Anda di halaman 1dari 16

KONSTITUSI DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Kewarganegaraan
Dosen Pengampuh : Sutarjo, S.H M.M

Disusun Oleh :

Abdul Rozak Khoerudin (190551110049)


Anastika Hasna Prasetyo (190551110038)
Arilawati (190551020002)
Muhammad Nur Effendi (180551110015
Zeka Rahman Syaputra (190551020013)

ABI - 19 -4-1
ADMINISTRASI BISNIS INTERNASIONAL
POLITEKNIK LP3I JAKARTA KRAMAT RAYA
TAHUN 2022

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................1
PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
1.2 Alasan Pemilihan Judul..................................................................4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan.......................................................5
1.4 Sistematika Penulisan....................................................................5
BAB II...........................................................................................................7
PERMASALAHAN........................................................................................7
BAB III..........................................................................................................8
PEMBAHASAN............................................................................................8
3.1 Yang di Maksud Konstitusi..............................................................8
3.2 Timbulnya Latar Belakang Konstitusi.............................................9
3.3 Negara harus memiliki konstitusi..................................................10
BAB IV........................................................................................................12
PENUTUP..................................................................................................12
4.1 Kesimpulan...................................................................................12
4.2 Saran.............................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Konstitusi merupakan segala ketentuan dan aturan dasar
mengenai ketatanegaraan. Berdirinya sebuah negara tidak lepas dari
adanya konstitusi yang mendasarinya. Konstitusi dapat berupa
hukum dasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan
dapat pula tidak tertulis. Konstitusi merupakan dasar dari tatanan
hukum sebuah negara, yang di dalamnya terdapat perlindungan
terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) dan mengatur tentang distribusi
kekuasaan (Distribution of Power) dalam penyelenggaraan negara.
Konstitusi biasanya juga disebut sebagai hukum fundamental
negara, sebab konstitusi ialah aturan dasar. Aturan dasar yang
nantinya akan menjadi acuan bagi lahirnya aturan-aturan hukum lain
yang ada dibawahnya.
Konstitusi dalam arti formal adalah suatu dokumen resmi,
seperangkat norma hukum yang hanya dapat diubah di bawah
pengawasan ketentuanketentuan khusus, yang tujuannya adalah
untuk menjadikan perubahan normanorma ini lebih sulit. Konstitusi
dalam arti material terdiri atas peraturan- peraturan yang mengatur
pembentukan norma-norma hukum yang bersifat umum, terutama
pembentukan undang-undang.
Jimly Asshiddiqie mengatakan dalam bukunya, konstitusi
adalah hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam
penyelenggaraan suatu negara. Penting bagi sebuah negara
memiliki konstitusi sebagai landasan hukum dalam penyelenggaraan
sebuah negara. Di Indonesia, konstitusi yang digunakan
merupakan konstitusi tertulis

1
yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
atau biasa disebut UUD 1945. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Undangan mempertegas kedudukan Undang-Undang Dasar sebagai
sebuah Hukum Dasar namun dalam perjalanan proses
penyelenggaraan negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 telah mengalami empat perubahan.
Menurut tradisi Amerika Serikat, perubahan dilakukan terhadap
materi tertentu dengan menetapkan naskah Amandemen yang
terpisah dari naskah asli UUD, sedangkan menurut tradisi Eropa
perubahan dilakukan langsung dalam teks UUD. Jika perubahan
menyangkut materi tertentu, tentulah naskah UUD yang asli itu tidak
banyak mengalami perubahan. Akan tetapi, jika materi yang diubah
berbilang banyaknya dan apalagi isinya sangat mendasar, biasanya
naskah UUD itu disebut dengan nama baru sama sekali. Dalam hal
demikian perubahan identik dengan penggantian. Tetapi dalam
tradisi Amandemen Konstitusi Amerika Serikat, materi yang diubah
biasanya selalu menyangkut satu ‘issue’ tertentu. Bahkan
Amandemen I sampai dengan Amandemen X pada pokoknya sama-
sama menyangkut ‘issue’ Hak Asasi Manusia.
Perubahan konstitusi memang telah dilakukan di Indonesia.
Namun bukan berarti perubahan yang dilakukan telah mengatasi
semua masalah ketatanegaraan dan tidak menimbulkan masalah
baru. Pasca amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, beberapa permasalahan ketatanegaraan
justru muncul. Amandemen telah melahirkan beberapa lembaga
negara baru dalam sistem ketatanegaraan Indonesia, seperti
Mahkamah Konstitusi (MK) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
MK hadir dengan salah satu kewenangannya adalah pengujian
undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, yang selama
pemerintahan orde baru tidak ada lembaga manapun yang

