Anda di halaman 1dari 13

LEGITIMASI KEKUASAAN DAN KEKUASAAN HUKUM DALAM

NEGARA

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Negara

Oleh:

Kelompok 5

Roy Sarman 184301158


Raden Eva Purnama 214301168
Puspa Ningsih 214301129
Ramadatul Qudri 214301135
Sarah Ramadha 214301154
Natasha Wijaya 214301145
Maulana Fajril 214301151

Dosen Mata Kuliah

Josua Hari Mulya, S.H., M.H.

SEKOLAH TINGGI HUKUM BANDUNG

2021
Kata Pengantar

Puji dan Syukur kami ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esha, yang
karena berkah, rahmat, serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas Makalah Ilmu Negara ini sebaik mungkin dan dapat tepat
waktu.

Makalah ini Kami buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Semester Ganjil, Yakni Ilmu Negara. Makalah ini kami beri judul “Legitimasi
Kekuasaan Dan Kekuasaan Hukum Dalam Negara” yang ditinjau dari studi ilmu
negara dalam ruang lingkup masyarakat Indonesia dalam menerima kekuasaan
dan hukum yang berlaku.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen kami, Josua Hari
Mulya, S.H., M.H. sebagai Dosen yang telah berkenan memberikan kepada kami
dasar-dasar pengetahuan terkait bahasan yang akan kami sampaikan dalam tugas
ini. Tak luput pula kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah
membantu kelancaran pembuatan makalah ini, baik yang terlibat secara langsung
maupun tidak langsung.

Besar harapan kami, makalah ini dapat dijadikan bahan ajar, evaluasi, serta
amalan jariyah yang bermanfaat dalam proses pembelajaran Ilmu Negara,
khususnya dalam pokok bahasan Ilmu Negara terkait Legitasi Kekuasaan dan
Kekuasaan hukum ini. Tentunya kami menyadari dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dalam makalah ini, maka kami berharap bisa mendapatkan
masukan maupun kritik yang membangun, demi kemaslahatan bersama. Terima
kasih.

Bandung, 05 Desember 2021

Tim Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.......................................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Aspek Legitimasi Kekuasaan....................................................................3


B. Aspek Legitimasi Hukum..........................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Simpulan....................................................................................................9

Daftar Pustaka.......................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah Negara diterjemahkan dari kata-kata asing Staat (bahasa
Belanda dan Jerman); State (bahasa Inggris); Etat (bahasa Prancis). Istilah
Staat mempunyai sejarah sendiri. Istilah itu mula-mula dipergunakan
dalam abad ke-15 di Eropa Barat.Anggapan umum yang diterima bahwa
kata staat (state, etat) itu dialihkandari kata bahasa Latin status atau
statum.1 Secara etimologis kata statusdi dalam bahasa latin klasik adalah
suatu isltilah abstrak yang menunjukan keadaan yang tegak dan tetap, atau
sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap. Menurut Robert M.
Mac Yver Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di
dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan sistem hukum
yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut
diberi kekuasaan memaksa.2
Maka dari itu di dalam setiap negara terdapat setiap lembaga yang
ada memiliki fungsi dan tugasnya masing-masing dalam menjalankan
pemerintahan negara tersebut agar sesuai dengan aturan yang telah
ditetapkan. Di Indonesia dapat dilihat bahwa Indonesia memiliki
kelembagaan seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Komisi Yudisial (KY), Makhkamah
Agung (MA), Komisi Yudisial (KY) dan lembaga di daerah lainnya. 3 Para
pendiri negara atau founding fathers negara Indonesia telah
mengamanatkan di dalam konstitusi negara bahwa Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI) adalah negara berdasarkan hukum (rechtstaat)
dan bukan negara kekuasaan belaka (machstaat), hal ini secara jelas diatur
secara tertulis dalam Undang-undang Dasar 1945 dalam pasal 1 ayat (3)
yang tertulis “Negara Republik Indonesia adalah negara hukum”.

