Disusun oleh:
UNIVERSITAS OSO
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR
i
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik.
Puji Syukur penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai salah
satu syarat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Hukum Waris Islam.
Makalah ini berjudul “TRANSFORMASI KONSEP HUKUM WARIS
ISLAM DALAM MENGHADAPI TANTANGAN MODERNITAS”, dapat
terselesaikan tidak lepas dari dukungan serta bantuan dari berbagai pihak.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penulis
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan yang terkait yaitu,
Bagaimana masyarakat memandang apa yang dimaksud dengan kekuasaan negara
serta bagaimana pembagian kekuasaan tersebut di bentuk di negara kesatuan terutama
indonesia.
Untuk memahami dan menganalisi apa yang dimaksud dengan pembagian kekuasaan
negara dan mengetahui juga bagaimana proses mekanisme pembagian kekuasaan di
dalam sistem negara yang berbentuk kesatuan.
1
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.1997. Hlm 4
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEKUASAAN NEGARA
Kekuasaan negara terdiri dari dua kata yaitu kekuasaan dan negara. Jika diartikan
satu persatu, kekuasaan adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok
untuk dapat mempengaruhi tingkah laku pihak lain sesuai dengan keinginan pelaku. 2
Sedangkan negara adalah alat atau wewenang yang dapat mengatur atau
mengendalikan persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kekuasaan negara adalah kemampuan kelompok tertentu untuk
mengatur serta mempengaruhi tingkah laku masyarakat agar sesuai dengan kehendak atau
tujuan bersama.
2
(Miriam Budiarjo,2002) Konstitusi Negara. Jakarta 2009
3
Mukhtie Fadjar, 2005, Tipe Negara Hukum, Bayu Media Publishing, Malang, h.10.
iv
2. Tujuan Pembagian Kekuasaan
Tujuan utama pemisahan atau pembagian kekuasaan di suatu negara adalah guna
mencegah adanya penumpukan kekuasaan di salah satu tangan yang dapat menimbulkan
penyelenggaraan pemerintahan yang sewenang-wenang. 4
Secara umum, kekuasaan adalah kemampuan yang dapat digunakan untuk mempengaruhi
serta mengatur perilaku suatu individu maupun kelompok. Jika hanya ada satu individu
atau kelompok saja yang berkuasa atas segala, maka bisa menyebabkan tindakan otoriter.
4
Jimly Asshiddiqie, 2003, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun 1945,
hlm. 2-3
v
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan yang bertugas melaksanakan undang-
undang, mengawasi, dan mengadilinya jika terjadi pelanggaran. Kekuasaan ini
dalam suatu negara terletak pada kepala pemerintahan, kepala negara, dan
lembaga peradilan negara. Beberapa negara menyatukan ketiganya menjadi satu,
sebagai kepala pemerintahan.
2. Menurut Montesquieu
Perbedaan mendasar dari dua pendapat tersebut bukan hanya terletak pada kekuasaan
yudikatif dan kekuasaan federatif. Montesqueieu meletakkan dasar pemisahan antara
5
Baron de Montesquieu, tt, The Spirit of Laws ; Dasar-Dasar Ilmu Hukum dan Politik diterjemahkan oleh M.
Khoiril Anam, (Bandung : Nusa Media), hlm. 62.
vi
macam-macam kekuasaan, sedangkan John Locke tidak. Sehingga pada macam-macam
kekuasaan menurut Montesqueieu tidak ada lembaga negara yang merangkap dua fungsi
atau berada di bawah yang lain. Ketiga macam kekuasaan negara berdiri terpisah dengan
tujuan yang sama. Montesqueieu menyebutnya sebagai pembagian kekuasaan, yang
kemudian dikenal dengan sebutan Trias Politica. 6 Model kekuasaan negara yang banyak
dipakai di negara-negara dunia. Trias politica ini diharapkan dapat memperkecil peluang
kekuasaan negara tidak terbatas dan kesewenangan atau penyalahgunaan kekuasaan.
Van Vollenhoven menganjurkan teori Catur Praja (Quarto Politica) yang terdiri
atas penyelenggara pemerintahan (bestuur), kepolisian, peradilan, dan legislatif.
Menyelenggarakan pemerintahan mangandung makna proaktif, dan van Vollenhoven
memperkenalkan prinsip vrijbestuur dalam penyelenggaraan pemerintahan, yaitu
kewajiban dan hak yang melekat pada diri pejabat publik begitu diangkat.
