Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA

OLEH :

PUTU CLARISSA TARAMITHA DEVI (22220277)

NI PUTU NANDA SHINTA DEWI (22220281)

ALDO RAJENDRA ZUFAR WAHYU ARYAPUTRA (22220282)

A.A. KRISNANDA (22220283)

I KETUT ASTRAYANA (22220251)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL DENPASAR

TAHUN AJARAN 2022/2023

1
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................................................5
BAB II..............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Pengertian Lembaga Negara......................................................................................................6
2.2 Klasifikasi Lembaga Negara di Indonesia.................................................................................7
2.3 Kewenangan MPR Sebagai Lembaga Negara Utama di Indonesia.........................................11
2.4 Kewenangan KPK Sebagai Lembaga Negara Bantu di Indonesia..........................................15
BAB III..........................................................................................................................................17
KESIMPULAN..............................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merdeka lebih dari enam puluh tahun yang lalu menyaksikan beberapa
peristiwa penting di bidang kenegaraan. Sampai mengubah konstitusi negara menjadi bagian
integral sejarah negara ini dari awal hingga beberapa tahun terakhir. Perkembangan yang
menarik dari sudut pandang ini Pemerintahan konstitusional dimulai ketika negara ini mengalami
pergantian kekuasaan Era reformasi orde baru dimulai pada tahun 1999 dengan lengsernya
presiden Soeharto dari singgasana, kemudian terjadi proses reformasi mewujudkan tatanan
hukum yang ideal menurut asas-asas Kedaulatan rakyat, masa transisi yang dipimpin oleh
presiden B.J. Habibie selama kurang lebih dua tahun, menegaskan perlunya suatu sistem
Administrasi negara yang lebih baik diperkenalkan Pejabat negara itu dengan amandemen 1945.

Pemerintahan Negara Indonesia dalam merealisasikan kekuasaan negara


membutuhkan lembaga-lembaga negara. Selaku penyelenggara negara, pemerintahan berdaulat
adalah pemerintahan yang menjalankan amanah rakyat dalam mengimplementasikan
realitionship antara rakyat dengan pemerintah. Selain itu pemerintahan berkewajiban
mewujudkan citacita nasional dan tujuan nasional. Lembaga negara merupakan organisasi
pemerintahan yang menjalankan fungsi-fungsi kenegaraan. Lembaga negara dapat dibentuk oleh
konstitusi, Undang-undang atau peraturan perundnagundangan yang lebih rendah. Lembaga
negara berkedudukan di pusat pemerintahan dan dapat pula di daerah. Fungsi dan wewenang
dapat menentukan kedudukan lembaga negara, sehingga terdapat kelompok lembaga negara
utama (main state organt) serta lembaga negara bantu (auxiliary organt)

Salah satu hasil dari perubahan konstitusional yang mendasar ini adalah peralihan
dari supremasi MPR ke supremasi konstitusi. sejak waktu Indonesia tidak lagi memiliki MPR
sebagai lembaga tertinggi negara, sehingga semua lembaga negara mendapat tempat yang sama
dalam struktur administrasi negara agar yang lain dapat saling memeriksa (tanda dan kredit).
Perubahan yang terjadi merupakan hasil dari tata kelola suatu konstitusi di mana konstitusi
adalah hukum tertinggi Pengaturan dan Pembatasan Kewenangan Badan Tata Usaha Negara.

3
Konsekuensinya, dilakukan pula perubahan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945
menjungkirbalikkan anggapan superioritas lembaga negara atas lembaga negara lain tentang
susunan ketatanegaraan Republik Indonesia (RI).

Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


membawa perubahan terutama bagi kehidupan ketatanegaraan dalam menjalankan kekuasaan
kehakiman. Konstitusi negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Indonesia
adalah sebuah negara Hukum. Prinsip ini awalnya terkandung dalam Deklarasi: “Negara
Indonesia pada hukum (rule of law), bukan pada kekuasaan belaka (kekuasaan negara). Ada juga
asas-asas lain yang berkaitan erat dengan asas negara hukum, yang juga termasuk dalam
laporan : “Pemerintahan didasarkan pada suatu sistem Konstitusi (hukum konstitusi), bukan
absolutisme (kekuasaan yang tidak berjalan terbatas)." Asas ini berarti kekuasaan negara terbagi
dan larangan pemerintah (tidak mutlak tidak terbatas).

