Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TEORI KEKUASAAN DAN LEGITIMASI


KEKUASAAN NEGARA

Dosen Pengampu:
lhamdi, S.H.,M.H

Nama Kelompok :

Fotni Andika Harefa NIM ( 23121017 )


Ardi Yufri NIM ( 23121001 )
Nurul Aqilah NIM (23121002 )
Yusuf Situmorang NIM ( 23121034 )
Yanche Apriliani NIM ( 23121021 )
Feri Kurniawan NIM ( 23121023 )

PRODI SI ILMU HUKUM UNIVERSITAS


HANG TUAH PEKANBARU ANGKATAN II TH. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, November 2023


DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………1

A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1

C. Tujuan………………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

A. Kekuasaan Negara…………………………………………………………………2

B. Pengertian Legistimasi Kekuasaan…………………………………………..2

C. Pandangan Ahli Tenting Kekuasaan Negara……………………………3

BAB III PENUTUP……………………………………………………………………………4

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………5

Daftar Pustaka
BAB 1. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Kekuasaan dan legitimasi kekuasaan merupakan dua konsep sentral dalam analisis
politik. Negara sebagai entitas politik memiliki peran yang signi ikan dalam
menjalankan kekuasaan dan meyakinkan masyarakat tentang keabsahan otoritasnya.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi teori-teori kekuasaan dan konsep legitimasi
kekuasaan negara, serta melihat pandangan beberapa ahli terkemuka tentang
legitimasi kekuasaan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu kekuasaan dan legitimasi kekuasaan negara ?


2. Apa tujan legistimasi untuk Niagara ?
3. Bagaimana pandangan menurut para ahli tentang legistimasi
Negara

C. Tujuan Masalah

1. Agar pembaca dapat memahami apa itu kekuasaan dan legitimasi


kekuasaan negara
2. Supaya pembaca tau apa saja tujuan legitimasi untuk negara
3. Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana pandangan menurut para
ahli
f
BAB II. Pembahasan

A. Kekuasaan Negara

kekuasaan negara merupakan kewenangan suatu negara untuk mengatur


seluruh rakyatnya untuk mencapai keadilan, kemakmuran dan keteraturan
yang diinginkan.Tetapi pada dasarnya, kekuasaan dapat diartikan sebagai
suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok untuk
memengaruhi orang lain. Oleh sebab itu, bagi pemegang kuasa bisa dibilang
memiliki tanggung jawab yang besar karena bukan hanya memberikan
pengaruh terhadap seseorang, tetapi juga bisa memberikan pengaruh
terhadap lingkungan. Selain itu, pengaruh yang diberikan dari pemegang
kuasa bisa berdasarkan keinginannya atau kepentingan untuk bersama.

Kekuasaan itu sendiri bisa berasal dari jabatan pribadi atau dari garis
keturunan. Dalam hal ini, jabatan pribadi bisa didapatkan ketika menjabat
suatu organisasi atau lembaga yang di mana seseorang itu menjabat sebagai
ketua. Ketika menjabat sebagai ketua, sudah seharusnya untuk memikirkan
bagaimana caranya untuk memajukan sebuah organisasi atau lembaga
tersebut. Maka dari itu, seorang ketua atau pemegang kuasa harus memiliki
wawasan yang luas, sehingga bisa menemukan berbagai macam cara agar
organisasi atau lembaga yang dipimpinnya dapat berkembang.

Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekuasaan


adalah kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau
golongan lain berdasarkan kewibawaan, wewenang, karisma, atau kekuatan
sik. Dari pengertian kekuasaan menurut KBBI, maka dapat dikatakan
bahwa kekuasaan yang berasal dari kewibawaan dan wewenang ini biasanya
dimiliki oleh para pemimpin negara atau pejabat negara. Kemudian karisma
dan kekuatan sik biasanya dimiliki oleh suatu ketua suatu organisasi.
fi
fi
B. Pengertian Legitimasi Kekuasaan

Sebelum kita membahas apa itu legitimasi kekuasaan, sebelumnya kita terlebih
dahulu memahami apa yang dimaksud kekuasaan. Konsep kekuasaan menurut Max
Weber dalam Frans Magnis-Suseno (1994:54) bahwa ”kekuasaan adalah kemampuan
untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan itu”. Tetapi kekuasaan yang
dipersoalkan disini adalah kekuasaan negara. Adalah ciri khas negara bahwa
kekuasaannya memiliki wewenang. Maka kekuasaan negara itu dapat disebut ”
otoritas” atau ”wewenang”.

