Anda di halaman 1dari 40

TUGAS MAKALAH

PERBANDINGAN TATA PEMERINTAHAN NEGARA REPUBLIK

INDONESIA DENGAN NEGARA UNI EMIRAT ARAB

OLEH :
AULIA FAJRIN
B012 21 2011

STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


PASCASARJANA FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI............................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................1
B. Identifikasi Masalah................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................3


A. Bentuk Negara........................................................................3
B. Bentuk Pemerintahan.............................................................6
C. Sistem Pemerintahan.............................................................9
D. Sistem Parlemen...................................................................17

BAB III PEMBAHASAN......................................................................20


1. Bentuk Negara......................................................................20
A. Negara Republik Indonesia.............................................20
B. Negara Uni Emirat Arab.................................................22
2. Bentuk Pemerintahan...........................................................23
A. Negara Republik Indonesia.............................................23
B. Negara Uni Emirat Arab.................................................25
3. Sistem Pemerintahan...........................................................26
A. Negara Republik Indonesia.............................................26
B. Negara Uni Emirat Arab..................................................27
4. Sistem Parlemen...................................................................30
A. Negara Republik Indonesia.............................................30
B. Negara Uni Emirat Arab.................................................21

BAB IV PENUTUP...............................................................................34

A. Kesimpulan...........................................................................34

DAFTAR PUSTAKA............................................................................38

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam mengatur pemerintahan sebuah negara harus memiliki cara

yang sesuai demi berjalannya negara tersebut. Cara itulah yang sering

disebut sebagai tata pemerintahan. Sehingga tata pemerintahan dapat

diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas berbagai komponen

pemerintahan yang bekerja saling bergantung dan memengaruhi dalam

mencapai tujuan dan fungsi pemerintahan. Walaupun sistem

pemerintahan diartikan hampir sama disetiap negara, namun adakalanya

sistem pemerintahan yang diterapkan setiap negara berbeda satu sama

lain.

Dengan memahami sistem pemerintahan negara-negara lain,akan

menambah wawasan kita sekaligus bisa dijadikan sebagai bahan

perbandingan bagi negara kita. Oleh karena itu, setelah mengetahui

persamaan dan perbedaan antara sistem pemerintahan, maka kita dapat

mengembangkan suatu sistem pemerintahan yang dianggap lebih baik.

Perbedaan penerapan sistem pemeritahan antar negara

disebabkan oleh banyak hal, seperti kondisi sosial budaya, politik, dan

negara yang pernah menjajah tersebut yang berkembang di negara yang

bersangkutan. Faktor lain yang sangat berpengaruh adalah komitmen elite

politik terhadap sistem politik yang hendak diwujudkan, sistem kepartaian

1
yang berkembang di negara yang bersangkutan, tradisi politik yang telah

berkembang di negara yang bersangkutan, serta budaya politik dominan

di masyarakat yang bersangkutan. Begitupula, sistem pemerintahan

Indonesia terhadap sistem pemerintahan negara lain.

Maka pada kesempatan ini penulis menganalisis perbandingan tata

pemerintahan Indonesia dengan salah satu negara yaitu Uni Emirat Arab

dalam suatu makalah dengan judul, ”Perbandingan Tata Pemerintahan

Negara Republik Indonesia dengan Negara Uni Emirat Arab”, yang akan

menjelaskan lebih jauh mengenai perbandingan tata pemerintahan dari

kedua Negara tersebut.

B. Identifikasi Masalah

1. Bagaimana Bentuk Negara Republik Indonesia dan Negara Uni


Emirat Arab?
2. Bagaimana Bentuk Pemerintahan Negara Republik Indonesia dan
Negara Uni Emirat Arab?
3. Bagaimana Sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia dan
Negara Uni Emirat Arab?
4. Bagaimana Parlemen Negara Republik Indonesia dan Negara Uni
Emirat Arab?

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bentuk Negara

Bentuk negara merupakan hal yang sangat penting dalam suatu

negara. Tujuan akhir dari adanya bentuk negara adalah sebagai

landasan dalam mewujudkan tujuan dari negara. Bentuk negara

dalam suatu negara menggaris bawahi secara jelas tentang

tanggungjawab setiap pemerintah baik itu pemerintah pusat

maupun pemerintah daerah. Dalam kehidupan ketatanegaraan

negara-negara di dunia dikenal dua bentuk negara yang sangat

dominan dipakai oleh sebuah negara, yaitu bentuk negara

kesatuan dan bentuk negara federal.

Dikatakan oleh Ni’matul Huda “Negara kesatuan dideklarasikan

oleh para pendirinya saat kemerdekaan dengan mengklaim seluruh

wilayahnya sebagai bagian dari suatu negara, negara tidak

dibentuk berdasarkan kesepakatan, setelah itu baru dibentuk

wilayah atau daerah di bawahnya. Kewenangan yang didapat oleh

daerah merupakan pelimpahan dari pemerintah pusat untuk diatur

sebagian”.1

1
Ni’matul Huda, “Sejarah Ketatanegaraan Indonesia, Pilihan atas Federalisme atau Negara
Kesatuan”, Yogyakarta : UII Press, 2004, hlm. 22.

3
Miriam Budiardjo menyatakan, bahwa negara kesatuan hanya

ada satu pemerintah saja, dalam negara ini ikatan serta integrasi

sangat kokoh.2 Menurut Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih,

disebut negara kesatuan apabila pemerintah pusat dan pemerintah

daerah tidak sama dan tidak sederajat, kekuasaan pusat lebih

menonjol dan tidak ada saingan bagi badan legislatif pusat dalam

membuat Undang-undang, kekuasaan pemerintah daerah hanya

bersifat derivatif. Intinya negara kesatuan tidak mengenal ada

negara dalam negara, pemerintahan yang yang berdaulat hanya

satu yakni pemerintah pusat. Kekuasaan yang ada di tangan

pemerintah daerah merupakan mandat atau wewenang dari pusat

dan tidak boleh hukum daerah bertentangan dengan hukum

nasional, peraturan pusat tidak lagi memerlukan pengakuan dari

daerah”.3

Kemudian CF Strong mengemukakan “ciri utama negara federal

adalah adanya rekonsiliasi kedaulatan nasional dan kedaulatan

negara bagian, selanjutnya syarat utama negara federal adalah

adanya rasa kebangsaan dari negara-negara yang membentuk

federasi dan tidak adanya niat untuk menjdi satu kesatuan, karena

jika mempunyai kehendak bersatu berarti bukan negara federal,

tapi telah menjadi negara kesatuan”.4


2
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, cet.
IV, 2010, hlm. 270.
3
M. Kusnardi, dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Jakarta : Gaya Media Pratama, 2000. Hlm. 207.
4
C.F Strong, Konstitusi-konstitusi Politik Modern : Suatu Perbandingan tentang Sejarah dan
Bentuk, terj. Derta Sri Widowatie, Bandung : Nusa Media, cet. III, 2010, hlm.139.