4
1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang akan kami
bahas yaitu :

1. Apa itu Lembaga Negara?


2. Seperti apa klasifikasi Lembaga Negara di Indonesia?
3. Bagaimana kewenangan dari lembaga MPR atau Majelis Permusyawaratan Rakyat
sebagai lembaga negara utama di Indonesia?
4. Bagaimana kewenangan dan tugas dari lembaga KPK atau Komisi Pemberantasan
Korupsi sebagai lembaga negara bantu di Indonesia?

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN LEMBAGA NEGARA

Secara kebahasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Lembaga adalah
“badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan
suatu usaha”, sementara Badan adalah “sekumpulan orang yang merupakan kesatuan untuk
mengerjakan sesuatu”, Organ adalah “alat yang mempunyai tugas tertentu di dalam tubuh
manusia (binatang dan sebagainya)” dan Negara dalam KBBI adalah “kelompok sosial yang
menduduki wilayah atau daerah tertentu yang diorganisir di bawah lembaga politik dan
pemerintah yang efektif, mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan
tujuan nasionalnya”.

Terlepas dari berbagai macam penamaan baik itu Organ, Badan ataupun Lembaga,
ketiganya memiliki kesamaan makna pada apa yang disebut organ yang memiliki fungsi tertentu.
Sekalipun memiliki beberapa pengertian bila tiga kata tersebut disandingkan dengan kata negara,
maka akan dipahami sebagai organ yang memiliki fungsi tertentu dalam menjalankan kekuasaan
atau fungsi-fungsi negara. Roger F. Soltau mengatakan Lembaga Negara dapat diartikan sebagai
organ yang melaksanakan tujuan-tujuan dari negara tersebut, yang lakukan setiap lembaga
negara ketika pelaksanaan fungsi-fungsi yang ada, baik fungsi pembentukan hukum maupun
fungsi pelaksanaan hukum dan kekuasaan, dalam satu kesatuan kekuasaan negara.

Hans Kelsen dalam bukunya mengartikan Organ Negara sebagai siapapun yang
menjalankan suatu fungsi yang ditetapkan oleh tatanan hukum, fungsi ini baik berupa pembuatan
norma maupun pelaksanaannya. Artinya Organ Negara itu tidak selalu bersifat Organik,
disamping organ yang bersifat organik, setiap jabatan yang ditentukan oleh hukum dapat pula
disebut sebagai organ, asalkan fungsi-fungsinya itu bersifat menjalankan norma (norm creating)
dan/atau bersifat menjalankan norma (norm applying).

Konsepsi lembaga negara dalam bahasa Belanda biasa disebut staat-sorgaan. Dalam
bahasa Inggris, lembaga negara digunakan istilah poli- tical institution. Dalam bahasa Indonesia,

6
hal ini identik dengan lembaga negara, badan negara, atau organ negara. Dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945) sebelum perubahan,
istilah "lembaga" tidak ada. Yang ada adalah istilah "badan". Misalnya dalam Pasal 23 ayat (5)
untuk Badan Pemeriksa Keuangan. Demikian pula kata "badan" ditemui dalam Pasal 24 UUD
1945 dengan rumusan kata "badan kehakiman". Kata "badan" muncul kembali dalam Pasal II
Aturan Peralihan, Dalam Penjelasan UUD 1945 bagian Sistem Pemerintahan Negara, MPR
disebut dengan kata "badan" sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.

Demikian pula dalam Penjelasan Pasal 2 UUD 1945 yang mengatur tentang susunan
keanggotaan MPR dipergunakan istilah "badan-badan" untuk koperasi dan sebagainya. Pe-
nyebutan kata "badan" juga konsisten dilakukan untuk Penjelasan Pasal 2 ayat (2) untuk MPR.
Dalam Penjelasan Pasal 18, juga disebutkan istilah "badan" untuk DPRD. Juga dalam Penjelasan
Pasal 23 ayat (5) untuk BPK dipergunakan istilah "badan". Bahkan dalam Pasal II Aturan Per-
alihan, kata "badan" dilengkapi dengan kata "negara" sehingga menjadi istilah "badan negara".

