Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEGARA DAN KONSTITUSI

Dosen Pengampu: Dr. Tetep, M.Pd.

Di Susun Oleh kelompok 2 ( 1 / F )


Laksamana Joansyah (24081123122)

Mita Aulia (24081123124)

Nurman Nurahman (24081123152)

Pitri Juwita (24081123134)

Rizki Nur Ikhsan (24081123135)

PROGRAM STUDI S-1 KEWIRAUSAHAAN


FAKULTAS KEWIRAUSAHAAN
UNIVERSITAS GARUT

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memberikan wawasan
mengenai mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan, dengan judu “ NEGARA DAN
KONSTITUSI”. Dengan materi kuliah ini kami diharapkan mahasiswa mampu untuk
memahami makna dari Negara dan konstitusi di Indonesia.
Dengan demikian, kami sadar materi ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu,
kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak,
agar bisa menjadi lebih baik lagi. Kami berharap semoga tulisan ini dapat memberi informasi
yang berguna bagi pembacanya, terutama mahasiswa, supaya bisa memahami pengertian
negara dan konstitusi, karena kita adalah penerus Bangsa Indonesia.

Garut, 13 Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii


BAB I ......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
Latar Belakang ....................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
Tujuan Penulisan .................................................................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3
2.1 Negara .............................................................................................................................. 3
2.2 Konstitusi ......................................................................................................................... 5
2.3 Negara dan Konstitusi .................................................................................................... 10
BAB III .................................................................................................................................... 11
PENUTUPAN .......................................................................................................................... 11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Keberadaan UUD 1945 yang selama ini disakralkan, dan tidak boleh diubah
kini telah mengalami beberapa perubahan. Tuntutan perubahan terhadap UUD 1945 itu
pada hakekatnya merupakan tuntutan bagi adanya penataan ulang terhadap kehidupan
berbangsa dan bernegara. Atau dengan kata lain sebagai upaya memulai “kontrak
sosial” baru antara warga negara dengan negara menuju apa yang dicita-citakan
bersama yang dituangkan dalam sebuah peraturan dasar (konstitusi). Perubahan
konstitusi ini menginginkan pula adanya perubahan sistem dan kondisi negara yang
otoritarian menuju kearah sistem yang demokratis dengan relasi lembaga negara yang
seimbang. Dengan demikian perubahan konstititusi menjadi suatu agenda yang tidak
bisa diabaikan. Hal ini menjadi suatu keharusan dan amat menentukan bagi jalannya
demokratisasi suatu bangsa. Realitas yang berkembang kemudian memang telah
menunjukkan adanya komitmen bersama dalam setiap elemen masyarakat untuk
mengamandemen UUD 1945. Bagaimana cara mewujudkan komitmen itu dan siapa
yang berwenang melakukannya serta dalam situasi seperti apa perubahan itu terjadi,
menjadikan suatu bagian yang menarik dan terpenting dari proses perubahan konstitusi
itu. Karena dari sini akan dapat terlihat apakah hasil dicapai telah merepresentasikan
kehendak warga masyarakat, dan apakah telah menentukan bagi pembentukan wajah
Indonesia kedepan.
Wajah Indonesia yang demokratis dan pluralistis, sesuai dengan nilai keadilan
sosial, kesejahteraan rakyat dan kemanusiaan. Dengan melihat kembali dari hasil-hasil
perubahan itu, kita akan dapat dinilai apakah rumusan-rumusan perubahan yang
dihasilkan memang dapat dikatakan lebih baik dan sempurna. Dalam artian, sampai
sejauh mana rumusan perubahan itu telah mencerminkan kehendak bersama. Perubahan
yang menjadi kerangka dasar dan sangat berarti bagi perubahan-perubahan selanjutnya.
Sebab dapat dikatakan konstitusi menjadi monumen sukses atas keberhasilan sebuah
perubahan.

