Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEKUASAAN PEMERINTAH

Dibuat untuk memenuhubsalah satu Tugas Mata Kuliah PPKN

Dosen Pengajar :

DISUSUN OLEH

KELOMPOK II

1. TIARA SYAHRANI AWA 5.PUTRI PALAR

2.FEIBI IMELDA TIKESOU 6.INEKE PONTOH

3. VANESIA W. ULA ULA 7.YOSINA TJODI

4.HELNA DOBIKI 8.BRIAN DJOBUBU

YAYASAN MEDIKA MANDIRI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MAKARIWO


HALMAHERA(STIKMAH)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN (SEMESTER II)

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada TUHAN, karena atas kasihNYA kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “KEKUASAAN PEMERINTAH’’ ini
sesuai dengan batas waktu yang ditentukan.tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah
ini dari tenaga, materi, maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman baru bagi para pembacanya. Untuk kedepannya kami dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, maka dari itu masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari para pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tobelo, 22 mei 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR…………………………………………………………

DAFTAR ISI…………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………….

1.1 LATAR BELAKANG………………………………………..………….


1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………….………….
1.3 TUJUAN……………………………………………………..………….

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………….

2.1 Pengertian pembangunan kekuasaan………………………..…………..

2.2 macam-macam kekuasaan Negara………………………………….……

2.2.1 pemisahan atau pembagian kekuasaan menurut John Lock………          

2.2.2 pemisahan atau pembagian kekuasaan menurut Montesquieu…….


2.2.3 pemisahan kekuasaan menurut rousseau……………………….….

2.3 konsep pembagian kekuasaan diindonesia……………………………..

2.4 latar belakang cheks and balances diindonesia…………………..…….

BAB III PENUTUP…………………………………………….……………...

KESIMPULAN……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembagian kekuasaan pemerintahan seperti didapat garis-garis besarnya dalam
susunan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945 adalah bersumber
kepada susunan ketatanegaraan Indonesia asli, yang dipengaruhi besar oleh pikiran-
pikiran falsafah egisl Inggris, Perancis, Arab, Amerika Serikat dan Soviet Rusia.
Aliran pikiran itu oleh Indonesia dan yang egisl dari luar, diperhatikan sungguh-
sungguh dalam pengupasan ketatanegaraan ini, semata-mata untuk menjelaskan
pembagian kekuasaan pemerintahan menurut konstitusi proklamasi.

Pembagian kekuasaan pemerintah Republik Indonesia 1945 berdasarkan ajaran


pembagian kekuasaan yang dikenal garis-garis besarnya dalam sejarah ketatanegaraan
Indonesia; tetapi pengaruh dari luar; diambil tindakan atas tiga kekuasaan, yang dinamai
Trias Politica, seperti dikenal dalam sejarah kontitusi di Eropa Barat dan amerika
Serikat.

Ajaran Trias Politica diluar negeri pada hakikatnya mendahulukan dasar pembagian
kekuasaan, dan pembagian atas tiga cabang kekuasaan (Trias Politica) adalah hanya
akibat dari pemikiran ketatanegaraan untuk memberantas tindakan sewenang-wenang
pemerintah dan untuk menjamin kebebasan rakyat yang terperintah.

Ajaran Trias Politika dilahirkan oleh pemikir Inggris Jhon Locke dan oleh pemikir
Perancis de Montesquieu dijabarkan dalam bukunya L’Espris des Lois, yang
mengandung maksud bahwa kekuasaan masing-masing alat perlengkapan egisl atau
lembaga egisl yang menurut ajaran tersebut adalah :

1. Badan egislative, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang


2. Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang
3. Badan judikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-
undang, memeriksa dan megadilinya.
Masyarakat Indonesia telah terlalu lama terkungkung dalam suatu pemerintahan yang
sangat sentralistik dan banyak diwarnai dengan banyaknya korupsi dan kolusi
yang terjadi pada pemerintahan. Pada masa orde baru yang lalu. Hal tersebut membuat
hilangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahan. Masyarakat menuntut
adanya suatu perubahan di dalam tubuh pemerintahan yang ada. Pemerintahan yang
sentralistik tersebut membuat banyak daerah yang merasa tidak diperhatikan oleh pusat.
Hal tersebut menimbulkan adanya suatu hubungan yang kurang baik antara Jakarta
dengan daerah, di mana semua sumber daya yang ada di daerah dieksploitasi oleh
pemerintahan pusat dan hasilnya juga dinikmati oleh para yang ada di pusat sedangkan
daerah tidak mendapat apa-apa. Hal tersebut membuat masyarakat menuntut adanya
perubahan dalam pemerintahan.