2.2 KLASIFIKASI LEMBAGA NEGARA DI INDONESIA

Klasifikasi Lembaga Negara bertujuan untuk mengelompokkan Lembaga Negara


berdasarkan standar tertentu yang ditetapkan dengan menggunakan batasan tertentu. Klasifikasi
tersebut antara lain :

1. Ditinjau dari kedudukan


George Jellineck mengelompokan Lembaga Negara atas dua kategori, sebagai berikut :
a. Pertama, Lembaga Negara yang langsung (unmittenbare organ) yaitu lembaga negara
yang menentukan ada tidaknya negara. Lembaga Negara Langsung merujuk dari teori
trias politica yaitu Lembaga Negara yang melaksanakan cabang kekuasaan Legislatif,
Eksekutif dan Yudikatif.
b. Kedua Lembaga Negara Tidak Langsung (mittenbareorgan) yaitu Lembaga Negara
yang bergantung pada Lembaga Negara Langsung.

Jimly Asshiddiqie mengatakan bahwa Lembaga Negara terkadang disebut dengan :

a. Lembaga Pemerintahan

7
b. Lembaga Pemerintahan Non Departemen
c. Lembaga Negara saja

Saldi Isra mengklasifikasikan Lembaga Negara menjadi tiga kelompok, yaitu:

a. Pertama, Klasifikasi berlandaskan landasan hukum pembentukan, Pengelompokan


Lembaga Negara akan berdasarkan Ketentuan Hukum yang Membentuknya. Pada
kelompok ini Lembaga Negara dibagi menjadi empat, yaitu:
1) Lembaga Negara yang dibentuk dengan dan berdasarkan UUD
2) Lembaga Negara yang dibentuk dengan Undang-Undang
3) Lembaga Negara yang dibentuk berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berada dalam wilayah kekuasaan presiden
4) Lembaga yang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah.
b. Kedua, Klasifikasi Lembaga Negara berdasarkan Fungsi, Charles E. Meriam
menyatakan lima fungsi negara yaitu, keamanan eksternal, ketertiban internal,
keadilan, kesejahteraan umum dan kebebasan. Pembagian Lembaga Negara dalam
klasifikasi ini yaitu:
1) Lembaga Negara yang melaksanakan fungsi membentuk hukum
2) Lembaga Negara yang melaksanakan fungsi pelaksanaan hukum
3) Lembaga Negara yang melaksanakan fungsi menegakan hukum
4) Lembaga Negara yang melaksanakan fungsi campuran.
c. Ketiga, Klasifikasi Lembaga Negara berdasarkan kedudukannya, yaitu didasarkan
hierarki atau tingkatan Lembaga Negara, Klasifikasi ini berdasar atas kualitas fungsi
dari Lembaga Negara. Pembagian dari klasifikasi ini yaitu:
1) Lembaga Negara Utama (primary constitutional organs)
Lembaga Negara Utama adalah Lembaga Negara yang bilamana tidak ada
maka negara tidak akan mampu menjalankan fungsinya sebagai negara.
2) Lembaga Negara Pendukung atau Penunjang (auxiliary state organs)
Lembaga Negara Penunjang adalah Lembaga Negara yang melengkapi dan
mendukung agar pelaksanaan fungsi pokok negara yang dijalankan lembaga
negara dapat berjalan secara baik.

8
2. Lembaga Negara Independen
Kelembagaan Negara pasca amandemen mengarah kepada terbentuknya
Lembaga-Lembaga baru yang memiliki karakterisitik Independen. Hal ini didasari atas
semakin tingginya tuntutan masyarakat baik nasional maupun internasional terhadap struktur
ketatanegaraan yang mengharuskan adanya konsep-konsep atau ide-ide terkait Demokrasi
dan Hak Asasi Manusia.
Pembentukan Lembaga Negara Independen pada taraf internasional sudah dimulai
di tahun 1946 dengan The Administrative Procedures Act 1946 atau undang-undang tentang
Hukum Administrasi Negara. Lembaga Negara Independen muncul karena Lembaga Negara
yang terbentuk dari teori organ kekuasaan (Trias Politica) dinilai tidak lagi mampu
menampung tugas-tugas spesifik yang umumnya membutuhkan independensi dan
profesionalitas dalam pelaksanaannya.
Secara umum Lembaga Negara Independen ini muncul karena adanya tugas-tugas
negara yang semakin kompleks yang memerlukan independensi yang cukup untuk
operasionalnya dan adanya upaya empowerment terhadap tugas lembaga negara yang sudah
ada melalui cara membentuk lembaga baru yang lebih spesifik.