1
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Negara?
2. Apa pengertian konstitusi?
3. Bagaimana hubungan Negara dengan konstitusi?
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa itu negara.
2. Untuk mengetahui apa itu konstitusi.
3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan negara dengan konstitusi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Negara
2.1.1 Pengertian Negara
Negara adalah suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok
manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di
wilayahnya.Organisasi negara dalam suatu wilayah bukanlah satu-satunya organisasi,
ada organisasi-organisasi lain (keagamaan, kepartaian, kemasyarakatan dan
organisasi lainnya yang masing-masing memiliki kepribadian yang lepas dari masalah
kenegaraan). Kurang tepat apabila negara dikatakan sebagai suatu masyarakat yang
diorganisir. Adalah tepat apabila dikatakan diantara organisasi-organisasi di atas,
negara merupakan suatu organisasi yang utama di dalam suatu wilayah karena
memiliki pemerintahan yang berwenang dan mampu untuk dalam banyak hal campur
tangan dalam bidang organisasi-organisasi lainnya.
Menurut Krasner (1978:10) merumuskan negera sebagai sejumlah peran dan
institusi yang memiliki dorongan dan tujuan khusus yang berbeda dari kepentingan
kelompok tertentu mana pun dalam masyarakat.
Menurut Eric Nordlinger daam bukunya On the Autonomy of the Democratic
State (1981:11) melihat negara sebagai semua individu yang memegang jabatan di
mana jabatan tersebut memberikan kewenangan kepada invidu-individu untuk
membuat dan menjalankan keputusan – keputusan yang dapat mengikat pada sebagian
atau keseluruhan dari segmen-segmen dalam masyarakat.
2.1.2 Unsur Pembentuk Negara
Ada beberapa elemen atau unsur utama yang membentuk negara, antara lain:
1. Rakyat
Unsur ini sangat penting dalam suatu negara, oleh karena orang
atau manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang pertama-
tama berkepentingan agar organisasi negara berjalan baik. Merekalah
yang kemudian menentukan dalam tahap perkembangan negara
selanjutnya. Pentingnya unsur rakyat dalam suatu negara tidak hanya
diperlukan dalam ilmu kenegaraan (staatsleer) tetapi perlu juga perlu

3
melahirkan apa yang disebut ilmu kemasyarakatan (sosiologi) suatu
ilmu pengetahuan baru yang khusus menyelidiki, mempelajari hidup
kemasyarakatan. Sosiologi merupakan ilmu penolong bagi ilmu hukum
tata negara.
2. Wilayah
Tidak mungkin ada negara tanpa suatu wilayah. Disamping
pentingnya unsur wilayah dengan batas-batas yabng jelas, penting pula
keadaan khusus wilayah yang bersangkutan, artinya apakah layak suatu
wilayah itu masuk suatu negara tertentu atau sebaliknya dipecah
menjadi wilayah berbagai negara. Apabila mengeluarkan peraturan
perundang-undangan pada prinsipnya hanya berlaku bagi orang-orang
yang berada di wilayahnya sendiri. Orang akan segera sadar berada
dalam suatu negara tertentu apabila melampaui batas-batas wilayahnya
setelah berhadapan dengan aparat (imigrasi negara) untuk memenuhi
berbagai kewajiban yang ditentukan.
3. Pemerintah
Pemerintahan dalam negara adalah pemerintahan memiliki
kekuasaan atas semua anggota masyarakat yang merupakan penduduk
suatu negara dan berada dalam wilayah negara.
Untuk mewujudkan cita- cita bersama tersebut dijumpai bentuk-
bentuk negara dan pemerintahan.Pada umumnya, nama sebuah negara
identik dengan model pemerintahan yang dijalankannya,
misalnya,negara demokrasi dengan pemerintahan sistem perlementer
atau presidensial. Ketiga unsur ini dilengkapi dengan unsur negara
lainnya, konstitusi.
4. Pengakuan Dari Negara Lain
Negara sebagai objek penting dalam hubungan internasional
maupun dalam pemerintahan. Negara berdiri dan diakui keberadaannya
jika memenuhi syarat tertentu. Syarat berdirinya suatu negara kerap
disebut dengan unsur-unsur berdirinya suatu negara. Unsur atau syarat
berdirinya suatu negara merupakan elemen dan hal yang dianggap perlu
untuk terbentuknya suatu negara. Syarat berdirinya suatu negara, adalah
adanya pengakuan secara de facto dan de jure.

