan.

Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu pembagian kekuasaan
secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal. Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu
pembagian kekuasaan menurut fungsi lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif),
sedangkan pembagian kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya,
yaitu pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pembagian kekuasaan horizontal pada
tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya perubahan UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menjadi enam kekuasaan negara yaitu kekuasaan konstitutif, kekuasaan eksekutif,
kekuasaan legislatif, kekuasaan yudikatif, eksaminatif/inspektif dan kekuasaan moneter. Sedangkan

xviii
pembagian kekuasaan horizontal pada tingkat pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-lembaga
daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (prov/kab/kota) dan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD prov/kab/kota). Pembagian kekuasaan secara vertikal berlangsung antara pemerintahan
pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota).

B. SARAN

Sebaiknya Asas-Asas teori yang telah dicetuskan oleh para ahli perlu pengevaluasian yang ketat jika
diterapkan dalam pembagian kekuasaan. Karena setiap negara mempunyai culture otonomi yang berbeda-
beda, pada prinsipnya teori-teori tersebut muncul dari peradaban eropa yang diratifikasi atau digunakan
oleh setiap negara. Maka dari itu khususnya dalam negara kesatuan republic Indonesia perlu memikirkan
konsep mana yang bisa diselaraskan dan ditambah sesuai keadaan masyarakat asli Indonesia.

xix
DAFTAR PUSTAKA

xx

Anda mungkin juga menyukai