Jimmly Asshiddiqie dalam bukunya mengelompokan Lembaga Negara Independen ini


menjadi enam kelompok, yaitu:

a. Pertama, Lembaga Tinggi Negara atau Lembaga Negara Utama yang sederajat dan
bersifat Independen, yaitu:
1) Presiden dan Wakil Presiden
2) Dewan Perwakilan Rakyat
3) Dewan Perwakilan Daerah
4) Majelis Permusyawaratan Rakyat
5) Mahkamah Konstitusi
6) Mahkamah Agung
7) Badan Pemeriksa Keuangan
b. Kedua, Lembaga Negara dan Komisi-Komisi Negara yang bersifat Independen
berdasarkan konstitusi atau constitutional importance lainnya, seperti:

9
1) Komisi Yudisial
2) Bank Indonesia
3) Tentara Nasional Indonesia
4) Kepolisian Negara Republik Indonesia
5) Komisi Pemilihan Umum
6) Kejaksaan Agung
7) Komisi Pemberantasan Korupsi
8) Komisi Nasional Pemberantasan Hak Asasi Manusia
c. Ketiga, Lembaga-Lembaga Independen lain yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang, seperti:
1) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
2) Komisi Pengawas Persaingan Usaha
3) Komisi Penyiaran Indonesia
d. Keempat, Lembaga-Lembaga dan Komisi-Komisi di lingkungan Eksekutif lainnya,
seperti lembaga, badan, pusat, komisi atau dewan yang bersifat khusus di dalam
lingkungan pemerintahan, seperti:
1) Konsil Kedokteran Indonesia
2) Komisi Pendidikan Nasional
3) Dewan Pertahanan Nasional
4) Lembaga Pertahanan Nasional
5) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
6) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
7) Badan Pertahanan Nasional
8) Badan Kepegawaian Negara
9) Lembaga Administrasi Nasional
10) Lembaga Informasi Nasional
e. Kelima, Lembaga-Lembaga dan Komisi-Komisi di Lingkungan eksekutif lainnya,
seperti:
1) Mentri dan Kementrian Negara
2) Dewan Pertimbangan Presiden
3) Komisi Hukum Nasional

10
4) Komisi Ombudsman Nasional
5) Komisi Kepolisian
6) Komisi Kejaksaan
f. Keenam, Lembaga, Korporasi dan Badan Hukum Milik Negara atau Badan Hukum
yang dibentuk untuk Kepentingan Negara atau Kepentingan Umum Lainnya, seperti;
1) Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA
2) Kamar Dagang dan Industri
3) Komite Olahraga Nasional Indonesia
4) BHMN Perguruan Tinggi
5) BHMN Rumah Sakit
6) Korps Pegawai Negeri Republik Indonesia
7) Ikatan Notaris Indonesia
8) Persatuan Advokat Indonesia

Diantara Lembaga-Lembaga Negara Independen tersebut terdapat Lembaga-Lembaga


Negara Khusus seperti:

1) Ombudsman
2) Komisi Pemberantasan Korupsi
3) Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
4) Badan Pengawas Keuangan.

Lembaga-Lembaga Negara Khusus tersebut diharapkan dapat meningkatkan checks and


balances organ kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif, serta diharapkan menjadi
lembaga negara khusus yang sejajar dengan tiga organ kekuasaan tersebut.

2.3 Kewenangan Dari Lembaga MPR Atau Majelis Permusyawaratan Rakyat


Sebagai Lembaga Negara Utama Di Indonesia

Lembaga Negara Utama atau disebut juga dengan Lembaga Tinggi Negara (primary
constitutional organs) adalah Lembaga Negara yang bilamana tidak ada maka negara tidak akan
mampu menjalankan fungsinya sebagai negara. Lembaga Negara Utama juga dapat diartikan

11
sebagai lembaga negara yang memegang tiga fungsi kekuasaan, yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif.