Berdasarkan teori residu dari Van Vollenhoven dalam bukunya “Omtrek Van Het
Administratief Recht”, membagi kekuasaan/fungsi pemerintah menjadi empat yang
dikenal dengan teori catur praja yaitu:
Dalam negara yang modern fungsi bestuur yaitu mempunyai tugas yang sangat luas, tidak
hanya terbatas pada pelaksaan undang-undang saja. Pemerintah banyak mencampuri
urusan kehidupan masyarakat, baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya maupun politik.
6
Bagir Manan, 1995, Pertumbuhan dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Mandar Maju, Bandung,
hlm. 78-79
vii
Adalah fungsi pengawasan yang represif sifatnya yang berarti fungsi ini melaksanakan
yang konkret, supaya perselisihan tersebut dapat diselesaikan berdasarkan peraturan
hukum dengan seadil-adilnya.
Yaitu suatu tugas perundangan untuk mendapatkan atau memperoleh seluruh hasil
legislatif dalam arti material. Adapun hasil dari fungsi pengaturan ini tidaklah undang-
undang dalam arti formil (yang dibuat oleh presiden dan DPR), melainkan undang-
undang dalam arti material yaitu setiap peraturan dan ketetapan yang dibuat oleh
pemerintah mempunyai daya ikat terhadap semua atau sebagian penduduk wilayah dari
suatu negara.
7
Kusnardi dan Harmaily Ibrahim. 1983. Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia. FH UI. Jakarta. Hlm. 140
viii
sama. Mekanisme pembagian ini banyak sekali dilakukan oleh banyak negara di dunia,
termasuk Indonesia.
Walaupun tidak sama persis dengan apa yang disebutkan oleh Montequeieu.
Karena pada masa itu, kedudukan MPR dibandingkan lembaga lain lebih tinggi dan
berkuasa penuh atas nama rakyat.
8
Titik Triwulan Tutik, 2007, Eksistensi, Kedudukan, dan Wewenang Komisi Yudisial sebagai Lembaga Negara
dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Prestasi Pustaka, Jakarta,
h. 30
9
http://pkn-ips.blogspot.co.id/2014/10/konsep-pembagian-kekuasaan-negara-di.html, diakses tgl 9 Januari
2018 pukul 14.50
ix
Seperti yang telah dituliskan sebelumnya, kekuasaan legislatif adalah kekuasaan
untuk membuat dan menyusun undang-undang. Di mana undang-undang ini berfungsi
menjalankan secara terperinci mengenai semua aturan dasar yang disebutkan dalam UUD
1945. Kekuasaan legislatif di Indonesia dipegang oleh Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPR, yang keanggotaannya dipilih langsung oleh rakyat melalui pemilihan umum setelah
diajukan oleh partai peserta pemilu. Tugas dan wewenang DPR disebutkan dengan jelas
dalam pasal 20 ayat 1 UUD 1945. Tugas dan wewenangnya, antara lain :
x
terdiri dari seluruh anggota DPR dan DPD. MPR hanya ada di tingkat pusat. Contoh
kekuasaan konstitutif MPR berkaitan dengan tugas dan fungsi MPR, antara lain :
10
Edie Toet Hendratno, 2009, Negara Kesatuan, Desentralisasi, Dan Federalisme, Graha Ilmu, Yogyakarta, h.
83
xi
Memberikan grasi dan rehabilitasi dengan pertimbangan mahkamah
Agung dan memberikan amnesti dan abolisi degan pertimbangan dari
DPR.
Memberikan gelar, tanda jasa, atau tanda kehormatan kepada siapa saja
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Meresmikan anggota BPK yang dipilih oleh DPR, menetapkan Hakim
Agung dari calon yang diusulkan Komisi Yudisial dan disetujui DPR,
dan menetapkan hakim konstitusi dari calon yang diusulkan Presiden,
DPR, dan Mahkamah Agung.
Mengangkat dan memberhentikan anggota Komisi Yudisial dengan
persetujaun DPR
Selain yang ditetapkan di atas, Presiden bagi Bangsa Indonesia adalah
simbol resmi negara di dunia yang berfungsi sebagai kepala negara dan
kepala pemerintahan.
