Anda di halaman 1dari 17

LEMBAGA NEGARA DAN LEMBAGA INDEPENDEN

Disusun untuk memenuhi tugas kelompok


Mata kuliah Hukum Tata Negara
Dosen Pengampu : Hasan M. Noer, S.H.,M.H.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 8


1. Dian Utari
2. Annisaul Khoiriyyah

PROGRAM STUDI AKHWAL AL-SYAKHSIYYAH


FAKULTAS SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NURUL IMAN
TAHUN AJARAN 1443 H /2022 M
Jl. Nurul iman no. 1, Parung, Bogor - Jawa barat
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,


Segala puji bagi yang telah melimpahkan segala nikmat rohani dan jasmani sholawat
serta salam kami limpahkan kepada junjungan nabi besar kita Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari zaman jahilliah ke zaman Islamiyah, semoga syafa`at beliau sampai
kepada kita semua Aamiin.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen mata kuliah Hukum
Tata Negara yang telah memberikan tugas kepada kami. Kami juga ingin mengucapkan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran bagi para pembaca yang sifat nya membangun guna
kesempurnaan makalah ini.

Bekasi, 3 April 2022

Kelompok 8

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................I


DAFTAR ISI .................................................................................................................II
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................2
C. Tujuan Penelitian ..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3
A. Lembaga Negara .................................................................................................3
B. Lembaga Independen ..........................................................................................7
BAB III PENUTUP .......................................................................................................12
A. Kesimpulan .........................................................................................................12
B. Saran ..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................14

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Lembaga Negara yaitu pembagian tugas-tugas kepada pemerintah yang berkuasa,
dimana yang memerintah tidak hanya satu dua orang tetapiterdiri dari beberapa lembaga,
organisasi dan sebagainya. Pemerintahan pusat terbagi tiga yaitu legislatif, eksekutif dan
yudikatif, yang dimana memiliki tugas yang berbeda-beda dan terpisah satu sama lainnya.
Sistemketatanegaraan Indonesia telah mengalami perubahan setelah adanya
amandemenUUD 1945 yang dilakukan MPR pasca-Orde Baru. Perubahan tersebut
dilatarbelakangi adanya kehendak untuk membangun pemerintahan yang demokratisdan
seimbang diantara cabang-cabang kekuasaan, mewujudkan supremasi hukum
dankeadilan, serta menjamin dan melindungi hak asasi manusia.Pada hukum tata negara
terdapat kaidah-kaidah yang mendelegasi kekuasaandari pembuat UUD pada pembuat
UU, dari organ yang tertinggi kepada organ yanglebih rendah untuk membuat aturan-
aturan yang berlaku.
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), dimanaterjadi pemisahan
kekuasaan yang bersifat horizontal dalam artian kekuasaandipisah-pisahkan ke dalam
fungsi-fungsi, yang tercermin dalam lembaga-lembaga negara yang sederajat dan saling
mengimbangi (checks and balances).1 Pemisahan atau pembagian kekuasaan
dimaksudkan untukmembatasi kekuasaan negara dari kemungkinan menjadi sumber
penindasan dan tindakan sewenang-wenang penguasa. Lembaga negara merupakan
konsekuensi logis dari pemisahan kekuasaan.Dalam perkembangannya, muncul lembaga-
lembaga negara baru yangdikategorikan sebagai lembaga negara independen sebagai
akibat dariketidakpercayaan atas lembaga yang sudah ada.2
Di Indonesia, kehadiranlembaga negara independen semakin banyak setelah
perubahan UUD Negara RITahun 1945. Berbagai lembaga negara independen tersebut
tidak dibentukdengan dasar hukum yang seragam. Beberapa diantaranya berdiri atas
amanat konstitusi, namun ada pula yang memperoleh legitimasi berdasarkan Undang-
Undang ataupun Keputusan Presiden.3Lembaga-lembaga negara independen tersebut
dikategorikan sebagai lembaga negara tersendiri yangterpisah dari cabang kekuasaan

1
Zainal Arifin Mochtar. 2016. Lembaga Negara Independen. Jakarta: PT Grafindo Persada. hlm.29-30.
2
Ibid h. 32.
3
Mexsasai Indra. 2011. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Refika Aditama.hlm.161.
1
lainnya.4Kelahiran lembaga-lembaga barunegara, dengan masing-masing tugas dan
kewenangannya, tidak lepas dari idedasar tentang pembatasan dan pembagian kekuasaan
dalam pelaksanaan tugaskekuasaan negara yang berkembang sebagai manifestasi dari
gagasan demokrasikonstitusional.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lembaga negara dan yang mencakup lembaga negara?
2. Apa itu lembaga independen dan yang mencakup lembaga independen?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dibuat nya makalah ini, yaitu:

