Anda di halaman 1dari 12

PERBANDINGAN BENTUK NEGARA

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


“PERBANDINGAN HUKUM TATA NEGARA”

Dosen Pengampu :

Endrik Safudin, S.H.I., M.H.

Disusun oleh :
 Mochamad Afrizal Tri Fernanda (103200032)
 Reyhan Hazbiansyach Rois (103200036)

JURUSAN HUKUM TATANEGARA

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO

2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Perbandingan Hukum Tata Negara,
dengan judul: "Perbandingan Bentuk Negara".

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki

Oleh karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Ponorogo, September 2022

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................I

DAFTAR ISI........................................................................................................................................II

BAB I

PENDAHULUAN................................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................1

BAB II

PEMBAHASAN...................................................................................................................................2

A. Bentuk Negara................................................................................................................................2

B. Perbedaan Setiap Bentuk Negara....................................................................................................4

C. Bentuk Negara Republik Indonesia.................................................................................................5

BAB III

PENUTUP............................................................................................................................................8

A. Kesimpulan.....................................................................................................................................8

B. Saran...............................................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................9

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara-negara yang ada di dunia secara umum bisa diklasifikasikan dalam dua
bentuk, yaitu negara kesatuan dan negara federal. Negara-negara di dunia yang menganut
kedua sistem ini masih seimbang, sehingga tidak ada sistem yang lebih mendominasi. 1
Sebenarnya perbincangan mengenai bentuk Negara (staat vormen) terkait dengan pilihan-
pilihan antara (a) bentuk Negara Kesatuan (unitary state, eenheidsstaat), (b) bentuk
Negara Serikat (Federal, bonds-staat), atau (c) bentuk Konfederasi (confederation, staten-
bond).
Sistem ketatanegaraan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan negara dari segi
struktur, kedudukan maupun susunan lembaga negara berkenaan dengan tugas dan
fungsinya bahkan wewenangnya yang bertujuan menjaga kesetabilan negara itu sendiri,
sedangkan untuk perbandingan sistem ketatanegaaan adalah membandingkan dua negara
atau lebih dalam hal sistem pemritahan atau lainnya umtuk menemukan persamaan
maupun berbedan dalam satu negara bahkan banyak negara, karena disetiap negara
memiliki bentuk pemerintahannya sendiri.2

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja bentuk negara yang ada di dunia ?
2. Bagaimana perbedaan dari setiap bentuk negara ?
3. Apakah bentuk negara yang paling tepat di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui berbagai bentuk negara yang ada di dunia
2. Memahami perbedaan dari berbagai bentuk negara
3. Mengetahui dan memahami bentuk negara paling tepat di indonesia

BAB II
1
Nabil Adlani, Apa Perbedaan Negara Kesatuan dan Negara Serikat?.
https://adjar.grid.id/read/543247057/apa-perbedaan-negara-kesatuan-dan-negara-serikat?
Diakses pada 04 September 2022 pukul 15:24
2
Dr. rer.pol. Mada Sukmajati dan Muhammad Mahsum, Metodelogi Perbandingan
Pemerintahan., t.t.

1
PEMBAHASAN

A. Bentuk Negara
Teori-teori bentuk Negara yang dikembangkan para ahli dan berkembang di zaman
modern bermuara pada dua paham yang mendasar. Pertama, paham yang menggabungkan
bentuk Negara dengan bentuk pemerintahan.3 Paham ini menganggap bahwa bentuk
Negara dengan bentuk pemerintahan, yang dibagi dalam tiga macam, yaitu
1) Bentuk pemerintahan dimana terdapat hubungan yang erat antara eksekutif dan
legislatif;
2) Bentuk pemerintahan dimana ada pemisahan yang tegas antara legislatif,
eksekutif, dan yudikatif;
3) Bentuk pemerintahan dimana terdapat pegaruh dan pegawasan langsung dari
rakyat terhadap badan legislatif.

Kedua, paham yang membahas bentuk Negara atas golongan demokrasi dan diktator. 4
Paham ini membahas bentuk Negara atas golongan demokrasi dan diktator. Paham ini
juga memperjelas bahwa demokrasi dibagi dalam demokrasi Konstitusional (liberal) dan
demokrasi rakyat.