11
Kusnardi Muh. dan Bintan R Saragih, 1983, Susunan Pembagian Kekuasaan Menurut Sistem Undang-
Undang Dasar 1945, PT Gramedia, Jakarta, h.180.
xii
Mengadili tingkat pertama dan kasasi di mana putusannya bersifat akhir dan final
untuk menguji UndangUndang terhadap UUD.
Memutuskan sengketa kewenangan antar lembaga negara yang kewenangannya
ada dalam konstitusi UUD 1945.
Memutuskan tentang pembubaran partai politik jika sudah tidak sesuai dengan
ketentuan UUD 1945
Memutuskan sengketa atau perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum
Memberi keputusan tentang pendapat DPR mengenai pelanggaran Presiden dan
Wakil Presiden terhadap UUD 1945.
Sementara tugas Komisi Yudisial yang juga merupakan bagian dari kekuasaan yudikatif
adalah sebagai berikut :
xiii
f). Kekuasaan Moneter
Sepintas kekuasaan moneter sama dengan kekuasaan yang dipegang oleh BPK.
Namun kekuasaan moneter ini sangat jauh berbeda dengan tugas dan wewenang BPK.
Kekuasaan moneter adalah kekuasaan yang mengatur dan menjaga kelancaran perputaran
uang di Indonesia. Dan yang terpenting dari kekuasaan ini adalah kekuasaan untuk
menjaga kestabilan nilai rupiah di pasar nasional dan internasional. Kekuasaan ini
dipegang oleh Bank Indonesia, sebagaimana tercantum dalam pasal 23 UUD 1945 hasil
amandemen.12
Peran dan fungsi Bank Indonesia atau BI dalam kekuasaan moneter yang diatur dalam
UUD 1945, antara lain :
Kekuasaan negara secara vertikal berarti kekuasaan yang berjenjang dari atas ke
bawah, di mana di tingkat atas mempunyai kekuasaan lebih tinggi daripada di bawahnya.
Dalam pemerintahan di Indonesia, hal tersebut dilaksanakan antara hubungan
12
Ibid
xiv
pemerintahan pusat dan pemerintah daerah. Pelaksanaannya, sesuai dengan yang tertulis
di UUD 1945 bahwa Indonesia adalah negara kesatuan, maka menggunakan prinsip-
prinsip otonomi daerah. Otonomi daerah yang menggabungkan beberapa asas otonomi
daerah sekaligus, yaitu sentralisasi, desentralisasi, dan dekonsentrasi. Pengertian daerah
otonom yang menjadi bagian dari pelaksanaan otonomi daerah adalah penerima
pelimpahan wewenang yang diberikan dari pengertian pemerintah pusat dan pemerintah
daerah. Artinya pemerintah pusat dan pemerintah daerah mempunyai tugas dan
wewenang masing-masing.13
Pemerintah pusat, identik dengan pemerintahan yang terletak di ibu kota. Yang
termasuk pemerintah pusat adalah semua lembaga negara. Macam-macam kekuasaan
negara yang telah disebutkan dalam kekuasaan horizontal adalah pemerintah pusat.
Namun, secara umum yang dikenal dengan sebutan pemerintah pusat adalah kekuasaan
legislatif dan kekuasaan eksekutif.
Tugas dan wewenang pemerintah pusat ini juga diatur dalam pasal 18 UUD 1945 dan UU
Nomor 32 tahun 2004. Tugas tersebut, antara lain :
Melakukan dan Mengatur Politik Luar Negeri Indonesia. Sesuai dengan salah
satu tujuan pembangunan nasional adalah ikut serta melaksanakan ketertiban
dunia pada pokok pikiran pembukaan UUD 194, sudah banyak kiprah Indonesia
di luar negeri. Hal ini terkait dengan politik bebas aktif yang diterapkan.
Pengaturan dan penetapan seluruh kebijakan politik luar negeri dilakukan oleh
pemerintah pusat.
Mengatur Bidang Pertahanan dan Kemanan Nasional. Indonesia adalah negara
dengan keberagaman terbesar di dunia. Ditambah dengan wilayahnya yang
sangat membentang luas dan jika diukur merupakan salah satu negara dengan
garis pantai terpanjang di dunia. Oleh karena itu, tugas pemerintah pusat
mengatur dan menjaga pertahanan dan keamanan nasional. Pengaturan menjadi
upaya menjaga keutuhan negara NKRI.
