MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Kewarganegaraan
Dosen Pengampuh : Sutarjo, S.H M.M
Disusun Oleh :
ABI - 19 -4-1
ADMINISTRASI BISNIS INTERNASIONAL
POLITEKNIK LP3I JAKARTA KRAMAT RAYA
TAHUN 2022
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2 Alasan Pemilihan Judul..................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.......................................................5
1.4 Sistematika Penulisan....................................................................5
BAB II...........................................................................................................7
PERMASALAHAN........................................................................................7
BAB III..........................................................................................................8
PEMBAHASAN............................................................................................8
3.1 Yang di Maksud Konstitusi..............................................................8
3.2 Timbulnya Latar Belakang Konstitusi.............................................9
3.3 Negara harus memiliki konstitusi..................................................10
BAB IV........................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................12
4.1 Kesimpulan...................................................................................12
4.2 Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau biasa disebut UUD 1945. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang Dasar sebagai
sebuah Hukum Dasar namun dalam perjalanan proses
penyelenggaraan negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah mengalami empat perubahan.
Menurut tradisi Amerika Serikat, perubahan dilakukan terhadap
materi tertentu dengan menetapkan naskah Amandemen yang
terpisah dari naskah asli UUD, sedangkan menurut tradisi Eropa
perubahan dilakukan langsung dalam teks UUD. Jika perubahan
menyangkut materi tertentu, tentulah naskah UUD yang asli itu tidak
banyak mengalami perubahan. Akan tetapi, jika materi yang diubah
berbilang banyaknya dan apalagi isinya sangat mendasar, biasanya
naskah UUD itu disebut dengan nama baru sama sekali. Dalam hal
demikian perubahan identik dengan penggantian. Tetapi dalam
tradisi Amandemen Konstitusi Amerika Serikat, materi yang diubah
biasanya selalu menyangkut satu ‘issue’ tertentu. Bahkan
Amandemen I sampai dengan Amandemen X pada pokoknya sama-
sama menyangkut ‘issue’ Hak Asasi Manusia.
Perubahan konstitusi memang telah dilakukan di Indonesia.
Namun bukan berarti perubahan yang dilakukan telah mengatasi
semua masalah ketatanegaraan dan tidak menimbulkan masalah
baru. Pasca amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, beberapa permasalahan ketatanegaraan
justru muncul. Amandemen telah melahirkan beberapa lembaga
negara baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, seperti
Mahkamah Konstitusi (MK) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
MK hadir dengan salah satu kewenangannya adalah pengujian
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, yang selama
pemerintahan orde baru tidak ada lembaga manapun yang
2
berwenang terhadap permasalahan tersebut. Namun di sisi lain,
perubahan UUD telah melahirkan pemisahan pengujian peraturan
perundang-undangan di dua atap. MK yang berwenang menguji
undang-undang terhadap undang-undang dasar, sedangkan MA
memiliki kewenangan menguji peraturan yang berada di bawah
undangundang. Padahal keduanya merupakan lembaga negara
yang terpisah. Lembaga perwakilan juga memunculkan
permasalahan terkait munculnya DPD.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan salah satu
lembaga negara dengan fungsi legislasi yang amat sangat terbatas.
Pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 menjelaskan, DPD hanya memilki kewenangan untuk
mengusulkan sebuah rancangan undang-undang dan ikut
membahas sebuah rancangan undang-undang. Hal tersebut dapat
dimaknai bahwa DPD selaku salah satu pemegang fungsi legislasi,
tetapi tidak memiliki kewenangan untuk menjadi legislator dalam
mengesahkan suatu rancangan undang-undang. Sebagai sebuah
lembaga negara dengan fungsi legislasi dalam MPR, kewenangan
tersebut jelas tidak setara dengan kewenangan lembaga negara
lainnya yang memiliki fungsi legislasi, yaitu Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
Ketika terjadi reformasi konstitusi (UUD 1945) tahun 1999,
muncul beberapa kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan
UUD 1945, antara lain mempertegas sistem presidensiil. Namun
dalam kenyataannya kesepakatan tersebut tidak ditaati secara
konsisten oleh MPR. Pembongkaran konstruksi presidensialisme
dalam UUD 1945 secara signifikan pada perubahan pertama (1999),
kemudian penguatan kelembagaan DPR pada perubahan kedua
(2000), bukannya melahirkan keseimbangan kekuasaan antara
presiden dan DPR, tetapi justru menimbulkan ketidakjelasan sistem
3
presidensiil yang ingin dibangun melalui Perubahan UUD 1945.