Dari teori-teori tersebut kemudian berkembang di zaman modern ini, yaitu bentuk
Negara Kesatuan (unitarisme) dan Negara Serikat (Federalisme) yang dapat berbentuk
sistem sentralisasi atau sistem desentralisasi. Berikut bentuk-bentuk Negara:

a) Negara Kesatuan

Negara kesatuan adalah Negara yang tidak tersusun dari beberapa Negara, melainkan
hanya terdiri atas satu Negara, sehingga tidak ada Negara di dalam Negara. Dengan
demikian dalam Negara Kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat
yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan
Negara, menetapkan kebjakan pemerintahan dan melaksanakan pemerintahan Negara
baik di pusat maupun di daerah-daerah.

Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa negara kesatuan hanya ada satu pemerintah
saja, dalam negara ini ikatan serta integrasi sangat kokoh. 2 Menurut Moh. Kusnardi dan

3
Bouger, masalah-masalah demokrasi, Jakarta: yayasan pembangunan, 1952, Hal. 32-33
4
Henry B, Mayo, an introduction to democratie theory, new york: oxford University press, 196 Hal.
218 dalam Agussalim Andi Gadjong, Pemerintahan…,

2
Bintan R. Saragih, disebut negara kesatuan apabila pemerintah pusat dan pemerintah
daerah tidak sama dan tidak sederajat, kekuasaan pusat lebih menonjol dan tidak ada
saingan bagi badan legislatif pusat dalam membuat Undang-undang, kekuasaan
pemerintah daerah hanya bersifat derivatif. Intinya negara kesatuan tidak mengenal ada
negara dalam negara, pemerintahan yang yang berdaulat hanya satu yakni pemerintah
pusat. Kekuasaan yang ada di tangan pemerintah daerah merupakan mandat atau
wewenang dari pusat dan tidak boleh hukum daerah bertentangan dengan hukum
nasional, peraturan pusat tidak lagi memerlukan pengakuan dari daerah”.5

b) Negara Serikat (Federasi)

Negara federal atau negara serikat adalah suatu negara yang terdiri atas beberapa
negara bagian, tetapi setiap negara bagian tersebut tidak berdaulat. Setiap negara bagian
bebas untuk melakukan tindakan ke dalam selama tidak bertentangan dengan UUD
Negara Federal. Tindakan ke luar, khususnya hubungan dengan negara lain, hanya dapat
dilakukan melalui atau oleh pemerintahan federal. Negara federal ini memiliki kesamaan
dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, misalnya satu sama lain memiliki
hak untuk mengurus kepentingannya masing-masing dan hanya pemerintah pusat atau
federallah yang dapat bertindak ke luar. Contoh dari negara federal adalah Amerika
Serikat dan Malaysia. Pada masa Konstitusi RIS 1949, Negara Indonesia berbentuk
serikat. Kedudukan politis dan kekuasaan militer Republik Indonesia dan pengaruh
Komisi Perserikatan bangsa-bangsa untuk Indonesia (United Nations Commission for
Indonesia); suatu Konperensi Meja Bundar antara Belanda dan Indonesia telah
dilangsungkan di Den-Haag tanggal 23 Agustus-2 Nopember 1949 yang hasilnya pada
tanggal 27 Desember 1949 Kerajaan Belanda terpaksa harus memulihkan kedaulatan atas
wilayah Indonesia kepada Pemerintah Republik Indonesia Serikat. Dan pada hari yang
sama pula Republik Inndonesia menyerahkan kedaulatannya kepada Republik Indonesia
Serikat dan menjadi salah satu dari enam belas negara bagian dari Republik Indonesia
Serikat.