Mengatur Jalannya Proses Kehakiman. Proses kehakiman oleh lembaga-lembaga
peradilan terletak pada pemerintah pusat. terkait dengan kekuasaan negara
yudikatif juga ada pada pemerintah pusat. Dengan pengaturan, proses kehakiman
13
HAW. Widjaja, 1998, Percontohan Otonomi Daerah di Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta, h. 147.
xv
di semua wilayah Indonesia adalah sama. Semua warga negara dan rakyat
Indonesia mempunyai posisi yang sama di mata hukum.
Mengatur Kebijakan Moneter. Kebijakan moneter atau keuangan dan fiskal juga
diatur oleh pemerintah pusat. Berkaitan erat dengan sistem pembayaran,
pengaturan bank, dan lain-lain yang seragam di semua wilayah Indonesia tanpa
terkecuali.
Mengatur Agama di Indonesia, Indonesia mengakui 5 agama resmi dan satu
kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di tengah keberagaman yang ada,
agama harus diatur oleh pemerintah agar tidak memicu konflik. Contoh
pengaturan misalnya dengan kebebasan memilih agama dan beribadah sesuai
agama dan kepercayaannya masing-masing.
14
https://www.scribd.com/document/440560705/Pembagian-dan-Pemisahan-Kekuasaan
xvi
Menyelenggarakan dan memajukan Kesehatan dan Pendidikan, Wewenang di
bidang kesehatan dan pendidikan juga menjadi milik pemerintah daerah.
Pemerintah pusat hanya memberikan kebijakan secara global. Misalnya,
pelaksanaan Ujian Nasional, penyelenggarannya diberikan kepada dinas
Pendidikan masing-masing daerah. Ini juga terkait dengan penyediaan sarana dan
pra sarana umum seperti rumah sakit dan sekolah.
Menyelenggarakan Kegiatan Ekonomi, Pemerintah daerah mempunyai
wewenang mengembangkan sumberdaya. Ini juga berarti wewenang dalam
pengembangan ekonomis sesuai potensi daerah dan mengadakan koperasi untuk
kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam pelaksanaannya tentu saja pemerintah berpedoman pada pemerintah pusat dan
berpegang teguh pada Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia.
xvii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori pembagian kekuasaan pertama kali dipopulerkan secara ilmiah oleh John
Locke seorang filosof berkebangsaan Inggris (1632-1704) dalam bukunya Two Treatises
of Government, yang terbit tahun 1690. John Locke membagi kekuasaan dalam Negara
menjadi tiga yaitu : pertama, kekuasaan membentuk undang-undang (legislatif); kedua,
kekuasaan melaksanakan undang-undang (eksekutif); dan ketiga, kekuasaan mengenai
perang dan damai, membuat perserikatan dan aliansi serta segala tindakan dengan semua
orang dan badanbadan di luar negari (federatif).
xviii
kekuasaan secara vertikal merupakan pembagian kekuasaan menurut tingkatnya, yaitu
pembagian kekuasaan antara beberapa tingkatan pemerintahan. Pembagian kekuasaan
horizontal pada tingkat pemerintahan pusat mengalami pergeseran setelah terjadinya
perubahan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menjadi enam kekuasaan negara
yaitu kekuasaan konstitutif, kekuasaan eksekutif, kekuasaan legislatif, kekuasaan
yudikatif, eksaminatif/inspektif dan kekuasaan moneter. Sedangkan pembagian
kekuasaan horizontal pada tingkat pemerintahan daerah berlangsung antara lembaga-
lembaga daerah yang sederajat, yaitu antara Pemerintah Daerah (prov/kab/kota) dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD prov/kab/kota). Pembagian kekuasaan secara
vertikal berlangsung antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah (pemerintahan
provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota).
B. SARAN
Sebaiknya Asas-Asas teori yang telah dicetuskan oleh para ahli perlu pengevaluasian
yang ketat jika diterapkan dalam pembagian kekuasaan. Karena setiap negara mempunyai
culture otonomi yang berbeda-beda, pada prinsipnya teori-teori tersebut muncul dari
peradaban eropa yang diratifikasi atau digunakan oleh setiap negara. Maka dari itu
khususnya dalam negara kesatuan republic Indonesia perlu memikirkan konsep mana
yang bisa diselaraskan dan ditambah sesuai keadaan masyarakat asli Indonesia.
xix
DAFTAR PUSTAKA
xx