4
Dalam hal ini “kedaulatan keluar, seperti pertahanan keamanan,

kebijakan fiskal dan kebijakan luar negeri ada ditangan

pemerintahan nasional, sedangkan kedaulatan kedalam tetap

berada di tangan pemerintah negara bagian”. 5

Sedangkan mengenai tentang cara pembagian kekuasaan

antara pemerintah federal dengan pemerintah negara bagian,

masing-masing negara mempunyai cara tersendiri. Namun secara

umum ada dua cara yaitu disebutkan secara rinci semua yang

menjadi kewenangan pemerintah federal dan sisanya menjadi

kewenangan pemerintah negara bagian, atau disebutkan satu

persatu secara rinci wewenang negara bagian dan sisanya

diurusan pemerintah federal. Apapun cara yang digunakan, pada

intinya negara federal membagi secara jelas kewenangan antara

pemerintah federal dan pemerintah negara bagian, dan kedaulatan

masing-masing negara tidak dapat diganggu oleh yang lainnya,

baik oleh sesama negara bagian maupun oleh pemerintah federal. 6

Berdasarkan pendapat di tersebut dapatlah dicerna bahwa pada

dasarnya bentuk Negara federal yaitu suatu negara yang

kekuasaannya berada pada negara-negara bagian sedangkan

negara federal hanya memiliki kekuasaan tertentu yang sudah

dirincikan secara tegas dalam undangundang dasar. Kedua, bentuk

negara kesatuan yaitu bentuk negara dimana kekuasaan


5
Miriam Budiardjo, Op.Cit.,
6
Moh. Kusnardi dan Bintan R. Saragih, Op.cit., hlm.210-211.

5
pemerintahan ada pada pemerintah pusat (sentralisasi) sedangkan

pemerintah daerah hanya memiliki kekuasaan yang di serahkan

dan dilimpahkan kepadanya dengan sistem desentraliasasi dan

dekonsentrasi. Dalam hal ini kekuasaan yang dimiliki pemerintah

daerah sudah terinci secara tegas dalam Undang-undang

sedangkan pemerintah pusat memiliki kekuasaan yang

seluasluasnya. Oleh karena itu bentuk negara apa yang dianut oleh

suatu negara dapat dilihat dalam Undang-undang dasarnya dan

peraturan lain yang mengatur tentang hubungan antara pemerintah

pusat dengan pemerintah daerahnya.

B. Bentuk Pemerintahan

Bentuk pemerintahan menyatakan struktur organisasi dan


fungsi pemerintahan, dengan tidak menyinggung-nyinggung
struktur daerah, maupun bangsanya. Dengan kata lain, bentuk
pemerintahan melukiskan bekerjanya organ-organ itu mengikuti
ketentuan-ketentuan yang tetap.7

Secara umum, bentuk pemerintahan suatu negara ditentukan


menurut:

1. Cara penunjukan kepala negara

Menurut Leon Duguit, untuk mengetahui bentuk


pemerintahan disuatu negara, maka dapat digunakan kriteria
bagaimana caranya kepala negara itu diangkat, yang
meliputi:

7
Samidjo, Ilmu Negara, Bandung: Armico, 1986, hlm. 162.

6
a. Monarki, jika seorang kepala negara diangkat
berdasarkan hak waris atau turun temurun. Kepala
negaranya disebut raja/ratu/kaisar, atau sejenisnya.

Bentuk pemerintahan monarki terbagi atas beberapa


kategori, yaitu:8

- Monarki Mutlak (Absolut)

Yaitu seluruh kekuasaan negara berada ditangan


raja. Raja mempunyai kekuasaan dan wewenang
yang tidak terbatas (kekuasaan mutlak). Perintah raja
merupakan undang-undang (Le rois c’est lois) yang
harus dilaksanakan. Kehendak raja adalah kehendak
rakyat. Ucapan Raja Louis XIV dari Prancis yang
terkenal adalah: I’Etat c’est moi (Negara adalah
saya).

- Monarki Terbatas (Konstitusional)

Biasa juga disebut dengan kerajaan undang-undang,


yaitu suatu monarki dimana kekuasaan raja itu
dibatasi oleh konstitusi, dan segala perbuatannya
harus berdasarkan dan sesuai dengan isi konstitusi.

- Monarki Parlementer (Kerajaan Parlementer)

Ialah suatu monarki dimana terdapat suatu parlemen.


Pada parlemen inilah dewan para menteri, baik
perseorangan maupun secara keseluruhan,
bertanggung jawab sepenuhnya. Dalam sistem
parlementer, raja selaku kepala negara itu merupakan
lambang kesatuan negara yang tidak dapat diganggu
gugat, tidak dapat dimintai pertanggung jawaban (the

8
Ibid, 183-184.

7
king can do no Wrong). Yang bertanggung jawab
adalah menteri-menteri, baik bersama-sama untuk
seluruhnya maupun seseorang untuk bidangnya
sendiri (sistem pertanggung jawaban menteri:
tanggung jawab politik, pidana, dan keuangan atau
administratif).

Secara umum, para sarjana membagi bentuk


monarki ke dalam dua kategori, yaitu:

1. Monarki Absolut;
2. Monarki Konstitusional.
b. Republik, jika seorang kepala negara dipilih melalui
suatu sistem pemilihan untuk masa jabatan yang
ditentukan. Kepala negaranya adalah seorang presiden.
Bentuk pemerintahan republik dapat dibagi atas
beberapa kategori, yang mana kategori tersebut sama
dengan kategori yang terdapat pada bentuk
pemerintahan monarki.

2. Jumlah orang yang memegang kekuasaan dalam negara


dan kualitas pemerintahannya

Herodotus membagi negara menurut bentuk


pemerintahannya sebagai berikut:9

a. Monarki, apabila pimpinan (pemerintah) tertinggi


disuatu negara terletak ditangan satu orang
(mono=satu; archein=Pemerintah).
b. Oligarki, apabila pimpinan tertinggi di suatu negara
terletak dalam tangan beberapa orang, biasanya dari
kalangan feodal (Oligo=beberapa).

9
Romi Librayanto, Ilmu Negara Suatu Pengantar, Makassar: Arus Timur, 2013, hlm. 185.

8
c. Demokrasi, apabila pimpinan tertinggi disuatu negara
terletak dalam tangan rakyat (demos=rakyat;
cratein=kekuasaan).
C. Sistem Pemerintahan

Pembicaraan tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan

sudah dimulai zaman Yunani Kuno, yang dipelopori oleh Socrates (w.

399 SM), yang kemudian diikuti oleh Plato, Aristoteles, Epicurus, dan

Zeno. Sedangkan pada zaman Romawi Kuno, pembicaraan tentang

negara dipelopori oleh Polybius, Cicero, dan Seneca. Pada masa itu

pembicaraan tentang bentuk negara bercampur dengan bentuk/sistem

pemerintahan. Dan pembahasannya ditinjau secara ideal (filsafat).