1. Dapat mengetahui yang dimaksud lembaga negara dan jajarannya


2. Dapat mengetahui yang dimaksud lembaga independen dan jajarannya

4
Zainal Arifin Mochtar. op.cit. hlm. 2.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Lembaga Negara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “lembaga” antara lain
diartikan: 1. Badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan
atau melakukan suatu usaha; dan 2. Pola perilaku manusia yang mapan yang terdiri atas
interaksi sosial yang berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan. Dalam bahasa
Inggris, lembaga negara digunakan istilah political institution. Dalam bahasa Indonesia,
hal ini identik dengan lembaga negara, badan negara atau organ negara. Dalam undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) sebelum
perubahan, istilah “lembaga” tidak ada. Yang ada adalah istilah “badan”. Kata “badan”
muncul juga dalam Pasal II Aturan Peralihan di mana kata “badan” dilengkapi dengan
kata “negara” sehingga menjadi istilah “badan negara”, dan dalam Penjelasan
penggunaan istilah “badan” juga konsisten dilakukan. Istilah “lembaga negara” muncul
pertama kalinya pada awal Orde Baru, tepatnya dalam Ketetapan MPR Nomor
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan Republik Indonesia.Melalui Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978,
istilah lembaga negara mulai menemukan konsepnya karena ketetapan MPR tersebut
membagi lembaga negara ke dalam dua kategori, yaitu lembaga tertinggi negara dan
lembaga tinggi negara.5
Fungsi, kedudukan, dan kewenangan lembaga tinggi negara di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 adalah dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang disahkan sejak 18 Agustus 1945. UUD 1945 telah mengalami perubahan
atau amandemen sebanyak empat kali, mulai dari tahun 1999 - 2002. Salah satunya
perubahan terhadap sistem ketatanegaraan atau struktur lembaga tinggi
negara.Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 membawa perubahan besar terhadap
ketatanegaraan dan perundangan di Indonesia. Di antara perubahan-perubahan tersebut
adalah kekuasaan dan kewenangan lembaga-lembaga Negara, ketentuan tentang Hak
Asasi Manusia yang sangat minim dalam UUD 1945 dan kehidupan demokrasi yang

5
Nyoman Mas Ayani & Bagus Hermanto, 2019, GAGASAN PERLUASAN LEMBAGA NEGARA SEBAGAI PIHAK
PEMOHON DALAM SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA DI MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA, Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali, hlm. 176-177.
3
kesemuanya ditujukan pada perbaikan yang mengarah pada keterbukaan dan peran serta
rakyat yang semakin luas. Perbandingan sistem ketatanegaraan di Indonesia sebelum dan
sesudah pelaksanaan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 khususnya masa
pemerintahan Orde Baru dengan pemerintahan era reformasi.