2
berwenang terhadap permasalahan tersebut. Namun di sisi lain,
perubahan UUD telah melahirkan pemisahan pengujian peraturan
perundang-undangan di dua atap. MK yang berwenang menguji
undang-undang terhadap undang-undang dasar, sedangkan MA
memiliki kewenangan menguji peraturan yang berada di bawah
undangundang. Padahal keduanya merupakan lembaga negara
yang terpisah. Lembaga perwakilan juga memunculkan
permasalahan terkait munculnya DPD.
Dewan Perwakilan Daerah (DPD) merupakan salah satu
lembaga negara dengan fungsi legislasi yang amat sangat terbatas.
Pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945 menjelaskan, DPD hanya memilki kewenangan untuk
mengusulkan sebuah rancangan undang-undang dan ikut
membahas sebuah rancangan undang-undang. Hal tersebut dapat
dimaknai bahwa DPD selaku salah satu pemegang fungsi legislasi,
tetapi tidak memiliki kewenangan untuk menjadi legislator dalam
mengesahkan suatu rancangan undang-undang. Sebagai sebuah
lembaga negara dengan fungsi legislasi dalam MPR, kewenangan
tersebut jelas tidak setara dengan kewenangan lembaga negara
lainnya yang memiliki fungsi legislasi, yaitu Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
Ketika terjadi reformasi konstitusi (UUD 1945) tahun 1999,
muncul beberapa kesepakatan dasar dalam melakukan perubahan
UUD 1945, antara lain mempertegas sistem presidensiil. Namun
dalam kenyataannya kesepakatan tersebut tidak ditaati secara
konsisten oleh MPR. Pembongkaran konstruksi presidensialisme
dalam UUD 1945 secara signifikan pada perubahan pertama (1999),
kemudian penguatan kelembagaan DPR pada perubahan kedua
(2000), bukannya melahirkan keseimbangan kekuasaan antara
presiden dan DPR, tetapi justru menimbulkan ketidakjelasan sistem

3
presidensiil yang ingin dibangun melalui Perubahan UUD 1945.
Kesan ‘parlementernya’ justru semakin menguat.
Melihat dinamika yang terjadi di Indonesia saat ini, banyak
pihak merasa perlu adanya perubahan kembali terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Karena
dirasa harus ada penguatan pada beberapa sektor sistem
ketatanegaraan. Berangkat dari hal tersebut, Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) berinisiatif mengajukan usulan untuk
mengamandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR).
DPD beranggapan Undang-Undang Dasar harus kembali
diamandemen dengan beberapa alasan tertentu. Alasan-alasan
tersebut diantaranya : Memperkuat Sistem Presidensial,
Memperkuat Lembaga Perwakilan, Memperkuat Otonomi Daerah,
Calon Presiden Perseorangan,Pemilahan Pemilu Nasional dan
Pemilu Lokal, Forum Previlegiatum, Optimalisasi Peran Mahkamah
Konstitusi, Penambahan Pasal Hak Asasi Manusia, Penambahan
Bab Komisi Negara, dan Penajaman Bab tentang Pendidikan dan
Perekonomian.

1.2 Alasan Pemilihan Judul


Alasan Latar Belakang Masalah yang disebutkan di atas,
penulisan tertarik untuk membahas masalah indonesia tentang aliran
sejarah rakyat indonesia seperti yang sudah kita ketahui bahwa
Konstitusi yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Undang-Undang
Dasar (UUD) 1945  UUD 1945 berbentuk dokumen tertulis yang
memuat hukum dasar dan pedoman pembentukan peraturan.
Naskah konstitusi adalah hukum dasar hasil karya badan penyelidik
usaha-usaha persiapan kemerdekaan republik indonesia atau

4
BPUPKI yang diubah menajdi naskah asli UUD 1945 seperti yang
berlaku saat ini.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan


Tujuan Penulisan :
1. Dapat mengetahui sejarah terbentuknya konstitusi di
Indonesia.
2. Dapat mengetahui alasan mengapa konstitusi di Indonesia
mengalami beberapa kali perubahan.
3. Dapat mengetahui peran dari konstitusi di negara Indonesia.