Umumnya mereka mengklasifikasikan bentuk-bentuk negara menjadi

tiga golongan, yakni monarki, aristokrasi, dan demokrasi (dengan

berbagai eksesnya). Aristoteles memandang, sistem tersebut adalah

sistem yang buruk. Meskipun demikian, Aristoteles memandang,

bahwa Demokrasi adalah sistem terbaik dari yang buruk. Menurut

Aristoteles, sistem yang baik adalah republik konstitusional. 10

Sedikit berbeda dengan zaman Yunani - Romawi Kuno, pada

zaman pertengahan teori tentang bentuk negara umumnya hanya

dibagi dalam dua bentuk, yakni Republik dan Monarki. Teori ini

diperkenalkan oleh Niccolo Machiavelli dalam bukunya "Il Principe".

Untuk menentukan apakah suatu negara termasuk sebagai negara

republik atau monarki, maka oleh George Jellinek teori ini kemudian

10
Ramdlon Naning Gatra, Ilmu Negara, Jogjakarta: Liberty, 1983, hlm. 62.

9
dikembangkan. Menurut Jellinek, bentuk negara dapat diketahui dari

bagaimanakah terbentuknya kemauan negara. Apabila kemauan

negara itu terbentuk atau tersusun di dalam jiwa atau badan seseorang

secara individual, maka negara tersebut digolongkan sebagai negara

monarki.

Sedangkan apabila kemauan negara itu terbentuk atau tersusun

berdasarkan kemauan banyak orang yang berbadan yuridis (dewan),

maka negara tersebut digolongkan sebagai negara republik.

Dikarenakan teori tersebut mengandung banyak kelemahan, maka

teori ini kemudian dikembangkan lagi oleh Leon Duguit. Duguit

berpendapat bahwa untuk membedakan antara negara republik

dengan monarki dilihat dari cara atau sistem pengangkatan kepala

negara. Apabila kepala negaranya ditunjuk atau diangkat berdasarkan

pewarisan, maka negara tersebut digolongkan sebagai negara

monarki. Sedangkan apabila kepala negaranya diangkat berdasarkan

pemilihan yang melibatkan banyak orang (rakyat), maka negara

tersebut digolongkan sebagai negara republik.

Seperti sudah disinggung pada pembahasan terdahulu, secara

garis besar sistem pemerintahan yang dilakukan pada Negara-negara

demokrasi menganut sistem parlementer dan presidensil.

10
a. Sistem Presidensil

Sistem presidensial merupakan tatanan negara yang

berdasarkan pada konsep trias politika yang dijadikan pedoman

bagaimana lembaganegara harus bekerja. Dipilihnya sistem

presidensil di Amerika adalah karena adanya kebencian

masyarakat Amerika terhadap pemerintahan raja Goerge III,

sehingga mereka menolak membentuk monarchi, dan untuk

mewujudkan kemerdekaan dari pengaruh Inggris, Amerika memilih

mengikuti jejak Montesquieu dengan memisahkan cabang

kekuasaan, sehingga tidak akan ada satu kekuasaan yang melebihi

kekuasaan yang lain.11

Berdasarkan sistem ini ada pemisahan yang tegas antara

cabang kekuasaan, khususnya antara fungsi-fungsi eksekutif dan

legislatif. Antara keduanya tidak ada hubungan pertanggung

jawaban, sehingga tidak bisa saling menjatuhkan/membubarkan.

Badan eksekutif maupun legislatif bertanggungjawab kepada rakyat

karena dipilih langsung oleh rakyat. 12

Dalam sistem presidensil, kepala negara dan kepala

pemerintahan dipegang langsung oleh presiden. Dalam sistem ini

kedudukan eksekutif tidak tergantung kepada parlemen, karena

dasar hukum dari kekuasaan eksekutif berada pada rakyat pemilih.

11
Muhamad Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia, Pusat Studi Hukum
Tata Negara FH UI, Jakarta, 1976, hal. 176.
12
Soehino, Hukum Tata Negara Sistem Pemerintahan Negara, Jogjakarta: Liberty, 1993, hlm. 81.

11
Sebagai kepala eksekutif presiden menunjuk pembantu-

pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-

masing, dan mereka hanya bertanggung jawab kepada presiden.

Karena pembentukan kabinet tidak tergantung dan tidak

memerlukan dukungan kepercayaan dari parlemen, maka para

menteri tidak bisa dihentikan oleh parlemen. 13

Kekuasaan membuat undang-undang berada pada kongres

(parlemen), sedangkan presiden mempunyai hak veto terhadap

undangundang yang dibuat. Kekuasaan eksekutif berada pada

presiden dan pemimpin departemen adalah para menteri yang tidak

bertanggung jawab kepada parlemen. Karena presiden dipilih oleh

rakyat, maka sebagai kepala eksekutif ia hanya bertanggung jawab

kepada rakyat pemilih.

Kelebihan dari system ini adalah pemerintah untuk jangka waktu

yang ditentukan akan stabil. Sedangkan kelemahannya adalah

kemungkinan terjadi apa yang ditetapkan sebagai tujuan Negara

menurut eksekutif bias berbeda dengan pendapat legislative. 14

b. Sistem Parlementer

Pada prinsipnya, sistem pemerintahan parlementer meninitik

beratkan pada hubungan antara organ negara pemegang

kekuasaan eksekutif dan legislatif. Sistem ini merupakan kelanjutan

13
http://hukumonline.com/detail.asp?id=8265&cl=Tajuk
14
Moh. Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.Cit, hal. 178.

12
dari bentuk negara monarchi konstitusional, dimana kekuasaan raja

dibatasi oleh konstitusi. Menurut Arend Lijphart, perkembangan

sistem parlementer pada umumnya melalui tiga fase. Pada

awalnya, pemerintahan dipimpin oleh seorang raja, yang

bertanggungjawab atas seluruh sistem politik atau sistem

kenegaraan. Kemudian muncul sebuah Majelis yang menentang

hegemoni raja. Terakhir majelis mengambil alih tanggungjawab

atas pemerintahan dengan bertindak sebagai parlemen, maka raja

kehilangan sebagian besar kekuasaan tradisionalnya. 15

Dalam sistem ini Presiden, Raja atau Ratu berkedudukan

sebagai Kepala Negara. Fungsi raja merupakan faktor stabilisasi

jika terjadi perselisihan antara eksekutif dan legislative. 9 Sistem ini

mulai lahir pada abad ke 18 dan pertama kali di dilaksanakan oleh

Kerajaan Britania Raya, kemudian banyak diikuti oleh Negara-

negara jajahan Inggris, seperti Malaysia, India, dan lain-lain. 16

Setidaknya ada 4 ciri utama dari system parlementer yaitu : 17

1. Kabinet yang dipimpin oleh pardana menteri dibentuk oleh


atau berdasarkan kekuatan dan atau kekuatan-kekuatan
yang menguasai parlemen;
2. Para anggota kabinet mungkin seluruhnya anggota
parlemen dan mungkin pula tidak seluruhnya dan mungkin
pula seluruhnya bukan anggota parlemen;
15
Arend Lijpart (Disadur oleh Ibrahim et.al), Sistem Pemerintahan Parlementer dan Presidensil,
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 36.
16
Dasril Rajab, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm. 59.
17
Ibid., hlm. 59-60.

