Anda di halaman 1dari 21

OTONOMI DAERAH DALAM KERANGKA NKRI

Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah:


Civic Education

Disusun Oleh:

Disusun oleh:
Ahmad Haaziq Az Zahid : 211162107
Emilia Sri Wulandari : 211162118
Muhammad Azka Wildan : 211162135

Dosen Pengampu: Jamil Abdul Aziz, MA

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN JAKARTA
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta sehat
wal’afiat yang dengan inilah kita dapat diberi kekuatan, kemudahan serta kelancaran dalam
menyelesaikan makalah yang diberi judul “Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI”

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Civic Education dengan
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami penulis juga berterimakasih kepada bapak dosen pengampu dan teman-teman
yang telah membantu dalam penulisan makalah ini. Dalam pembuatan makalah ini, kami sudah
menyelesaikan dengan semaksimal mungkin, namun tidak menutup kemungkinan terdapat kesalahan
dalam penulisan makalah ini, untuk itu diperlukan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak, demikian kami mengucapkan terima kasih.

Jakarta, 28 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ....ii
BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................................... .....1
A. Latar Belakang ....................................................................................... .....1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... .....3
C.Tujuan Penulisan .................................................................................... .....3
BAB II. PEMBAHASAN ....................................................................................... .....2
A. Apa Pengertian Otonomi Daerah? ......................................................................4
B. Bagaimana Latar Belakang Otonomi Daerah Di Indonesia?........................4
C. Bagaimana Perjalanan Sejarah Otonomi Daerah?........................................5
D. Apa Saja dan Bagaimana Asas-asas Otonomi Daerah di Indonesia?...........7
E. Bagaimana Nilai Dimensi dan Prinsip Otonomi Daerah?............................10
F. Bagaimana Arti Penting dan Manfaat dengan Adanya Otonomi Daerah....12
BAB III. PENUTUP ................................................................................................ ....17
A. Kesimpulan ............................................................................................. …17
B. Saran ...................................................................................................... ....17
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... ....18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdebatan tentang bentuk negara tetap merupakan sebuah persoalan yang selalu
muncul sekalipun hal itu sebenarnya sudah merupakan sesuatu yang klasik. Sejak masa
transisi dari pemerintahan Orde Baru muncul usulan dari berbagai pihak bahwa bentuk
negara yang bersifat “federasi” merupakan salah satu alternatif yang terbaik, agar supaya
keutuhan negara Indonesia dapat dipelihara 1
Pemikiran seperti ini muncul sebagai akibat dari sentralisasi kekuasaan yang sangat
menonjol pada masa pemerintahan Soeharto dan itu dipertahankan selama lebih dari tiga
puluh tahun. Pada masa seperti itu tidak ada satu pun pikiran yang dikembangkan karena
masyarakat akan selalu memikirkan konsekuensinya, terutama konsekuensi politik. 2
Prinsip dasar negara demokrasi selalu menuntut dan mengharuskan adanya
pemencaran kekuasaan, agar kekuasaan tidak terpusat di satu tangan, kekuasaan yang
berpusat di satu tangan bertentangan dengan prinsip demokrasi karena ia membuka
peluang terjadinya kesewenang-wenangan dan korupsi.
"Korupsi dan kekuasaan, ibarat dua sisi dari satu mata uang. korupsi selalu mengiringi
perjalanan kekuasaaan dan sebaliknya kekuasaan merupakan "pintu masuk" bagi tindak
korupsi. Inilah hakikat dari pernyataan Lord Acton, guru besar sejarah modern di
Universitas Cambridge, Inggris yang hidup di abad ke-19 dengan adagium-nya yang
terkenal ia menyatakan "Power Tends To Corrupt, And Absolute Power Corrupt
Absolutely" yang artinya kekuasaan itu cenderung korup dan kekuasaan absolut, terpusat
korup secara absolut.
Menurut Mahfud MD, negara kesatuan adalah negara yang kekuasaannya dipencar
ke daerah-daerah melalui pemberian otonomi atau pemberian wewenang kepada daerah-
daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangga mereka sendiri melalui
desentralisasi atau melalui dekonsentrasi.3