1. Masa Pemerintahan Orde Baru Orde Baru


Dibawah pimpinan Soeharto lahir dengan tekad untuk melakukan koreksi atas
berbagai penyimpangan dan kebobrokan Demokrasi Terpimpin pada Era Orde
Lama. Pada awalnya Orde Baru berupaya untuk memperbaiki nasib bangsa dalam
berbagai bidang. Dalam bidang Politik dibuatlah UU No. 15 Tahun 1969 tentang
Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD. Atas dasar Undang-Undang
tersebut Orde Baru mengadakan pemilihan umum pertama tahun 1971.Ambisi
penguasa Orde Baru mulai merambah ke seluruh sendi-sendi kehidupan
ketatanegaraan Indonesia. Penafsiran pasal-pasal UUD 1945 tidak dilaksanakan
sesuai dengan isi yang tertuang dalam UUD tersebut, melainkan dimanipulasi
demi kepentingan sang penguasa. Realisasi kekuasaan dalam UUD 1945 praktis
lebih banyak memberikan porsi pada presiden. Sesungguhnya UUD 1945 memang
memberi wewenang yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Namun,
Presiden hanyalah mandataris MPR serta dalam menjalankan pemerintahan
diawasi oleh DPR. Dalam kenyataan di lapangan, posisi legislative berada di
bawah presiden. Seperti tampak dalam UU No. 16 Tahun 1969 Tentang Susunan
dan Kedudukan MPR, DPR dan DPRD, UU No. 3 Tahun 1975 tentang Partai
Politik dan Golongan Karya, serta UU No. 15 Tahun 1969 tentang Pemilihan
Umum, posisi Presiden terlihat sangat dominan.Dengan paket Undang-Undang
politik tersebut praktis secara politis kekuasaan legislatif berada di bawah
presiden. Akibat kekuasaan yang nyaris tanpa kontrol tersebut akhirnya
menjadikan penguasa Orde Baru cenderung melakukan penyimpangan hampir di
semua sendi kehidupan bernegara.
Secara konstitusional.sistem ketatanegaraan Indonesia pada masa pemerintahan
orde baru menggunakan UUD 1945. Secara prinsip terdapat lima kekuasaan
pemerintah Negara Republik Indonesia menurut UUD 1945, yaitu:
a. Kekuasaan menjalankan perundang-undangan Negara, disebut juga kekuasaan
eksekutif dilakukan oleh pemerintah (presiden).
4
b. Kekuasaan memberikan pertimbangan kenegaraan kepada pemerintah, disebut
juga kekuasaan konsultatif dilakukan oleh dewan Pertimbangan Agung.
c. Kekuasaan membentuk perundangundangan Negara atau kekuasaan
legislative, dilakukan oleh Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan
presiden.
d. Kekuasaan mengadakan pemeriksaan keuangan Negara, disebut kekuasaan
eksaminatif atau kekuasaan inspektif, dilakukan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan.
e. Kekuasaan mempertahankan perudangundangan Negara atau kekuasaan
Yudikatif, dilakukan oleh Mahkamah Agung.6
Republik Indonesia tidak menganut asas Trias Politica seperti yang diajarkan
Montesqueau, Indonesia tidak menganut asas pemisahan kekuasaan, melainkan
pembagian kekuasaan. Kekuasaan tertinggi negara justru disatukan bukan dipisahkan
dalam satu lembaga tertinggi negara yang merupakan penjelmaan seluruh rakyat
Indonesia (MPR).Kekuasaan legislatif dilimpahkan kepada DPR bersama-sama dengan
presiden. Kekuasaan eksekutif di tangan presiden, kekuasaan yudikatif ada di tangan
Mahkamah Agung dan badan-badan peradilan, namun sebagian juga di tangan presiden.
Selain itu juga terdapat DPA (Dewan Pertimbangan Agung) dan BPK (Badan Pengawas
Keuangan) yang masingmasing sebagai lembaga tinggi Negara yang berfungsi untuk
menjamin jalannya pemerintahan yang efektif.7

2. Pelaksanaan UUD 1945 Masa Orde Baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran
pasal 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk
menghancurkan hutan dan sumberalam yang lain. Pada masa Orde Baru, UUD
1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah
peraturan:

6
C.S.T Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Aksara Baru, 1978, hlm. 83.
7
Oetojo Oesman, Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Jakarta: BP7 Pusat, 1991, hlm 295.
5
a. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya.
b. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
d. Konvensi Dalam Praktek ketatanegaraan RI pada masa Orde Baru Dalam
praktek ketatanegaraan RI konvensi digunakan sebagai pelengkap UUD
1945,fungsi dari konvensi berperan sebagai patner untuk memperkokoh
kehidupan ketatanegaraan Indonesia di bawah sistem UUD 1945, konvensi
merupakan hukum dasar tak tertulis yang dalam peranannnya tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945.8

3. Sistem Ketatanegaraan Sesudah Amandemen UUD 1945


Salah satu agenda penting dari gerakan reformasi adalah amandemen terhadap
UUD 1945 yang kemudian berhasil dilaksanakan selama 4 tahun berturut urut
melalui Sidang Tahunan MPR yaitu tahun 1999, 2000,2001 dan tahun 2002.
Reformasi dalam sistem perundang - undangan Indonesia ini dilakukan dengan
pertimbangan penyesuaian dengan kondisi negara dan masyarakat Indonesia.
Diharapkan dengan diadakannya amandemen , UUD 1945 sebagai dasar hukum
negara Indonesia bisa lebih menyerap kebutuhan rakyat serta sesuai dengan
kondisi yang terjadi saat ini. Karena UUD 1945 setelah amandemen dianggap
lebih demokratis bila dibandingkan dengan UUD 1945 sebelumnya.Latar
Belakang pelaksanaan Amandemen UUD 1945:
a. Undang-Undang Dasar 1945 membentuk struktur ketatanegaraan yang
bertumpu pada kekuasaan tertinggi di tangan MPR yang sepenuhnya
melaksanakan kedaulatan rakyat. Hal ini berakibat pada tidak terjadinya
checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.
b. Undang-Undang Dasar 1945 memberikan kekuasaan yang sangat besar kepada
pemegang kekuasaan eksekutif (Presiden). Sistem yang dianut UUD 1945

8
Macheda.blog.uns.ac.id.Sejarah Ketatanegaraan
6
adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden
dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak
prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan
kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
c. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya
Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
d. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.