4
Pengakuan de facto adalah pengakuan secara fakta, kenyataan.
Contohnya, Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 dan unsur
negaranya dapat terpenuhi pada keesokan harinya yakni 18 Agustus
1945. Pengakuan de facto bersifat sementara sambil menunggu
perkembangan berikutnya.
Pengakuan de jure adalah pengakuan resmi dalam hukum
internasional. Jika suatu negara telah diakui secara de jure, maka negara
tersebut mendapatkan hak dan kewajibannya sebagai anggota
masyarakat internasional dan diakui oleh negara lain di dunia. Untuk
mendapatkan pengakuan de jure, negara tersebut harus berperan aktif
menunjukkan ia mampu memenuhi hak dan kewajiban yang ada. Setelah
itu, barulah negara lain mengakuinya sebagai negara yang berada.
Indonesia diakui oleh Mesir pada 1947, Belanda pada 1949, PBB pada
1950, Inggris pada 1947, Amerika Serikat pada 1947, Rusia pada 1948.

2.2 Konstitusi
2.2.1 Pengertian Konstitusi
Perkataan “konstitusi” berarti “pembentukan” berasal dari kata kerja
“constituer” (Perancis) yang berarti “membentuk”. Sementara istilah Undang-
Undang Dasar merupakan terjemahan dari bahasa Belanda grondwet. Dalam
kepustakaan Belanda, selain grondwet juga digunakan istilah constitutie. Kedua
istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama. Dalam bahasa Indonesia dijumpai
istiah hukum yang ain yakni, hukum dasar. Dalam perkembangannya istilah
konstitusi memiiki dua pengertian, yakni pengertian yang sempit dalam arti tidak
menggambarkan seluruh kumpuan peraturan, baik yang tertulis dan yang tidak
tertulis maupun yang dituangkan daam suatu dokumen tertentu seperti yang berlaku
di Amerika Serikat, yakni pengertian yang luas dimana menurut Bolingbroke “by
constitution, we mean, whenever we speak with propriety and exactness, that
assemblage of laws, institution and customs, derived from certain fixed principes of
reason, that compose the general system, according to which the community had
agreed to be governed”.
2.2.2 Unsur-Unsur Konstitusi
Di dalam sebuah negara, pastilah terdapat konstitusi karena seperti diketahui
konstitusi merupakan hal paling fundamental yang mengatur jalannya sebuah

