Kelompok 8
I
DAFTAR ISI
II
BAB I
PENDAHULUAN
1
Zainal Arifin Mochtar. 2016. Lembaga Negara Independen. Jakarta: PT Grafindo Persada. hlm.29-30.
2
Ibid h. 32.
3
Mexsasai Indra. 2011. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Refika Aditama.hlm.161.
1
lainnya.4Kelahiran lembaga-lembaga barunegara, dengan masing-masing tugas dan
kewenangannya, tidak lepas dari idedasar tentang pembatasan dan pembagian kekuasaan
dalam pelaksanaan tugaskekuasaan negara yang berkembang sebagai manifestasi dari
gagasan demokrasikonstitusional.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu lembaga negara dan yang mencakup lembaga negara?
2. Apa itu lembaga independen dan yang mencakup lembaga independen?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dibuat nya makalah ini, yaitu:
4
Zainal Arifin Mochtar. op.cit. hlm. 2.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lembaga Negara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata “lembaga” antara lain
diartikan: 1. Badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan
atau melakukan suatu usaha; dan 2. Pola perilaku manusia yang mapan yang terdiri atas
interaksi sosial yang berstruktur di suatu kerangka nilai yang relevan. Dalam bahasa
Inggris, lembaga negara digunakan istilah political institution. Dalam bahasa Indonesia,
hal ini identik dengan lembaga negara, badan negara atau organ negara. Dalam undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) sebelum
perubahan, istilah “lembaga” tidak ada. Yang ada adalah istilah “badan”. Kata “badan”
muncul juga dalam Pasal II Aturan Peralihan di mana kata “badan” dilengkapi dengan
kata “negara” sehingga menjadi istilah “badan negara”, dan dalam Penjelasan
penggunaan istilah “badan” juga konsisten dilakukan. Istilah “lembaga negara” muncul
pertama kalinya pada awal Orde Baru, tepatnya dalam Ketetapan MPR Nomor
XX/MPRS/1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong
mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan Republik Indonesia.Melalui Ketetapan MPR Nomor III/MPR/1978,
istilah lembaga negara mulai menemukan konsepnya karena ketetapan MPR tersebut
membagi lembaga negara ke dalam dua kategori, yaitu lembaga tertinggi negara dan
lembaga tinggi negara.5
Fungsi, kedudukan, dan kewenangan lembaga tinggi negara di Indonesia diatur
dalam Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 adalah dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang disahkan sejak 18 Agustus 1945. UUD 1945 telah mengalami perubahan
atau amandemen sebanyak empat kali, mulai dari tahun 1999 - 2002. Salah satunya
perubahan terhadap sistem ketatanegaraan atau struktur lembaga tinggi
negara.Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 membawa perubahan besar terhadap
ketatanegaraan dan perundangan di Indonesia. Di antara perubahan-perubahan tersebut
adalah kekuasaan dan kewenangan lembaga-lembaga Negara, ketentuan tentang Hak
Asasi Manusia yang sangat minim dalam UUD 1945 dan kehidupan demokrasi yang
5
Nyoman Mas Ayani & Bagus Hermanto, 2019, GAGASAN PERLUASAN LEMBAGA NEGARA SEBAGAI PIHAK
PEMOHON DALAM SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA DI MAHKAMAH KONSTITUSI
REPUBLIK INDONESIA, Fakultas Hukum Universitas Udayana Bali, hlm. 176-177.
3
kesemuanya ditujukan pada perbaikan yang mengarah pada keterbukaan dan peran serta
rakyat yang semakin luas. Perbandingan sistem ketatanegaraan di Indonesia sebelum dan
sesudah pelaksanaan amandemen Undang-Undang Dasar 1945 khususnya masa
pemerintahan Orde Baru dengan pemerintahan era reformasi.
2. Pelaksanaan UUD 1945 Masa Orde Baru 11 Maret 1966- 21 Mei 1998
Masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD
1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen. Namun pelaksanaannya ternyata
menyimpang dari Pancasila dan UUD 1945 yang murni, terutama pelanggaran
pasal 33 UUD 1945 yang memberi kekuasaan pada pihak swasta untuk
menghancurkan hutan dan sumberalam yang lain. Pada masa Orde Baru, UUD
1945 juga menjadi konstitusi yang sangat "sakral", di antara melalui sejumlah
peraturan:
6
C.S.T Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia. Jakarta: Aksara Baru, 1978, hlm. 83.