CF Strong mengemukakan “ciri utama negara federal adalah adanya rekonsiliasi


kedaulatan nasional dan kedaulatan negara bagian, selanjutnya syarat utama negara
federal adalah adanya rasa kebangsaan dari negara-negara yang membentuk federasi dan
tidak adanya niat untuk menjdi satu kesatuan, karena jika mempunyai kehendak bersatu
5
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, cet.
IV, 2010, hlm. 270

3
berarti bukan negara federal, tapi telah menjadi negara kesatuan”. 4 Dalam hal ini
“kedaulatan keluar, seperti pertahanan keamanan, kebijakan fiskal dan kebijakan luar
negeri ada ditangan peerintahan nasional, sedangkan kedaulatan kedalam tetap berada di
tangan pemerintah negara bagian”.6

c) Negara Konfederasi
Konfederasi atau gabungan negara merupakan perserikatan atau persekutuan antara
beberapa negara, dan setiap negara yang menjadi anggota persekutuan itu pada umumya
tetap merdeka dan berdaulat penuh. Persekutuan itu dibentuk karena adanya kesamaan
kepentingan atau karena dinamika sosial politik global. Konfederasi dapat berupa Uni,
Commonwealth (negara persemakmuran), Protektorat (negara di bawah perlindungan),
dan Perserikatan bangsa bangsa (PBB) L Oppenheim berpendapat bahwa konfederasi
terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh yang untuk mempertahankan
kemerdekaan ekstern dan intern, bersatu atas dasar perjanjian internasional yang diakui
dengan menyelenggarakan beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai
kekuasaan tertentu terhadap negara anggota konfederasi, tetapi tidak terhadap warga
negara-negara itu Contoh negara konfederasi yang berupa uni yang memiliki kepala
negara yang sama adalah Uni Austria-Hongaria (sampai tahun 1918), sedangkan uni
yang memiliki parlemen yang sama adalah Uni Eropa dewasa ini. Untuk negara
Commonwealth adalah perserikatan negara-negara yang merdeka dan berdaulat penuh
bekas negara jajahan Inggris Negara-negara yang bergabung disebut dominion Contoh
negara protektorat adalah Monaco yang merupakan negara protektorat Perancis.

B. Perbedaan Setiap Bentuk Negara


Perbedaan dari negara serikat dan republik terletak pada asal usul hak mengurus
rumah tangga sendiri. Pada negara bagian, hak mengurus rumah tangganya sendiri
merupakan hak aslinya, sedangkan dalam negara kesatuan, hak daerah otonom diperoleh
dari pemerintah pusat.7 Hal ini juga membedakan dengan Konfederasi yang berisi dari
beberapa negara seperti di Asean ataupun Perserikatan Bangsa-Bangsa.

C. Bentuk Negara Republik Indonesia

6
C.F Strong, Konstitusi-konstitusi Politik Modern : Suatu Perbandingan tentang Sejarah dan
Bentuk, terj. Derta Sri Widowatie, Bandung : Nusa Media, cet. III, 2010, hlm.139
7
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia, Jakarta, 1985, hal. 140-141