Maka dari itu perubahan yang diinginkan oleh rakyat di amandemen sampai empat
kali dalam perubahan konstitusi agar dapat memberikan peluang pemisahan kekuasaan
agar tak sewenang-wenang. Tak heran apabila hal yang pertama kali di amandemen
adalah masa jabatan dari kekuasaan. Hingga dapat di jelaskan dalam konstitusi agar
dapat memberikan perubahan yang di inginkan rakyat dalam sistem ketatanegaraan
Republik Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

APAKAH PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA SUDAH DI TERAPKAN


DI INDONESIA ?

1.3 TUJUAN
            Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sabagai berikut:
1. Agar Para Pembaca Dapat Memahami Pembagian Kekuasaan Negara
2. Agar Dapat Memahami Asal Mula dan Konsep Trias Politica
3. Agar Dapat Menambah Bahan Bacaan Para Pembaca
BAB II
PEMBAHASAN
            Dalam sebuah praktek ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan
pada satu tangan , sehingga terjadi pengelolaaan sistem pemerintahan yang dilakukan
secara absolut dan otoriter, sebut saja misalnya seperti dalam bentuk monarki dimana
kekuasaan berada ditangan seorang raja. Maka untuk menghindari hal tersebut perlu
adanya pembagian/pemisahan kekuasaan, sehingga terjadi kontrol dan keseimbangan
diantara lembaga pemgang kekuasaan.

2.1 PENGERTIAN PEMBAGIAN KEKUASAAN        

Secara harfiah pembagian kekuasaan diartikan sebagai proses menceraikan


wewenang yang dimiliki oleh Negara untuk ( memerintah, mewakili, mengurus, dsb )
menjadi beberapa bagian ( legislative, eksekutif, dan yudikatif ) untuk diberikan kepada
beberapa lembaga Negara untuk menghindari pemusatan kekuasaan ( wewenang ) pada
satu pihak/ lembaga.

2.2 MACAM-MACAM KEKUASAAN NEGARA        

2.2.1 PEMISAHAN ATAU PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT JOHN


LOCKE          

John Locke, ketika masa pemerintahan parlementer dalam bukunya yang berjudul
“Two Treaties of Goverment” mengusulkan agar kekuasaan di dalam negara itu dibagi
dalam organ-organ negara yang mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Menurutnya
agar pemerintah tidak sewenang-wenang, maka harus ada pembagian pemegang
kekuasaan-kekuasaan ke dalam tiga macam kekuasaan,yaitu :

1. Kekuasaan Legislatif (membuat undang-undang)


2. Kekuasaan Eksekutif (melaksanakan undang-undang)
3. Kekuasaaan Federatif (melakukan hubungan diplomtik dengan negara-negara
lain seperti : mengumumkan perang dan perdamaian, dan menetapkan
perjanjian-perjanjian).

Pendapat John Locke inilah yang mendasari munculnya teori pembagian kekuasaan
sebagai gagasan awal untuk menghindari adanya pemusatan kekuasaan (absolut) dalam
suatu negara.

2.2.2 PEMISAHAN ATAU PEMBAGIAN KEKUASAAN MENURUT


MONTESQUIEU

Menurut Montesquieu dengan teorinya trias politica yang tercantum dalam bukunya
“L’esprit des Lois” selaras dengan pikiran John Locke, membagi kekuasaan dalam tiga
cabang :

1. Kekuasaan Legislatif sebagai pembuat undang-undang


2. Kekuasaan Eksekutif sebagai pelaksana UU
3. Kekuasaan Yudikatif yang bertugas menghakimi.

Dari klasifikasi Montesquieu inilah dikenal pembagian kekuasaan Negara modern dalam
tiga fungsi, yaitu legislatif (the legislative function), eksekutif (the executive function),
dan yudisial (the judicial function).