1
Ni’matul Huda, Ilmu Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 1.
2
Robert M. Mac Yver dalam https://id.scribd.com/document/423366355/Ilmu-negara-word-1
diakses 5 Desember 2021
3
Fahmiyeni Adriati, “Negara Hukum Indonesia” dalam https://osf.io/preprints/gz4c3/ diakses
pada 5 Desember 2021

1
Sehingga menjadi konsekuensi logis bagi Indonesia yang merupakan
negara hukum yaitu segala aktivitas masyarakat.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa negara melakukan
penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah berdasarkan
sistem hukum dan hal tersebut telah diatur dalam konstitusi bangs aini.
Namun perlu diketahui bagaimana kekuasaan dan hukum di Indonesia
dapat berjalan hingga saat ini karena terjadi suatu legitimasi. Maka dari itu
perlu diketahui legitimasi kekuasaan dan hukum yang dianalisi dalam
ruang lingkup akademis. Hal inilah yang melatarbelakangi tim penulis
melakukan analisis dalam makalah yang berjudul “LEGITIMASI
KEKUASAAN DAN KEKUASAAN HUKUM NEGARA”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan memperhatikan pokok-
pokok pikiran tersebut di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana legitimasi kekuasan dalam negara?
2. Bagaimana legitimasi kekuasaan hukum dalam negara?
C. Tujuan Penulisan
Setiap penelitian dilakukan untuk mewujudkan suatu tujuan
tertentu. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui legitimasi kekuasaan dalam negara;
2. Untuk mengetahui legitimasi kekuasaan hukum dalam negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Legitimasi Kekuasaan
1. Pengertian
Legitimasi kekuasaan secara terminologi berasal dari dua kata
yaitu Legitimasi dan Kekuasaan. Legitimasi secara etimologi
legitimasi berasal dari bahasa latin “lex” yang berarti hukum. Kata
legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal
dan legitim. Jadi secara sederhana legitimasi adalah kesesuaian suatu
tindakan perbuatan dengan hukum yang berlaku, atau peraturan yang
ada, baik peraturan hukum formal, etis, adat istiadat maupun hukum
kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara sah. Konsep
legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan.
Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral
pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang
mengikat masyarakat ataukah tidak. Apabila masyarakat menerima
dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan
keputusan yang mengikat masyarakat maka kewenangan itu
dikategorikan sebagai berlegitimasi. Maksudnya, legitimasi merupakan
penerimaan dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin
untuk memerintah, membuat dan melaksanakan keputusan politik.4
Dan kekuasaan secara umum adalah kemampuan untuk
mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan
dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memerintah
(agar yang diperintah patuh) dan juga memberi keputusan- keputusan
yang secara langsung dan tidak langsung mempengaruhi tindakan-
tindakan pihak lainnya. Max Weber menyatakan bahawa kekuasaan
adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk
menyadarkan masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri sekaligus

4
Diakses dari https://www.scribd.com/document/442345539/kekuasaan-kewenangan-dan-
legitimasi pada 5 Desember 2021

3
menerapkannya terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-
orang atau golongan- golongan tertentu.5
2. Bentuk Negara
Kekuasaan merupakan unsur penting dalam kehidupan masyarakat
karena peranannya dapat menentukan nasib berjuta-juta orang.
Kekuasaan masih sederhana maupun masyarakat besar yang kompleks.
Adapun keberadaan kekuasaan tergantung pada bagaimana negara itu
terbentuk.
Negara ditinjau dari segi susunannya akan menimbulkan dua
kemungkinan bentuk yaitu :
a. Negara Kesatuan. Ini adalah negara yang bersusunan tunggal.
b. Negara Federasi. Ini adalah negara yang bersusunan jamak.
1. Negara Kesatuan
Negara ini juga disebut negara Unitaris. Diinjau dani segi
susunannya, negara kesatuan adalah negara yang tidak tersusun
daripada beberapa negara, seperi hainya dalam negara federasi,
melainkan negara inuisifatnya tunggal, antinya hanya ada satu negara,
tidak ada negara didalam negara. Jadi dengan demikian di dalam
negara kesatuan itu juga hanya ada salu pemeritahan, yaitu
pemerintahan pusat yang mempunyai kekuasaan atau wewenang
tertinggi dalam segala lapangan pemerintahan. Pemerintahan pusat
inilah yang pada tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan
segala sesuatu dalam negara tersebut.6 Moh. Mahfud MD menegaskan
negara kesatuan adalah negara yang kekuasaannya dibagi ke daerah-
daerah melalui pemberian otonomi atau pemberian wewenang kepada
daerah-daerah untuk mengurus dan mengatur rumah tangganya mereka
sendiri melalui desentralisasi atau dekonsentralisasi. Sehingga,
daerahdaerah mendapatkan hak yang datang dari, atau diberikan oleh,
pemerintah pusat berdasarkan undang-undang dan konstitusi.7
2. Negara Federasi
5
Max Weber dalam Jeanne Dare, Kekuasaan Dan Kepemimpinan Sebagai Proses Sosial Dalam
Bermasyarakat diakses dari https://media.neliti.com/media/publications/130355-ID-kekuasaan-
dan-kepemimpinan-sebagai-prose.pdf pada 5 Desember 2021
6
Abu Daud Busroh, Ilmu Negara (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), hlm. 64-65