4
Indonesia telah melalui sejarah penjang sejak kemerdekaannya pada tahun 1945.
Menurut Konstitusi Negara Indonesia menganut bentuk negara kesatuan. Hal ini dapat
dicerna dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa “Negara Indonesia
adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik“. Dengan demikian dari pasal tersebut
sudah tercermin bentuk negara Indonesia dalam arti bahwa pemerintah daerah memiliki
kekuasaan yang terinci sesuai dengan pemberian pemerintah pusat yang diatur dalam
undang-undang, sedangkan pemerintah pusat mempunyai kekuasaan yang sangat luas.
Bentuk negara kesatuan Indonesia akan melahirkan strategi dalam pembagian kekuasaan
antara pusat dan daerah guna mewujudkan tujuan dari negara sebagaimana di atur dalam
aline ke IV pembukaan UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia. Sebagai langkah dalam mencapai tujuan
tersebut dilaksanakanlah sistem desentralisasi dan dekonsentrasi.
Perlu disebutkan di sini, frasa “Negara Kesatuan” adalah untuk menjelaskan bahwa
bentuk negara yang dianut oleh Indonesia adalah negara bersusunan kesatuan. Sedangkan
istilah “Republik” adalah untuk menjelaskan bahwa sistem pemerintah yang dianut oleh
negara Indonesia untuk melaksanakan kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sistem
republik yang dikepalai oleh Presiden, bukan sistem monarki yang pimpin oleh Raja,
Ratu, Kaisar, Sulthan atau Amir pada negara Islam.
Bentuk negara kesatuan (unitary state) dipilih oleh The Founding Fathers Indonesia
melalui proses diskusi dan perdebatan panjang dalam Sidang Badan Penyelidik Usaha-
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI-PPKI) yakni, antara pihak yang menginginkan Indonesia merdeka nanti adalah
berbentuk kesatuan yang dipelopori oleh M. Yamin dan kawan-kawan dan dipihak lain
yang menginginkan bentuk negara Indonesia merdeka adalah negara federal yang
dipelopori oleh M. Hatta. 1 Namun melalui voting pada Sidang Panitia Perancang
Undang-Undang Dasar 2 yang diadakan tanggal 11 Juli 1945 diperoleh hasil, 17 orang
setuju negara kesatuan dan 2 orang setuju negara federal. 3 Oleh karena itu diputuskan
bahwa bentuk negara yang dianut oleh Indonesia merdeka nanti adalah Kesatuan, dan
semenjak UUD 1945 disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, istilah Negara
Kesatuan untuk Republik Indonesia resmi dipakai.
Namun, setelah tumbangnya Orde Baru akibat gerakan mahasiswa dan rakyat pada
tahun 1998, dan datangnya era reformasi, timbul keinginan sebagian pihak yang
dipelopori Amien Rais dan kawan-kawan yang menghendaki agar bentuk Negara

5
Kesatuan Republik Indonesia diubah menjadi negara federal dengan cara mengubah
ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945. Namun, keinginan tersebut tidak mendapat
sambutan positif dari mayoritas Fraksi yang ada di Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia (MPR RI) periode 1999-2004, termasuk dari Fraksi Reformasi yang
berasal dari Partai Amanat Nasional tempat bernaungnya Amien Rais. Hal itu terlihat dari
hasil Sidang Tahunan MPR RI tahun 2001, semua Fraksi yang ada di MPR RI yakni
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Praksi Reformasi, Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa
(PKB), Fraksi TNI/Polri, Fraksi Partai Bulan Bintang (PBB), Fraksi PDKB, Fraksi Daulat
Ummah, Fraksi Utusan Goongan dan Fraksi Utusan Daerah sepakat menolak usul
perubahan terhadap ketentuan Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 sehingga Republik Indonesia
tetap berbentuk kesatuan hingga saat ini.
Negara kesatuan (unitary state), ada yang bersifat sentralistik (unitary state by
centralization) dan ada pula yang bersifat desentralistik (unitary state by decentralization).
Pada negara kesatuan dengan sistem sentralistik, semua urusan pemerintahan menjadi
kewenangan pemerintah pusat dan dilaksanakan sendiri oleh pemerintah pusat.
Sedangkan pada negara kesatuan dengan sistem desentralistik, sebagian urusan
pemerintah (yang bersifat tidak pokok) diserahkan oleh pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah otonom. Urusan pemerintahan yang bersifat pokok tetap menjadi
wewenang pemerintah pusat.
Negara kesatuan dengan sistem desentralistik ini memiliki lima macam varian model
yakni; (1), negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang sentralistik. (2), Negara
kesatuan dengan sistem desentralisasi yang desentralistik. (3), Negara kesatuan dengan
sistem desentralisasi yang proporsional. (4), Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
yang federalistik dan (5), negara kesatuan dengan sistem desentralisasi yang
konfederalistik
Pada era reformasi, semenjak otonomi luas diberikan kepada daerah Provinsi dan
daerah Kabupaten/Kota berdasarkan undang-undang (UU) tentang pemerintahan daerah,
Indonesia dikenal dengan negara kesatuan dengan sistem desentralisasi. Oleh karena itu
timbul pertanyaan, dari lima model negara kesatuan dengan sistem desentralisasi di atas,
termasuk ke dalam model varian yang manakah Negara Kesatuan Republik Indonesia?
Untuk itu tulisan ini mencoba menjawab pertanyaan di atas dengan melakukan studi
terhadap ketentuan UUD 1945 dan UU tentang Pemerintah Daerah yang berlaku pada era