7
Oetojo Oesman, Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Jakarta: BP7 Pusat, 1991, hlm 295.
5
a. Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa MPR
berketetapan untuk mempertahankan UUD 1945, tidak berkehendak akan
melakukan perubahan terhadapnya.
b. Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983 tentang Referendum yang antara lain
menyatakan bahwa bila MPR berkehendak mengubah UUD 1945, terlebih
dahulu harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan
pelaksanaan TAP MPR Nomor IV/MPR/1983.
d. Konvensi Dalam Praktek ketatanegaraan RI pada masa Orde Baru Dalam
praktek ketatanegaraan RI konvensi digunakan sebagai pelengkap UUD
1945,fungsi dari konvensi berperan sebagai patner untuk memperkokoh
kehidupan ketatanegaraan Indonesia di bawah sistem UUD 1945, konvensi
merupakan hukum dasar tak tertulis yang dalam peranannnya tidak boleh
bertentangan dengan UUD 1945.8
8
Macheda.blog.uns.ac.id.Sejarah Ketatanegaraan
6
adalah executive heavy yakni kekuasaan dominan berada di tangan Presiden
dilengkapi dengan berbagai hak konstitusional yang lazim disebut hak
prerogatif (antara lain: memberi grasi, amnesti, abolisi dan rehabilitasi) dan
kekuasaan legislatif karena memiliki kekuasan membentuk Undang-undang.
c. UUD 1945 mengandung pasal-pasal yang terlalu “luwes” dan “fleksibel”
sehingga dapat menimbulkan lebih dari satu penafsiran (multitafsir), misalnya
Pasal 7 UUD 1945 (sebelum di amandemen).
d. UUD 1945 terlalu banyak memberi kewenangan kepada kekuasaan Presiden
untuk mengatur hal-hal penting dengan Undang-undang. Presiden juga
memegang kekuasaan legislatif sehingga Presiden dapat merumuskan hal-hal
penting sesuai kehendaknya dalam Undang-undang.
B. Lembaga Independen
Bentuk keorganisasian modern mengalami perkembangan-perkembangan yang
sangat pesat, khususnya yang berkaitan dengan inovasi-inovasi yang tidak dapat
diabaikan begitu saja. Di era demokrasi dan reformasi saat ini, perkembangan-
perkembangan baru telah terjadi di Indonesia, dimana muncul kesadaran yang semakin
kuat tentang badan-badan negara tertentu yang harus dikembangkan secara independen.
Independen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu yang berdiri sendiri atau tidak
terikat dalam pihak lain. Secara etimologi kata “Independen” berasal dari bahasa Inggris,
yaitu Independent, yang berarti merdeka, berdikari, tidak bergantung kepada orang lain,
berdaulat. Lembaga independen atau lembaga nonstruktural yaitu lembaga yang dibentuk
melalui peraturan perundang-undangan tertentu guna menunjang pelaksanaan fungsi
negara dan pemerintah, yang dapat melibatkan unsur-unsur pemerintah, swasta dan
masyarakat sipil, serta dibiayai oleh anggaran negara.
Lembaga negara independen atau state auxiliary agency adalah lembaga negara
yang berfungsi sebagai penunjang dari fungsi lembaga negara yang masuk dalam alat
kelengkapan negara. Lembaga negara independen berada di luar struktur pemerintah
namun keberadaannya bersifat publik. Sumber pendanaan lembaga negara independen
berasal dari negara, dan bertujuan untuk kepentingan publik.Munculnya lembaga negara
independen didorong oleh tuntutan masyarakat atas prinsip demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintah melalui lembaga akuntabel, independen, dan dapat
7
dipercaya.9Hadirnya lembaga negara independen juga karena adanya keterbukaan
yang mendorong masifikasi kepentingan dan tuntutan masyarakat sebagai dampak
modernisasi sekaligus perubahan sosial politik dalam masyarakat yang selama ini kurang
sekali diagregasikan secara memadai oleh lembaga-lembaga negara yang tersedia.