B. Lembaga Independen
Bentuk keorganisasian modern mengalami perkembangan-perkembangan yang
sangat pesat, khususnya yang berkaitan dengan inovasi-inovasi yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Di era demokrasi dan reformasi saat ini, perkembangan-
perkembangan baru telah terjadi di Indonesia, dimana muncul kesadaran yang semakin
kuat tentang badan-badan negara tertentu yang harus dikembangkan secara independen.
Independen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu yang berdiri sendiri atau tidak
terikat dalam pihak lain. Secara etimologi kata “Independen” berasal dari bahasa Inggris,
yaitu Independent, yang berarti merdeka, berdikari, tidak bergantung kepada orang lain,
berdaulat. Lembaga independen atau lembaga nonstruktural yaitu lembaga yang dibentuk
melalui peraturan perundang-undangan tertentu guna menunjang pelaksanaan fungsi
negara dan pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta dan
masyarakat sipil, serta dibiayai oleh anggaran negara.
Lembaga negara independen atau state auxiliary agency adalah lembaga negara
yang berfungsi sebagai penunjang dari fungsi lembaga negara yang masuk dalam alat
kelengkapan negara. Lembaga negara independen berada di luar struktur pemerintah
namun keberadaannya bersifat publik. Sumber pendanaan lembaga negara independen
berasal dari negara, dan bertujuan untuk kepentingan publik.Munculnya lembaga negara
independen didorong oleh tuntutan masyarakat atas prinsip demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintah melalui lembaga akuntabel, independen, dan dapat
7
dipercaya.9Hadirnya lembaga negara independen juga karena adanya keterbukaan
yang mendorong masifikasi kepentingan dan tuntutan masyarakat sebagai dampak
modernisasi sekaligus perubahan sosial politik dalam masyarakat yang selama ini kurang
sekali diagregasikan secara memadai oleh lembaga-lembaga negara yang tersedia.
Perubahan-perubahan sosial politik tersebut juga telah melahirkan pergeseran paradigma
dalam melihat pembedaan secara tegas ranah negara dan ranah non-negara yang menjadi
skema dasar dan konstruksi argumentasi trias politica.10
Lembaga negara independen dalam sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting
pada saat komisi tersebut akan melaksanakan fungsi, tugas, dan kewenangannya sebagai
lembaga negara pembantu yang di sekelilingnya telah berdiri lembaga-lembaga negara
yang jelas satu sama lain. Lukman Hakim menyatakan strategis tidaknya sebuah komisi
akan sangat ditentukan oleh kuat lemahnya kedudukan komisi tersebut dibandingkan
lembaga-lembaganegara lain. Pengkajian karenanya diperlukan untuk melihat apakah
komisi-komisi ini berkedudukan setara satu sama lain.11Secara teoritis, lembaga negara
independen bermula dari kehendak negara untuk membuat lembaga negara baru yang
pengisian anggotanya diambil dari unsur non-negara, diberi otoritas negara, dan dibiayai
oleh negara tanpa harus menjadi pegawai negara.Munculnya lembaga negara independen
dimaksudkan pula untuk menjawab tuntutan masyarakat atas terciptanya prinsip-prinsip
demokrasi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan melalui lembaga yang akuntabel,
independen, serta dapat dipercaya.
Ada lembaga negara independen yang lahir atau dibentuk berdasarkan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR), Undang-Undang (UU), Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan
Presiden (Perpres) dan Peraturan Pemerintah (PP). Lukman Hakim menyatakan bahwa
pelembagaan komisi negara dalam sistem ketatanegaraan ini memberi dasar bagi
pencermatan pengaturan lebih lanjut lembaga-lembaga negara yang hadir sebagai alat
perlengkapan baru, khususnya untuk terbentuknya tatanan negara dan tatanan
pemerintahan yang efisien dan efektif.12Tujuan dibentuknya lembaga negara independen