Manfaat Penulisan :
1. Memenuhi tugas untuk membuat makalah studi kasus mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Menambah wawasan dalam ilmu praktek Pendidikan
Kewarganegaraan.
3. Menambah ilmu dalam manangani dan memandang
permasalahan di lingkungan masyarakat

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk mempermudah pemahaman secara keseluruhan, makalah ini
terbagi dalam 4 bab. Adapun susunan makalah ini adalah sebagai
berikut:

BAB I Bab ini berisikan pendahuluan yang meliputi


penjabaran singkat mengenai permasalahan
yang menjadi fokus kajian, alasan pemilihan

5
judul, tujuan dan pemanfaatan penulis, serta
sistematka penulisan
BAB II Bab ini berisikan permasalahan yang akan
penulis bahas
BAB III Bab ini berisikan pembahasan mengenai
Pengertian Konstitusi, Apa yang
melatarbelakangi timbulnya konstitusi, dan
Kenapa suatu Negara harus memiliki Konstitusi
BAB IV Bab ini berisikan penutup yang terdiri atas
kesimpulan mengenai jawaban permasalahan
dan saran.

Bab 2

6
BAB II

PERMASALAHAN

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas maka permasalahan


dalam hal ini adalah :
2.1 Apa yang dimaksud dengan kontitusi ?
2.2 Apa yang melatar belakangi timbulnya konstitusi ?
2.3 Kenapa suatu negara harus memiliki konstitusi ?

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Yang di Maksud Konstitusi


Konstitusi atau undang-undang dasar (bahasa latin: constitutio)
dalam negara adalah sebuah norma sistem politik dan hukum
bentukan pada pemerintahan negara biasanya dikodifikasikan
sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip yang
menajdi dasar bagi peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus
bentukan negara, kontitusi memuat aturan dan prinsip-prinsip entitas
politik dan hukum, istilah ini merujuk secara khusus untuk
menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik,
prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur,
prosedur, wewenang dan kewajiban pemerintahan negara pada
umumnya. Konstitusi merujuk umumnya merujuk pada pinjaman hak
kepada warga masyarakatnya. Istilah konstitusi dapat diterapkan
kepada seluruh hokum yang mendefinisikan fungsi pemerintahan
negara.
Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu
keseluruhan peraturan baik tertulis maupuntidak tretulis yang
mengatur secara mengikat mengenai cara penyelenggaraan suatu
pemerintahan. Istilah konstitusi pada umumnya menggambarkan
keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara. Sistem itu berupa
kumpulanm peraturan yang membentuk, mengatur atau memenuhi
negara. Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tretulis
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak
tertulis yang berupa kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan
negara. Dengan demikian, pengertian konstitusi sampai dewasa ini
dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik yang tertulis

8
maupun tidak tertulis. Terdapat beberapa definisi konstitusi dari pada
ahli, yaitu:
Herman Heller, membagi pengertian konstitusi menjadi tiga yaitu :
1. Konstitusi dalam pengertian politik sosiologi. Konstitusi
mencerminkan kehiupan politik didalam masyarakat sebagai
suatu kenyataan.
2. Konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah yang hidup dalam
masyarakat yang selanjutnya dijadikan satu kesatuan kaidah
yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu
kesatuan kaidah hukum konstitusi dalam hal ini sudah
mengandung pengertian yuridis.
3. Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai
perwujudan dari hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara
dan pejabat-pejabat negara sekalipun. Hal ini sesuai dengan
dalil “Goverment by law, not by men” (pemerintahan
berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan
abad ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai
konstitusionalisme, (kekuasaan terbatas dan jaminan hak dasar
warga negara). Mendapatkan perumusan secara yuridis.