13
3. Kabinet dengan ketuanya bertanggungjawab kepada
parlemen. Jika cabinet atau seseorang atau beberapa orang
anggotanya mendapat mosi tidak percaya dari parlemen,
maka cabinet atau beberapa orang daripadanya harus
mengundurkan diri;
4. Sebagai imbangan dapat dijatuhkan kabinet, maka kepada
Negara (Presiden atau raja) dengan saran nasehat perdana
menteri dapat membubarkan parlemen.
Dalam sistem parlementer, hubungan antara eksekutif dan

legislatif sangat erat. Hal ini disebabkan adanya pertanggung

jawaban para menteri kepada parlemen. Kabinet yang terbentuk

merupakan cerminan dari kekuatan-kekuatan politik yang ada di

parlemen. Setiap kabinet yang dibentuk harus memperoleh

dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. 18

Dengan demikian, kebijaksanaan pemerintah atau kabinet tidak

boleh menyimpang dari yang dikehendaki oleh parlemen. Sebagai

konsekuensi lebih lanjut, kabinet harus mempertanggungjawabkan

kebijaksanaannya kepada parlemen. Eksekutif dalam sitem

parlementer adalah kabinet, terdiri dari perdana menteri dan

menteri-menteri yang bertanggung jawab sendiri atau bersama-

sama kepada parlemen.

Selain itu, dalam sistem parlementer terdapat pemisahan tegas

antara kepala negara dan kepala pemerintahan (perdana menteri).

Kedudukan kepala negara dalam sistem ini umumnya dijabat oleh

18
Muhamad Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.Cit., Hlm. 176.

14
raja atau kaisar atau presiden. Dan kedudukannya adalah khas

serta mandiri, yang tidak ada kaitan atau hubungannya dengan

keberadaan kabinet.

Kepala negara dalam sistem pemerintahan parlementer tidak

berkedudukan sebagai kepala pemerintahan, sehingga segala

kesalahan yang dilakukan kabinet (baik Perdana Menteri maupun

para menteri) tidak dapat melibatkan kepala negara.

Oleh karenanya seorang kepala negara tidak bisa dijatuhkan

disebabkan kesalahan para menteri atau kabinet. Karena itu,

kesalahan yang dilakukan oleh kabinet tidak dapat melibatkan

kepala negara (The king can do no wrong). Pertanggung jawaban

menteri kepada parlemen, bila tidak dapat diterima dan parlemen

tidak mempercayai kabinet lagi, dapat berakibat kabinet

meletakkan jabatan. Dengan demikian, kabinet harus

mengembalikan mandatnya kepada negara.19

Dalam sistem parlementer, perdana menteri dan para menteri

bertanggung jawab langsung kepada parlemen. Kebijakan eksekutif

dibicarakan secara ketat dengan parlemen. Dan begitu parlemen

menyetujui kebijakan tersebut, semua lini di pemerintahan dan

parlemen wajib mendukung habis pelaksanaan kebijakan tersebut.

Bila mana tradisi ini dilaksanakan dengan menerapkan good

governance, tidak melanggar hukum yang berlaku, serta dengan


19
http://hukumonline.com/detail.asp?id=8265&cl=Tajuk

15
selalu memperhatikan kepentingan publik, sehingga karenanya

tidak ada skandal-skandal memalukan terjadi, tidak akan ada

alasan bahwa pemerintahan dalam sistem parlementer akan

mudah jatuh bangun. Ini tentu membutuhkan kesabaran, perjalanan

konvensi dan praktek ketatanegaraan panjang, komitmen politik

yang tinggi, dan kematangan para eksekutif dan politikus.

Sistem ini juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan

dari sistem ini adalah adanya penyesuaian antara pihak eksekutif

dan legislative dapat mudah tercapai. Kelemahannya adalah

kabinet atau pemerintahan tidak stabil, karena sering dijatuhkan

oleh parlemen. Pergantian kabinet yang terlalu sering

mengakibatkan program-program pemerintah sering mengalami

kemacetan dan kegagalan.20 Kesulitan yang lain, suatu Negara sulit

untuk membentuk suatu kabinet seandainya tidak menganut dua

partai. Dengan multipartai, maka kepala Negara harus

membicarakannya dengan partai-partai yang memiliki wakil di

parlemen.21

D. Sistem Parlemen

Dalam literatur ilmu politik, secara umum dikenal dua macam

lembaga perwakilan atau parlemen, yaitu:


20
RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Jakarta: Rineka Cipta, 1993. hlm. 46.
21
Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antar Hukum Tata Negara, Jakarta:
CV. Rajawali, 1984, hlm. 78.

16
1. Parlemen satu kamar, dan

2. Parlemen dua kamar.

Namun, beberapa sarjana berpendapat bahwa sebenarnya

terdapat tiga macam lembaga perwakilan atau parlemen, yaitu:

1. Parlemen satu kamar;

2. Parlemen dua kamar; dan

3. Parlemen tiga kamar.

Oleh karena itu, dalam uraian selanjutnya akan dipaparkan tiga

macam lembaga perwakilan atau parlemen tersebut.

a. Parlemen satu kamar (Unikameral)

Dalam struktur parlemen satu kamar/unikameral ini, tidak

dikenal adanya dua badan yang terpisah seperti adanya DPR

dan Senat, ataupun Majelis Tinggi dan Majelis Rendah. 22

b. Parlemen dua kamar (Bikameral)

Dalam struktur parlemen dua kamar/bikameral ini, terdapat dua

badan/kamar/bilik/dewan. Umumnya digunakan istilah Majelis

Tinggi (upper house) dan Majelis Rendah (lower house). Di

Inggris, perwakilan (parlement) terdiri dari House of Lords

( Majelis Tinggi) dan House of Commons (Majelis Rendah). Di

Amerika, perwakilan (congress) terdiri dari Senate (Majelis

Tinggi) dan House of Representative (Majelis Rendah). Di


22
Romi Librayanto, Op.cit., Hlm. 198.

17
Belanda terdapat perwakilan (Staten General) yang terdiri dari

Eerste Kamer dan Tweede Kamer. Di Prancis terdapat

Assemblee Nationale dan Conceil de la Republique. Di

Denmark terdapat Landsting dan Folketing. Di Mesir terdapat

Senate dan Chamber of Deputies. Di Jepang terdapat Kokkai

dan Shugiin. Di Malaysia terdapat Dewan Negara dan Dewan

Rakyat. Di India terdapat Rajya Sabha dan Lok Sabha.23

Di beberapa negara, majelis rendah biasanya diberi wewenang

untuk mengambil prakarsa mengajukan rencana anggaran dan

pendapatan negara, sedangkan majelis tinggi berperan dalam

pembuatan dan perumusan kebijaksanaan luar negeri. 24

Pada prinsipnya, kedua kamar majelis dalam sistem bikameral

tersebut memiliki kedudukan yang sederajat. Satu sama lain

tidak saling membawahi, baik secara politik maupun secara

legislatif. Undang-Undang tidak dapat ditetapkan tanpa

persetujuan bersama yang biasanya dilakukan oleh sebuah

panitia bersama ataupun melalui sidang gabungan diantara

kedua majelis itu. Bahkan dalam sistem parlementer (kabinet),

kedua majelis itu sama-sama berwenang menjatuhkan kabinet.