Beberapa contoh Lembaga Negara Utama atau Lembaga Tinggi Negara yang ada di
Indonesia, antara lain :

1) Lembaga Legislatif
Lembaga legislatif adalah lembaga yang bertugas untuk membuat atau merumuskan
undang-undang yang diperlukan negara. Contoh lembaga legislatif ini adalah MPR, DPR,
dan DPD.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) punya anggota yang terdiri dari anggota
DPD dan DPR. Tugas MPR antara lain mengubah dan menetapkan UUD, juga
melantik serta memberhentikan presiden dan wakil presiden.
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mempunyai tugas untuk mengadakan dan
mengesahkan undang-undang negara, mengesahkan anggaran belanja dan
pendapatan negara, serta mengawasi jalannya pemerintahan.
c. Dewan Perwakilan Daerah (DPD)
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) mempunyai tugas mengajukan RUU
(Rancangan Undang-Undang) kepada DPR, ikut membahas RUU, dan melakukan
pengawasan pelaksanaan RUU.
2) Lembaga Eksekutif
Lembaga eksekutif adalah lembaga yang memegang kekuasaan pemerintahan. Lembaga
ini bertugas menjalankan pemerintahan dan pembangunan sesuai undang-undang.
Lembaga ini terdiri dari:
a. Presiden dan Wakil Presiden
Presiden Republik Indonesia merupakan penyelenggara pemerintahan tertinggi
yang memegang kekuasaan pemerintahan menurut undang-undang dasar. Dalam
melaksanakan pekerjaannya, seorang presiden dibantu oleh wakil presiden.
b. Kementerian Negara

12
Kementerian negara dibentuk untuk meningkatkan koordinasi serta kelancaran
penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdaya guna dan berhasil.
Kementerian berada di bawah dan bertanggung jawab kepada presiden.
Kementerian mempunyai tugas menyelenggarakan sebagian tugas pemerintah.

3) Lembaga Yudikatif
Lembaga yudikatif punya tugas untuk menyelenggarakan peradilan untuk menegakkan
hukum dan keadilan. Lembaga ini terdiri dari:
a. Mahkamah Agung (MA)
Mahkamah Agung (MA) punya tugas untuk melaksanakan kekuasaan kehakiman
paling tinggi. MA membawahi badan peradilan seperti Peradilan Umum,
Peradilan Agama, Peradilan Militer, dan Peradilan Tata Usaha Negara.
b. Mahkamah Konstitusi (MK)
Mahkamah Konstitusi (MK) punya tugas untuk mengurus tuntutan masyarakat
atas kelayakan suatu undang-undang atau peraturan. Mahkamah Konstitusi juga
berhak untuk mencabut peraturan yang enggak adil dan bertentangan dengan
undang-undang.
c. Komisi Yudisial (KY)
Komisi Yudisial (KY) punya tugas untuk mengawasi para hakim, dalam memutus
perkara maupun keluhan masyarakat terhadap hakim.

Salah satu lembaga negara utama dalam sistem ketatanegaraan Republik Indonesia
adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI). Sebelum perubahan
UUD 1945 pada awal era Reformasi (1999-2002), kedudukan MPR merupakan lembaga
tertinggi negara dengan kekuasaan yang sangat besar. Hal tersebut mengacu pada Pasal 1 ayat (2)
UUD 1945 sebelum perubahan, “Kedaulatan adalah di tangan rakyat, dan dilakukan sepenuhnya
oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.” Dari ketentuan tersebut diketahui bahwa pelaksanaan
kedaulatan rakyat di negara Indonesia berada dalam satu tangan atau badan, yakni MPR.
Kewenangan lembaga negara MPR atau Majelis Permusyawaratan Rakyat di Indonesia terbagi
menjadi 2 masa, yaitu kewenangan MPR sebelum perubahan UUD 1945 dan kewenangan MPR
sesudah perubahan UUD 1945.