4
Sifat dasar negara federal adalah adanya pembagian kekuasaan antara
pemerintahan federal dengan unit federal. Ada tiga hal yang
membedakan Negara Federal satu sama lainnya: pertama, cara
pembagian kekuasaan antara pemerintah Federal dengan pemerintah
negara bagian; Kedua, betuk otoritas untuk melindungi supremasi
konstitusi di atas otoritas Federal dan otoritas negara jika muncul
konflik di antara keduanya; ketiga, menurut cara perubahan konstitusi
jika dikehendaki adanya perubahan semacam itu. Salah satu ciri
Negara Federal adalah bahwa ia mencoba menyelesaikan dua
konsepyang sebenarnya bertentangan, yaitu kedaulatan Negara Federal
dalam keseluruhannya dan kedaulatan negara bagian. Penyelenggaraan
kedaulatan ke luar dari negara-negara bagian diserahkan sepenuhnya
kepada pemerintahan Federal Untuk membentuk suatu Negara Federal
menurut C.F Strongdiperlukan dua syarat, yaitu: Pertama adanya
perasaan sebangsa di antara kesatuan-kesatuan pollitik yang hendak
membentuk sederasi itu, dan Kedua adanya keinginan pada kesatuan-
kesatuan politik yang hendak mengadakan ikatan terbatas, oleh karena
itu apabila kesatuan-kesatuan politik itu menghendaki persatuan
sepenuhnya, maka bukan federasi lah yang akan di bentuk, melaikan
Negara Kesatuan.8
3. Aspek Legitimasi Kekuasaan
1. Objek Dan Jenis Kekuasaan
Betapa besarnya kekuasaan seseorang dia berhadapan dengan tuntutan
untuk mempertanggungjawabkannya karena masyarakat berhak untuk
menuntut peratanggungjawaban. Seorang penguasa hams mempunyai
wibawa, bertangungjawab dan berbudi pekerti yang luhur. Legitimasi
kekuasaan meiiputi:
a. Legitimasi etis yaitu pembenaran atau pengabsahan wewenang
Negara (kekuasaan Negara) berdasarkan prinsip-prinsip moral

7
Mahfud MD dalam Aldo Marta Nilanta https://thesiscommons.org/vk6ws/download?
format=pdf diakses pada 5 Desember 2021
8
Elvi Fauzia https://osf.io/aqrfg/download/?format=pdf diakses pada 5 Desember 2021

5
b. Legitimasi legalitas yaitu keabsahan kekuasaan itu berkaitan dengan
fungsi-fungsi kekuasaan Negara dan menuntut agar fungsi-fungsi itu
diperoleh dan dilakukan sesuai dengan hukum yang berlaku.

(utamain yang otoriter, demokrasi dll)