Kesan ‘parlementernya’ justru semakin menguat.
Melihat dinamika yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak
pihak merasa perlu adanya perubahan kembali terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena
dirasa harus ada penguatan pada beberapa sektor sistem
ketatanegaraan. Berangkat dari hal tersebut, Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) berinisiatif mengajukan usulan untuk
mengamandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).
DPD beranggapan Undang-Undang Dasar harus kembali
diamandemen dengan beberapa alasan tertentu. Alasan-alasan
tersebut diantaranya : Memperkuat Sistem Presidensial,
Memperkuat Lembaga Perwakilan, Memperkuat Otonomi Daerah,
Calon Presiden Perseorangan,Pemilahan Pemilu Nasional dan
Pemilu Lokal, Forum Previlegiatum, Optimalisasi Peran Mahkamah
Konstitusi, Penambahan Pasal Hak Asasi Manusia, Penambahan
Bab Komisi Negara, dan Penajaman Bab tentang Pendidikan dan
Perekonomian.
4
BPUPKI yang diubah menajdi naskah asli UUD 1945 seperti yang
berlaku saat ini.
Manfaat Penulisan :
1. Memenuhi tugas untuk membuat makalah studi kasus mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Menambah wawasan dalam ilmu praktek Pendidikan
Kewarganegaraan.
3. Menambah ilmu dalam manangani dan memandang
permasalahan di lingkungan masyarakat
5
judul, tujuan dan pemanfaatan penulis, serta
sistematka penulisan
BAB II Bab ini berisikan permasalahan yang akan
penulis bahas
BAB III Bab ini berisikan pembahasan mengenai
Pengertian Konstitusi, Apa yang
melatarbelakangi timbulnya konstitusi, dan
Kenapa suatu Negara harus memiliki Konstitusi
BAB IV Bab ini berisikan penutup yang terdiri atas
kesimpulan mengenai jawaban permasalahan
dan saran.
Bab 2
6
BAB II
PERMASALAHAN
7
BAB III
PEMBAHASAN
8
maupun tidak tertulis. Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada
ahli, yaitu:
Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :
1. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi
mencerminkan kehiupan politik didalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan.
2. Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah
yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu
kesatuan kaidah hukum konstitusi dalam hal ini sudah
mengandung pengertian yuridis.
3. Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai
perwujudan dari hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara
dan pejabat-pejabat negara sekalipun. Hal ini sesuai dengan
dalil “Goverment by law, not by men” (pemerintahan
berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan
abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai
konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar
warga negara). Mendapatkan perumusan secara yuridis.
9
konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan
tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan
suatu ide,gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang
negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme,
konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik
Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang
beragam latar belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah
keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat
tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat
dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan
masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan
tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para
ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan
karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan
pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan
dari kata “nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna
keturunan atau bangsa.
10
lain adalah Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 memuat
11
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Konstitusi merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu
negara, tanpa adanya konstitusi negara tersebut tidak mungkin
terbentuk. Di dalam sebuah konstitusi memuat banyak
kepentingan seputar tatanan organisasi negara, HAM, UUD dan
banyak lagi. Konstitusi juga memiliki kedudukan dan pengaruh
sangat besar bagi suatu negara karena fungsinya dalam
mengatur kekuasaan.
2. Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
3. konstitusi dapat dikatakan sebagai prinsip dasar yang
4.2 Saran
Demikian pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,
besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan
banyak orang. Karena keterbatasan pengetahuan dan refensi
penulisan ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat harapan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik
lagi.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
14