Namun, dalam perkembangannya, terdapat kecenderungan

bahwa kedua majelis tersebut mulai dibedakan peranannya. Di

23
Ibid., Hlm. 198-199
24
Jimly Assiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen Dalam Sejarah, Jakarta: UI Press,
1996, Hlm. 36-37.

18
berbagai negara, perumusan konstitusi baru ataupun konstitusi

yang baru diubah, cenderung diadakan pengurangan terhadap

hak dan kekuasaan majelis tinggi.25

c. Parlemen Tiga Kamar (Trikameral)

Meskipun tidak banyak dikenal, selain kedua sistem yang lazim

dikenal di atas, sesungguhnya ada pula sistem ketiga yang tediri

atas tiga kamar (trikameral). Dalam struktur parlemen tiga

kamar ini, struktur organisasi parlemen nasional terdiri atas tiga

badan/kamar yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri-

sendiri. Contohnya adalah struktur parlemen nasional Taiwan

(berdasarkan Konstitusi negara tersebut pada tahun 1974),

yang terdiri dari Majelis Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, dan

Dewan Pengawas. Namun sekarang ketentuan yang bersifat

trikameral tersebut sudah dihapus dari Konstitusi Taiwan. 26

BAB III

PEMBAHASAN

1. Bentuk Negara
a. Negara Republik Indonesia

25
Ibid., Hlm. 37.
26
Ibid., Hlm. 44.

19
Indonesia merupakan negara terluas ke-14 sekaligus negara

kepulauan terbesar di dunia dengan luas wilayah sebesar

1.904.569 km², serta negara dengan pulau terbanyak ke-6 di

dunia, dengan jumlah 17.504 pulau. Nama alternatif yang umum

dipakai untuk merujuk pada "Kepulauan Indonesia"

disebut Nusantara. Selain itu, Indonesia juga menjadi negara

berpenduduk terbanyak ke-4 di dunia dengan populasi

mencapai 270.203.917 jiwa pada tahun 2020, serta negara

beragama Islam terbanyak dan terbesar di dunia, dengan

penganut lebih dari 230 juta jiwa. Indonesia adalah salah satu

negara multiras, multietnik, dan multikultural di dunia, seperti

halnya Amerika Serikat.

Indonesia berbatasan dengan sejumlah negara tetangga

di Asia Tenggara, Benua Australia, dan Oseania. Indonesia

berbatasan di wilayah darat dengan Malaysia di Pulau

Kalimantan dan Sebatik, dengan Papua Nugini di Pulau Papua,

dan dengan Timor Leste di Pulau Timor.

Negara tetangga yang hanya berbatasan laut dengan

Indonesia adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah

persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

 Berdasarkan Konstitusi Indonesia yang sah, yaitu pada

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

20
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) menegaskan

bahwa:

“Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik”.

Berdasarkan dari Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut dapat

diketahui bahwa bentuk negara Republik Indonesia adalah

Negara Kesatuan yang biasa disebut Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Negara kesatuan yaitu bentuk negara dimana kekuasaan

pemerintahan ada pada pemerintah pusat (sentralisasi)

sedangkan pemerintah daerah hanya memiliki kekuasaan yang

di serahkan dan dilimpahkan kepadanya dengan sistem

desentraliasasi dan dekonsentrasi. Dalam hal ini kekuasaan

yang dimiliki pemerintah daerah sudah terinci secara tegas

dalam Undang-undang sedangkan pemerintah pusat memiliki

kekuasaan yang seluasluasnya. Berdasarkan dari pendapat

tersebut dapat dilihat bahwa setiap kewenangan atau

pelimpahan kekuasaan semuanya berasal dari atas kebawah

(top down), dengan kata lain wewenang yang diperoleh daerah

merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat.

b. Negara Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab (disingkat UEA; bahasa Arab: ‫ة‬NN‫ارات العربي‬NN‫اإلم‬

‫المتحدة‬ al-ʾImārāt al-ʿArabīyah al-Muttaḥidah), yang disebut juga

21
dengan Persatuan Emirat Arab, adalah sebuah negara di Asia

Barat. Negara ini terletak di sebelah timur Jazirah Arab dan

berbatasan dengan Oman dan Arab Saudi, dan memiliki

perbatasan maritim di Teluk Persia dengan Qatar and Iran. Abu

Dhabi adalah ibu kota negara ini, sementara Dubai menjadi kota

yang paling padat.

Uni Emirat Arab adalah sebuah Monarki terpilih yang

terbentuk atas federasi dari tujuh emirat, yaitu Abu Dhabi,

Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-

Qawain.27 Setiap keamiran diperintah oleh seorang syekh dan

bersama-sama, membentuk Dewan Federal Tertinggi, salah

satu dari syekh tersebut bertugas sebagai Presiden Uni Emirat

Arab.28 Pada tahun 2013, negara ini memiliki populasi 9,2 juta,

1,4 juta diantaranya adalah penduduk asli dan 7,8 juta adalah

ekspatriat. Sampaia 2020, Uni Emirat Arab diperkirakan

memiliki penduduk sebesar 9,9 juta penduduk.

Berdasarkan dari pernyataan tersebut dapat dikatakan

bahwa negara Uni Emirat Arab memiliki bentuk negara federal

yang dimana terbentuk atas federasi dari tujuh emirat, yaitu Abu

Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan

Umm al-Qawain.

27
“The Federal Boundaries of United Arab Emirates”(terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
Diakses tanggal 22 September 2022.
28
“United Arab Emirates’ Constitution of 1971 with Amandements trough 2004”. Diakses tanggal
22 September 2022.