9
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/10/01000061/daftar-lembaga-negara-independen
10
Laurensius Arliman S, kedudukan lembaga negara independen di Indonesia untuk mencapai tujuan negara
hukum, Jurnal Kertha Semaya, padang, Vol. 8, No.7, Tahun 2020, hlm. 1035.
11
Lukman Hakim, Kedudukan Hukum Komisi Negara di Indonesia, Program Pascasarjana Universitas
Brawijaya Malang, Puskasi Universitas Widyagama Malang, dan Setara Press, Malang. 2010, h.7.
12
Lukman Hakim. Pelembagaan Komisi-Komisi Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal
Konstitusi Puskasi Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, Vol. 2, No. 2. (2009). h. 15.
8
ini menurut Hendra Nurtjahjo karena dua hal yaitu: karena adanya tugas-tugas
kenegaraan yang semakin kompleks yang memerlukan independensi yang cukup untuk
operasionalisasinya dan adanya upaya empowerment terhadap tugas lembaga negara yang
sudah ada melalui cara membentuk lembaga baru yang lebih spesifik.13

13
Hendra Nurtjahjo. Lembaga, Badan, Dan Komisi Negara Independen (State Auxiliary Agencies) Di Indonesia,
Jurnal Hukum & Pembangunan Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, Vol. 35. No. 3, (2005). h. 280.
9
1. Lembaga Negara Independen di Indonesia
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah terjadi
sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto. Kemunculan lembaga baru seperti ini pun
bukan merupakan satunya-satunya di dunia. Di negara yang sedang menjalani proses
transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara yang baru. Berdirinya
lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam sistem pemerintahan. Teori
klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan untuk menganalisis relasi kekuasaan
antarlembaga negara. Untuk menentukan institusi mana saja yang disebut sebagai
lembaga negara bantu dalam struktur ketatanegaraan RI terlebih dahulu harus dilakukan
pemilahan terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkandasar pembentukannya.
Pascaperubahan konstitusi,Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok.Pertama,lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah UUD Negara RI
Tahun 1945 (constitutionallyentrusted power).Kedua, lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan perintah undang-undang (legislativelyentrusted power).Dan ketiga, lembaga
negara yang dibentuk atas dasar perintah keputusan presiden.14
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara RI Tahun 1945, yaitu:
1. Presiden dan Wakil Presiden
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Dewan Perwakilan Daerah
5. Badan Pemeriksa Keuangan
6. Mahkamah Agung
7. Mahkamah Konstitusi
8. Komisi Yudisial
Berdasarkan catatan lembaga swadaya masyarakat Konsorsium Reformasi Hukum
Nasional (KRHN), paling tidak terdapat sepuluh lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah undang-undang. Lembaga-lembaga tersebut yaitu:
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)

14
Jimly Asshiddiqie (e), “Perkembangan Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD 1945 dan Tantangan Pembaruan
Pendidikan Hukum Indonesia,” (makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Perkembangan
Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD 1945 dan Pembaruan Kurikulum Pendidikan Hukum Indonesia, Jakarta,
7 September 2004), hal. 7
10
3. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
5. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)
6. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas Perlindungan Anak)
7. Komisi Kepolisian Nasional
8. Komisi Kejaksaan
9. Dewan Pers
10. Dewan Pendidikan
Jumlah ini kemungkinan dapat bertambah atau berkurang mengingat lembaga
negara dalam kelompok ini tidak bersifat permanen melainkan bergantung pada
kebutuhan negara misalnya, KPK dibentuk karena dorongan kenyataan bahwa fungsi
lembaga-lembaga yang sudah ada sebelumnya, seperti kepolisian dan kejaksaan,
dianggap tidak maksimal atau tidak efektif dalam melakukan pemberantasan
korupsi.Apabila kelak, korupsi dapat diberantas dengan efektif oleh kepolisian dan
kejaksaan, maka keberadaan KPK dapat ditinjau kembali.
Sementara itu, lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara lain
adalah Komisi OmbudsmanNasional (KON), Komisi Hukum Nasional (KHN), Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Dewan Maritim
Nasional(DMN), Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Dewan Pengembangan Usaha
Nasional (DPUN), Dewan Riset Nasional (DRN), Dewan Pembina Industri Strategis
(DPIS), Dewan Buku Nasional (DBN), serta lembaga-lembaga non-departemen.
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut dalam
penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-lembaga negara
yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan publik
terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam menyelesaikan persoalan
ketatanegaraan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lembaga negara atau lembaga pemerintahan “Civilizated Organization”yaitu
lembaga yang dibuat oleh negara, dari negara dan untuk negara yang bertujuan untuk
membangun negara itu sendiri. Lembaga negara Indonesia dibentuk berdasarkan UUD,
UU, atau peraturan yang lebih rendah.