Perubahan-perubahan sosial politik tersebut juga telah melahirkan pergeseran paradigma
dalam melihat pembedaan secara tegas ranah negara dan ranah non-negara yang menjadi
skema dasar dan konstruksi argumentasi trias politica.10
Lembaga negara independen dalam sistem ketatanegaraan menjadi sangat penting
pada saat komisi tersebut akan melaksanakan fungsi, tugas, dan kewenangannya sebagai
lembaga negara pembantu yang di sekelilingnya telah berdiri lembaga-lembaga negara
yang jelas satu sama lain. Lukman Hakim menyatakan strategis tidaknya sebuah komisi
akan sangat ditentukan oleh kuat lemahnya kedudukan komisi tersebut dibandingkan
lembaga-lembaganegara lain. Pengkajian karenanya diperlukan untuk melihat apakah
komisi-komisi ini berkedudukan setara satu sama lain.11Secara teoritis, lembaga negara
independen bermula dari kehendak negara untuk membuat lembaga negara baru yang
pengisian anggotanya diambil dari unsur non-negara, diberi otoritas negara, dan dibiayai
oleh negara tanpa harus menjadi pegawai negara.Munculnya lembaga negara independen
dimaksudkan pula untuk menjawab tuntutan masyarakat atas terciptanya prinsip-prinsip
demokrasi dalam setiap penyelenggaraan pemerintahan melalui lembaga yang akuntabel,
independen, serta dapat dipercaya.
Ada lembaga negara independen yang lahir atau dibentuk berdasarkan Ketetapan
Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR), Undang-Undang (UU), Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Keputusan Presiden (Keppres), Peraturan
Presiden (Perpres) dan Peraturan Pemerintah (PP). Lukman Hakim menyatakan bahwa
pelembagaan komisi negara dalam sistem ketatanegaraan ini memberi dasar bagi
pencermatan pengaturan lebih lanjut lembaga-lembaga negara yang hadir sebagai alat
perlengkapan baru, khususnya untuk terbentuknya tatanan negara dan tatanan
pemerintahan yang efisien dan efektif.12Tujuan dibentuknya lembaga negara independen
9
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/10/01000061/daftar-lembaga-negara-independen
10
Laurensius Arliman S, kedudukan lembaga negara independen di Indonesia untuk mencapai tujuan negara
hukum, Jurnal Kertha Semaya, padang, Vol. 8, No.7, Tahun 2020, hlm. 1035.
11
Lukman Hakim, Kedudukan Hukum Komisi Negara di Indonesia, Program Pascasarjana Universitas
Brawijaya Malang, Puskasi Universitas Widyagama Malang, dan Setara Press, Malang. 2010, h.7.
12
Lukman Hakim. Pelembagaan Komisi-Komisi Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia. Jurnal
Konstitusi Puskasi Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang, Vol. 2, No. 2. (2009). h. 15.
8
ini menurut Hendra Nurtjahjo karena dua hal yaitu: karena adanya tugas-tugas
kenegaraan yang semakin kompleks yang memerlukan independensi yang cukup untuk
operasionalisasinya dan adanya upaya empowerment terhadap tugas lembaga negara yang
sudah ada melalui cara membentuk lembaga baru yang lebih spesifik.13
13
Hendra Nurtjahjo. Lembaga, Badan, Dan Komisi Negara Independen (State Auxiliary Agencies) Di Indonesia,
Jurnal Hukum & Pembangunan Fakultas Hukum Unversitas Indonesia, Vol. 35. No. 3, (2005). h. 280.
9
1. Lembaga Negara Independen di Indonesia
Kecenderungan lahirnya berbagai lembaga negara bantu sebenarnya sudah terjadi
sejak runtuhnya kekuasaan Presiden Soeharto. Kemunculan lembaga baru seperti ini pun
bukan merupakan satunya-satunya di dunia. Di negara yang sedang menjalani proses
transisi menuju demokrasi juga lahir lembaga tambahan negara yang baru. Berdirinya
lembaga negara bantu merupakan perkembangan baru dalam sistem pemerintahan. Teori
klasik trias politica sudah tidak dapat lagi digunakan untuk menganalisis relasi kekuasaan
antarlembaga negara. Untuk menentukan institusi mana saja yang disebut sebagai
lembaga negara bantu dalam struktur ketatanegaraan RI terlebih dahulu harus dilakukan
pemilahan terhadap lembaga-lembaga negara berdasarkandasar pembentukannya.