Konsep yang dikemukakan oleh John Locke dengan konsep yang dikemukakan oleh
Montesquieu pada dasarnya memiliki perbedaan, yaitu :
1. Menurut John Locke kekuasaan eksekutif merupakan kekuasaan yang mencakup
kekuasaan yuikatif karena mengadili itu berarti melaksanakan undang-undang,
sedangkan kekuasaan federatif (hubungan luar negeri) merupakan kekuasaan
yang berdiri sendiri.
2. Menurut Montesquieu kekuasaan eksekutif mencakup kekuasaan ferderatif
karena melakukan hubungan luar negeri itu termasuk kekuasaan eksekutif,
sedangkan kekuasaan yudikatif harus merupakan kekuasaan yang berdiri sendiri
dan terpisah dari eksekutif.
3. Pada kenyataannya ternyata, sejarah menunjukkan bahwa cara pembagian
kekuasaan yang dikemukakan Montesquieu yang lebih diterima.

2.2.3 PEMISAHAN KEKUASAAN MENURUT ROUSSEAU

Menurut Rousseau filsuf kelahiran Geneva/jenewa abad 18, kekuasaan terbatas pada
eksekutif yang merupakan hak rakyat semata. Dan kekuasaan ini tidak di lakukan
kecuali hasil kesepakatan rakyat. Adapun legislatif menurutnya hanyalah penengah dan
perantara rakyat dengan kekuasaan eksekutif yang menetapkan undang-undang dan
tunduk sepenunya pada kekuasaan eksekutif yang merupakan representasi dari
keinginan umum rakyat. Dia juga setuju dengan adanya kekuasaan yudikatif.

Dan dari pemikirannya ini, sebagian ahli hukum berpendapat bahwa Rousseau
bukanlah pendukung gagasan pemisahan kekuasaan Negara, karena kekuasaan
menurutnya hanya pada rakyat yang sekaligus bertindak sebagai eksekutor. Dan
legislative hanyalah perantara belaka.

Mengenai pembagian kekuasaan seperti yang dikemukakan Montesquieu, yang


membagi kekuasaan itu menjadi tiga kekuasaan, yaitu: legislatif, eksekutif, dan
yudikatif, Jimly Asshiddiqie menjelaskan lagi mengenai cabang-cabang dari kekuasaan-
kekuasaan itu.

Cabang kekuasaan legislatif terdiri dari :


1. Fungsi Pengaturan (legislasi)

Fungsi legislasi ini menyangkut 4 kegiatan :

1. Prakarsa pembuatan undang-undang (legislative initiation)


2. Pembahasan rancangan undang-undang (law making process)
3. Persetujuan atas pengesahan rancangan undang-undang (law enactment
approval)
4. Pemberian persetujuan atau ratifikasi atas perjanjian atau persetujuan
internasional dan dokumen-dokumen hokum yang mengikat lainnya (binding
decision making on international agreement treaties or other legal binding
documents).
1. Fungsi Pengawasan (control)

Fungsi-fungsi control atau pengawasan oleh parlemen sebagai berikut :

1. Pengawasan terhadap penentuan kebijakan (control of policy making)


2. Pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan (control of policy executing)
3. Pengawasan terhadap penganggaran dan pembelanjaan Negara (control of
budgeting)
4. Pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran dan belanja Negara (control of
budget
implementations)
5. Pengawasan terhadap kinerja pemerintahan (control of government
performances)
6. Pengawasan terhadap pengangkatan pejabat public (control of political
appointment of public officials).

Fungsi perwakilan (representation)

Ada 3 (tiga) system perwakilan yang di praktikkan di berbagai Negara demokrasi, ketiga
fungsi itu adalah :

1. System perwakilan politik (political representation)


2. System perwakilan territorial (territorial or regional representation)
3. System perwakilan fungsional (functional representation).
Cabang kekuasaan eksekutif terdiri dari :
1. Sistem pemerintahan
2. Kementerian Negara
Cabang kekuasaan yudikatif terdiri dari :
Kedudukan Kekuasaan Kehakiman

Dalam kegiatan bernegara, kedudukan hakim pada pokoknya bersifat sangat khusus.
Jika Negara dirugikan oleh warga negara, karena warga Negara melanggar hukum
negara, maka hakim harus memutuskan hal itu dengan adil. Jika warga negara dirugikan
oleh keputusan-keputusan negara, baik melalui perkara tata usaha negara maupun
perkara pengujian peraturan, hakim juga harus memutusnya dengan adil. Jika
antarwarga negara sendiri atau pun dengan lembaga-lembaga negara terlibat sengketa
kepentingan perdata satu sama lain, maka hakim atas nama Negara juga harus
memutusnya dengan seadil-adilnya pula.