13
1. Kewenangan MPR Sebelum Perubahan UUD 1945
Kewenangan MPR mengubah dan menetapkan UUD merupakan kewenangan
yang dianggap standar untuk lembaga negara yang memiliki ciri khas seperti MPR.
Kewenangan tersebut juga ada di lembaga-lembaga negara di berbagai negara lain karena
memang harus ada sebuah lembaga negara yang diberi kewenangan oleh konstitusi untuk
mengubah atau menetapkan UUD. Walaupun diberi kewenangan mengubah dan
menetapkan UUD, selama masa keberlakuan UUD 1945 baik pada pemerintahan
Soekarno maupun Presiden Soeharto, MPR belum pernah melakukan perubahan
konstitusi. Pada masa pemerintahan Soekarno memang terjadi perubahan konstitusi,
tetapi lebih tepatnya penggantian konstitusi dari UUD 1945 ke Konstitusi RIS. Dalam
pendekatan hukum, untuk mencegah dan mempersulit terjadinya perubahan UUD 1945,
pemerintah melalui MPR menerbitkan Ketetapan MPR tentang Referendum. Berdasarkan
ketetapan MPR ini, apabila muncul rencana mengubah UUD 1945 maka terlebih dahulu
harus menggelar referendum untuk mengetahui sikap rakyat secara keseluruhan apakah
setuju dengan adanya ide perubahan konstitusi tersebut. Apabila mayoritas rakyat
menyetujui maka barulah usul perubahan tersebut diajukan ke MPR.
Kewenangan MPR memilih, mengangkat, dan memberhentikan Presiden dan/atau
Wakil Presiden dalam masa jabatannya merupakan salah satu kewenangan yang sangat
besar. Dalam perjalanan MPR selama pemerintahan Presiden Soekarno, lembaga ini telah
menetapkan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Dalam masa pemerintahan
Presiden Soeharto, MPR selalu memilih dan mengangkat Soeharto berkali-kali (tujuh
kali) menjadi Presiden. Proses pemilihan Presiden oleh MPR selama pemerintahan
Soeharto menunjukkan bahwa lembaga ini tidak independen dalam melaksanakan
kewenangannya, namun lebih banyak mengikuti kehendak Presiden Soeharto yang secara
riil politik lebih berkuasa dibandingkan MPR. Oleh karena itu Soeharto selalu terpilih
kembali menjadi Presiden selama tujuh kali sidang MPR dan baru bersedia berhenti dari
kursi kepresidenannya setelah terjadi gejolak gelombang unjuk rasa besar-besaran di
tanah air pada Mei 1998 lalu.
2. Kewenangan MPR Sesudah Perubahan UUD 1945
Setelah terjadi perubahan UUD 1945, kewenangan MPR dikurangi secara
signifikan. Kewenangan yang dicabut dari MPR antara lain memilih Presiden dan Wakil

14
Presiden serta tidak lagi menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara (termasuk
di dalamnya GBHN). MPR tidak lagi berwenang memilih Presiden dan Wakil Presiden
sebagai konsekuensi logis dari dipilihnya sistem pemiliham Presiden dan Wakil Presiden
secara langsung oleh rakyat dalam perubahan UUD 1945 (tercantum dalam Pasal 6A).
Dianutnya sistem pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung merupakan
langkah perubahan mendasar dalam sistem pemilu Presiden dan Wakil Presiden yang
sebelumnya selalu dilakukan oleh MPR. Banyak kritik disampaikan ketika MPR yang
hanya beranggotakan beberapa ratus orang tetapi memilih Presiden dan Wakil Presiden
yang akan memimpin seluruh rakyat Indonesia selama lima tahun. Dengan diberikannya
wewenang rakyat untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden secara langsung dalam
pemilu maka Indonesia memasuki era demokrasi yang lebih berkualitas dibandingkan era
sebelumnya. Bahkan Indonesia kini sejajar dengan negara-negara demokrasi yang telah
menerapkan sistem pemilu Presiden secara langsung melalui pemilu.
MPR pasca perubahan UUD 1945 juga tidak berwenang lagi menetapkan garis-
garis besar daripada haluan negara (termasuk GBHN). Kondisi ini juga merupakan
konsekuensi logis dari sistem pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh
rakyat. Visi, misi, dan program kerja Presiden dan Wakil Presiden terpilih-lah yang
menjadi acuan dan pedoman dalam penyusunan program pembangunan dan
penyelenggaraan negara. MPR tetap diberi kewenangan melakukan pemakzulan terhadap
Presiden dan/atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya. Namun kewenangan ini telah
diatur dan dibatasi dengan alasan konstitusional pemakzulan yang tercantum jelas dan
tegas dalam UUD 1945 serta proses dan mekanisme yang melibatkan cabang kekuasaan
yudikatif, yakni MK. Dengan adanya dua hal ini, MPR tidak dapat lagi melakukan
pemakzulan atas dasar atau lebih besar alasan politiknya dibanding alasan hukum atau
menggunakan alasan-alasan lain diluar alasan yang sudah ditetapkan UUD 1945. UUD
1945 melibatkan MK dalam proses pemakzulan dengan tujuan untuk memperkecil atau
bahkan menghilangkan alasan politik yang mungkin digunakan MPR.

