Dosen Pengampu:
lhamdi, S.H.,M.H
Nama Kelompok :
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………………1
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1
C. Tujuan………………………………………………………………………………………1
BAB II PEMBAHASAN
A. Kekuasaan Negara…………………………………………………………………2
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………5
Daftar Pustaka
BAB 1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Kekuasaan dan legitimasi kekuasaan merupakan dua konsep sentral dalam analisis
politik. Negara sebagai entitas politik memiliki peran yang signi ikan dalam
menjalankan kekuasaan dan meyakinkan masyarakat tentang keabsahan otoritasnya.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi teori-teori kekuasaan dan konsep legitimasi
kekuasaan negara, serta melihat pandangan beberapa ahli terkemuka tentang
legitimasi kekuasaan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
A. Kekuasaan Negara
Kekuasaan itu sendiri bisa berasal dari jabatan pribadi atau dari garis
keturunan. Dalam hal ini, jabatan pribadi bisa didapatkan ketika menjabat
suatu organisasi atau lembaga yang di mana seseorang itu menjabat sebagai
ketua. Ketika menjabat sebagai ketua, sudah seharusnya untuk memikirkan
bagaimana caranya untuk memajukan sebuah organisasi atau lembaga
tersebut. Maka dari itu, seorang ketua atau pemegang kuasa harus memiliki
wawasan yang luas, sehingga bisa menemukan berbagai macam cara agar
organisasi atau lembaga yang dipimpinnya dapat berkembang.
Sebelum kita membahas apa itu legitimasi kekuasaan, sebelumnya kita terlebih
dahulu memahami apa yang dimaksud kekuasaan. Konsep kekuasaan menurut Max
Weber dalam Frans Magnis-Suseno (1994:54) bahwa ”kekuasaan adalah kemampuan
untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengalami perlawanan dan apapun dasar kemampuan itu”. Tetapi kekuasaan yang
dipersoalkan disini adalah kekuasaan negara. Adalah ciri khas negara bahwa
kekuasaannya memiliki wewenang. Maka kekuasaan negara itu dapat disebut ”
otoritas” atau ”wewenang”.
Secara etimologi legitimasi berasal dari bahasa latin “lex” yang berarti hukum.
Kata legitimasi identik dengan munculnya kata-kata seperti legalitas, legal dan
legitim. Jadi secara sederhana legitimasi adalah kesesuaian suatu tindakan perbuatan
dengan hukum yang berlaku, atau peraturan yang ada, baik peraturan hukum formal,
etis, adat istiadat maupun hukum kemasyarakatan yang sudah lama tercipta secara
sah.
1. Teori Legitimasi
suatu sistem politik dapat lestari apabila sistem politik secara keseluruhan
mendapatkan dukungan, seperti penerimaan dan pengakuan dari masyarakat.
Dengan demikian, legitimasi diperlukan bukan hanya untuk pemerintah, tetapi
juga untuk unsur-unsur sistem politik yang ada. Yang menjadi obyek legitimasi
bukan hanya pemerintah, tetapi juga unsur-unsur lain dalam sistem politik. Jadi
legitimasi dalam arti luas adalah dukungan masyarakat terhadap sistem politik
sedangkan dalam arti sempit legitimasi merupakan dukungan masyarakat
terhadap pemerintah yang berwenang.
khusus yang tidak dimiliki oleh seluruh rakyat. Legitimasi eliter dibagi
menjadi empat macam yakni (1) legitimasi aristoktratis : secara tradisional
satu golongan, kasta atau kelas dalam masyarakat dianggap lebih unggul
dari masyarakat lain dalam kemampuan untuk memimpin, biasanya juga
dalam kepandaian untuk berperang. Maka golongan itu dengan sendirinya
dianggap berhak untuk memimpin rakyat secara politis.
(2) legtimasi ideologis modern : legitimasi ini mengandaikan adanya suatu
idiologis negara yang mengikat seluruh masyarakat. Dengan demikian para
pengembangan idiologi itu memiliki privilese kebenaran dan kekuasaan.
Mereka tahu bagaimana seharusnya kehidupan masyarakat diatur dan
berdasarkan monopoli pengetahuan itu mereka menganggap diri berhak
untuk menentukkannya.
(3) legitimasi teknoratis atau pemerintahan oleh para ahli: berdasarkan
argumentasi bahwa materi pemerintahan masyarakat dizaman modern ini
sedemikian canggih dan kompleks sehingga hanya dapat dijalankan secara
bertanggungjawab oleh mereka yang betul-betul ahli. (4) legitimasi
pragmatis: orang, golongan atau kelas yang de facto menganggap dirinya
paling cocok untuk memegang kekuasaan dan sanggup untuk merebut serta
untuk menanganinya inilah yang dianggap berhak untuk berkuasa. Calah
satu contoh adalah pemerintahan militer yang pada umumnya berdasarkan
argumen bahwa tidak ada pihak lain yang dapat menjaga kestabilan
nasional dan kelanjutan pemerintahan segara secara teratur.
1. Max Weber
“Kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial,
melaksanakan
kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa pun dasar
kemampuan ini”.
2. Miriam Budiardjo
“Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk
mempengaruhi tingkah lakunya seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari
orang yang memiliki kekuasaan itu (Miriam Budiardjo)”.
4. David Easton
“Easton mennekankan pentingnya peras legitimas dalam menjaga stabilitas.
Ia melihat legistimasi sebagai sarana untuk mengurangi ketidak pastian dan
kon lik dalam masyarakat “.
5. Hannah Arendt
“Arendt berfokus pada peran berpatisipasi politik individu dalam menciptakan
legistimasi. Baginya legistimasi bukan Hanna berasal dari struktur formal , tapi
juga berpartisipasi aktif warga negara”.
f
BAB III. Penutup
A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah membahas teori-teori kekuasaan dan konsep
legitimasi kekuasaan negara. Pemahaman tentang bagaimana kekuasaan
dijalankan dan diakui oleh masyarakat menjadi penting dalam analisis politik
dan pembangunan masyarakat. Legitimasi adalah pondasi keberlanjutan
kekuasaan negara, dan pemahaman yang mendalam terhadap pandangan ahli
dapat memberikan wawasan yang berharga dalam konteks ini.
Pada dasarnya, kekuasaan itu bisa dimiliki oleh siapa saja, tak terkecuali diri
kamu karena kekuasaan terkecil berada di dalam lingkungan keluarga. Selain itu,
seseorang yang mendapatkan kekuasaan bisa karena memiliki jabatan di
organisasi atau lembaga, keturunan raja, atau kedua-duanya. Darimanapun
mendapatkan kekuasaan yang penting mampu bertanggung jawab terhadap
kekuasaan yang telah diberikan dan mampu mengarahkan orang lain ke arah yang
baik dan tidak merugikan.
Dr. H.M. Anwar Rachma, S.H., M.H., Hukum Perselisihan Partai Politik, (Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama,
2016), hlm. 62.
Nurul Qamar, dkk., Negara Hukum atau Negara Kekuasaan (Rechtsstaat or Machtstaat),
(Makasar: CV. Social Politic Genius, 2018)