Pascaperubahan konstitusi,Indonesia membagi lembaga-lembaga negara ke dalam tiga
kelompok.Pertama,lembaga negara yang dibentuk berdasar atas perintah UUD Negara RI
Tahun 1945 (constitutionallyentrusted power).Kedua, lembaga negara yang dibentuk
berdasarkan perintah undang-undang (legislativelyentrusted power).Dan ketiga, lembaga
negara yang dibentuk atas dasar perintah keputusan presiden.14
Lembaga negara pada kelompok pertama adalah lembaga-lembaga negara yang
kewenangannya diberikan secara langsung oleh UUD Negara RI Tahun 1945, yaitu:
1. Presiden dan Wakil Presiden
2. Majelis Permusyawaratan Rakyat
3. Dewan Perwakilan Rakyat
4. Dewan Perwakilan Daerah
5. Badan Pemeriksa Keuangan
6. Mahkamah Agung
7. Mahkamah Konstitusi
8. Komisi Yudisial
Berdasarkan catatan lembaga swadaya masyarakat Konsorsium Reformasi Hukum
Nasional (KRHN), paling tidak terdapat sepuluh lembaga negara yang dibentuk atas dasar
perintah undang-undang. Lembaga-lembaga tersebut yaitu:
1. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
2. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
14
Jimly Asshiddiqie (e), “Perkembangan Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD 1945 dan Tantangan Pembaruan
Pendidikan Hukum Indonesia,” (makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Nasional Perkembangan
Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD 1945 dan Pembaruan Kurikulum Pendidikan Hukum Indonesia, Jakarta,
7 September 2004), hal. 7
10
3. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI)
4. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)
5. Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR)
6. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (Komnas Perlindungan Anak)
7. Komisi Kepolisian Nasional
8. Komisi Kejaksaan
9. Dewan Pers
10. Dewan Pendidikan
Jumlah ini kemungkinan dapat bertambah atau berkurang mengingat lembaga
negara dalam kelompok ini tidak bersifat permanen melainkan bergantung pada
kebutuhan negara misalnya, KPK dibentuk karena dorongan kenyataan bahwa fungsi
lembaga-lembaga yang sudah ada sebelumnya, seperti kepolisian dan kejaksaan,
dianggap tidak maksimal atau tidak efektif dalam melakukan pemberantasan
korupsi.Apabila kelak, korupsi dapat diberantas dengan efektif oleh kepolisian dan
kejaksaan, maka keberadaan KPK dapat ditinjau kembali.
Sementara itu, lembaga negara pada kelompok terakhir atau yang dibentuk
berdasarkan perintah dan kewenangannya diberikan oleh keputusan presiden antara lain
adalah Komisi OmbudsmanNasional (KON), Komisi Hukum Nasional (KHN), Komisi
Nasional Antikekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Dewan Maritim
Nasional(DMN), Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Dewan Pengembangan Usaha
Nasional (DPUN), Dewan Riset Nasional (DRN), Dewan Pembina Industri Strategis
(DPIS), Dewan Buku Nasional (DBN), serta lembaga-lembaga non-departemen.
Lembaga-lembaga negara dalam dua kelompok terakhir inilah yang disebut dalam
penelitian ini sebagai lembaga negara independen Pembentukan lembaga-lembaga negara
yang bersifat mandiri ini secara umum disebabkan oleh adanya ketidakpercayaan publik
terhadap lembaga-lembaga negara yang ada dalam menyelesaikan persoalan
ketatanegaraan.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lembaga negara atau lembaga pemerintahan “Civilizated Organization”yaitu
lembaga yang dibuat oleh negara, dari negara dan untuk negara yang bertujuan untuk
membangun negara itu sendiri. Lembaga negara Indonesia dibentuk berdasarkan UUD,
UU, atau peraturan yang lebih rendah.