2.4 Kewenangan KPK Sebagai Lembaga Negara Bantu di Indonesia

Lembaga Negara Bantu atau disebut juga dengan Lembaga Negara Non-departemen
(auxiliary state organs) adalah lembaga yang dibentuk oleh negara untuk memberikan bantuan

15
teknis dan administratif kepada pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah dalam
melaksanakan tugas-tugas negara. Lembaga Negara Bantu juga dapat diartikan sebagai Lembaga
Negara yang melengkapi dan mendukung agar pelaksanaan fungsi pokok negara yang dijalankan
lembaga negara dapat berjalan secara baik. Lembaga negara bantu adalah lembaga yang dalam
pelaksanaan fungsinya tidak memposisikan diri sebagai salah satu dari tiga lembaga kekuasaan
sesuai trias politica.
Lembaga Negara Bantu ini biasanya memiliki fungsi khusus yang berkaitan dengan
bidang tertentu seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, penelitian, dan lain sebagainya.
Lembaga Negara Bantu biasanya juga memiliki keterkaitan erat dengan lembaga pemerintah
lainnya dan memiliki peran sangat penting dalam menunjang kinerja pemerintah dalam
menjalankan tugas-tugas negara. Namun demikian, lembaga negara bantu juga harus bekerja
secara independen dan tidak terikat pada kepentingan politik tertentu agar dapat menjalankan
tugasnya secara objektif dan efektif.
Lembaga negara bantu di Indonesia banyak contohnya, dan salah satunya yaitu
Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang biasa kita kenal dengan KPK. Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Hal tersebut dinyatakan pada
Pasal 3 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi atau KPK adalah lembaga negara bantu yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan
manapun. Walaupun memiliki independensi dan kebebasan dalam melaksanakan tugas dan
kewenangannya seperti melakukan pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi,
namun KPK tetap bergantung kepada cabang kekuasaan lain dalam hal yang berkaitan dengan
perangkat keanggotaannya. Dalam Pasal 30 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menentukan bahwa pimpinan KPK yang terdiri
dari satu ketua dan empat wakil ketua, yang semuanya merangkap sebagai anggota, dipilih oleh
DPR berdasarkan calon anggota yang diusulkan oleh Presiden. KPK juga memiliki hubungan
kedudukan yang khusus dengan kekuasaan yudikatif, setidaknya untuk jangka waktu hingga dua
tahun ke depan karena Pasal 53 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi mengamanatkan pembentukan Pengadilan Tindak Pidana

16
Korupsi (Tipikor) yang bertugas dan berwenang memeriksa serta memutus tindak pidana korupsi
yang penuntutannya diajukan oleh KPK. KPK sendiri dibentuk dengan latar belakang bahwa
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi yang telah dilakukan hingga sekarang belum dapat
dilaksanakan secara optimal.

BAB III

KESIMPULAN

Secara kebahasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Lembaga adalah
“badan (organisasi) yang tujuannya melakukan suatu penyelidikan keilmuan atau melakukan
suatu usaha”, sementara Negara dalam KBBI adalah “kelompok sosial yang menduduki wilayah
atau daerah tertentu yang diorganisir di bawah lembaga politik dan pemerintah yang efektif,
mempunyai kesatuan politik, berdaulat sehingga berhak menentukan tujuan nasionalnya”. Roger
F. Soltau mengatakan Lembaga Negara dapat diartikan sebagai organ yang melaksanakan
tujuan-tujuan dari negara tersebut, yang lakukan setiap lembaga negara ketika pelaksanaan
fungsi-fungsi yang ada, baik fungsi pembentukan hukum maupun fungsi pelaksanaan hukum dan
kekuasaan, dalam satu kesatuan kekuasaan negara.

Klasifikasi Lembaga Negara bertujuan untuk mengelompokkan Lembaga Negara


berdasarkan standar tertentu yang ditetapkan dengan menggunakan batasan tertentu. Klasifikasi
tersebut antara lain; Pertama, Lembaga Tinggi Negara atau Lembaga Negara Utama yang
sederajat dan bersifat Independen, yaitu: Presiden dan Wakil Presiden, Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Mahkamah Konstitusi,
Mahkamah Agung, dan Badan Pemeriksa Keuangan; Kedua, Lembaga Negara dan Komisi-
Komisi Negara yang bersifat Independen berdasarkan konstitusi atau constitutional importance
lainnya, seperti: Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, Komisi Pemilihan Umum, Kejaksaan Agung, dan Komisi
Pemberantasan Korupsi; Ketiga, Lembaga-Lembaga Independen lain yang dibentuk berdasarkan
Undang-Undang, seperti: Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan, Komisi Pengawas
Persaingan Usaha, dan Komisi Penyiaran Indonesia;