2. Sumber Kekuasaan
B. Aspek Legitimasi Kekuasaan Hukum
Seperti yang sudah di jelaskan di atas bahwa Legitimasi pada
pokoknya merupakan kesesuaian suatu tindakan perbuatan dengan hukum
yang berlaku, atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal, etis,
adat istiadat maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta
secara sah. Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap
kewenangan. Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak
moral pemimpin untuk membuat dan melaksanakan keputusan yang
mengikat masyarakat ataukah tidak. Dan Kekuasaan menurut Max Weber
adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang untuk menyadarkan
masyarakat akan kemauan-kemauannya sendiri sekaligus menerapkannya
terhadap tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-
golongan tertentu. Lalu Hukum menurut Muchtar Kusumaatmadja adalah
tidak hanya asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur manusia dalam
bermasyarakat, tetapi harus pula mencakup Lembaga (Institution) dan
proses (processes) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam
kenyataan9
Jimly Asshiddiqie, mengemukakan 5 (lima) teori kedaulatan,
yaitu : Teori Kedaulatan Negara, Teori Kedaulatan Raja, Teori Kedaulatan
Negara, Teori Kedaukatan Rakyat dan Teori Kedaulatan Hukum;
sedangkan Komisi Konstitusi mengemukakan 4 (empat) Teori Kedaulatan,
yaitu : Kedaulatan Tuhan (Gods Souvereiniteit), Kedaulatan Negara
(Staats Souvereiniteit), Ked,aulatan Hukum (Rechts Souvereiniteit) dan
Kedaulatan Rakyat (Votks Souvereiniteit).

9
Muchtar Kusumaatmadja,Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan Nasional (Bandung:
Binacipta, 1986), hlm. 11.

6
Negara yang menempatkan kekuasaan tertingi ada ditangan rakyat,
berarti semua kegiatan pemerintahan berdasarkan perataran perundang-
undangan yang berlaku, dan undang-undang ini adalah penjelmaan
kehendak sebagian besar rakyat, dan pemerintahan dikatakan : dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat, (from the people, of the people, for the
people); dan negara ini disebut negarademokrasi; nilai demokrasi ini unfuk
menyelesaikan permasalahan secara damai dan melembaga, sehingga
apabila terjadi perubahan, dilakukan secara damai, melalui peraturan
perundang-undangan yang dibuat oleh wakil-wakil rakayat dalam suatu
lem aga, dengan memperhatikan kehendak sebagian besar rakyat, dengan
mengakui keberagaman serta menjamin tewujudnya keadilan yang merata.
Kedaulatan rakyat atau demokrasi inilah yang menjadi dasar
pemikiran para pendiri negara Indonesia dahulu, bahwa demokrasi
Indonesia adalah berbeda dengan demokrasi negara-negara barat, karena
demokrasi Indonesia berdasarkan pada permusyawaratan yang
mendatangkan kesejahteraan sosial, dan rakyat mempunyai hak untuk
menentukan nasibnya sendiri, dalam arti seluas-luasnya, terutama dalam
menyusun pemerintahan sendiri dan mengatur ekonomrnya sendiri, untuk
mensejahterakan dirinya sendiri. Demokrasi sebenamya merupakan suatu
gagasan atau ide dalam melaksanakan kegiatan pemerintah dalam
pemerintahan pada suatu negara. Seluruh kegiatan dalam pemerintahan
berdasarkan peraturan atau hukum yang betlaku'yang di kuasakan kepada
pimpinan pemerintahan (lembaga eksekutif) oleh takyat, dan juga semua
peraturan dibuat oleh rakyat melalui wakil-wakil rakyat dalam lembaga
legislatif, dan ada perlindungan terhadap hak-hak rakyat baik hak_hak
kebebasan sipil, maupun hak-hak politiknya. Kebebasan hak-hak rakyat ini
tidak tanpa batas tapi dibatasi oleh peraturan yang berlaku dan telah
ditetapkan dalam konstitusi negara Pelaksanaan kedaulatan rakyat ini
dilakukan secara arif dan bijaksana, melalui kekuasaan rakyat tersebut,
akan tetapi rakyat dapat merubah atau menarik kembali mandatnya itu,
sehingga ajaran Rousseau ini berdasarkan kehendak rakyat dan penerima
mandat menjalankan kekuasaan itu harus sejalan dengan kehendak rakyat,