3.2 Timbulnya Latar Belakang Konstitusi


Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bahkan, setelah abad
pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat dikatakan
tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi
merupakan hukum dasarnya suatu Negara. Dasar-dasar
penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai
hukum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi
dinamakan Negara konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan
secara ideal sebagai Negara konstitusional maka konstitusi Negara
tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan ciri-ciri dari

9
konstitusionalisme. Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan
tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme sendiri merupakan
suatu ide,gagasan, atau paham. Oleh sebab itu, bahasan tentang
negara dan konstitusi pada bab ini terdiri atas konstitusionalisme,
konstitusi Negara, UUD 1945 sebagai Konstitusi Negara Republik
Indonesia, dan Sistem ketatanegaraan Indonesia.
Manusia hidup bersama dalam berbagai kelompok yang
beragam latar belakangnya. Mula-mula manusia hidup dalam sebuah
keluarga. Lalu berdasarkan kepentingan dan wilayah tempat
tinggalnya, ia hidup dalam kestuan sosial yang disebut masyarakat
dan pada akhirnya menjadi bangsa. Bangsa adalah kumpulan
masyarakat yang membentuk suatu negara. Berkaitan dengan
tumbuh kembangnya bangsa, terdapat berbagai teori besar dari para
ahli untuk mewujudkan suatu bangsa yang memiliki sifat dan
karakter sendiri. Istilah bangsa memiliki berbagai makna dan
pengertian nya yang berbeda-beda. Bangsa merupakan terjemahan
dari kata “nation” (dalam bahasa inggris). Kata nation bermakna
keturunan atau bangsa.

3.3 Negara harus memiliki konstitusi

Konstitusi merupakan suatu hal penting yang ada dan

diterapkan dalam berbagai negara. Dalam hal ini, konstitusi

merupakan suatu norma sistem politik dan hukum yang memuat

dasar-dasar peraturan di suatu negara. Dengan begitu,

konstitusi dapat dikatakan sebagai prinsip dasar yang menjadi

pegangan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Indonesia juga termasuk salah satu negara yang

menerapkan konstitusi dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara. Dalam hal ini, konstitusi yang dianut Indonesia tidak

10
lain adalah Undang-Undang Dasar 1945. UUD 1945 memuat

dasar-dasar dan tujuan negara yang dibentuk pada masa awal

pemerintahan Indonesia. Tanpa konstitusi, sebuah negara tidak

akan mencapai tujuan yang sesuai dengan harapan

masyarakatnya. Tanpa konstitusi, tidak ada yang mengatur hak-

hak asasi warga negaranya.

11
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
1. Konstitusi merupakan salah satu syarat terbentuknya suatu
negara, tanpa adanya konstitusi negara tersebut tidak mungkin
terbentuk. Di dalam sebuah konstitusi memuat banyak
kepentingan seputar tatanan organisasi negara, HAM, UUD dan
banyak lagi. Konstitusi juga memiliki kedudukan dan pengaruh
sangat besar bagi suatu negara karena fungsinya dalam
mengatur kekuasaan.
2. Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
3. konstitusi dapat dikatakan sebagai prinsip dasar yang

menjadi pegangan dalam menjalankan kehidupan

bermasyarakat dan bernegara. Tanpa konstitusi, sebuah

negara tidak akan mencapai tujuan yang sesuai dengan

harapan masyarakatnya. Tanpa konstitusi, tidak ada yang

mengatur hak-hak asasi warga negaranya.

4.2 Saran
Demikian pokok bahasan makalah ini yang dapat kami paparkan,
besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat untuk kalangan
banyak orang. Karena keterbatasan pengetahuan dan refensi
penulisan ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun
sangat harapan agar makalah ini dapat disusun menjadi lebih baik
lagi.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

Dr. I Putu Ari Astawa, S. M. (2017). IDENTITAS NASIONAL. Bali.


Lubis, M. A. (2018). Pembelajaran PPKn (Teori Pengajaran Abad 21
di SD/MI). Yogyakarta: Samudra Biru.
Sugianto. (1991). Identitas dan Hakikat Bangsa Kita. Jakarta.
Wulandari, T. (2021, 9 6). Goo ru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan
Kuliah di Perguruan Tinggi.gle. Retrieved from
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5711555/5-urutan-lambang-
pancasila-sila-1-5-dan-maknanya
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn, (Yogyakarta: Samudra Biru,
2018), hal. 33-38.
Prof. Hans. Khon. Nasionalisme Arti dan Sejarahnya. (Jakarta: Erlangga.
1984), hal. 56

14

Anda mungkin juga menyukai