17
Keempat, Lembaga-Lembaga dan Komisi-Komisi di lingkungan Eksekutif lainnya,
seperti lembaga, badan, pusat, komisi atau dewan yang bersifat khusus di dalam lingkungan
pemerintahan, seperti: Konsil Kedokteran Indonesia, Komisi Pendidikan Nasional, Dewan
Pertahanan Nasional, Lembaga Pertahanan Nasional, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia;
Kelima, Lembaga-Lembaga dan Komisi-Komisi di Lingkungan eksekutif lainnya, seperti:
Mentri dan Kementrian Negara, Dewan Pertimbangan Presiden, Komisi Hukum Nasional,
Komisi Kepolisian, dan Komisi Kejaksaan; Keenam, Lembaga, Korporasi dan Badan Hukum
Milik Negara atau Badan Hukum yang dibentuk untuk Kepentingan Negara atau Kepentingan
Umum Lainnya, seperti; Lembaga Kantor Berita Nasional ANTARA, Korps Pegawai Negeri
Republik Indonesia, Ikatan Notaris Indonesia, dan Persatuan Advokat Indonesia.
Lembaga Negara Utama atau disebut juga dengan Lembaga Tinggi Negara
(primary constitutional organs) adalah Lembaga Negara yang bilamana tidak ada maka negara
tidak akan mampu menjalankan fungsinya sebagai negara. Lembaga Negara Utama juga dapat
diartikan sebagai lembaga negara yang memegang tiga fungsi kekuasaan, yaitu kekuasaan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Salah satu lembaga negara utama dalam sistem
ketatanegaraan Republik Indonesia adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
(MPR RI). Sebelum perubahan UUD 1945 pada awal era Reformasi (1999-2002), kedudukan
MPR merupakan lembaga tertinggi negara dengan kekuasaan yang sangat besar. Hal tersebut
mengacu pada Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 sebelum perubahan, “Kedaulatan adalah di tangan
rakyat, dan dilakukan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat”.” Dari ketentuan
tersebut diketahui bahwa pelaksanaan kedaulatan rakyat di negara Indonesia berada dalam satu
tangan atau badan, yakni MPR.
Lembaga Negara Bantu atau disebut juga dengan Lembaga Negara Non-departemen
(auxiliary state organs) adalah lembaga yang dibentuk oleh negara untuk memberikan bantuan
teknis dan administratif kepada pemerintah dan lembaga-lembaga pemerintah dalam
melaksanakan tugas-tugas negara. Lembaga Negara Bantu juga dapat diartikan sebagai Lembaga
Negara yang melengkapi dan mendukung agar pelaksanaan fungsi pokok negara yang dijalankan
lembaga negara dapat berjalan secara baik.
Lembaga negara bantu di Indonesia banyak contohnya, dan salah satunya yaitu
Komisi Pemberantasan Korupsi atau yang biasa kita kenal dengan KPK. Komisi Pemberantasan
Korupsi atau KPK adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya

18
bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun. Hal tersebut dinyatakan pada
Pasal 3 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Rayhan, Qotrun Nida, “Hierarki Lembaga Negara Di Indonesia”, Sultan


Jurisprudance: Jurnal Riset Ilmu Hukum, Vol. 1 No. 1, (Juni, 2021), hlm. 67-78.

Jimly Asshiddiqie, 2006, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi,
Sekretariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi RI, Jakarta, hlm. 145.

Isra, Saldi. Lembaga Negara: Konsep, Sejarah, Wewenang dan Dinamika Konstitusional. Depok:
Rajawali Press, 2020.

Sri Soemantri, 1977, Tentang Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD 1945, Alumni,
Bandung.

Argama, Rizky, Kedudukan Lembaga Negara Bantu dalam Sistem Ketatanegaraan Republik
Indonesia : Analisis Kedudukan Komisi Pemberantasan Korupsi sebagai Lembaga Negara
Bantu, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Depokm 2007

Jeremy Pope, 2003, Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional,
Transparency International Indonesia dan Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, hal. 177.

Dr. Patrialis Akbar, S.H.,M.H., Lembaga-Lembaga Negara Menurut UUD NRI 1945. Jakarta:
Sinar Grafika, 2013

19

Anda mungkin juga menyukai