Menurut Miriam Budiardjo dalam Frans Magnis—Suseno (1994:54) otoritas atau


wewenang adalah ”kekuasaan yang dilembagakan”, yaitu kekuasaan yang tidak
hanya de facto menguasai, melainkan juga berhak untuk menguasai. Wewenang
adalah kekuasaan yang berhak untuk menuntut ketaatan, jadi berhak untuk
memberikan perintah.Terhadap wewenang itu timbul pertanyaan tentang apa
yang menjadi dasarnya. Itulah pertanyaan tentang legitimasi atau keabsahan
kekuasaan. Terhadap setiap wewenang dapat dipersoalkan apakah wewenang
itu absah atau tidak, apakah mempunyai dasar atau tidak.

Konsep legitimasi berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kewenangan.


Artinya apakah masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk
membuat dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat ataukah tidak.
Apabila masyarakat menerima dan mengakui hak moral pemimpin untuk membuat
dan melaksanakan keputusan yang mengikat masyarakat maka kewenangan itu
dikategorikan sebagai berlegitimasi. Maksudnya, legitimasi merupakan penerimaan
dan pengakuan masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah,
membuat dan melaksanakan keputusan politik.

Secara etimologi legitimasi berasal dari bahasa latin “lex” yang berarti hukum.
Kata legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal dan
legitim. Jadi secara sederhana legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan
dengan hukum yang berlaku, atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal,
etis, adat istiadat maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara
sah.

1. Teori Legitimasi

Kekuasaan Negara adalah suatu organisasi kekuasaan dan organisasi itu


merupakan tatakerja daripada alat-alat perlengkapan negara yang merupakan
suatu keutuhan, tatakerja mana melukiskan hubungan serta pembagian tugas
dan kewajiban antara masing-masing alat perlengkapan negara itu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Suatu negara pasti dipimpin oleh pemegang
kekuasaan.Objek dan Tipe Kekuasaan
a. objek dan tipe kekuasaan

suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem politik secara keseluruhan
mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat.
Dengan demikian, legitimasi diperlukan bukan hanya untuk pemerintah, tetapi
juga untuk unsur-unsur sistem politik yang ada. Yang menjadi obyek legitimasi
bukan hanya pemerintah, tetapi juga unsur-unsur lain dalam sistem politik. Jadi
legitimasi dalam arti luas adalah dukungan masyarakat terhadap sistem politik
sedangkan dalam arti sempit legitimasi merupakan dukungan masyarakat
terhadap pemerintah yang berwenang.

Menurut Easton dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:93),


terdapat tiga objek dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi agar suatu
sistem politik tidak hanya berlangsung secara terus menerus, tetapi mampu pula
mentransformasikan tuntutan menjadi kebijakan umum. Ketiga obyek legitimasi itu
meliputi: komunitas politik, rezim dan pemerintahan. Sementara Andrain
menyebutkan lima objek dalam sistem politik yang memerlukan legitimasi agar suatu
sistem politik tetap berlangsung dan fungsional. Kelima obyek legitimasi itu meliputi:
masyarakat politik, hukum, lembaga politik, pemimpin politik dan kebijakan.

Menurut Zippelius dalam Franz Magnis—Suseno (Etika Politik, 1994:54) bentuk


legitimasi dilihat dari segi obyek dapat dibagi atas dua bentuk yakni :

1.Legitimasi materi wewenang


Legitimasi materi wewenang mempertanyakan wewenang dari segi
fungsinya: untuk tujuan apa wewenang dapat dipergunakan dengan sah?
Wewenang tertinggi dalam dimensi politis kehidupan manusia menjelma
dalam dua lembaga yang sekaligus merupakan dua dimensi hakiki kekuasaan
politik: yakni dalam hukum sebagai lembaga penataan masyarakat yang
normatif dan dalam kekuasaan (eksekutif) negara sebagai lembaga penataan
efektif dalam arti mampu mengambil tindakan.