LEMBAGA NEGARA MENURUT UUD 1945 HASIL AMANDEMEN

YUDIKATIF EKSEKUTIF LEGISLATIF EKSAMINATIF

MAHKAMAH PRESIDEN & MPR-RI BPK-RI


AGUNG WAKIL
DPR-RI
PRESIDEN
MAHKAMAH
DPD-RI
KONSTITUSI

Dalam undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI Tahun 1945) sebelum perubahan, istilah “lembaga” tidak ada. Yang ada adalah
istilah “badan”. Kata “badan” muncul juga dalam Pasal II Aturan Peralihan di mana kata
“badan” dilengkapi dengan kata “negara” sehingga menjadi istilah “badan negara”, dan
dalam Penjelasan penggunaan istilah “badan” juga konsisten dilakukan. Istilah “lembaga
negara” muncul pertama kalinya pada awal Orde Baru, tepatnya dalam Ketetapan MPR
Nomor XX/MPRS/1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan Republik Indonesia. Melalui Ketetapan MPR Nomor
III/MPR/1978, istilah lembaga negara mulai menemukan konsepnya karena ketetapan
MPR tersebut membagi lembaga negara ke dalam dua kategori, yaitu lembaga tertinggi
negara dan lembaga tinggi negara.

12
Lembaga negara independen atau state auxiliary agency adalah lembaga negara
yang berfungsi sebagai penunjang dari fungsi lembaga negara yang masuk dalam alat
kelengkapan negara. Lembaga negara independen berada di luar struktur pemerintah
namun keberadaannya bersifat publik. Sumber pendanaan lembaga negara independen
berasal dari negara, dan bertujuan untuk kepentingan publik. Munculnya lembaga negara
independen didorong oleh tuntutan masyarakat atas prinsip demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintah melalui lembaga akuntabel, independen, dan dapat
dipercaya.Ada lembaga negara independen yang lahir atau dibentuk berdasarkan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR), Undang-Undang (UU),
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Keputusan Presiden (Keppres),
Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Pemerintah (PP).

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna dan tentunya akan terus memperbaiki makalah ini dengan sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

13
DAFTAR PUSTAKA

Zainal Arifin Mochtar. 2016. Lembaga Negara Independen. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Mexsasai Indra. 2011. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Refika Aditama.
Nyoman Mas Ayani & Bagus Hermanto, 2019, GAGASAN PERLUASAN LEMBAGA NEGARA
SEBAGAI PIHAK PEMOHON DALAM SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA
DI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Fakultas Hukum Universitas Udayana
Bali.
Jimly Asshiddiqie (e), “Perkembangan Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD 1945 dan
Tantangan Pembaruan Pendidikan Hukum Indonesia,” (makalah disampaikan pada
Seminar dan Lokakarya Nasional Perkembangan Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD
1945 dan Pembaruan Kurikulum Pendidikan Hukum Indonesia, Jakarta, 7 September 2004).
C.S.T Kansil,1978,Sistem Pemerintah Indonesia,Jakarta,Aksara Baru.
Oesman Oetojo, 1991, Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Jakarta,BP7 Pusat.
Laurensius Arliman S, 2020, Kedudukan Lembaga Negara Independen di Indonesia untuk
Mencapai Tujuan Negara Hukum ,Padang,Jurnal Kertha Semaya.
Lukman Hakim, 2010, Kedudukan Hukum Komisi Negara di Indonesia,Program
Pascasarjana Brawijaya Malang, Puskasi Universitas Widyagama Malang dan Setara Press
Malang.
Lukman Hakim, 2009, Pelembagaan Komisi-komisi Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia,Jurnal Konstitusi Puskasi Fakultas Hukum Universitas Widyagama
Malang.
Hendra Nurtjhano,2005, Lembaga Badan dan Komisi Negara Independen (State Auxiliary
Agencies) di Indonesia,Jurnal Hukum dan Pembangunan Fakultas Hukum Universitas
Indonesia.
Macheda.blog.uns.ac.id.Sejarah Ketatanegaraan.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/10/01000061/daftar-lembaga-negara-
independen

14

Anda mungkin juga menyukai