22
Pada dasarnya bentuk Negara federal yaitu suatu negara

yang kekuasaannya berada pada negara-negara bagian

sedangkan negara federal hanya memiliki kekuasaan tertentu

yang sudah dirincikan secara tegas dalam undang-undang

dasar. Pada bentuk negara ini pelimpahan kekuasaanya

berbentuk Button Up, Dalam hal ini “kedaulatan keluar, seperti

pertahanan keamanan, kebijakan fiskal dan kebijakan luar

negeri ada ditangan pemerintahan nasional, sedangkan

kedaulatan kedalam tetap berada di tangan pemerintah negara

bagian”.29

2. Bentuk Pemerintahan

a. Negara Republik Indonesia

Indonesia adalah negara berbentuk negara kesatuan

dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Negara kesatuan

adalah bentuk negara berdaulat yang diselenggarakan sebagai

satu kesatuan tunggal. Negara kesatuan menempatkan

pemerintah pusat sebagai otoritas tertinggi sedangkan wilayah-

wilayah administratif di bawahnya hanya menjalankan

kekuasaan yang dipilih oleh pemerintah pusat untuk

didelegasikan.  Wilayah administratif di dalam negara Indonesia

saat ini terbagi menjadi 34 provinsi.

Berdasarkan dari konstitusi negara indonesia yakni pada

Pasal 1 Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik


29
Miriam Budiardjo, Op.Cit.,

23
Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) menyatakan

bahwa:30

“Indonesia ialah negara kesatuan, yang berbentuk republik”.

Bentuk pemerintahan negara Indonesia adalah republik

konstitusional, sedangkan sistem pemerintahan negara

Indonesia adalah sistem presidensial. Bentuk pemerintahan

republik merupakan pemerintahan yang mandat kekuasaannya

berasal dari rakyat, melalui mekanisme pemilihian umum dan

biasanya dipimpin oleh seorang presiden.31

Berdasarkan dari penjelasan tersebut indonesia memiliki

bentuk pemerintahan republik konstitusional. Republik yang

secara pengertian yang berarti “re: Kembali, dan Publik: Rakyat”

kembali ke rakyat, yang dimana seorang kepala negara dipilih

oleh rakyat melalui suatu sistem pemilihan untuk masa jabatan

yang ditentukan, dan dikepalai oleh seorang Prsiden.

b. Negara Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab adalah sebuah Monarki terpilih yang

terbentuk atas federasi dari tujuh emirat, yaitu Abu Dhabi,

Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah, Sharjah dan Umm al-

Qawain.32 Setiap keamiran diperintah oleh seorang syekh dan

bersama-sama, membentuk Dewan Federal Tertinggi, salah


30
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 1 Ayat (1).
31
https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/pemerintah-indonesia.
Diakses Pada Tanggal 23 September 2022.
32
“The Federal Boundaries of United Arab Emirates”(terjemahan dalam Bahasa Indonesia).
Diakses tanggal 22 September 2022.

24
satu dari syekh tersebut bertugas sebagai Presiden Uni Emirat

Arab.33 Pada tahun 2013, negara ini memiliki populasi 9,2 juta,

1,4 juta diantaranya adalah penduduk asli dan 7,8 juta adalah

ekspatriat. Sampaia 2020, Uni Emirat Arab diperkirakan

memiliki penduduk sebesar 9,9 juta penduduk.

Bentuk pemerintahan yang digunakan di Uni Emirat Arab

adalah sebuah monarki konstitusional dengan sistem

presidensial. Uni Emirat Arab adalah sebuah federasi dari tujuh

monarki mutlak, yakni Emirat/Imarat Abu Dhabi, Ajman,

Fujairah, Syariqah, Dubai, Ras al- Khaimah, dan Umm al-

Qaiwain.34

Berdasarkan dari penjelesan tersebut Negara Uni Emirat

arab menggunakan bentuk pemerintahan Monarki

Konstitusional atau biasa juga disebut dengan kerajaan undang-

undang, yaitu suatu monarki dimana kekuasaan raja/pemimpin

itu dibatasi oleh sebuah konstitusi, dan segala perbuatannya

harus berdasarkan dan sesuai dengan apa yang ada dalam isi

konstitusi. Yang dipimpin oleh presiden sebagai kepala negara

dan wakil presiden sebagai wakil kepala negara sekaligus

sebagai perdana menteri sebgagai kepala pemerintahan.

33
“United Arab Emirates’ Constitution of 1971 with Amandements trough 2004”. Diakses tanggal
22 September 2022.
34
Website Resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “Tentang Persatuan Emirat Arab”.
Kemlu.go.id. Di Akses Pada Tanggal 23 September 2022.

25
3. Sistem Pemerintahan
a. Negara Republik Indonesia

Terkait dengan sistem pemeritahan, Negara Indonesia

menggunakan sistem pemerintahan presidensial yang dimana dalam

suatu negara dipimpin oleh seorang Presiden yang dipilih langsung

oleh rakyat. Sistem presidensial adalah sistem negara yang dipimpin

oleh presiden. Presiden adalah kepala negara sekaligus kepala

pemerintahan. Presiden dan wakil presiden dipilih secara langsung

oleh rakyat melalui pemilihan umum. Presiden dalam menjalankan

pemerintahan dibantu oleh menteri-menteri. Presiden berhak

mengangkat dan memberhentikan para menteri. Para menteri atau

biasa disebut sebagai kabinet bertanggungjawab terhadap presiden.

Presiden dalam menjalankan pemerintahannya diawasi oleh

parlemen.35

Sistem presidensial merupakan tatanan negara yang

berdasarkan pada konsep trias politika yang dijadikan pedoman

bagaimana lembaga negara harus bekerja. 36 Berdasarkan sistem ini

ada pemisahan yang tegas antara cabang kekuasaan, khususnya

antara fungsi-fungsi eksekutif dan legislatif. Antara keduanya tidak

ada hubungan pertanggungjawaban, sehingga tidak bisa saling

menjatuhkan/membubarkan. Badan eksekutif maupun legislatif

35
https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/pemerintah-indonesia.
Diakses Pada Tanggal 23 September 2022.
36
Muhamad Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Op.Cit., hal. 176.

26
bertanggungjawab kepada rakyat karena dipilih langsung oleh

rakyat.37

Dalam sistem presidensil, kepala negara dan kepala

pemerintahan dipegang langsung oleh presiden. Dalam sistem ini

kedudukan eksekutif tidak tergantung kepada parlemen, karena

dasar hukum dari kekuasaan eksekutif berada pada rakyat pemilih.

Sebagai kepala eksekutif presiden menunjuk pembantu-

pembantunya yang akan memimpin departemennya masing-masing,

dan mereka hanya bertanggung jawab kepada presiden. Karena

pembentukan kabinet tidak tergantung dan tidak memerlukan

dukungan kepercayaan dari parlemen, maka para menteri tidak bisa

dihentikan oleh parlemen.38

b. Negara Uni Emirat Arab

Terkait dengan sistem pemeritahan, Negara Uni Emirat Arab

menggunakan sistem pemerintahan presidensial yang dimana dalam

suatu negara dipimpin oleh seorang Presiden, namun pada negara

ini presiden dipilih langsung oleh Federal Supreme Council (FSC)

sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi negara federal Uni

Emirat Arab untuk masa jabatan 5 tahun.39

37
Soehino, Op.Cit., hlm. 81.
38
http://hukumonline.com/detail.asp?id=8265&cl=Tajuk
39
Website Resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “Tentang Persatuan Emirat Arab”.
Kemlu.go.id. Di Akses Pada Tanggal 23 September 2022.