5
pemerintahan. Selain itu konstitusi juga mengatur tugas atau pembagian
wewenang/ atau kekuasaan diantara legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Indonesia memiliki konstitusi yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 (UUD 1945), maka undang-undang inilah yang menjadi
landasan atau acuan dalam menjalankan kegiatan pemerintahan.
Selain itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
(UUD 1945) ini adalah sumber hukum tertinggi dari negara Indonesia.
Undang-Undang Dasar atau konstitusi negara tidak hanya berfungsi
membatasi kekuasaan pemerintah, akan tetapi juga menggambarkan struktur
pemerintahan suatu negara. Menurut Savornin Lohman ada 3 (tiga) unsur yang
terdapat dalam konstitusi (Lubis, 1982: 48), yakni :
1. Konstitusi sebagai perwujudan perjanjian Masyarakat (kontrak sosial),
sehingga menurut pengertian ini, konstitusi-konstitusi yang ada
merupakan hasil atau konklusi dari persepakatan masyarakat untuk
membina negara dan pemerintahan yang akan mengatur mereka;
2. Konstitusi sebagai piagam yang menjamin hak-hak asasi manusia, berarti
perlindungan dan jaminan atas hak-hak manusia dan warga negara yang
sekaligus penentuan batas-batas hak dan kewajiban baik warganya
maupun alat-alat pemerintahannya.
3. Konstitusi sebagai forma regimenis, yaitu kerangka bangunan
pemerintahan.
2.2.3 Fungsi Konstitusi
Berdasarkan pandangan yang dikemukakan K.C Wheare, C.F Strong,
Henc van Maarseven, Lawrence Beer, M. Rosenfeld, Sri Soemantri, E.C.S
Wade, William G. Andrews, dan Jimly Asshiddiqie, menurut Komisi
Konstitusi MPR RI kedudukan dan fungsi konstitusi adalah:
1. Konstitusi berfungsi sebagai dokumen nasional (national document)
yang mengandung perjanjian luhur, berisi kesepakatan-kesepakatan
tentang politik, hukum, pendidik-an, kebudayaan, ekonomi,
kesejahteraan, dan aspek fundamental yang menjadi tujuan negara.
2. Konstitusi sebagai piagam kelahiran baru (a birth certificate of new state)
Hal ini juga merupakan bukti adanya pengakuan masyarakat
internasional, termasuk untuk menjadi anggota PBB, oleh karena itu,
sikap kepatuhan suatu negara terhadpa hokum internasional ditandai
6
dengan KC. Wheare. Loc.Cit. hlm 1-2 adanya ratifikasi terhadap
perjanjian-perjanjian internasional.
3. Konstitusi sebagai sumber hukum tertinggi. Konstitusi mengatur maksud
dan tujan terbentuknya suatu negara dengan sistem administrasinya
melalui adanya kepastian hukum yang terkandung dalam pasal pasalnya,
unifikasi hukum nasional, social control, memberikan legitimasi atas
berdirinya lembaga-lembaga negara termasuk pengaturan tentang
pembagian dan pemisahan kekuasaan antara organ legislatif, eksekutif,
dan yudisial.
4. Konstitusi sebagai identitas nasional dan lambang persatuan. Konstitusi
menjadi suatu sarana untuk memperlihatkan berbagai nilai dan norma
suatu bangsa dan negara, misalnyasimbol demokrasi, persatuan, keadilan,
kemerdekaan, negara hukum, yang dijadikan sandaran untuk mencapai
kemajuan dan keberhasilan tujuan negara. Konstitusi suatu negara
diharapkan dapat menyatakan persepsi masyarakat dan pemerintah,
sehingga mem-perlihatkan adanya nilai identitas kebangsaan, persatuan
dan kesatuan, perasaan bangga dan kehormatan sebagai bangsa yang
bermartabat.. Konstitusi dapat memberikan pemenuhan dan harapan-
harapan sosial, ekonomi, dan kepentingan politik. Konstitusi tidak saja
mengatur pembagian dan pemisahan kekuasaan dalam lembaga-lembaga
politik seperti legislatif, eksekutif, dan yudisial, akan tetapi juga mengatur
tentang penciptaan keseimbangan hubungan (check and balances) antara
aparat pemerintah di pusat maupun daerah Konstitusi sebagai alat untuk
membatasi kekuasaan.Konstitusi dapat berfungsi untuk membatasi
kekuasaan,mengendalikan perkembangan dan situasi politik yang selalu
berubah, serta berupaya untuk menghindarkan adanya penyalahgunaan
kekuasaan.Berdasarkan alasan tersebut, menjadi sangat penting
diperhatikan seberapa jauh formulasi pasal-pasal dalam konstitusi
mengakomodasikan materi muatan pokok dan penting, sehingga dapat
mencegah timbulnya penafsiran yang beraneka ragam (ambiguitas).
5. Konstitusi sebagai pelindung HAM dan kebebasan warga negara.
Konstitusi memberikan perlindungan terhadap hakhak asasi manusia dan
hakhak kebebasan warga negara. Hal ini merupakan pengejawantahan
suatu negara hukum denga ciri-ciri equlity before the law, nondiskriminatif
7
dan keadilan hukum (legal justice) dan keadilan moralitas (social and
moral justice).
6. Berfungsi mengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
7. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun
kegiatan penyelenggaraan kekuasaan negara.
8. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang
asli (yang dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
9. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagunagn kebangsaan
(identity of nation) .
10. Fungsi simbolik pusat upacara (center of ceremony).15 Shepherd L.
Writman dan John J. Wuest berpendapat bahwa fungsi terpenting
konstitusi adalah menetapkan prinsip-prinsip dasar bagi organisasi dan
sikap tindakan pemerintahan. Selengkapnya mereka menyatakan “It major
function is to estabilish fundamental principles for the organization and
conduct of government”. 16 Fungsi konstitusi menurut K.C. Wheare,
yakni “…Its function is to regulate institutions, to govern a government ”.
17 Sementara itu Henc van Maarseven dan Ger van der Tang dalam sebuah
studinya terhadap konstitusi-konstitusi di dunia dan yang dituangkan
dalam buku dengan judul Written Constitution, antara lain mengatakan
bahwa :
1. Constitution as means of forming the state’s own political and legal
system;
2. Constitution as a national document dan as a birth certificate dan
bahkan.
2.2.4 Macam-Macam Konstitusi
Konstitusi dapat dibedakan menjadi dua macam , yaitu :
1. Konstitusi tertulis
Konstitusi tertulis yaitu suatu naskah yang menjabarkan (menjelaskan)
kerangka dan tugas-tugas pokok dari badan-badan pemerintahan serta
menentukan cara kerja dari badan-badan pemerintahan tersebut.
Konstitusi tertulis ini dikenal dengan sebutan undang-undang dasar.
2. Konstitusi tidak tertulis