2.3 KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA 

Sistem ketatanegaraan Republik Indonesia menurut UUD 1945, tidak menganut


suatu sistem negara manapun, tetapi adalah suatu sistem khas menurut kepribadian
bangsa indonesia, namun sistem ketatanegaraan Republik indonesia tidak terlepas dari
ajaran Trias Politica Montesquieu. Ajaran trias politica tersebut adalah ajaran tentang
pemisahan kekuasaan negara menjadi tiga yaitu Legislatif, Eksekutif, dan Judikatif
yang kemudian masing-masing kekuasaan tersebut dalam pelaksanaannya diserahkan
kepada satu badan mandiri, artinya masing-masing badan itu satu sama lain tidak dapat
saling mempengaruhi dan tidak dapat saling meminta pertanggung jawaban.

Kusnardi dan Harmaily berkesimpulan bahwa UUD 1945 (sebelum amandemen: pen)


tidak menganut sistem pemisahan kekuasaan (Trias Politica) sebagaimana diajarkan
oleh Montesquieu, melainkan menganut sistem pembagian kekuasaan karena:

1. UUD 1945 tidak membatasi secara tajam, bahwa setiap kekuasaan itu harus
dilakukan oleh satu organ/badan tertentu yang tidak boleh saling campur tangan.
2. UUD 1945 tidak membatasi kekuasaan itu dibagi atas tiga bagian saja dan juga
tidak membatasi pembagian kekuasaan dilakukan oleh tiga organ/badan saja.
3. UUD 1945 tidak membagi habis kekuasaan rakyat yang dilakukan oleh MPR
(Pasal 1 ayat 2), kepada lembaga negara lainnya.
Susunan organisasi negara adalah alat-alat perlengkapan negara atau lembaga-lembaga
negara yang diatur dalam UUD 1945 baik baik sebelum maupun sesudah perubahan.
Susunan organisasi negara yang diatur dalam UUD 1945 sebelum dan setelah perubahan
yaitu :

1. MPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat, mempunyai kekuasaan untuk


menetapkan UUD, GBHN, memilih Presiden dan Wakil Presiden serta
mengubah UUD
2. Presiden, yang berkedudukan dibawah MPR, mempunyai kekuasaan yang luas
yang dapat digolongkan kedalam beberapa jenis:
a. Kekuasaan penyelenggaran pemerintahan;
b. Kekuasaan didalam bidang perundang undangan, menetapakn PP, Perpu;
c. Kekuasaan dalam bidang yustisial, berkaitan dengan pemberian grasi,
amnesti, abolisi dan rehabilitasi;
d. Kekuasaan dalam bidang hubungan luar negeri, yaitu menyatakan
perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan Negara lain,
mengangkat duta dan konsul.
3. DPR, sebagai pelaksana kedaulatan rakyat mempunyai kekuasaan utama, yaitu
kekuasaan membentuk undang-undang (bersama-sama Presiden dan mengawasi
tindakan presiden.
4. DPA, yang berkedudukan sebagai badan penasehat Presiden, berkewajiban
memberikan jawaban atas pertanyaan presiden dan berhak mengajukan usul
kepada pemerintah
5. BPK, sebagai “counterpart” terkuat DPR, mempunyai kekuasaan untuk
memeriksa tanggung jawab keuangan Negara dan hasil pemeriksaannya
diberitahukan kepada DPR.
6. MA, sebagai badan kehakiman yang tertinggi yang didalam menjalankan
tugasnya tidak boleh dipengaruhi oleh kekuasaan pemerintah.
a. MPR, Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi
negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK, menghilangkan
kewenangannya menetapkan GBHN, menghilangkan kewenangannya
mengangkat Presiden (karena presiden dipilih secara langsung melalui pemilu),
tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD
b. DPR, Posisi dan kewenangannya diperkuat, mempunyai kekuasan membentuk
UU (sebelumnya ada di tangan presiden, sedangkan DPR hanya memberikan
persetujuan saja), Mempertegas fungsi DPR, yaitu: fungsi legislasi, fungsi
anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai mekanisme kontrol antar lembaga
negara.
c. DPD, Lembaga negara baru sebagai langkah akomodasi bagi keterwakilan
kepentingan daerah dalam badan perwakilan tingkat nasional setelah
ditiadakannya utusan daerah dan utusan golongan yang diangkat sebagai anggota
MPR, mempunyai kewenangan mengajukan dan ikut membahas RUU yang
berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, RUU lain yang
berkait dengan kepentingan daerah.
d. BPK, Anggota BPK dipilih DPR dengan memperhatikan pertimbangan DPD,
berwenang mengawasi dan memeriksa pengelolaan keuangan negara (APBN)
dan daerah (APBD) serta menyampaikan hasil pemeriksaan kepada DPR dan
DPD.
e. Presiden, Kewenangan pengangkatan dan pemberhentian duta dan konsul, serta
menteri-menteri, kewenangan pemberian grasi, amnesti dan abolisi, kewenangan
untuk menyatakan perang.
f. Mahkmah Agung, Lembaga negara yang melakukan kekuasaan kekuasaan
kehakiman, yaitu kekuasaan yang menyelenggarakan peradilan untuk
menegakkan hukum dan keadilan [Pasal 24 ayat (1)], berwenang mengadili pada
tingkat kasasi, menguji peaturan perundang-undangan di bawah Undang-undang
dan wewenang lain yang diberikan Undang-undang.di bawahnya.
g. Mahkamah Konstitusi, Keberadaanya dimaksudkan sebagai penjaga kemurnian
konstitusi (the guardian of the constitution), Mempunyai kewenangan: Menguji
UU terhadap UUD, Memutus sengketa kewenangan antar lembaga negara,
memutus pembubaran partai politik, memutus sengketa hasil pemilu dan
memberikan putusan atas pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran oleh
presiden dan atau wakil presiden menurut UUD.