1
H. Syaukani, Afan Gaffar, M. Ryaas Rasyid, Otonomi daerah : Dalam negara kesatuan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar: 2002), h.1
2
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi (Jakarta: Rajagrafindo
Persada: 2011), h.215
3
Abdul,Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum (Jakarta: Sinar Grafika: 2010)
1
Sedangkan menurut Bagir Manan dikutip oleh Ni’matul Huda, bahwasanya negara
kesatuan merupakan landasan batas dari isi pengertian otonomi. Berdasarkan landasan
batas tersebut dikembangkanlah berbagai peraturan (rules) yang mengatur mekanisme
yang akan menjelmakan keseimbangan antara tuntutan kesatuan dan tuntutan otonomi.
Di sini pulalah letak kemungkinan spanning yang timbul dari kondisi tarik menarik antara
kedua kecenderungan tersebut.4
Menurut Ni’matul Huda, bahwa di dalam negara kesatuan, pemerintah pusat
menjalankan kedaulatan tertinggi negara. Agar tidak sewenang-wenang, aktifitas
pemerintah pusat diawasi dan dibatasi oleh undang-undang. Konsekuensi logis dari
posisinya sebagai penyelenggara kedaulatan negara, maka unit-unit pemerintahan yang
dibentuk dan berada di bawah pemerintahan pusat, harus tunduk kepada pemerintah pusat
agar tidak terjadi tumpang tindih dan tabrakan dalam pelaksanaan kewenangan (prinsip
unity command).
Sedangkan menurut Mahfud MD, jika kekuasaan di dalam negara kesatuan datang
dari pusat yang diberikan kepada daerah melalui desentralisasi dan dekonsentrasi, maka
kekuasaan pusat di negara federal justru datang dari negara- negara bagian yang
bersepakat memberikan kekuasaan tertentu kepada pemerintah pusat. Urusan yang
kemudian menjadi kekuasaan pusat di negara federal biasanya meliputi 4 (empat) hal,
yaitu moneter, hubungan luar negeri, peradilan, dan pertahanan-keamanan (security)
Berbeda dengan pendapatnya Soehino yang dikutip oleh Ridwan, bahwasanya negara
kesatuan adalah negara yang tidak tersusun daripada beberapa negara, seperti halnya
dalam negara federasi, melainkan negara itu sifatnya tunggal, artinya hanya ada satu
negara, tidak ada negara dalam negara. Jadi dengan demikian di dalam negara kesatuan
itu juga hanya ada satu pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai
kekuasaan atau wewenang tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Disisi lain
Strong masih dikutip oleh Ridwan, menyebut negara kesatuan sebagai negara yang
diorganisir di bawah satu pemerintahan pusat. Dengan kata lain, kekuasaan apapun yang
terdapat dalam wilayah negara itu secara keseluruhan diselenggarakan oleh pemerintahan
pusat.5

4
Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum, Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI (Bandung: Nusamedia: 2014),
cet.1
5
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta: PT Raja Grafindo: 2011)
2
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan penjelasan kami akan
memberikan pembahasan sebagai berikut :
1. Apa Pengertian Otonomi Daerah?
2. Bagaimana Latar Belakang Otonomi Daerah Di Indonesia?
3. Bagaimana Perjalanan Sejarah Otonomi Daerah?
4. Apa Saja dan Bagaimana Asas-asas Otonomi Daerah di Indonesia?
5. Bagaimana Nilai Dimensi dan Prinsip Otonomi Daerah?
6. Bagaimana Arti Penting dan Manfaat dengan Adanya Otonomi Daerah?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah :
1. Mengetahui Pengertian Tentang Otonomi Daerah
2. Mengetahui Bagaimana Latar Belakang Otonomi Daerah Di Indonesia
3. Mengetahui Bagaimana Perjalanan Sejarah Otonomi Daerah di Indonesia
4.Mengetahui Bagaimana Asas-Asas Otonomi Daerah Di Indonesia
5.Mengetahui Nilai Dimensi dan Prinsip Otonomi Daerah
6.Mengetahui Arti Penting dan Manfaat dengan Adanya Otonomi Daerah

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dari Otonomi Daerah


Istilah otonomi secara etimologi berasal dari bahasa Latin yaitu “autos” yang
berarti “sendiri” dan “nomos” yang berarti “aturan”. Sehingga otonomi diartikan
pengaturan sendiri, mengatur atau memerintah sendiri dalam Undang-Undang No 32
Tahun 2004 Pasal 1 ayat 5. Pengertian Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan
kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan
kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Menurut Suparmoko mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

B. Latar Belakang Otonomi Daerah di Indonesia


Munculnya otonomi daerah sebagai akibat dari adanya sentralisasi yang sangat
kuat pada era orde abru. Selama tiga puluh tahun sentralisasi pada era orde baru tidak
membawa perubahan dalam pengembangan kreativitas daerah, naik pemerintah maupun
masyarakat daerah. Pemerintah daerah sangat tergantung dengan pemerintah pusat
sehingga sam sekali tidak mempunyai kemandirian dalam perencanaan pemerintah
daerah.
Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi yang menimbulkan berbagai
persoalan. Terjadinya krisi ekonomi mhengindikasikan kegagalan sistem pemerintahan
Indonesia dalam mengatasi permasalahan yang ada. Contohnya, banyaknya korupsi,
kolusi, dan nepotisme yang berkembang di pemerintah pusat. Terjadi penggerogotan uang
dari APBN dan diikuti dengan kebijakan untuk mengambil utang secara terus menerus.
Akibat lebih lanjut adanya ketergantungan daerah kepada pemerintah pusat yang
sangat besar. Oleh karena itu, dengan adanya otonomi daerah diharapkan dapat mengatasi
persoalan sentralisasi yang terlalu kuat pada era orde baru. Caranya dengan mengalihkan
kewengan ke daerah. Pada hakikatnya daerah sudah ada sebelum republic Indonesia
berdiri. Dengan demikian, daerah itu bukan bentukan pemerintah pusat, tetapi sudah ada
sebelum Indonesia berdiri.