8
Konstitusi tidak tertulis merupakan suatu aturan yang tidak tertulis yang
ada dan dipelihara dalam praktik penyelenggaraan negara di suatu
negara. Konstitusi tidak tertulis ini dikenal dengan sebutan konvensi.
2.2.5 Konstitusi yang pernah berlaku di Indoneia
Ada beberapa konstitusi yang pernah berlaku di Indonesia, diantaranya :
1. Periode 18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949
(Penetapan Undang-Undang Dasar 1945)
Saat Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945,
Republik yang baru ini belum mempunyai undang-undang dasar. Sehari
kemudian pada tanggal 18 Agustus 1945 Rancangan Undang-Undang
disahkan oleh PPKI sebagai Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
setelah mengalami beberapa proses.
2. Periode 27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950
(Penetapan konstitusi Republik Indonesia Serikat)
Perjalanan negara baru Republik Indonesia ternyata tidak luput dari
rongrongan pihak Belanda yang menginginkan untuk kembali berkuasa
di Indonesia. Akibatnya Belanda mencoba untuk mendirikan negara-
negara seperti negara Sumatera Timur, negara Indonesia Timur, negara
Jawa Timur, dan sebagainya. Sejalan dengan usaha Belanda tersebut
maka terjadilah agresi Belanda 1 pada tahun 1947 dan agresi 2 pada tahun
1948. Dan ini mengakibatkan diadakannya KMB yang melahirkan negara
Republik Indonesia Serikat. Sehingga UUD yang seharusnya berlaku
untuk seluruh negara Indonesia itu, hanya berlaku untuk negara Republik
Indonesia Serikat saja.
3. Periode 17 Agustus 1950 – 5 Juli 1959
(Penetapan Undang-Undang Dasar Sementara 1950)
Periode federal dari Undang-undang Dasar Republik Indonesia Serikat
1949 merupakan perubahan sementara, karena sesungguhnya bangsa
Indonesia sejak 17 Agustus 1945 menghendaki sifat kesatuan, maka
negara Republik Indonesia Serikat tidak bertahan lama karena terjadinya
penggabungan dengan Republik Indonesia. Hal ini mengakibatkan
wibawa dari pemerintah Republik Indonesia Serikat menjadi berkurang,
akhirnya dicapailah kata sepakat untuk mendirikan kembali Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Bagi negara kesatuan yang akan didirikan
9
jelas perlu adanya suatu undang-undang dasar yang baru dan untuk itu
dibentuklah suatu panitia bersama yang menyusun suatu rancangan
undang-undang dasar yang kemudian disahkan pada tanggal 12 Agustus
1950 oleh badan pekerja komite nasional pusat dan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat dan senat Republik Indonesia Serikat pada tanggal 14
Agustus 1950 dan berlakulah undang-undang dasar baru itu pada tanggal
17 Agustus 1950.
4. Periode 5 Juli 1959 – sekarang
(Penetapan berlakunya kembali Undang-Undang Dasar 1945)
Dengan dekrit Presiden 5 Juli 1959 berlakulah kembali Undang-Undang
Dasar 1945. Dan perubahan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara
Orde Lama pada masa 1959-1965 menjadi Majelis Permusyawaratan
Rakyat Sementara Orde Baru. Perubahan itu dilakukan karena Majelis
Permusyawaratan Rakyat Sementara Orde Lama dianggap kurang
mencerminkan pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni
dan konsekuen.