Dalam undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
NRI Tahun 1945) sebelum perubahan, istilah “lembaga” tidak ada. Yang ada adalah
istilah “badan”. Kata “badan” muncul juga dalam Pasal II Aturan Peralihan di mana kata
“badan” dilengkapi dengan kata “negara” sehingga menjadi istilah “badan negara”, dan
dalam Penjelasan penggunaan istilah “badan” juga konsisten dilakukan. Istilah “lembaga
negara” muncul pertama kalinya pada awal Orde Baru, tepatnya dalam Ketetapan MPR
Nomor XX/MPRS/1966 tentang Memorandum Dewan Perwakilan Rakyat Gotong
Royong mengenai Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-Undangan Republik Indonesia. Melalui Ketetapan MPR Nomor
III/MPR/1978, istilah lembaga negara mulai menemukan konsepnya karena ketetapan
MPR tersebut membagi lembaga negara ke dalam dua kategori, yaitu lembaga tertinggi
negara dan lembaga tinggi negara.
12
Lembaga negara independen atau state auxiliary agency adalah lembaga negara
yang berfungsi sebagai penunjang dari fungsi lembaga negara yang masuk dalam alat
kelengkapan negara. Lembaga negara independen berada di luar struktur pemerintah
namun keberadaannya bersifat publik. Sumber pendanaan lembaga negara independen
berasal dari negara, dan bertujuan untuk kepentingan publik. Munculnya lembaga negara
independen didorong oleh tuntutan masyarakat atas prinsip demokrasi dalam
penyelenggaraan pemerintah melalui lembaga akuntabel, independen, dan dapat
dipercaya.Ada lembaga negara independen yang lahir atau dibentuk berdasarkan
Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat (Tap MPR), Undang-Undang (UU),
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu), Keputusan Presiden (Keppres),
Peraturan Presiden (Perpres) dan Peraturan Pemerintah (PP).
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna dan tentunya akan terus memperbaiki makalah ini dengan sumber yang bisa
dipertanggung jawabkan. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Arifin Mochtar. 2016. Lembaga Negara Independen. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Mexsasai Indra. 2011. Dinamika Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta: Refika Aditama.
Nyoman Mas Ayani & Bagus Hermanto, 2019, GAGASAN PERLUASAN LEMBAGA NEGARA
SEBAGAI PIHAK PEMOHON DALAM SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA
DI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA, Fakultas Hukum Universitas Udayana
Bali.
Jimly Asshiddiqie (e), “Perkembangan Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD 1945 dan
Tantangan Pembaruan Pendidikan Hukum Indonesia,” (makalah disampaikan pada
Seminar dan Lokakarya Nasional Perkembangan Ketatanegaraan Pascaperubahan UUD
1945 dan Pembaruan Kurikulum Pendidikan Hukum Indonesia, Jakarta, 7 September 2004).
C.S.T Kansil,1978,Sistem Pemerintah Indonesia,Jakarta,Aksara Baru.
Oesman Oetojo, 1991, Pancasila Sebagai Ideologi Negara, Jakarta,BP7 Pusat.
Laurensius Arliman S, 2020, Kedudukan Lembaga Negara Independen di Indonesia untuk
Mencapai Tujuan Negara Hukum ,Padang,Jurnal Kertha Semaya.
Lukman Hakim, 2010, Kedudukan Hukum Komisi Negara di Indonesia,Program
Pascasarjana Brawijaya Malang, Puskasi Universitas Widyagama Malang dan Setara Press
Malang.
Lukman Hakim, 2009, Pelembagaan Komisi-komisi Negara dalam Sistem Ketatanegaraan
Republik Indonesia,Jurnal Konstitusi Puskasi Fakultas Hukum Universitas Widyagama
Malang.
Hendra Nurtjhano,2005, Lembaga Badan dan Komisi Negara Independen (State Auxiliary
Agencies) di Indonesia,Jurnal Hukum dan Pembangunan Fakultas Hukum Universitas
Indonesia.
Macheda.blog.uns.ac.id.Sejarah Ketatanegaraan.
https://nasional.kompas.com/read/2022/02/10/01000061/daftar-lembaga-negara-
independen
14