27
Apabila Presiden dalam keadaan berhalangan, Wakil Presiden

berkewajiban mengambil alih tanggungjawabnya. Presiden memiliki

kekuasaan eksekutif dan legislatif yang luas. Presiden memiliki

kewenangan menyelenggarakan dan memimpin sidang-sidang FSC

dan Kabinet. Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata dan

melakukan tugas mewakili negaranya dalam hubungan luar negeri,

baik secara internal maupun eksternal. Presiden juga

menandatangani setiap produk hukum dan perundang-undangan,

ketetapan, keputusan termasuk ratifikasi perjanjian internasional.

Menetapkan (penugasan dan pemberhentian) Perdana Menteri serta

Ketua Federal Supreme Court beserta Hakim Agung, dan

mengangkat Duta Besar. Kekuasaan tradisional Presiden yang tetap

berlangsung adalah memberikan amnesti dan pengampunan bagi

terpidana.40

Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa

Uni Emirat Arab menggunakan sistem pemerintahan presidensil

yang dimana suatu negara yang dipimpin oleh seorang presiden,

namun dalam negara ini presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat,

presiden dipilih langsung oleh Federal Supreme Council (FSC)

sebagai institusi pemegang kekuasaan tertinggi negara federal Uni

Emirat Arab untuk masa jabatan 5 tahun. Uni Emirat Arab juga tidak

menganut pembagian kekuasaan seperti trias politika, presiden

40
Ibid.,

28
memiliki kekuasaan penuh terhadap kekuasaan eksekutif dan

legislatif yang luas.

Konstitusi Uni Emirat arab menetapkan posisi presiden

sebagai kepala negara dan wakil presiden sebgai kepala

pemerintahan dan dipilih oleh penguasa masing-masing emirat dari

dalam tujuh penguasa terdiri dari dewan Dewan Tertinggi Federal

yang juga memiliki ketua terpilih dan seorang wakil ketua masing-

masing menjabat selama 5 tahun.

Presiden memiliki kewenangan menyelenggarakan dan

memimpin sidang-sidang FSC dan Kabinet. Panglima Tertinggi

Angkatan Bersenjata dan melakukan tugas mewakili negaranya

dalam hubungan luar negeri, baik secara internal maupun eksternal.

Presiden juga menandatangani setiap produk hukum dan

perundang-undangan, ketetapan, keputusan termasuk ratifikasi

perjanjian internasional. Menetapkan (penugasan dan

pemberhentian) Perdana Menteri serta Ketua Federal Supreme

Court beserta Hakim Agung, dan mengangkat Duta Besar.

Kekuasaan tradisional Presiden yang tetap berlangsung adalah

memberikan amnesti dan pengampunan bagi terpidana.

4. Sistem Parlmen

a. Negara Republik Indonesia

29
Terkait dengan sistem parlemen, Negara Republik Indonesia

menggunakan sistem parlemen Bikameral. Dalam struktur

parlemen dua kamar/bikameral ini, terdapat dua

badan/kamar/bilik/dewan. Umumnya digunakan istilah Majelis

Tinggi (upper house) dan Majelis Rendah (lower house).

Parlemen di Indonesia terdiri dari dua bagian yakni, Dewan

Perwakilan Rakyat  (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Anggota DPR dan DPD dipilih secara langsung oleh rakyat melalui

pemilihan umum. Pemilihan umum untuk memilih anggota DPR

merupakan pemilihan umum yang diselenggarakan oleh sebuah

komisi pemilihan umum dengan mekanisme kontestasinya

berbentuk pemilihan umum multi partai. Pemilihan umum untuk

memilih anggota DPD juga diselenggarakan oleh komisi pemilihan

umum dengan mekanisme kontestasinya berasal dari calon

perseorangan dengan syarat-syarat dukungan tertentu yang

mewakili wilayah administrasi tingkat 1 atau provinsi. 41

Anggota-anggota DPR dan DPD merupakan anggota Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang bersidang sedikitnya satu

kali dalam 5 (lima) tahun. MPR merupakan lembaga tinggi negara

berwenang untuk mengubah dan menetapkan undang-undang

dasar negara. MPR adalah lembaga tinggi negara yang melantik

presiden dan wakil presiden. MPR hanya dapat memberhentikan


41
https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/pemerintah-indonesia.
Diakses Pada Tanggal 23 September 2022.

30
presiden dan atau wakil presiden dalam masa jabatannya  menurut

undang-undang dasar.42

Berdasarkan dari penjelesan tersebut dapat disimpulkan

bahwa Indonesia menggunakan sistem parlemen bikameral atau

yang biasa disebut dengan parlemen dua kamar, Parlemen di

Indonesia terdiri dari dua bagian yakni, Dewan Perwakilan Rakyat 

(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Yang dimana

anggota DPR dan DPD dipilih secara langsung oleh rakyat melalui

pemilihan umum setiap 5 tahun.

b. Negara Uni Emirat Arab

Terkait dengan sistem parlemen, Negara Uni Emirat Arab

menggunakan sistem parlemen Unikameral atau parlemen satu

kamar. Dalam struktur parlemen satu kamar/unikameral ini, tidak

dikenal adanya dua badan yang terpisah seperti adanya DPR dan

Senat, ataupun Majelis Tinggi dan Majelis Rendah. 43

Parlemen pada Uni Emirat Arab dikenal dengan Dewan

Nassional Federal (al-Majlis al-Watani al-Ittihadi) adalah badan

legislatif UEA dan terdiri dari 40 anggota. Badan ini hanya memiliki

kekuasaan penasehat. Dua puluh anggotanya dipilih secara tidak

langsung oleh warga melalui pemilihan umum, dan dua puluhnya

lagi dipilih langsung oleh penguasa masing-masing emirat dan


42
Ibid.,
43
Website Resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “Tentang Persatuan Emirat Arab”.
Kemlu.go.id. Di Akses Pada Tanggal 23 September 2022.

31
pada negara ini partai politik dilarang. 44 Dewan Nasional Federal ini

adalah badan konsultatif utama di UEA dan memiliki peran legislatif

dan pengawasan yang diberikan oleh konstitusi.

Berdasarkan dari penjelesan tersebut, dapat diketahui bahwa

Uni Emirat Arab menggunakan siostem perlemen unikameral atau

yang biasa disebut parlemen satu kamar yang dimana struktur

parlemen satu kamar/unikameral ini, tidak dikenal adanya dua badan

yang terpisah seperti adanya DPR dan Senat, ataupun Majelis Tinggi

dan Majelis Rendah. Parlemen Uni Emirat Arab dikenal dengan

Dewan Nasional Federal yang beranggotakan 40 orang. 20

diantaranya dipilih oleh rakyat melalui pemilihan umum dan 20nya

lagi dipilih langsung oleh penguasa masing-masing emirat, dan

dalam negara ini tidak dikenal adanya partai politik atau dengan kata

lain dilarang.