7
" baik keseluruhan (volente de Tous) , maupun kehendak sebagian dari
rakyat (volente generale)”
Kehendak rakyat seluruhnya (volente de Tous) ini, hanya
digunakan sekali saja, pada saat pembentukafi fiegara, melalui perjanjian
masyarakat; sedangkan kehendak sebagian dari rakyat (volente generale),
melalui keputusan suara terbanyak yang diberlakukan setelah negara
berdiri, supaya negara bisa berjalan dalam arti negara dapat menjalankan
pemerintahnnya dan memperlakukan rakyatnya sesuai dengan kehendak
sebagian besar rakyatnya itu. Ajaran Rousseau inilah yang menjadi dasar
dari asas demokrasi di negara-negara barat dan diikuti juga oleh negara-
negaralainnya di dunia ini termasuk Negara Indonesia.
Keinginan untuk menjamin hak-hak rakyat karena rakyat yang
berdaulat dalam negara, menimbulkan suatu aturan yang mendasar untuk
mengendalikan tingkah laku penguasa, setla mencegah kemungkinan
terjadinya perbuatan sewenang-wenangan dari penguasa, yang sebenarnya
hanya bekerja untuk mewujudkan keinginan rakyat. Keinginan rakyat ini,
secara keseluruhan merupakan hasrat masyarakat terpisah, untuk
menjamin aksi bersama yang efektif, sekaligus juga tetap mempertahankan
hak dan kepentingan sendiri-sendiri. Oleh karena itu, perubahan konstitusi
dilakukan dengan pertimbangan yang masak, dengan sadar dan memang
merupakan kehendak, di samping itu, rakyat diberi kesempatan untuk
pendapatnya sebelum dilakukan perubahan, karena rakyat sebagai
pemegang kedaulatan.10

BAB III

PENUTUP

10
Nany Suryawati, “Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi”, Simposium Nasional & Call For Paper
Fakultas hukum Universitas Kanjuruhan, hlm 118-119

8
A. Kesimpulan

Legitimasi kekuasaan di Indonesia berdasarkan UUD NRI Tahun 1945


menempatkan kedudukan Presiden sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan, yang berarti pula Presiden berkedudukan sebagai kepala negara
sekaligus kepala pemerintahan (single executive). Dilihat dari sudut pandang
dianutnya single executive, system pemerintahan berdasarkan UUD NRI Tahun
1945 telah sesuai dengan sistem pemerintahan presidensial, sistem pemerintahan
berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 juga menganut pemberian mandat langsung
oleh rakyat melalui pemilihan langsung, artinya bahwa legitimasi kekuasaan di
pimpin oleh presiden yang didapatkan dari hasil pemilihan umum akan
melahirkan konsep separation of power, checks and balances, fix term, dan
impeachment. Keempat konsep tersebut merupakan karakteristik sistem
pemerintahan presidensial. Dari sudut pandang pemberian mandat langsung,
sistem pemerintahan berdasarkan UUD NRI Tahun 1945 telah sesuai dengan
system pemerintahan presidensial.

Legitimasi kekuasaan hukum harus berdasarkan konstitusi yang berarti bahwa


tindakan penyelenggara negara sesuai dengan norma hukum konstitusional. Hal
ini berarti berbagai Tindakan penyelenggara negara, baik berupa UU maupun
lainya, yang melanggar konstitusi secara hukum tidak wajib ditaati.

Daftar Pustaka

9
Aldo Marta Nilanta https://thesiscommons.org/vk6ws/download?format=pdf
diakses pada 5 Desember 2021
Busroh, Abu Daud. Ilmu Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Diakses dari https://www.scribd.com/document/442345539/kekuasaan-
kewenangan-dan-legitimasi pada 5 Desember 2021
Elvi Fauzia https://osf.io/aqrfg/download/?format=pdf diakses pada 5 Desember
2021
Fahmiyeni Adriati, “Negara Hukum Indonesia” dalam
https://osf.io/preprints/gz4c3/ diakses pada 5 Desember 2021
Huda, Ni’matul. Ilmu Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2013.
Kusumaatmadja, Muchtar. Pembinaan Hukum Dalam Rangka Pembangunan
Nasional, Bandung: Binacipta, 1986./
Max Weber dalam Jeanne Dare, Kekuasaan Dan Kepemimpinan Sebagai Proses
Sosial Dalam Bermasyarakat diakses dari
https://media.neliti.com/media/publications/130355-ID-kekuasaan-dan-
kepemimpinan-sebagai-prose.pdf pada 5 Desember 2021
Robert M. Mac Yver dalam https://id.scribd.com/document/423366355/Ilmu-
negara-word-1 diakses 5 Desember 2021
Suryawati, Nany. “Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi”, Simposium Nasional &
Call For Paper Fakultas hukum Universitas Kanjuruhan.

10

Anda mungkin juga menyukai