2. Legitimasi subyek kekuasaan


Legitimasi ini mempertanyakan apa yang menjadi dasar wewenang seseorang
atau sekompok orang untuk membuat undang-undang dan peraturan bagi
masyarakat dan untuk memegang kekuasaan negara. Pada prinsipnya terdapat
dua macam legitimasi subyek kekuasaan:
1. Legitimasi religius
Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah faktor-faktor yang
adiduniawi, jadi bukan pada kehendak rakyat atau pada suatu kecakapan
empiris khususnya penguasa.
2. Legitimasi eliter
Legitimasi yang mendasarkan hak untuk memerintah pada kecakapan
khusus suatu golongan untuk memerintah. Paham legitimasi ini
berdasarkan anggapan bahwa untuk memerintah masyarakat diperlukan
kualifikasi

khusus yang tidak dimiliki oleh seluruh rakyat. Legitimasi eliter dibagi
menjadi empat macam yakni (1) legitimasi aristoktratis : secara tradisional
satu golongan, kasta atau kelas dalam masyarakat dianggap lebih unggul
dari masyarakat lain dalam kemampuan untuk memimpin, biasanya juga
dalam kepandaian untuk berperang. Maka golongan itu dengan sendirinya
dianggap berhak untuk memimpin rakyat secara politis.
(2) legtimasi ideologis modern : legitimasi ini mengandaikan adanya suatu
idiologis negara yang mengikat seluruh masyarakat. Dengan demikian para
pengembangan idiologi itu memiliki privilese kebenaran dan kekuasaan.
Mereka tahu bagaimana seharusnya kehidupan masyarakat diatur dan
berdasarkan monopoli pengetahuan itu mereka menganggap diri berhak
untuk menentukkannya.
(3) legitimasi teknoratis atau pemerintahan oleh para ahli: berdasarkan
argumentasi bahwa materi pemerintahan masyarakat dizaman modern ini
sedemikian canggih dan kompleks sehingga hanya dapat dijalankan secara
bertanggungjawab oleh mereka yang betul-betul ahli. (4) legitimasi
pragmatis: orang, golongan atau kelas yang de facto menganggap dirinya
paling cocok untuk memegang kekuasaan dan sanggup untuk merebut serta
untuk menanganinya inilah yang dianggap berhak untuk berkuasa. Calah
satu contoh adalah pemerintahan militer yang pada umumnya berdasarkan
argumen bahwa tidak ada pihak lain yang dapat menjaga kestabilan
nasional dan kelanjutan pemerintahan segara secara teratur.

Menurut Andrain dalam Ramlan Subakti (Memahami Ilmu Politik, 1999:97)


berdasarkan prinsip pengakuan dan dukungan masyarakat terhadap pemerintah maka
legitimasi dikelompokkan menjadi lima tipe yaitu:

1) Legitimasi tradisional; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan


kepada pemimpin pemerintahan karena pemimpin tersebut merupakan
keturunan pemimpin “berdarah biru” yang dipercaya harus memimpin
masyarakat.
2) Legitimasi ideologi; masyarakat memberikan dukungan kepada pemimpin
pemerintahan karena pemimpin tersebut dianggap sebagai penafsir dan
pelaksana ideologi. Ideologi yang dimaksudkan tidak hanya yang doktriner
seperti komunisme, tetapi juga yang pragmatis seperti liberalisme dan ideologi
pancasila.
3) Legitimasi kualitas pribadi; masyarakat memberikan pengakuan dan
dukungan kepada pemerintah karena pemimpin tersebut memiliki kualitas
pribadi berupa kharismatik maupun penampilan pribadi dan prestasi
cemerlang dalam bidang tertentu.
4) Legitimasi prosedural; masyarakat memberikan pengakuan dan
dukungan kepada pemerintah karena pemimpin tersebut mendapat
kewenangan menurut prosedur yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
5) Legitimasi instrumental; masyarakat memberikan pengakuan dan dukungan
kepada pemerintah karena pemimpin tersebut menjanjikan atau menjamin
kesejahteraan materiil (instrumental) kepada masyarakat.