44
Ibid.,

32
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan dari pembahasan pada BAB III, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bentuk Negara

Terkait dengan bentuk negara dapat ditarik kesimpulan bahwa

negara Indonesia Berdasarkan konstitusi Negara Indonesia pada

Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dapat diketahui bahwa bentuk negara Republik Indonesia

adalah Negara Kesatuan yang biasa disebut Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI). Yang dimana setiap kewenangan atau

pelimpahan kekuasaan semuanya berasal dari atas kebawah (top

down), dengan kata lain wewenang yang diperoleh daerah merupakan

pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat.

Sedangkan bentuk negara Uni Emirat Arab menggunakan

bentuk negara federal yang dimana terbentuk atas federasi dari tujuh

emirat, yaitu Abu Dhabi, Ajman, Dubai, Fujairah, Ras al-Khaimah,

Sharjah dan Umm al-Qawain. Yang dimana pada bentuk negara ini

pelimpahan kekuasaanya berbentuk Button Up, Dalam hal ini

“kedaulatan keluar, seperti pertahanan keamanan, kebijakan fiskal dan

kebijakan luar negeri ada ditangan pemerintahan nasional, sedangkan

33
kedaulatan kedalam tetap berada di tangan pemerintah negara

bagian”.

2. Bentuk Pemerintahan

Terkait dengan bentuk pemerintahan dapat ditarik kesimpulan

bahwa negara Republik Indonesia menggunakan bentuk pemerintahan

republik konstitusional. Yang dimana bentuk pemerintahan republik ini

merupakan pemerintahan yang mandat kekuasaannya berasal dari

rakyat, melalui mekanisme pemilihian umum dan biasanya dipimpin

oleh seorang presiden.

Sedangkan negara Uni Emirat Arab menggunakan bentuk

pemerintahan Monarki Konstitusional atau biasa juga disebut dengan

kerajaan undang-undang, yaitu suatu monarki dimana kekuasaan

raja/pemimpin itu dibatasi oleh sebuah konstitusi, dan segala

perbuatannya harus berdasarkan dan sesuai dengan apa yang ada

dalam isi konstitusi. Yang dipimpin oleh presiden sebagai kepala

negara dan wakil presiden sebagai wakil kepala negara sekaligus

sebagai perdana menteri sebgagai kepala pemerintahan.

3. Sistem Pemerintahan

Terkait dengan sistem pemerintahan, dapat ditarik kesimpulan

bahwa Negara Indonesia menggunakan sistem pemerintahan

presidensial yang dimana dalam suatu negara dipimpin oleh seorang

Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat. Yang dimana adanya

pembagian kekuasaan yakni eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

34
Presiden dalam menjalankan pemerintahan dibantu oleh menteri-

menteri.

Terkait dengan sistem pemerintahan, Uni Emirat Arab juga

menggunakan sistem Presidensial namun agak berbeda dengan

Indonesia. Yang dimana dalam negara negara ini presiden dipilih

langsung oleh Federal Supreme Council (FSC) sebagai institusi

pemegang kekuasaan tertinggi negara federal Uni Emirat Arab untuk

masa jabatan 5 tahun. Dan dalam negara ini tidak menganut sistem

trias politika atau pembagian kekuasaan, presiden memiliki kekuasaan

pemerintahan dan legislatif yang luas.

4. Sistem Parlemen

Terkait dengan sistem parlemen dapat ditarik kesimpulan bahwa,

indonesia menggunakan sistem parlemen Bikameral atau biasa juga

disebut dengan sistem parlemen dua kamar. Parlemen di Indonesia

terdiri dari dua bagian yakni, Dewan Perwakilan Rakyat  (DPR) dan

Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Yang dimana anggota DPR dan

DPD dipilih secara langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum

setiap 5 tahun.

Sedangkan Uni Emirat Arab menggunakan sistem parlemen

Unikameral atau biasa juga disebut parlemen satu kamar. Parlemen

Uni Emirat Arab dikenal dengan Dewan Nasional Federal yang

beranggotakan 40 orang. 20 diantaranya dipilih oleh rakyat melalui

pemilihan umum dan 20nya lagi dipilih langsung oleh penguasa

35
masing-masing emirat, dan dalam negara ini tidak dikenal adanya

partai politik atau dengan kata lain dilarang.

36
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Arend Lijpart (Disadur oleh Ibrahim et.al), Sistem Pemerintahan
Parlementer dan Presidensil, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 1995

C.F Strong, Konstitusi-konstitusi Politik Modern : Suatu Perbandingan


tentang Sejarah dan Bentuk, terj. Derta Sri Widowatie, Bandung
: Nusa Media, cet. III, 2010

Dasril Rajab, Hukum Tata Negara Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1994

Jimly Assiddiqie, Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen Dalam


Sejarah, Jakarta: UI Press, 1996

M. Kusnardi, dan Bintan R. Saragih, Ilmu Negara, Jakarta : Gaya Media


Pratama, 2000

Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik (edisi revisi), Jakarta :


Gramedia Pustaka Utama, cet. IV, 2010

Muhamad Kusnardi dan Harmaily Ibrahim, Hukum Tata Negara Indonesia,


Pusat Studi Hukum Tata Negara FH UI, Jakarta, 1976

Ni’matul Huda, “Sejarah Ketatanegaraan Indonesia, Pilihan atas


Federalisme atau Negara Kesatuan”, Yogyakarta : UII Press,
2004

Ramdlon Naning Gatra, Ilmu Negara, Jogjakarta: Liberty, 1983

RG Kartasapoetra, Sistematika Hukum Tata Negara, Jakarta: Rineka


Cipta, 1993

Romi Librayanto, Ilmu Negara Suatu Pengantar, Makassar: Arus Timur,


2013

Samidjo, Ilmu Negara, Bandung: Armico, 1986

Soehino, Hukum Tata Negara Sistem Pemerintahan Negara, Jogjakarta:


Liberty, 1993

Sri Soemantri Martosoewignjo, Pengantar Perbandingan Antar Hukum


Tata Negara, Jakarta: CV. Rajawali, 1984

37
Website

http://hukumonline.com/detail.asp?id=8265&cl=Tajuk

“The Federal Boundaries of United Arab Emirates”(terjemahan dalam

Bahasa Indonesia)

“United Arab Emirates’ Constitution of 1971 with Amandements trough

2004”

https://www.indonesia.go.id/profil/sistem-pemerintahan/ekonomi/

pemerintah-indonesia

Website Resmi Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. “ Tentang

Persatuan Emirat Arab”. Kemlu.go.id

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

38

Anda mungkin juga menyukai