Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR ILMU POLITIK

TRIAS POLITIKA

Dibuat oleh kelompok 6 :

Laila Faza (013)


Lailatul Azizah (018)
Awang Renaldy D.M (021)
Dicky Subenta (033)
M.Fadhlillah Setiamukti (035)
Maulana Ramadhan Reyhan Wijaya (047)

Prodi Ilmu Komunikasi Kelas A


Universitas Muhammadiyah Malang
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................3

A. LATAR BELAKANG..................................................................................3

B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................3

C. TUJUAN PENULISAN................................................................................4

D. MANFAAT PENULISAN............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................5

A. KONSEP TRIAS POLITIKA.......................................................................5

B. PEMISAHAN KEKUASAAN MENJADI PEMBAGIAN KEKUASAAN 7

C. TRIAS POLITIKA DI INDONESIA............................................................9

BAB III KESIMPULAN.....................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak


dianut diberbagai negara di aneka belahan dunia. Konsep dasarnya adalah,
kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada satu struktur
kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara
yang berbeda.

Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan


kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif.
Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang; Eksekutif
adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah
lembaga yang mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara
keseluruhan, menginterpretasikan undang-undang jika ada sengketa, serta
menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun yang
melanggar undang-undang.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana konsep Trias Politika ?


2. Bagaimana pemisahan kekuasaan menjadi pembagian kekuasaan
dalam konsep Trias Politika ?
3. Bagaimana Trias Politika di Indonesia ?

3
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui konsep Trias Politika


2. Untuk mengetahui pemisahan kekuasaan menjadi pembagian
kekuasaan
Dalam konsep Trias Politika

3. Untuk mengetahui Trias Politika di Indonesia

D. MANFAAT PENULISAN

1. Mampu mengetahui konsep Trias Politika

2. Mampu mengetahui pemisahan kekuasaan menjadi pembagian


kekuasaan

3. Mampu mengetahui Trias Politika di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. KONSEP TRIAS POLITIKA

Trias Politika merupakan konsep dan ada pula yang menyebutnya


teori dan ada juga yang mengatakannya,Trias Politika adalah sebuah
doktrin. Dokrin bukan dalam artian politis,tetapi dalam maknanya
sebagai “yurisprudensi” hasil kerja pemikiran para ilmuan. Dalam hal
ini ada dua orang yang mempunyai pengaruh paling besar atas teori
Trias Politika yakni John Locke (Inggris) dan Montesquieu (Perancis).
Pemikiran dasar dari pembatasan kekuasaan bertolak dari anggapan
bahwa pemegang kekuasaan cenderung untuk menyalahgunakan
kekuasaannya.

Trias Politika menurut John Locke dalam bukunya berjudul “Two


Treatises on Civil Government,” (1690) adalah anggapan bahwa
kekuasaaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan :

1. Kekuasaan Legislatif atau kekuasaan membuat UU ;


2. Kekuasaan Eksekutif atau kekuasaan melaksanakan UU dan
didalamnya termasuk kekuasaan mengadili (Locke memandang
mengadili itu sebagai uitvoering,yaitu termasuk pelaksanaan UU);
3. Kekuasaan Federatif atau kekuasaan yang meliputi segala
tindakan untuk menjaga keamanan negara dalam hubungan
dengan negara lain seperti membuat aliansi,hubungan luar negeri
dsb.

5
Disusul Trias Politika menurut Montesquieu dalam bukunya
berjudul “L’Espirit des Lois,” (1748) adalah anggapan bahwa
kekuasaaan negara terdiri atas tiga macam kekuasaan :

1. Kekuasaan Legislatif atau kekuasaan membuat UU (dalam


peristilahan baru sering disebut rule making function);
2. Kekuasaan Eksekutif atau kekuasaan melaksanakan UU (dalam
peristilahan baru sering disebut rule application function) ;
3. Kekuasaan Yudikatif atau kekuasaan mengadili atas pelanggaran
UU (dalam peristilahan baru sering disebut rule adjudication
function).

Trias Politika adalah suatu prinsip normatif bahwa kekuasaa-


kekuasaan (function) ini sebaiknya tidak diserahkan kepada orang
yang sama untuk mencegah penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak
yang berkuasa.Dengan demikian diharapkan hak asasi warga negara
lebih terjamin.

6
E. PEMISAHAN KEKUASAAN MENJADI PEMBAGIAN

KEKUASAAN

Istilah “pemisahan kekuasaan” dalam bahasa Indonesia


merupakan terjemahan perkataan separation of power berdasarkan
teori Trias Politika atau tiga fungsi kekuasaan. Sebelum dikenalnya
pemisahan kekuasaan dalam negara,seluruh kekuasaan yang ada
dalam negara terpusat dan terkonsentrasi di tangan satu orang,yaitu di
tangan Raja/Ratu yang memimpin negara secara turun temurun.

Pemisahan kekuasaan (la separations des puovorirs) menurut


keduanya adalah :

1. John Locke membagi kekuasaan dalam negara antara


legislatif,eksekutif dan federatif; sedangkan Montesquieu
membaginya dalam legislatif,eksekutif dan yudikatif,yang
mana kekuasaan federatif (hubungan luar negeri) menurut
Montesquieu dikategorikan sebagai bagian dari kekuasaan
eksekutif;
2. John Locke yang memasukan kekuasaan yudikatif ke dalam
kekuasaan eksekutif,Montesquieu memandang kekuasaan
pengadilan (yudikatif) itu sebagai kekuasaan yang berdiri
sendiri.Hal ini disebabkan karena pekerjaannya sehari-hari
sebagai seorang hakim Montesquieu mengetahui bahwa
kekuasaan eksekutif itu berlainan dengan kekuasaan
pengadilan;
3. Bidang ketiga pendapat mereka berbeda. John Locke
mengutamakan fungsi federatif,sedangkan Montesquieu
mengutamakan fungsi kekuasaan kehakiman (yudisial) dan
HAM setiap warga negara. John Locke lebih melihat dari segi
hubungan ke dalam dan keluar dengan negara-negara lain.

7
Bagi John Locke,penjelmaan fungsi defencie (pertahanan) baru
timbul apabila fungsi diplomacie terbukti gagal;
4. Montesquieu memisahkan secara tegas masing-masing cabang
kekuasaan,eksekutif hanya mempunyai bagian dalam
pembentukan UU beurpa hak untuk menolak (the power of
rejecting),sedangkan menurut Locke kekuasaan eksekutif ikut
membahas dan menyetujui UU.

Montesquieu inilah yang kemudian dianggap sebagai bapak


spiritual dari teori pemisahan kekuasaan,dan doktrin ini
kemudian berkembang menjadi sebuah teori pemerintahan
yang penting. Meskipun harus dicatat bahwa debat tentang
pemisahan kekuasaan tidak dimulai oleh Montesquieu,karena
masalah pemisahan kekuasaan sesungguhnya juga dibicarakan
oleh filsuf Yunani Kuno hingga pemikir abad
pertengahan,namun Montesquieu merupakan orang pertama
yang telah dianggap menggunakan pengertian eksekutif secara
sejajar dengan legislatif dan yudikatif,dan menekankan
pentingnya kemandirian yudikatif. Montesquieu pula yang
dianggap berjasa dalam menggunakan tiga label kekuasaan
tradisional dalam bentuk tripartit itu.

8
F. TRIAS POLITIKA DI INDONESIA

Setelah UUD 1945 mengalami empat kali perubahan, dapat


dikatakan sistem konstitusi kita telah menganut doktrin pemisahan
kekuasaan itu secara nyata. Dan berikut adalah bukti mengenai hal
tersebut ;
1. Adanya pergeseran kekuasaan legislatif dari tangan Presiden
ke DPR. Bandingkan saja antara ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan
pasal 20 ayat (1) UUD 1945 setelah perubahan. Kekuasaan
untuk membentuk UU yang sebelumnya berada di tangan
Presiden,sekarang beralih ke DPR;
2. Diadopsikannya sistem pengujian konstitusional atas UU
sebagau produk legislatif oleh MK. Sebelumnya tidak dikenal
adanya mekanisme ini,karena pada pokoknya UU tidak dapat
diganggu gugat hal mana hakim dianggap hanya dapat
menerapkan UU dan tidak boleh menilai UU;
3. Diakuinya lembaga pelaku kedaulatan rakyat itu tidak hanya
terbatas pada MPR,melainkan semua lembaga negara baik
secara langsung atau tidak langsung merupakan penjelmaan
kedaulatan rakyat. Presiden,anggota DPRdan DPD dama-sama
merupakan pelaksanaan langsung prinsip kedaulatan rakyat;
4. Dengan demikian,MPR juga tidak lagi berstatus sebagai
lembaga tertinggi negara,melainkan merupakan lembaga
(tinggi) negara yang sama derajatnya dengan lembaga-lembaga
(tinggi) negara laiannya,seperti Presiden,DPR,DPD,MK,MA;
5. Hubungan-hubungan antar lembaga (tinggi) negara itu bersifat
saling mengendalikan satu sama lain sesuai prinsip check and
balances

Dengan perkataan lain,sistem baru yang idanut oleh UUD


1945 pasca Perubahan keempat adalah sistem pemisahan kekuasaan
berdasarkan prinsip check and balances.

9
BAB III
KESIMPULAN

Trias Politika adalah sebuah teori yang menerapkan pembagian kekuasaan


pemerintahan negara menjadi tiga jenis kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif,
kekuasaan eksekutif, serta kekuasaan yudikatif. Trias Politika pertama kali
dikemukakan oleh Montesquieu, seorang pemikir politik asal Prancis. Saat ini,
penerapan Trias Politika dilakukan di banyak negara, termasuk Indonesia.

Montesquieu mengemukakan teori Trias Politika yang membagi


kekuasaan pemerintahaan menjadi tiga jenis. Teorinya ini kemudian banyak
disadur dan diadopsi pada diskusi-diskusi mengenai pemerintahan dan diterapkan
pada banyak konstitusi di seluruh dunia.

Tiga jenis kekuasaan pada teori Trias Politica meliputi kekuasaan


(pelaksana undang-undang), kekuasaan legislatif (pembuat undang-undang), dan
kekuasaan yudikatif atau kekuasaan kehakiman (pengawas pelaksanaan undang-
undang).

Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut,


diharapkan jalannya pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi
pemerintahan oleh satu lembaga, dan akan memunculkan mekanisme check and
balances (saling koreksi, saling mengimbangi). Kendatipun demikian, jalannya
Trias Politika di tiap negara tidak selamanya serupa, mulus atau tanpa halangan.

10
DAFTAR PUSTAKA

[CITATION Yoy151 \p 278 \l 1033 ]

[ CITATION Shk96 \l 1033 ]

11

Anda mungkin juga menyukai