b. tujuan legistimasi kekuasaan

1.bertujuan memelihara ketertiban politik dalam masyarakat, karena tanpa


legitimasi, maka para pemimpin harus bersandar pada penggunaan kekerasaan untuk
mempertahankan kekuasaanya, yang mungkin tidak cukup mampu untuk
memelihara kestabilan system berdasarkan kemampuan sendiri.
2. Legitimasi akan mendatangkan kestabilan politik dan kemungkinan-
kemungkinan untuk perubahan social. Pengakuan dan dukungan masyarakat pada
pihak yang berwenang akan mencipatakan pemerintahan yang stabil sehingga
pemerintah dapat membuat dan melaksanakan keputusan yang menguntungkan
masyarakat umum
3. Legitimasi akan membuka kesempatan semakin luas bagi pemerintah untuk
tidak hanya memperluas bidang-bidang kesejahteraan yang hendak ditagani , tapi
juga untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan.
C. Pandangan Ahli Tentang Legistimasi Kekuasaan

Adapun pandangan menurut para ahli tentang legistimasi kekuasaan ialah


sebagai berikut :

1. Max Weber
“Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial,
melaksanakan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa pun dasar
kemampuan ini”.

2. Miriam Budiardjo
“Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari
orang yang memiliki kekuasaan itu (Miriam Budiardjo)”.

3. Harold D. Laswell & Abraham Kaplan


“Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang atau sekelompok orang
dapat menentukan tindakan seseornag atau kelompok lain ke arah tujuan dari
pihak pertama”

4. David Easton
“Easton mennekankan pentingnya peras legitimas dalam menjaga stabilitas.
Ia melihat legistimasi sebagai sarana untuk mengurangi ketidak pastian dan
kon lik dalam masyarakat “.

5. Hannah Arendt
“Arendt berfokus pada peran berpatisipasi politik individu dalam menciptakan
legistimasi. Baginya legistimasi bukan Hanna berasal dari struktur formal , tapi
juga berpartisipasi aktif warga negara”.
f
BAB III. Penutup

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah membahas teori-teori kekuasaan dan konsep
legitimasi kekuasaan negara. Pemahaman tentang bagaimana kekuasaan
dijalankan dan diakui oleh masyarakat menjadi penting dalam analisis politik
dan pembangunan masyarakat. Legitimasi adalah pondasi keberlanjutan
kekuasaan negara, dan pemahaman yang mendalam terhadap pandangan ahli
dapat memberikan wawasan yang berharga dalam konteks ini.

Pada dasarnya, kekuasaan itu bisa dimiliki oleh siapa saja, tak terkecuali diri
kamu karena kekuasaan terkecil berada di dalam lingkungan keluarga. Selain itu,
seseorang yang mendapatkan kekuasaan bisa karena memiliki jabatan di
organisasi atau lembaga, keturunan raja, atau kedua-duanya. Darimanapun
mendapatkan kekuasaan yang penting mampu bertanggung jawab terhadap
kekuasaan yang telah diberikan dan mampu mengarahkan orang lain ke arah yang
baik dan tidak merugikan.

Mempertahankan kekuasaan dalam dunia politik tidak menggambarkan


negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi. Pada umumnya negara-
negara demokrasi akan memberikan kebebasan berpendapat dan
menghilangkan dinasti politik.
DAFAR PUSTAKA

Gramedia: jakarta, 2007. Hlm. 18-19


Hdirman, f. Budi. Filsafat Fragmentaris. Yogyakarta: Kanisius. 2007.
Hadirman, f. Budi. Filsafat Moderen: Dari Machiavelli sampai Nietzsche.
Jakarta: Gramedia. 2007

Hadirman, F. Filsafat Politik [ diktat ]. Jakarta: STF Driyarkara 2007.


Hadirman, F. Budi. 2001. “ Politik ‘ dan Antipolitik’: Hannah Arendt tentang
krisis negara “ dalam Atma nan jaya, Tahun XV, No. 3. Jakarta : lembaga
penelitian atmamaya

Dr. H.M. Anwar Rachma, S.H., M.H., Hukum Perselisihan Partai Politik, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,
2016), hlm. 62.
Nurul Qamar, dkk., Negara Hukum atau Negara Kekuasaan (Rechtsstaat or Machtstaat),
(Makasar: CV. Social Politic Genius, 2018)

Anda mungkin juga menyukai