2.3 Negara dan Konstitusi


2.3.1 Hubungan Negara dan Konstitusi
Hubungan antara konstitusi dan negara sangat erat. Negara dalam hal ini
pemerintah, tidak dapat menjalankan kekuasaannya tanpa adanya konstitusi. Dan
sebaliknya, konstitusi tidak dapat terjadi tanpa negara. Namun, pembentukan konstitusi
adalah kehendak rakyat, karena rakyat memiliki kedaulatan atas negara. Menurut K.C.
Dimana, konstitusi digambarkan sebagai sistem pemerintahan negara dan kumpulan
berbagai keputusan yang membentuk dan mengatur pemerintahan. Artikel ini mengkaji
dan menganalisis berbagai peraturan perundang-undangan berbasis teori dari sudut
pandang hukum untuk menjawab persoalan hubungan antara konstitusi dan negara
dalam konsep konstitusionalisme.

10
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:

1. Negara merupakan suatu organisasi di antara sekelompok atau beberapa kelompok


manusia yang secara bersama-sama mendiami suatu wilayah (territorial) tertentu
dengan mengakui adanaya suatu pemerintahan yang mengurus tata tertib dan
keselamatan sekelompok atau beberapa kelompok manusia yang ada di
wilayahnya.
2. Perkataan “konstitusi” berarti “pembentukan” berasal dari kata kerja “constituer”
(Perancis) yang berarti “membentuk”. Sementara istilah Undang-Undang Dasar
merupakan terjemahan dari bahasa Belanda grondwet. Dalam kepustakaan
Belanda, selain grondwet juga digunakan istilah constitutie. Kedua istilah tersebut
mempunyai pengertian yang sama.
3. Hubungan antara konstitusi dan negara sangat erat. Negara dalam hal ini
pemerintah, tidak dapat menjalankan kekuasaannya tanpa adanya konstitusi. Dan
sebaliknya, konstitusi tidak dapat terjadi tanpa negara.

3.2 Saran
Harus lebih Menjaga kerukunan antarsuku, ras, dan agama, sesuai dengan prinsip
negara yang jamak,Memahami dan menghargai nilai-nilai fundamental dalam konstitusi,
seperti Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,Memperjelas dan memperinci pembagian
kekuasaan dalam pemerintahan untuk mencegah pemusatan kekuasaan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Asshiddiqiie, Jimly, 2010. Konstitusi dan Konstitusialisme Indonesia. Jakarta, Sinar Grafika.

Bedjo, Zainul Akhyar. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education).


Banjarmasin:Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lambung Mangkurat.

Budiarto, Miriam. 1987. Dasar-dasar Ilmu politik, Jakarta: Gramedia Pustaka Media

Diponolo, GS. 1975. Ilmu Negara, Jilid 1, Jakarta :Balai Pustaka

Harsoyo, dkk. 1982. Pendidikan Moral Pancasila. Solo: Tiga Serangkai

Kaelan, M.S. 1999. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan, paradigm, Yogyakarta

Lubis, M. Solly. 1982 Asas-asas Hukum Tata Negara. Bandung: Alumni

Nasution, Mirza. 2004. Negara dan Konstitusi. Jakarta:Erlangga

Sukonto Bambang Priyo, 2009.Panduan Belajar Pendidikan Keawrganegaraan. Yogyakarta:


Primagama

12

Anda mungkin juga menyukai