Secara institusional, lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang


berdiri sendiri yang satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam
menjalankan kekuasaan atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah
secara mutlak dengan lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak
menganut doktrin pemisahan kekuasaan.

Dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian kekuasaan dengan
menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur didalamnya serta hubungan
kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada. Atas dasar itu, UUD 1945
meletakan asas dan ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan-hubungan
(kekuasaan) diantara lembaga-lembaga negara tersebut. Hubungan –hubungan itu
adakalanya bersifat timbal balik dan ada kalanya tidak bersifat timbal balik hanya
sepihak atau searah saja.

2.4 LATAR BELAKANG CHECKS AND BALANCES DI INDONESIA     

Checks and Balances di Indonesia berawal dari konsep Trias Politika yang dianut
yakni pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan
Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang; Eksekutif adalah
lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang
mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan
undang-undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun
perseorangan manapun yang melanggar undang-undang.

Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan


jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh
satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi,
saling mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak
selamanya serupa, mulus atau tanpa halangan
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Sistem pembagian kekuasaan di negara Republik Indonesia jelas dipengaruhi oleh


ajaran Trias Politica yang bertujuan untuk memberantas tindakan sewenang-wenang
penguasa dan untuk menjamin kebebasan rakyat.

Undang-undang Dasar 1945 menganut ajaran Trias Politica karena memang dalam
UUD 1945 kekuasaan negara dipisah-pisahkan, dan masing-masing kekuasaan negara
terdiri dari Badan legislatif, yaitu badan yang bertugas membentuk Undang-undang,
Badan eksekutif yaitu badan yang bertugas melaksanakan undang-undang, Badan
judikatif, yaitu badan yang bertugas mengawasi pelaksanaan Undang-undang,
memeriksa dan megadilinya

Menurut UUD 1945 penyelenggaran negara pelaksanaannya diserahkan kepada suatu


alat perlengkapan negara seperti Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Presiden,
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Mahkmah Agung (MA), Mahkamah Konstitusi (MK).

Lembaga-lembaga negara merupakan lembaga kenegaraan yang berdiri sendiri yang


satu tidak merupakan bagian dari yang lain. Akan tetapi, dalam menjalankan kekuasaan
atau wewenangnya, lembaga Negara tidak terlepas atau terpisah secara mutlak dengan
lembaga negara lain, hal itu menunjukan bahwa UUD 1945 tidak menganut doktrin
pemisahan kekuasaan, dengan perkataan lain, UUD 1945 menganut asas pembagian
kekuasaan dengan menunjuk pada jumlah badan-badan kenegaraan yang diatur
didalamnya serta hubungan kekuasaan diantara badan-badan kenegaraan yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

1.https://sepuluhteratas.com/makalah-tentang-sistem-pembagian-kekuasaan-negara-
republik-indonesia- Diaskes pada tanggal 22 mei

2. https://media.neliti.com/media/publications/324414-pembagian-kekuasaan-dalam-
penyelenggaraa-97ef1646.pdf

3.https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/4215/05.1%20bab%201.pdf?
sequence=5&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai