Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

HUKUM WARIS ISLAM


“TRANSFORMASI KONSEP HUKUM WARIS ISLAM
DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNITAS”

Dosen Pengampu : Muhammad Fadhly Akbar, S.H.,MH

Disusun oleh:

AGUNG ANUGRAH HIDAYAWAN 2002021013

UNIVERSITAS OSO
FAKULTAS HUKUM
2021

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Puji Syukur penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum Waris Islam.
Makalah ini berjudul “TRANSFORMASI KONSEP HUKUM WARIS
ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNITAS”, dapat
terselesaikan tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pontianak, 17 Febuari 2023


Yang membuat penyataan,

Penulis

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Suatu pemerintahan dalam sebuah negara tentu menjalankan begitu banyak


fungsi dan sangat beragam. Dalam pemerintahan yang terpusat, disebut sebut
pemerintah memiliki kekuasaan yang absolut dalam beberapa hal sekaligus.
Hal itulah yang kemudian menjadi hambatan bagi terciptanya pemerintahan yang
adil. Pasalnya, ketika suatu pemerintahan memiliki kuasa absolut terhadap beberapa
hal, misalnya dalam pembuatan peraturan perundang-undangan, menjalankan fungsi
kepemerintahan, hingga peradilan, maka semakin besar bagi pemerintahan negara
untuk berlaku sewenang-wenang terhadap pemerintahan negara.
Tentu saja hal tersebut menjadi masalah besar, karena kesewenang-wenangan
akan berbuah ketidakadilan kepada masyarakat. Oleh karenanya, beberapa pemikir
politik Barat mulai mengembangkan pemikiran mereka mengenai teori pemisahan
kekuasaan dan pembagian kekuasaan. Pemikir politik seperti John Locke dan
Montesquieu kemudian yang menjadi pelopor pemikiran tersebut untuk menghindari
terjadinya kesewenang-wenangan dalam aktivitas ketatanegaraan. 1

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang terkait yaitu,
Bagaimana masyarakat memandang apa yang dimaksud dengan kekuasaan negara
serta bagaimana pembagian kekuasaan tersebut di bentuk di negara kesatuan terutama
indonesia.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Untuk memahami dan menganalisi apa yang dimaksud dengan pembagian kekuasaan
negara dan mengetahui juga bagaimana proses mekanisme pembagian kekuasaan di
dalam sistem negara yang berbentuk kesatuan.

1
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.1997. Hlm 4

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEKUASAAN NEGARA

1. Pengertian Kekuasaan negara

Kekuasaan negara terdiri dari dua kata yaitu kekuasaan dan negara. Jika diartikan
satu persatu, kekuasaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
untuk dapat mempengaruhi tingkah laku pihak lain sesuai dengan keinginan pelaku. 2

Sedangkan negara adalah alat atau wewenang yang dapat mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kekuasaan negara adalah kemampuan kelompok tertentu untuk
mengatur serta mempengaruhi tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan kehendak atau
tujuan bersama.

Terdapat aturan khusus yang digunakan sebagai dasar pedoman kekuasaan di


suatu negara. Kekuasaan yang dimiliki negara cukup luas dan mencakup dalam berbagai
aspek yang didalamnya dapat berkaitan dengan nilai agama, budaya, sosial, kesejahteraan
rakyat dan lain sebagainya.

Robert Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk


mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan memberi
perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua alat dan cara yg
tersedia3. Kekuasaan biasanya berbentuk hubungan, ada yg memerintah dan ada yg
diperintah. Manusia berlaku sebagai subjek sekaligus objek dari kekuasaan. Contohnya
Presiden, ia membuat UU (subyek dari kekuasaan) tetapi juga harus tunduk pada
Undang-Undang (objek dari kekuasaan).

Di negara demokrasi, dimana kekuasaan adalah ditangan rakyat, maka jalan


menuju kekuasaan selain melalui jalur birokrasi biasanya ditempuh melalui jalur partai
politik. Partai partai politik berusaha untuk merebut konstituen dalam masa pemilu. Partai
politik selanjutnya mengirimkan calon anggota untuk mewakili partainya dalam lembaga
legislatif. Dalam pemilihan umum legislatif secara langsung seperti yang terjadi di
Indonesia dalam Pemilu 2004 maka calon anggota legislatif dipilih langsung oleh rakyat.

2
(Miriam Budiarjo,2002) Konstitusi Negara. Jakarta 2009
3
Mukhtie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Bayu Media Publishing, Malang, h.10.

iv
2. Tujuan Pembagian Kekuasaan

Tujuan utama pemisahan atau pembagian kekuasaan di suatu negara adalah guna
mencegah adanya penumpukan kekuasaan di salah satu tangan yang dapat menimbulkan
penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang. 4

Secara umum, kekuasaan adalah kemampuan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
serta mengatur perilaku suatu individu maupun kelompok. Jika hanya ada satu individu
atau kelompok saja yang berkuasa atas segala, maka bisa menyebabkan tindakan otoriter.

Hal tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut.

 Agar tidak adanya kekuasaan yang absolut.


 Mencegah terjadinya tindakan yang sewenang-wenang atau otoriter.
 Untuk mencegah adanya penumpukan kekuasaan di satu tangan yang bisa
menimbulkan penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang.
 Mencegah terjadinya penyalahgunaan kekuasaan oleh pihak tertentu.
 Mengoptimalkan dan mempermudah kinerja sebuah badan pemerintahan yang
ada di sebuah negara.
 Mensinergikan dan mengoptimalkan fungsi kekuasaan yang dimiliki oleh setiap
lembaga.
 Menciptakan suasana yang lebih adil dan nyaman serta mengutamakan
kepentingan umum yang mengacu para peningkatan kesejahteraan bagi seluruh
rakyat.

B. TEORI PEMBAGIAN KEKUASAAN

1. Menurut John Locke

Menurut John Locke kekuasaan negara dibagi menjadi tiga, yaitu :

a). Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan yang membuat undang-undang dalam satu


negara. Biasanya kekuasaan ini terletak pada parlemen dalam negara atau
lembaga lain yang menyerap aspirasi masyarakatnya dalam negara demokrasi.

b). Kekuasaan Eksekutif

4
Jimly Asshiddiqie, 2003, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945,
hlm. 2-3

v
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertugas melaksanakan undang-
undang, mengawasi, dan mengadilinya jika terjadi pelanggaran. Kekuasaan ini
dalam suatu negara terletak pada kepala pemerintahan, kepala negara, dan
lembaga peradilan negara. Beberapa negara menyatukan ketiganya menjadi satu,
sebagai kepala pemerintahan.

c). Kekuasaan Federatif

Kekuasaan federatif adalah kekuaasaan negara yang melaksanakan atau


berhubungan dengan luar negeri. Jika disebutkan sebagai lembaga pemerintahan,
termasuk dalam hal ini adalah kedutaan dan atase negara. Termasuk di dalamnya
kementerian luar negeri suatu negara. Namun, pelaksanaannya menjadi rancu
karena ketiganya berada di bawah kepala negara dan atau kepala pemerintahan.

2. Menurut Montesquieu

Montesquieu membagi macam-macam kekuasaan negara menjadi lebih sempurna atau


menyempurnakan yang dikemukakan John Locke. Macam-macam kekuasaan negara
menurut Montesquieu adalah :5

a). Kekuasaan Legislatif

Kekuasaan yang membuat dan membentuk undang-undang, baik dilakukan


lembaga tersendiri maupun Bersama lembaga kekuasaan dalam pemerintahan.

b). Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan untuk menjalankan dan melaksanakan undang-undang dan biasanya


kekuasaan ini yang memegang penuh kekuasaan pemerintahan di dalam dan
hubungannya dengan luar negeri.

c). Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan untuk mengawasi dan mempertahankan undang-undang. Kekuasaan


ini termasuk di dalamnya adalah kekuasaan untuk mengadili pelanggaran
undang-undang. Pada pelaksanaannya lembaga peradilan yang independen
disebut sebagai lembaga yudikatif.

Perbedaan mendasar dari dua pendapat tersebut bukan hanya terletak pada kekuasaan
yudikatif dan kekuasaan federatif. Montesqueieu meletakkan dasar pemisahan antara

5
Baron de Montesquieu, tt, The Spirit of Laws ; Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan Politik diterjemahkan oleh M.
Khoiril Anam, (Bandung : Nusa Media), hlm. 62.

vi
macam-macam kekuasaan, sedangkan John Locke tidak. Sehingga pada macam-macam
kekuasaan menurut Montesqueieu tidak ada lembaga negara yang merangkap dua fungsi
atau berada di bawah yang lain. Ketiga macam kekuasaan negara berdiri terpisah dengan
tujuan yang sama. Montesqueieu menyebutnya sebagai pembagian kekuasaan, yang
kemudian dikenal dengan sebutan Trias Politica. 6 Model kekuasaan negara yang banyak
dipakai di negara-negara dunia. Trias politica ini diharapkan dapat memperkecil peluang
kekuasaan negara tidak terbatas dan kesewenangan atau penyalahgunaan kekuasaan.

3. Teori Catur praja

Van Vollenhoven menganjurkan teori Catur Praja (Quarto Politica) yang terdiri
atas penyelenggara pemerintahan (bestuur), kepolisian, peradilan, dan legislatif.
Menyelenggarakan pemerintahan mangandung makna proaktif, dan van Vollenhoven
memperkenalkan prinsip vrijbestuur dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu
kewajiban dan hak yang melekat pada diri pejabat publik begitu diangkat.

Kewajibannya menganut stelsel residual theory, yaitu melaksanakan tugas apa


saja meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit, selain tugas-tugas kepolisian, peradilan,
dan legislatif. Untuk melaksanakan kewajiban ini pemerintah memiliki diskresi atau
kebebasan bertindak dengan prinsip freies ermessen demi menjaga kepentingan rakyat.

Berdasarkan teori residu dari Van Vollenhoven dalam bukunya “Omtrek Van Het
Administratief Recht”, membagi kekuasaan/fungsi pemerintah menjadi empat yang
dikenal dengan teori catur praja yaitu:

1) Fungsi memerintah (bestuur)

Dalam negara yang modern fungsi bestuur yaitu mempunyai tugas yang sangat luas, tidak
hanya terbatas pada pelaksaan undang-undang saja. Pemerintah banyak mencampuri
urusan kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun politik.

2) Fungsi polisi (politie)

Merupakan fungsi untuk melaksanakan pengawasan secara preventif yaikni memaksa


penduduk suatu wilayah untuk mentaati ketertiban hukum serta mengadakan penjagaan
sebelumnya (preventif), agar tata tertib dalam masyarakat tersebut tetap terpelihara.

3) Fungsi mengadili (justitie)

6
Bagir Manan, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju, Bandung,
hlm. 78-79

vii
Adalah fungsi pengawasan yang represif sifatnya yang berarti fungsi ini melaksanakan
yang konkret, supaya perselisihan tersebut dapat diselesaikan berdasarkan peraturan
hukum dengan seadil-adilnya.

4) Fungsi mengatur (regelaar)

Yaitu suatu tugas perundangan untuk mendapatkan atau memperoleh seluruh hasil
legislatif dalam arti material. Adapun hasil dari fungsi pengaturan ini tidaklah undang-
undang dalam arti formil (yang dibuat oleh presiden dan DPR), melainkan undang-
undang dalam arti material yaitu setiap peraturan dan ketetapan yang dibuat oleh
pemerintah mempunyai daya ikat terhadap semua atau sebagian penduduk wilayah dari
suatu negara.

C. KONSEP PEMBAGIAN KEKUASAAN DI INDONESIA

Dalam sebuah praktik ketatanegaraan tidak jarang terjadi pemusatan kekuasaan


pada satu orang saja, terjadi pengelolaan sistem pemerintahan dilakukan secara absolut
atau otoriter. Untuk menghindari hal tersebut perlu ada pemisahan atau pembagian
kekuasaan, agar terjadi kontrol dan keseimbangan di antara lembaga pemegang
kekuasaan. Dengan kata lain, kekuasaan legislatif, eksekutif maupun yudikatif tidak
dipegang oleh satu orang saja.

pemisahan kekuasaan (separation of powers) dan pembagian kekuasaan


(divisions of power) merupakan dua istilah yang memiliki pengertian berbeda satu sama
lainnya. Pemisahan kekuasaan berarti kekuasaan negara itu terpisah-pisah alam beberapa
bagian, baik mengenai organ maupun fungsinya.7 Dengan kata lain, lembaga pemegang
kekuasaan negara yang meliputi lembaga legislatif, eksekutif, dan yudikatif merupakan
lembaga yang terpisah satu sama lainnya, berdiri sendiri tanpa memerlukan koordinasi
dan kerja sama. Setiap lembaga menjalankan fungsinya masing-masing. Contoh negara
yang menganut mekanisme pemisahan kekuasaan adalah Amerika Serikat.

Berbeda dengan mekanisme pemisahan kekuasaan, di dalam mekanisme


pembagian kekuasaan, kekuasaan negara itu memang dibagi-bagi dalam beberapa bagian
(legislatif, eksekutif, dan yudikatif ), tetapi tidak dipisahkan. Hal ini membawa
konsekuensi bahwa di antara bagian-bagian itu dimungkinkan ada koordinasi atau kerja

7
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. FH UI. Jakarta. Hlm. 140

viii
sama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukan oleh banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia.

Indonesia termasuk negara yang ciri-cirinya termasuk dalam pengertian


demokrasi. Dapat disebutkan pula bahwa negara Indonesia menganut sistem pembagian
kekuasaan yang dikemukakan oleh Montesqueiu atau Trias Politica. Namun
pelaksanannya tidak persis sama. Karena ini prinsip-prinsip demokrasi di Indonesia juga
berbeda degan negara lain, yaitu Demokrasi Pancasila. Macam-macam kekuasaan negara
di Indonesia diatur oleh UUD 1945 sebagai sumber dari segala sumber hukum. Dan
setelah konstitusi sendiri pelaksanaannya mengalami beberapa perubahan, termasuk
dalam pemerintahan orde lama dan orde baru, maka kini diatur dalam UUD 1945 hasil
amandemen yang dilakukan terakhir tahun 2004 8. Kekuasaan negara di Indonesia dibagi
menjadi dua bagian, yaitu kekuasaan horizontal dan kekuasaan vertikal.

1. Pembagian Kekuasaan Secara Horizontal

Pembagian kekuasaan secara horizontal adalah pembagian kekuasaan yang sesuai


dengan hukum Trias Politica, yaitu pembagian kekuasaan secara terpisah dan mandiri.
Pembagian kekuasaan horizontal ini berupa lembagalembaga negara. Di mana tiap
lembaga negara mempunyai hubungan kerja sama dengan lembaga lain, namun
kedudukannya sama. Berdasarkan UUD 1945, kekuasaan Indonesia dibagi menjadi 3
lembaga yaitu eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Dan sampai masa pemerintahan
landasan orde baru masih berlaku demikian.

Walaupun tidak sama persis dengan apa yang disebutkan oleh Montequeieu.
Karena pada masa itu, kedudukan MPR dibandingkan lembaga lain lebih tinggi dan
berkuasa penuh atas nama rakyat.

Selanjutnya sejak diberlakukan amandemen UUD 1945 pada tahun 2004,


pembagian kekuasaan di Indonesia sedikit berubah. Secara rinci dapat dikatakan menjadi
6 kekuasaan horizontal yang berbeda. Keenam lembaga atau kekuasaan dapat dikatakan
mempunyai kedudukan yang hampir sama atau sejajar. 9

a). Kekuasaan Legislatif

8
Titik Triwulan Tutik, 2007, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial sebagai Lembaga Negara
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prestasi Pustaka, Jakarta,
h. 30
9
http://pkn-ips.blogspot.co.id/2014/10/konsep-pembagian-kekuasaan-negara-di.html, diakses tgl 9 Januari
2018 pukul 14.50

ix
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan
untuk membuat dan menyusun undang-undang. Di mana undang-undang ini berfungsi
menjalankan secara terperinci mengenai semua aturan dasar yang disebutkan dalam UUD
1945. Kekuasaan legislatif di Indonesia dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPR, yang keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum setelah
diajukan oleh partai peserta pemilu. Tugas dan wewenang DPR disebutkan dengan jelas
dalam pasal 20 ayat 1 UUD 1945. Tugas dan wewenangnya, antara lain :

 Membentuk dan menetapkan atau mensahkan UU yang telah dibahas


bersama dengan eksekutif / Presiden untuk disetujui bersama
 Menerima dan membahas usulan Rancangan undang-Undang uang diajuakan
oleh DPD atau lembaga dan organsasi lain
 Menetapkan APBN bersama Presiden dengan mempertimbangkan dan
memperhatikan usulan dari DPD sebagai perwakilan daerah.
 Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan UU, APBN, dan kebijakan
pemerintah lain agar dapat ditindaklanjuti jika terjadi pelanggaran.
 Membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK yang anggotanya
juga telah disetujui DPR, atas pertanggungjawaban keuangan lembaga
negara
 Memberikan persetujuan kepada Presiden atas pengangkatan anggota
Komisi Yudisial, begitu pula dengan pemberhentiannya dan Hakim Agung
sebagai Ketua Komisi Yudisial. Hakim Agung kemudian diangkat oleh
Presiden.
 Memberikan pertimbangan kepada Pesiden untuk mengangkat duta dan
konsul dari negara lain dan menerima duta dan konsul dari negara lain.
 Memberi persetujuan kepada presiden untuk menyatakan perang, membuat
perdamaian, dan membuat perjanjian degan negara lain.
 Memberi pertimbangan kepada Presiden tentang amnesti dan abolisi.
 Sebagai wakil rakyat di lembaga negara yang menyerap aspirasi Di tingkat
provinsi dan kabupaten, terdapat DPRD I dan DPRD II yang tugas dan
wewenangnya hampir sama dengan DPR tingkat Pusat.

b). Kekuasaaan Konstitutif

Kekuasaan konstitutif adalah kekuasaan yang memegang fungsi ,mengubah dan


menetapkan Undang-Undang Dasar. Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia
memegang kekuasaan tersebut berdasarkan pasal 3 ayat 1 UUD 1945. Anggota MPR ini

x
terdiri dari seluruh anggota DPR dan DPD. MPR hanya ada di tingkat pusat. Contoh
kekuasaan konstitutif MPR berkaitan dengan tugas dan fungsi MPR, antara lain :

 Mengubah dan menetapkan UUD


 Melantik Presiden dan Wakil Presiden yang terpilih dari hari pemilihan
umum secara langsung
 Melantik Wakil Presiden menjadi Presiden apabila Presiden berhenti
dari jabatannya karena wafat atau hal lain.
 Memilih presiden dan Wakil Presiden baru sekaligus melantiknya
apabila Presiden dan Wakil Presiden secara bersamaan berhenti sebelum
selesai masa tugasnya karena beberapa sebab.

c). Kekuasaan Eksekutif

Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang memegang peranan menjalankan


pemerintahan. Kekuasaan ini menjalankan dan melaksanakan Undang-Undang.
Kekuasaan eksekutif di Indonesia dipegang oleh Presiden sesuai yang tertera pada pasal 4
ayat 1 UUD 1945. 10
Contoh kekuasaan eksekutif presiden berdasarkan tugas dan
wewenang Presiden, antara lain:

 Memegang kekuasaan tertinggi pemerintahan, Angkatan Laut, Angkatan


Darat, dan Angkatan udara.
 Mengajukan Rancangan Undang-Undang dan bersama DPR menyetujui
RUU menjadi UU dan mengesahkannya.
 Menetapkan Peraturan Pemerintah
 Mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri sebagai bagian dari
orang atau lembaga yang membantu tugas Presiden dan Wakil Presiden
sehari-hari.
 Menyatakan perang dan perdamaian dengan negara lain, di mana
termasuk di dalamnya adalah membuat perjanjian internasional dengan
negara lain.
 Mengangkat dan menerima duta dan konsul untuk dan dari negara lain
dengan mempertimbangkan segala usulan DPR.
 Menyatakan keadaan darurat bahaya terjadi di negara Indonesia

10
Edie Toet Hendratno, 2009, Negara Kesatuan, Desentralisasi, Dan Federalisme, Graha Ilmu, Yogyakarta, h.
83

xi
 Memberikan grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan mahkamah
Agung dan memberikan amnesti dan abolisi degan pertimbangan dari
DPR.
 Memberikan gelar, tanda jasa, atau tanda kehormatan kepada siapa saja
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
 Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR, menetapkan Hakim
Agung dari calon yang diusulkan Komisi Yudisial dan disetujui DPR,
dan menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden,
DPR, dan Mahkamah Agung.
 Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujaun DPR
 Selain yang ditetapkan di atas, Presiden bagi Bangsa Indonesia adalah
simbol resmi negara di dunia yang berfungsi sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.

d). Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif atau disebut kekuasaan kehakiman yaitu kekuasaan untuk


menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan. Kekuasaan ini
dipegang oleh Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi sebagaimana ditegaskan
dalam Pasal 24 ayat (2) UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan
bahwa “Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan
peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan
peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara,
dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi.” 11

Tugas lembaga yudikatif mahkamah Agung, antara lain :

 Mengadili tingkat kasasi dan menguji perundang-undangan di bawah Undang-


Undang .
 Mengajukan 3 orang sebagai anggota Hakim Konstitusi
 Memberikan pertimbangan kepada Presiden ketika akan mengajukan grasi dan
rehabilitasi

Fungsi Mahkamah Konstitusi dalam lembaga pemerintahan Indonesia terkait perbedaan


Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, antara lain :

11
Kusnardi Muh. dan Bintan R Saragih, 1983, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem Undang-
Undang Dasar 1945, PT Gramedia, Jakarta, h.180.

xii
 Mengadili tingkat pertama dan kasasi di mana putusannya bersifat akhir dan final
untuk menguji UndangUndang terhadap UUD.
 Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya
ada dalam konstitusi UUD 1945.
 Memutuskan tentang pembubaran partai politik jika sudah tidak sesuai dengan
ketentuan UUD 1945
 Memutuskan sengketa atau perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
 Memberi keputusan tentang pendapat DPR mengenai pelanggaran Presiden dan
Wakil Presiden terhadap UUD 1945.

Sementara tugas Komisi Yudisial yang juga merupakan bagian dari kekuasaan yudikatif
adalah sebagai berikut :

 Mengusulkan pengangkatan Hakim Agung menjadi anggota Mahkamah Agung


 Menjaga dan menegakkan kehormatan dan keluhuran martabat dan perilaku
hakim, yang berarti kekuasaan ini mengawasi perilaku hakim agar tetap jujur dan
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.

e). Kekuasaan Eksaminatif / Inspektif

kekuasaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemeriksaan atas


pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara. Kekuasaan ini dijalankan oleh
Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 23 E ayat (1) UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa “untuk memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan yang bebas dan mandiri.”

Tugas wewenang lembaga eksaminatif BPK, antara lain :

 Meminta dan meneliti pertanggungjawaban keuangan negara dari lembaga-


lembaga negara dan orangorang yang terkait di dalamnya
 Mengusahakan keseragaman dalam tata cara pemeriksaan, pengawasan, dan
pertanggungjawaban keuangan negara.
 Mengandalkan dan menetapkan tuntunan tentang kebendahaaraan lembaga
negara dan tuntunan ganti rugi di dalamnya.
 Melakukan penelitian dan pemeriksaan atas pelaksanaan peraturan perundang-
undangan yang terkait
 dengan bidang keuangan.

xiii
f). Kekuasaan Moneter

Sepintas kekuasaan moneter sama dengan kekuasaan yang dipegang oleh BPK.
Namun kekuasaan moneter ini sangat jauh berbeda dengan tugas dan wewenang BPK.
Kekuasaan moneter adalah kekuasaan yang mengatur dan menjaga kelancaran perputaran
uang di Indonesia. Dan yang terpenting dari kekuasaan ini adalah kekuasaan untuk
menjaga kestabilan nilai rupiah di pasar nasional dan internasional. Kekuasaan ini
dipegang oleh Bank Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pasal 23 UUD 1945 hasil
amandemen.12

Peran dan fungsi Bank Indonesia atau BI dalam kekuasaan moneter yang diatur dalam
UUD 1945, antara lain :

 Menetapkan dan melaksanakan semua kebijakan moneter di Indonesia dengan


cara menetapkan sasaran moneter, melakukan kegiatan pengendalian moneter,
dan menggunakan instrument kebijakan moneter.
 Melancarkan sistem pembayaran dan transaksi secara nasional dan internasional
dengan menetapkan penggunaan alat pembayaran dan mengatur dan menetapkan
sistem pembayaran yang digunakan.
 Mengawasi bank secara nasional, sehingga BI dapat bertindak memberikan dan
mencabut ijin operasional lembaga keuangan seperti bank, menetapkan peraturan
di bidang perbankan, dan memberikan hukuman kepada pelanggaran
perundangan, dan memberi jaminan konsumen di bank dengan adanya dana
likuidasi.

Macam-macam kekuasaan negara secara horizontal di atas dalam tugas dan


wewenangnya saling terpisah dan madiri. Artinya, tidak saling mencampradukkan dalam
keputusannya. Jika pelaksanan yang demikian tercapai, maka pembangunan secara ideal
dapat lebih cepat tercapai.

2. Pembagian Kekuasaan Secara Vertikal

Kekuasaan negara secara vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari atas ke
bawah, di mana di tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada di bawahnya.
Dalam pemerintahan di Indonesia, hal tersebut dilaksanakan antara hubungan
12
Ibid

xiv
pemerintahan pusat dan pemerintah daerah. Pelaksanaannya, sesuai dengan yang tertulis
di UUD 1945 bahwa Indonesia adalah negara kesatuan, maka menggunakan prinsip-
prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah yang menggabungkan beberapa asas otonomi
daerah sekaligus, yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan dekonsentrasi. Pengertian daerah
otonom yang menjadi bagian dari pelaksanaan otonomi daerah adalah penerima
pelimpahan wewenang yang diberikan dari pengertian pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai tugas dan
wewenang masing-masing.13

a). Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat, identik dengan pemerintahan yang terletak di ibu kota. Yang
termasuk pemerintah pusat adalah semua lembaga negara. Macam-macam kekuasaan
negara yang telah disebutkan dalam kekuasaan horizontal adalah pemerintah pusat.
Namun, secara umum yang dikenal dengan sebutan pemerintah pusat adalah kekuasaan
legislatif dan kekuasaan eksekutif.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat ini juga diatur dalam pasal 18 UUD 1945 dan UU
Nomor 32 tahun 2004. Tugas tersebut, antara lain :

 Melakukan dan Mengatur Politik Luar Negeri Indonesia. Sesuai dengan salah
satu tujuan pembangunan nasional adalah ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia pada pokok pikiran pembukaan UUD 194, sudah banyak kiprah Indonesia
di luar negeri. Hal ini terkait dengan politik bebas aktif yang diterapkan.
Pengaturan dan penetapan seluruh kebijakan politik luar negeri dilakukan oleh
pemerintah pusat.
 Mengatur Bidang Pertahanan dan Kemanan Nasional. Indonesia adalah negara
dengan keberagaman terbesar di dunia. Ditambah dengan wilayahnya yang
sangat membentang luas dan jika diukur merupakan salah satu negara dengan
garis pantai terpanjang di dunia. Oleh karena itu, tugas pemerintah pusat
mengatur dan menjaga pertahanan dan keamanan nasional. Pengaturan menjadi
upaya menjaga keutuhan negara NKRI.
 Mengatur Jalannya Proses Kehakiman. Proses kehakiman oleh lembaga-lembaga
peradilan terletak pada pemerintah pusat. terkait dengan kekuasaan negara
yudikatif juga ada pada pemerintah pusat. Dengan pengaturan, proses kehakiman

13
HAW. Widjaja, 1998, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h. 147.

xv
di semua wilayah Indonesia adalah sama. Semua warga negara dan rakyat
Indonesia mempunyai posisi yang sama di mata hukum.
 Mengatur Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter atau keuangan dan fiskal juga
diatur oleh pemerintah pusat. Berkaitan erat dengan sistem pembayaran,
pengaturan bank, dan lain-lain yang seragam di semua wilayah Indonesia tanpa
terkecuali.
 Mengatur Agama di Indonesia, Indonesia mengakui 5 agama resmi dan satu
kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah keberagaman yang ada,
agama harus diatur oleh pemerintah agar tidak memicu konflik. Contoh
pengaturan misalnya dengan kebebasan memilih agama dan beribadah sesuai
agama dan kepercayaannya masing-masing.

b). Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah di Indonesia mempunyai hak otonomi daerah. Hak yang


bermakna kewenangan mengatur wilayahnya sendiri. Namun, kekuasaan pemerintah
daerah adalah vertikal. 14Artinya berada di bawah pemerintah pusat. Kewenangannya juga
tidak dapat membuat kebijakan yang merupakan kewenangan pemerintah pusat.
Kewenangan pemerintah daerah, antara lain :

 Merencanakan dan Mengendalikan Pembangunan, Kewenangan ini diberikan


agar pembangunan di berbagai wilayah Indoensia sesuai dengan sumber daya dan
potensi daerah masing-masing. Dengan demikian, kesejahteraan akan lebih cepat
tercapai.
 Merencanakan, Memanfaatkan, dan Mengawasi Infrastruktur Daerah dan
Ruangnya, Ini juga diberikan kewenangannya kepada daerah karena pemerintah
daerah adalah pemerintah yang terdekat. Pemerintah akan lebih tahu apa
kebutuhannya. Pemerintah daerah lebih mengetahui misalnya, seberapa
mendesak jalan antar kota dikerjakan. Termasuk dalam wewenang ini adalah
kewenangan dalam menjaga hutannya, dan menyediakan sarana dan pra sarana
umum.
 Menyelenggarakan Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat,
Penyelenggaraan ini dapat dicapai dengan adanya struktur organisasi desa hingga
sampai ke rukun tetangga. Penyelenggaraannya dapat berupa swadaya
masyarakat bersama pemerintah dan polisi. Contohnya pelakasanaan siskamling.

14
https://www.scribd.com/document/440560705/Pembagian-dan-Pemisahan-Kekuasaan

xvi
 Menyelenggarakan dan memajukan Kesehatan dan Pendidikan, Wewenang di
bidang kesehatan dan pendidikan juga menjadi milik pemerintah daerah.
Pemerintah pusat hanya memberikan kebijakan secara global. Misalnya,
pelaksanaan Ujian Nasional, penyelenggarannya diberikan kepada dinas
Pendidikan masing-masing daerah. Ini juga terkait dengan penyediaan sarana dan
pra sarana umum seperti rumah sakit dan sekolah.
 Menyelenggarakan Kegiatan Ekonomi, Pemerintah daerah mempunyai
wewenang mengembangkan sumberdaya. Ini juga berarti wewenang dalam
pengembangan ekonomis sesuai potensi daerah dan mengadakan koperasi untuk
kesejahteraan masyarakatnya.

Dalam pelaksanaannya tentu saja pemerintah berpedoman pada pemerintah pusat dan
berpegang teguh pada Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.

xvii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kekuasaan negara adalah wewenang yang diberikan kepada penguasa atau


pemerintah untuk mengatur dan menjaga wilayah kekuasaannya dari penguasaan negara
lain. Dalam penerapannya, terdapat pemisahan kekuasaan dan pembagian kekuasaan.
Yang memiliki tujuan untuk menciptakan kontrol dan keseimbangan di antara pemegang
kekuasaan. Dengan demikian, kekuasaan legislatif, eksekutif, dan yudikatif tidak
dipegang satu orang saja.

Teori pembagian kekuasaan pertama kali dipopulerkan secara ilmiah oleh John
Locke seorang filosof berkebangsaan Inggris (1632-1704) dalam bukunya Two Treatises
of Government, yang terbit tahun 1690. John Locke membagi kekuasaan dalam Negara
menjadi tiga yaitu : pertama, kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif); kedua,
kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif); dan ketiga, kekuasaan mengenai
perang dan damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua
orang dan badanbadan di luar negari (federatif).

Pemikiran John Locke, ternyata mempengaruhi ahli hukum Perancis bernama


Montesquieu (1689-1755) untuk lebih menyempurnakan konsep pemisahan kekuasaan.
Montesquieu dalam bukunya berjudul De L’Esprit des Lois terbit tahun 1748,
mengemukakan teori pemisahan kekuasaan negara. Montesquieu menyatakan bahwa
kekuasaan dalam negara harus dipisahkan dalam tiga kekuasaan, yaitu : pertama,
kekuasaan legislatif (la puissance legislative) yang membentuk undang-undang; kedua,
kekuasaan eksekutif (la puissance executive) yang melaksanakan undang-undang; dan
ketiga,kekuasaan yudikatif (la puissance de juger), yang menjalankan kekuasaan
kehakiman. Juga teori catur praja yang menjadi patokan sebagai teori pembagian
kekuasaan.

Penerapan pembagian kekuasaan di Indonesia terdiri atas dua bagian, yaitu


pembagian kekuasaan secara horizontal dan pembagian kekuasaan secara vertikal.
Pembagian kekuasaan secara horizontal yaitu pembagian kekuasaan menurut fungsi
lembaga-lembaga tertentu (legislatif, eksekutif dan yudikatif), sedangkan pembagian

xviii
kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pembagian kekuasaan
horizontal pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya
perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi enam kekuasaan negara
yaitu kekuasaan konstitutif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, kekuasaan
yudikatif, eksaminatif/inspektif dan kekuasaan moneter. Sedangkan pembagian
kekuasaan horizontal pada tingkat pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-
lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (prov/kab/kota) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD prov/kab/kota). Pembagian kekuasaan secara
vertikal berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan
provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota).

B. SARAN

Sebaiknya Asas-Asas teori yang telah dicetuskan oleh para ahli perlu pengevaluasian
yang ketat jika diterapkan dalam pembagian kekuasaan. Karena setiap negara mempunyai
culture otonomi yang berbeda-beda, pada prinsipnya teori-teori tersebut muncul dari
peradaban eropa yang diratifikasi atau digunakan oleh setiap negara. Maka dari itu
khususnya dalam negara kesatuan republic Indonesia perlu memikirkan konsep mana
yang bisa diselaraskan dan ditambah sesuai keadaan masyarakat asli Indonesia.

xix
DAFTAR PUSTAKA

xx

Anda mungkin juga menyukai