4
Pada tahun 1999 menjadi titik awal terpenting dari sejarah desentralisasi di
Indonesia. Pada waktu itu terjadi kesepakatan antara B.J. HABIBIE dan anggota dewan
perwakilan rakyat pemilu 1999 untuk menetapkan undang-undang nomor 22 tahun 1999
tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah. Kedua undang-undang tersebut untuk
mngoreksi undang-undang nomor 5 tahun 1974 yang dianggap sudah tidak sesuai prinsip
penyelenggaraan pemerintahan dan perkembangan keadaan.
Kedua undang-undang tersebut ditetapkan untuk menciptakan pola hubungan
yang demokratis antara pusat dan daerah. Dengan demikian, secara khusus undang-
undang nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah., akan tetapi karena tidak
sesuai perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah, aturan baru pun dibentuk untuk menggantikannya.
Pada 15 Oktober 2004 presiden megawati soekarnoputri mengesahkan undang-
undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Diharapkan dengan adanya
kewenangan pemerintahan di daerah akan membuat proses pembangunan,
pemberdayaan, dan pelayanan dengan baik. Pada satu sisi, otonomi daerah dapat
meningkatkan prakarsa dan kreativitas daerah untuk mengurus daerahnya. Sementara di
sisi lain, pemerintah pusat tidak lagi terlalu sibuk dengan urusan-urusan domestik.
Dengan demikian, pemerintah pusat dapat berkonsentrasi pada perumusan kebijakan
yang lebih luas dan lebih mempunyai waktu mempelajari, memahami, merespons
berbagai kecendrungan global serta dapat mengambil manfaatnya.
Sejak dirumuskan melalui undang undang nomor 22 tahun 1999 kebijaksanaan
otonomi daerah yang baru ini telah mengundang berbagai perbedaan pendapat.
Barangkali karena pihak yang berkepentingan sangat banyak, baik yang berasal dari
dalam pemerintahan maupun yang berasal dari luar lingkungan pemerintahan. Selain itu,
perbedaan pendapat tentang kebijaksanaan otonomi daerah begitu intensif karena ada
beberapa faktor.6

C. Perjalanan Sejarah Otonomi Daerah


Peraturan perundang-undangan pertama kali yang mengatur tentang pemerintahan
daerah pascaproklamasi kemerdekaan adalah UU No.1 Tahun 1945. Ditetapkannya
undang-undang ini merupakan hasil dari berbagai pertimbangan tentang sejarah

6
Yudi Suparyanto, Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI (Klaten: Cempaka Putih: 2019) h.1-2

5
pemerintahan di masa kerajaan-kerajaan serta pada masa pemerintahan kolonial. Undang-
undang ini menekankan aspek cita-cita kedaulatan rakyat melalui pengaturan
pembentukan Badan Perwakilan Rakyat. Di dalam undang-undang ini ditetapkan tiga
jenis daerah otonom, yaitu keresiden- an, kabupaten, dan kota. Periode berlakunya
undang-undang ini sangat terbatas. Sehingga dalam kurun waktu tiga tahun belum ada
peraturan pemerintah yang mengatur mengenai penyerahan urusan (desentralisasi)
kepada daerah.
Undang- undang ini kemudian diganti dengan Undang-Undang No. 22 Tahun
1948. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 berfokus pada pengaturan tentang susunan
pemerintahan daerah yang demokratis. Di dalam undang-undang ini ditetapkan dua jenis
daerah otonom, yaitu daerah otonom biasa dan daerah oto- nom istimewa, serta tiga
tingkatan daerah otonom, yaitu provinsi, kabupaten/ kota besar, dan desa/kota kecil.
Mengacu pada ketentuan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948, penyerahan sebagian
urusan pemerintahan kepada daerah telah mendapat perhatian pemerintah. Pemberian
otonomi kepada daerah berdasarkan Undang-Undang tentang Pembentukan Daerah, telah
diperinci lebih lanjut peng- aturannya melalui peraturan pemerintahan tentang
penyerahan sebagian urusan pemerintahan tertentu kepada daerah.
Perjalanan sejarah otonomi daerah di Indonesia selalu ditandai dengan lahirnya
suatu produk perundang-undangan yang menggantikan produk sebelumnya. Perubahan
tersebut pada satu sisi menandai dinamika orientasi pembangun- an daerah di Indonesia
dari masa ke masa. Akan tetapi, di sisi lain hal ini bisa pula dipahami sebagai bagian dari
“eksperimentasi politik” penguasa dalam menjalankan kekuasaannya. Periode otonomi
daerah Indonesia pasca-UU No. 22 Tahun 1948 diisi dengan munculnya beberapa UU
tentang pemerintahan daerah, yaitu UU Nomor 1 Tahun 1957 (sebagai pengaturan
tunggal pertama yang berlaku seragam untuk seluruh Indonesia), UU No. 18 Tahun 1965
(yang menganut sistem otonomi yang seluas-luasnya), dan UU No. 5 Tahun 1974.
Undang-undang yang disebut terakhir mengatur pokok-pokok penyelenggaraan
pemerintahan yang menjadi tugas pemerintah pusat di daerah. Prinsip yang dipakai dalam
pemberian otonomi kepada daerah bukan lagi “otonomi yang riil dan seluas-luasnya”
tetapi “otonomi yang nyata dan bertanggung jawab.” Alasannya, pandangan otonomi
daerah yang seluas-luasnya dapat menimbulkan kecenderungan pemikiran yang dapat
membahayakan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan tidak serasi

6
dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi kepada daerah sesuai dengan prinsip-
prinsip yang digariskan dalam GBHN yang berorientasi pada pembangunan dalam arti
luas. Undang-undang ini berumur paling panjang, yaitu 25 tahun, dan baru diganti dengan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999
setelah tuntutan reformasi bergulir
Kehadiran Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tidak terlepas dari per-
kembangan situasi yang terjadi pada masa itu lengsernya rezim otoriter Orde Baru dan
munculnya kehendak masyarakat untuk melakukan reformasi di semua aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara. Berdasarkan kehendak reformasi itu, sidang istimewa MPR
Tahun 1998 yang lalu menetapkan Ketetapan MPR Nomor XV/ MPR/1998 tentang
Penyelenggaraan Otonomi Daerah; pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber
daya nasional, yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Momentum otonomi daerah di Indonesia
semakin mendapatkan tempatnya setelah MPR RI melakukan amendemen pada Pasal 18
UUD 1945 dalam perubahan kedua yang secara tegas dan eksplisit menyebutkan bahwa
negara Indonesia memakai prinsip otonomi dan desentralisasi kekuasaan politik.
Sejalan dengan tuntutan reformasi, tiga tahun setelah implementasi UU No. 22
Tahun 1999, dilakukan peninjauan dan revisi terhadap undang-undang yang berakhir
pada lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 yang juga mengatur tentang pemerintah daerah.
Menurut Sadu Wasistiono, hal-hal penting yang ada pada UU No. 32 Tahun 2004 adalah
dominasi kembali eksekutif dan dominasinya pengaturan tentang pemilihan kepala
daerah yang bobotnya hampir 25% dari keseluruhan isi UU tersebut.7 Adapun Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 diganti dengan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.8

D. Asas-asas Otonomi Daerah


Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menegaskan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur
dan mengurus sendiri pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Ketentuan pasal 18 ayat 2 ini menegaskan bahwa pemerintah daerah adalah suatu

7
Ubaedillah, Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani (Jakarta: ICCE UIN:
2016) h.180
8
Yudi Suparyanto, Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI (Klaten: Cempaka Putih: 2019)

7
pemerintahan otonom yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tidak ada lagi unsur pemerintahan yang sentralistik dalam pemerintahan daerah.
Selanjutnya, dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah ditegaskan adanya tiga asas otonomi daerah yaitu asas desentralisasi,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Adapun ketiga asas otonomi daerah tersebut
sebagai berikut.
A. Asas Desentralisasi
Pengertian Desentralisasi dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok
Anglo Saxon dan Kontinental. Adapun pengertian desentralisasi menurut kelompok
Anglo Saxon dan Kontinental dapat diuraikan sebagai berikut.
1.) Kelompok Anglo Saxon merupakan kelompok yang mengartikan desentralisasi
sebagai penyerahan wewenang dan pemerintah pusat, baik kepada para pejabat pusat
di daerah yang disebut dekonsentrasi maupun kepada badan-badan otonomi daerah
yang disebut devolusi. Devolusi berarti penyerahan sebagian kekuasaan kepada
badan-badan politik di daerah yang diikuti dengan penyerahan kekuasaan sepenuhnya
untuk mengambil keputusan, baik secara politis maupun administratif.
2.) Kelompok Kontinental merupakan kelompok yang membedakan desentralisasi
menjadi dua bagian yaitu desentralisasi jabatan (dekonsentrasi) dan desentralisasi
ketatanegaraan. Dekonsentrasi adalah penyerahan kekuasaan dari atas ke bawah
dalam rangka kepegawaian guna kelancaran pekerjaan semata. Adapun desentralisasi
ketatanegaraan merupakan pemberian kekuasaan untuk mengatur daerah di dalam
lingkungannya guna mewujudkan asas demokrasi dala pemerintahan negara.
M.Tumer dan D. Hulme berpandangan bahwa yang dimaksud dengan
desentralisasi adalah transfer kewenangan untuk menyelenggarakan beberapa
pelayanan kepada publik dari seseorang atau agen pemerintah pusat kepada beberapa
individu atau agen lain yang lebih dekat kepada public yang dilayani. Landasan yang
mendasari transfer ini adalah teritorial dan fungsional.
Landasan teritorial yang dimaksud adalah menempatkan kewenangan kepada level
pemerintahan yang lebih rendah dalam wilayah hierarkis yang secara geografis lebih
dekat kepada penyedia layanan dan yang dilayani. Adapun landasan fungsional
artinya transfer kewenangan kepada agen yang secara fungsional terspesialisasi.
Transfer kewenangan secara fungsional ini memiliki tiga tipe yaitu:

8
1.) Pendelegasian kewenangan dilakukan dalam struktur politik formal, misalnya dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
2.) Transfer kewenangan terjadi di dalam struktur administrasi publik, misalnya dari
kantor pusat sebuah kementerian kepada kantor kementerian yang ada di daerah.
3.) Transfer kewenangan dari institusi negara kepada agen non negara, misalnya
penjualan asset pelayanan public seperti telepon atau penerbangan kepada sebuah
perusahaan.
Rondinelli mendefinisikan desentralisasi sebagai transfer tanggung jawab
dalam perencanaan, manajemen, dan alokasi sumber-sumber dari pemerintah pusat
dan agen-agennya kepada unit kementerian pemerintah pusat, unit yang ada dibawah
level pemerintah, otoritas atau korporasi publik semi otonomi, otoritas regional atau
fungsional dalam wilayah yang luas, atau lembaga privat nonpemerintah dan
organisasi nirlaba. 9
Menurut Joeniarto, desentralisasi adalah pemberian wewenang dari
pemerintah negara kepada pemerintah local untuk mengatur dan mengurus urusan
tertentu sebagai urusan rumah tangganya sendiri.10
B. Asas Dekonsentrasi
Menurut Joeniarto dekonsentrasi adalah pemberian wewenang oleh pemerintah
pusat kepada alat-alat perlengkapan bawahannya untuk menyelenggarakan urusan-
urusannya yang terdapat didaerah.11 Menurut Irwan Soejito yang mengartikan
dekonsentrasi sebagai pelimpahan kewenangan kepada pejabat bawahannya sendiri. 12
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
dekonsentrasi adalah pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat
kepada instansi vertical di wilayah tertentu dan/atau kepada gubernur dan
bupati/walikota sebagai penanggung jawab urusan pemerintahan umum.13
Penerapan asas dekonsentrasi mempunya kelebihan, kelebihannya yaitu:

9
Muhammad Noor, Memahami Desentralisasi Indonesia (Yogyakarta: Interpena: 2012) cet. 1
10
Fadlan. 2019. Perkembangan Kebijakan Daerah Sebagai Paradigma Dasar Untuk Penentuan Kebijakan
Mengelola Potensi Keberagaman. Volume 2, Nomor 1, 2019
11
Andi Pitono. 20212. Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Volume 3, Nomor 1, Maret 2012
12
Ni’matul Huda, Desentralisasi Asimetris dalam NKRI (Bandung: Nusa Media: 2014) hlm. 59
13
Yudi Suparyanto, Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI (Klaten: Cempaka Putih:2019) hlm. 15

9
1.) Dapat menjadi alat yang efektif untuk menjamin persatuan dan kestauan nasional
2.) Eksistensi dekonsentrasi dapat mengurangi keluhan-keluhan serta protes-protes daerah
terhadap pemerintahan pusat
3.) Dekonsentrasi memungkinkan terjadinya kontak secara langsung antara pemerintah
dan rakyat di daerah.14
C. Asas Tugas Pembantuan
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah otonom
untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
pemerintahan pusat atau dari pemerintah daerah provinsi kepada daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah provinsi.15
Menurut Joeniarto, selain pemerintah local yang berhak mengatur dan mengurus
rumah tangga sendiri, kepadanya dapat pula diberi tugas-tugas pembantuan. Tugas
pembantuan adalah tugas pemerintah local yang berhak mengatur rumah tangga
atasannya. Tugas ini terjadi karena pemerintah pusat menyerahkan tugas tertentu
kepada daerah yang seharusnya dikerjakan oleh pemerintah daerah. Tujuan diterapkan
asas tugas pembantuan sebagai berikut.
1.) Lebih meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pembangunan serta
pelayanan kepada masyarakat.
2.) Memperlancar pelaksanaan tugas dan penyelesaian permasalahan serta membantu
mengembangkan pembangunan daerah dan desa sesuai potensi dan
karakteristiknya.

E. Prinsip Dimensi Otonomi Daerah


Amandemen konstitusi membawa perubahan yang signifikan terhadap pelaksanaan
oonomi daerah. Pasal-pasal baru tentang pemerintahan daerah dalam undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun prinsip-prinsip pelaksanaan otonomi daerah sebagai berikut:

14
Ibid
15
Yudi Suparyanto. Loc.Cit

10
1. Prinsip daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerinahan menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan (pasal 18 ayat(2)). Pasal ini menegaskan
bahwa pemerintah daerah adalah suatu pemerintahan yang otonom dalam
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ketentuan ini menjelaskan bahwa sudah
ada pemerintahan yang sentralistik. Gubernur, Bupati, dan Wali Kota adalah
penyelenggara pemerintahan di daerah.
2. Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum (pasal
18 ayat 3). Ketentuan ini sudah terlaksana dalam rangka pemilihan kepala
daerah. Gubernur ,Bupati, dan Wali Kota dipilih secara langsung oleh
masyarakat di daerahnya masing-masing.
3. Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya (pasal 18 ayat 5). Pemerintah
daerah berhak dalam rangka mengurus urusan rumah tangganya sendiri yang
tidak ditentukan sebagai tugas dari pemerintah pusat.
4. Prinsip kekhususan dan keragaman daerah daerah (pasal 18A ayat 1). Pasal ini
menjelaskan bahwa dalam pembentukan daerah otonom tidak perlu sama atau
uniformitas. Bentuk dan kondisi dari daerah ditentukan oleh berbagai keadaan
khusus daerah tersebut.
5. Prinsip hubungan pusat dan daerah khusus dilaksanakan secara selaras dan adil
(pasal 18A ayat 2).
6. Prinsip mengakui dan menghormati kesatuan masyarakat hukum adat beserta
hak-hak tradisionalnya (pasal 18B ayat 2). Maksud dari masyarakat hukum adat
adalah masyarakat hukum yang berdasarkan hukum adat atau istiadat, seperti
desa, marga, nagari, gampong, meusanah, huta dan negorij. Pengakuan
diberikan sepanjang masyarakat hukum dan hak-hak tradisional masih nyata ada
dan berfungsi sesuai prinsip negara kesatuan.
7. Prinsip mengakui dan menghormati pemerintah daerah yang bersifat khusus dan
istimewa (pasal 18B ayat 1). Prinsip ini mendukung keberadaan satuan
pemerintah bersifat khusus atau istimewa, baik di tingkat provinsi, kabupaten,
kota maupun desa.
Sebagai bagian dari agenda demokratisasi, otonom daerah mensyaratkan pula
adanya perubahan struktur perwakilan politik, berlakunya akuntabilitas pemerintahan,
tegaknya supremasi hukum, dan rasionalitas birokrasi, baik di ditingkat pusat maupun

11
daerah. Oleh karena itu, otonomi daerah sebagai cara pandang baru yang mengharuskan
perubahan struktur lembaga kenegaraaan, sistem pemilu, restrukturusasi lembaga
peradilan, dan perubahan birokrasi dari sifat mengabdi pada kekuasaaan menjadi
brirokrasi yang melayani kepentingan masyarakat.

F. Arti Penting Otonomi Daerah


Pada tahun 1997 Indonesia mengalami krisis ekonomi dan politik. Krisis ekonomi
dan politik tersebut telah memporak-porandakan hampir seluruh sendi-sendi ekonomi dan
politik negeri ini yang telah dibangun cukup lama. Setelah itu krisis ekonomi dan politik
berlanjut menjadi multikrisis sehingga mengakibatkan semakin rendahnya tingkat
kemampuan dan kapasitas negara dalam menjamin kesinambungan pembangunan. Krisis
tersebut salah satunya disebabkan oleh sistem manajement negara dan pemerintahan yang
sentralistik. Kewenangan dan pengelolaan segala sektor pembangunan berada dalam
kewenangan pemerintah pusat, sementara daerah tidak memiliki kewenangan untuk
mengelola dan mengatur daerahnya.
Selanjutnya pada masa reformasi dirancangkan suatu kebijakan perubahan struktur
sistem pemerintahan yaitu melaksanakan otonomi daerah dan pengaturan perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah. Manajemen negara dan pemerintahan yang sentralistik
diubah menjadi kebijakan otonomi yang destralistik. Oleh karena itu kebijakan otonomi
daerah tidak dapat dilepaskan dari upaya politik pemerintah pusat untuk merespont
tuntutan kemerdekaan dari beberapa wilayah yang memiliki aset sumber daya alam yang
melimpah, akan tetapi tidak mendapatkan haknya secara proponsional pada masa
pemerintahan orde baru.
1.) Alasan Desentralisasi
Desentralisasi dianggap dapat menjawab tuntutan pemerataan, pembangunan sosial
ekonomi, serta penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan kehidupan berpolitik
yang efektif. Sebab desentralisasi dapat menjamin penanganan tuntutan masyarakat
secaara variatif dan cepat. Ada beberapa alasan tentang kebutuhan desentralisasi di
indonesia saat ini dirasakan sangat mendesak:
a. Selama ini kehidupan berbangsa dan bernegara sangat terpusat di jakarta,
sementara itu pembangunan di beberapa wilayah lain dilalaikan.
b. Pembagian kekayaan secara tidak adil dan merata. Daerah-daerah yang memiliki
sumber kekayaan alam melimpah seperti Aceh, Riau, Papua, Kalimantan, dan

12
Sulawesi ternyata tidak menerima perolehan dana yang patut dari pemerintah
pusat.
c. Kesenjangan sosial dalam makna seluas-luanya antara satu daerah dan daerah
lainnya sangat terasa. Pembangunan fisik disuatu daerah berkembang pesat sekali,
sedangkan pembangunan di banyak daerah masih lamban dan terbengkalai.
Para ahli ilmu pemerintahan dan politik mengajukan sejumlah alasan memilih
desentralisasi otonomi. Adapun alasan memilih desentralisasi-otonomi sebagai berikut.
a. Efesiensi dan Efektivitas Penyelenggaraan pemerintah
Organisasi negara merupakan sebuah bentuk yang sangat kompleks.
Pemerintah negara mengelola berbagai dimensi kehidupan seperti bidang sosial,
kesejahteraan masyarakat, ekonomi, keuangan, politik, integrasi sosial,
pertahanan dan keamanan dalam negeri. Pemerinah negara juga mempunyai
fungsi distributif dan regulatif, baik yang menyangkut penyediaan barang dan
jasa maupun persaingan dalam penyediaan barang dan jasa tersebut. Selain itu,
pemerintah juga mempunyai fungsi mengatur sumber daya keuangan dalam
rangka membiayai aktifitas penyelenggaraan negara. Semua itu dilakukan dalam
komplektisitas yang menyangkut dimensi demografi dan geografi.
b. Pendidikan Politik
Para ilmuan politik berpendapat bahwa pemerintahan daerah merupakan
kancah pelatihan dan pengembangan demokrasi dalam sebuah negara. Salah
satunya John Stuart Mill yang menyatakan bahwa dengan adanya pemerintahan
daerah hal itu akan menyediakan kesempatan bagi warga masyarakat
berpartisipasi dalam politik, baik dalm rangka memilih atau kemungkinan untuk
dipilih dalam suatu jabatan publik. Mereka yang tidak mempunyai peluang untuk
terlibat dalam nasional, apalagi secara langsung ikut serta dalam membentuk
kebijaksanaan publik secara secara nasional dan memilih pemimpin nasional,
akan mempunyai peluang untuk ikut serta dalam politik lokal, baik dalam
pemilihan umum lokal, maupun dalam rangka pembuatan kebijaksanaan publik.
c. Pemerintahan Daerah Sebagai Persiapan Karir Politik Lanjutan
Banyak ahli politik sepakat bahwa pemerintahan daerah merupakan
tempat persiapan untuk meneliti karir lanjutan, terutama karir dibidang politik
dan pemerintahan ditingkat nasional. Sesuatu hal yang mustahul bagi seseorang

13
untuk muncul dengan begitu saja menjadi politis berkaliber nasional ataupun
internasional. Umumnya seseorang sebelum sampai pada suatu tingkatan
berkiprah pada suatu jenjang tertentu dan memerlukan persiapan yang sangat
panjang.
d. Stabilitas Politik
Para ilmuan politik dan pemerintahan hampir semuanya sepakat bahwa
salah satu manfaat dari desentralisasi atau otonomi dalam penyelnggaraan
pemerintah adalah penciptaan politik yang stabil, dengan alasan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Contohnya pendapat Sharpe yang menyatakan bahwa
stabilitas politik nasional mestinya berawal dari stabilitas politik pada tingkat
lokal. Pemberian kewenangan kepada pemerintahan didaerah akan menciptakan
suasana politik yang sabil karena daerah memiliki ikatan dan tanggung jawab
yang kuat guna mendukung pemerintahan nasional.
e. Kesetaraan Politik
Dengan dibentuknya pemerintahan daerah, kesetaraan politik diantara
berbagai komponen masyarakat akan terwujud. Masyarakat ditingkat lokal
sebagaimna halnya dengan masyarakat di pusat pemerintahan akan mempunyai
kesempatan untuk terlibat dalam politik. Misalnya melalui pemberian suara pada
waktu pemilihan kepala desa, bupati, wali kota dan bahkan gubernur. Selain itu,
warga masyarakat baik secara sendiri maupun kelompok akan ikut terlibat dalam
memengaruhi pemerintahannya untuk membuat kebijaksanaan terutama yang
menyangkut kepentingan masayarakat.
f. Akuntabilitas Publik
Menurut John Stuart Mill salah satu element yang tidak dapat dinafikan
dalam demokrasi dan desentralisasi adalah akuntabilitas publik. Pemegang
jabatan publik harus mampu mempertanggung jawabkan segala bentukpilihan
kebijaksanaan dan politiknya kepada warga masyarakat yang mempercayakan
kepadanya jabatan politik tersebut.
2.) Manfaat Desentralisasi
Desentralisasi atau otonomi daerah akan membawa sejumlah manfaat bagi
masyarakat daerah ataupun pemerintahan nasional. Shabbir Cheema dan Rondinelli

14
menyampaikan paling tidak ada empat belas alasan yang merupakan rasionalitas
dari desentralisasi sebagai berikut :
a. Desentralisasi merupakan cara yang ditempuh untuk mengatasi keterbatasan
karena perencanaaan yang bersifat sentralistik dengan mendelegasikan sejumlah
kewenangan, terutama dalam perencanaan pembangunan, kepada penjabat
didaerah yang berkerja dilapangan dan tahu betul masalah yang dihadapi
masyarakat. Dengan desentralisasi perencanaan dapat dilakukan sesuai dengan
kepentingan masyarakat didaerah yang bersifat heterogen.
b. Desentralisasi dapat memotong jalur birokrasi yang rumit serta prosedur yang
sangat testruktur dari pemerintah pusat.
c. Dengan desentralisasi fungsi dan penugasan kepada penjabat didaerah, tingkat
pemahaman serta sensitivitas terhadap kebutuhan masyarakat daerah akan
meningkat. Kontak hubungan yang meningkat antara penjabat dan
masyarakatsetempat akan memungkinkan edua belah pihak untuk memiliki
informasi yang lebih baik sehigga perumusan kebijaksanaan dari pemerintah
menjadi lebih realistik.
d. Desentralisasi akan mengakibatkan terjadinya tekanan yang lebih baik dari
pemerintah pusat bagi daerah-daerah yang terpencil atau sangat jauh dari pusat.
Di Daerah-daerah tersebut sering rencana pemerintah tidak dipahami oleh
masyarakat setempat atau dihambat oleh elite lokal, dan dukungan tehadap
program pemerintah sanat terbatas.
e. Desentralisasi memungkinkan representasi yang lebih luas dari berbagai
kelompok politik, etnis, keagamaan didalam perencanaan pembangunan yang
kemudian dapat memperluas kesamaan dalam mengalokasikan sumber daya dan
investasi pemerintah.
f. Desentralisasi dapat meningkatkan kapasitas pemerintahan serta lembaga privat
didaerah, yang kemudian dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk
mengambil alih fungsi yang selama ini dijalankan oleh Departement
(kementrian) yang ada di pusat. Dengan desentralisasi peluang bagi masyarakat
didaearah untuk meningkatkan kapsitas teknis dan manajerial.
g. Desentralisasi dapat meningkatkan efesiensi pemerintahan dipusat karena tugas
rutin pejabat pusat diserahkan kepada pejabat daerah. Dengan demikian, pejabat

15
dipusat dapat menggunakan waktu dan energi mereka untuk melakukan
supervisi dan pengawasan terhadap penerapan kebijaksanaan.
h. Desentralisasi juga dapat menyediakan struktur dimana berbagai departement
dipusat dapat di koordinanasi secara efektif bersama dengan pejabat daerah dan
sejumlah NGOs di berbagai daerah. Provinsi, kabupaten, dan kota dapat
menyediakan basis wilayah koordinasi bagi program pemerintah, khususnya
didunia ketiga yang banyak program perdesaan dijalankan.
i. Struktur pemerintahan yang didesentralisasikan diperlukan guna melembagakan
partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan penerapan program. Struktur
seperti itu dapat merupakan wahana bagi pertukaran informasi yang
menyangkut kebutuhan tiap-tiap daerah kemudian secara bersama-sama
menyampaikannya kepada pemerintah.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Negara Kesatuan merupakan landasan batas dari isi pengertian otonomi.
Berdasarkan landasan batas tersebut, dikembangkanlah berbagai peraturan yang
mengatur mekanisme yang akan menjelmakan keseimbangan antara tuntutan
kesatuan dan tuntutan otonomi.

Desentralisasi bukan merupakan pilihan yang mudah bagi Indonesia. Dengan


wilayah geografis yang sangat luas yang terurai dalam puluhan ribu pulau, serta
masyarakat yang sangat heterogen, desentralisasi memang seringkali menjadi dilema.
Namun tatkala desentralisasi melahirkan otonomi yang membuat pusat kehilangan
kendali, maka desentralisasi juga sering dianggap sebagai sumber masalah. Inilah
kurang lebih interpretasi yang dikembangkan oleh pemerintahan orde baru yang
menjadi basis bagi terbangunnya pemerintahan yang sentralistis. Namun,
pemerintahan yang sentralis semacam ini telah menuai rentetan protes yang sangat
panjang. Oleh karena itu, secara umum muncul kesadaran bahwa sentralisasi
pemerintahan bukan pilihan yang tepat dalam mempertahankan negara Indonesia.

Agar otonomi daerah dapat dilaksanakan sejalan dengan tujuan yang hendak
dicapai, pemerintah pusat wajib melakukan pembinaan yang berupa pemberian
pedoman, pengembangan, perencanaan dan pengawasan. Disamping itu, diberikan
pula standar, arahan, bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi,
pemantauan, dan evaluasi. Bersamaan itu, pemerintah pusat wajib memberikan
fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada
daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efisien dan efektif
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B. Saran
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis khususnya dan pembaca pada
umumnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

BUKU
H. Syaukani, Afan Gaffar, M. Ryaas Rasyid, Otonomi daerah : Dalam negara kesatuan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2002)
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum Menegakkan Konstitusi (Jakarta:
Rajagrafindo Persada: 2011)
Abdul, Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum (Jakarta: Sinar Grafika: 2010)
Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.Hum, Desentralisasi Asimetris Dalam NKRI (Bandung:
Nusamedia: 2014), cet.1
Jimly Asshiddiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara (Jakarta: PT Raja Grafindo:
2011)
Yudi Suparyanto, Otonomi Daerah Dalam Kerangka NKRI (Klaten: Cempaka Putih:
2019)
Ubaedillah, Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani
(Jakarta: ICCE UIN: 2016) h.180
Muhammad Noor, Memahami Desentralisasi Indonesia (Yogyakarta: Interpena: 2012)
cet. 1

JURNAL
Fadlan. 2019. Perkembangan Kebijakan Daerah Sebagai Paradigma Dasar Untuk
Penentuan Kebijakan Mengelola Potensi Keberagaman. Volume 2, Nomor 1,
2019
Andi Pitono. 20212. Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Volume 3, Nomor 1, Maret 2012

18

Anda mungkin juga menyukai