6
reformasi. Namun, sebelum membahas persoalan tersebut, terlebih dahulu akan dijelaskan
hakikat dan karakteristik negara kesatuan serta jenis atau tipe negara kesatuan.
Sebagaimana disebutkan di atas, tipe atau model negara kesatuan dengan sistem
desentralisasi ada lima macam. Pertanyaannya, termasuk tipe atau model yang manakah
NKRI? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus melihat kepada beberapa UU
tentang Pemerintahan Daerah yang (pernah) berlaku pada masa reformasi yang di
dalamnya mengatur tentang desentralisasi dan otonomi daerah di antaranya yakni; UU
No. 22 Tahun 1999, UU Nomor 32 Tahun 2004 dan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah. Pertama, UU No. 22 Tahun 1999. UU tersebut menyatakan bahwa,
untuk melaksanakan otonomi luas, nyata dan bertanggung jawab, wilayah NKRI dibagi
ke dalam daerah propinsi, daerah kabupaten dan daerah kota yang bersifat otonom. Di
samping sebagai daerah otonom, daerah propinsi juga sebagai wilayah administrasi
dengan pertimbangan untuk memelihara hubungan yang serasi antara pusat dan daerah
dalam kerangka NKRI.
Daerah otonom provinsi dan daerah otonom kabupaten/kota di atas, tidak mempunyai
hubungan hirarki satu sama lain, tidak saling membawahi. Ketentuan ini menimbulkan
banyak persoalan, khususnya mengenai hubungan vertikal antara pemerintah darah
kabupaten/kota dengan daerah propinsi. Bupati/Walikota selaku kepala daerah
kabupaten/kota waktu itu, tidak menganggap Gubernur sebagai atasan mereka. Mereka
membuat kebijakan dan melaksanakan pembangunan di daerahnya masing-masing tanpa
berkoordinasi dengan Gubernur, bahkan lebih jauh mereka bepergian ke luar negeri tanpa
sepengetahuan Gubernur. Padahal, Pasal 2 ayat (2) UU No. 22 Tahun 1999 telah
menyebutkan, daerah propinsi selain sebagai daerah otonom sekaligus sebagai wilayah
administrasi yang dipimpin oleh Gubernur, dan karena jabatannya Gubernur sekaligus
menjadi wakil pemerintah pusat di daerah.

7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

B. Saran
Perbandingan Hukum Tata Negara merupakan salah satu mata kuliah di berbagai
fakultas Hukum di Indonesia, yang dalam pembahasan membandingkan bentuk negara
masih sedikit buku-buku acuan sebagai landasan ilmiah. Perlu lebih diperbanyak sumber
pengetahuan tidak hanya di jurnal sehingga melupakan esensi penting dari buku yang
identik dengan jendela dunia.

8
DAFTAR PUSTAKA

Arfa'i. (2013). BENTUK NEGARA REPUBLIK INDONESIA DITINJAU PENGATURAN


TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN. Inovatif: Jurnal Ilmu Hukum Vol. 6 No.7, 143-155.

Daria (2015) BENTUK PEMERINTAHAN MENURUT PEMIKIRAN POLITIK SUNNI


ZAMAN KLASIK ( SUATU PENDEKATAN FIQH SIYASAH ). Skripsi thesis,
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

Hendra Irawan, C. S. (2022). PERBANDINGAN SISTEM KETATANEGARAAN


PERSEPEKTIF PENERAPAN HUKUM INDONESIA DAN SINGAPURA. Siyasah
Jurnal Hukum Tata Negara, Vol 1 No. 1.

Mahmuzar. (2020). MODEL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DI ERA


REFORMASI. Jurnal Hukum dan Pembangunan, 303-316.

Widayati, d. (2010). Otonomi Khusus Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia Dengan
Sistem Desentralisasi. Jurnal Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan
Agung Vol.XXII No. 1, 45-58.

Anda mungkin juga menyukai