Di susun oleh :
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Negara dengan judul Teori Legitimasi Negara Shoalwat dan Salam semoga selalu tercurah ke
pangkuan nabi agung Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya di yaumul qiyamah
nanti.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aprilianita Khusnul A’in
SHI.MH yang telah membimbing kami,serta teman teman yang membantu menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bisa
bermanfaat bagi penyusun dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari mata
kuliah Ilmu Negara.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang…………………………………………………...…....................4
1.3.Tujuan…………………………………………………………..….….................4
BAB II PEMBAHASAN
C. Kriteria Legitimasi………………………………………………………………6
3.1.Kesimpulan……………………………………………………………………..8
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….9
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
4
BAB II
PEMBAHASAN
David Easton: Keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota masyarakat bahwa sudah
wajar baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan
dari rezim itu;
• Legitimasi Religius: mendasarkan hak utk memerintah pada faktor-faktor yang adi
duniawi, jd bkn pd kehendak rakyat atau pd suatu kecakapan empiris khusus penguasa;
5
• Legitimasi Eliter: mendasarkan hak utk memerintah pd kecakapan khusus suatu
golongan utk memerintah. Paham legitimasi itu berdasarkan anggapan bahwa utk memerintah
masyarakat diperlukan kualifikasi khusus yg tdk dimiliki oleh seluruh rakyat. Mereka yg
memilikinya merupakan elite masyarakat dan dg sendirinya berhak utk memegang
kekuasaan. Dibedakan menjadi 4: legitmasi Aristokratis, Legitimasi Pragmatis, Legitimasi
Ideologis, & Legitimasi Teknokratis.
• Thomas Aquinas: Negara harus tunduk pada gereja (Katolik), negara adl wakil gereja
di dunia, karena itu sdh sepatutnyalah kalau negera memperoleh kekuasaan yang mutlak;
• Thomas Hobbes: Negara harus (1) kuat tanpa tanding sehingga dpt memastikan,
seperlunya memaksakan, ketaatan para anggota masyarakat thd peraturan-peraturannya; (2)
negara hrs menetapkan suatu tatanan hukum, tentangnya berlaku, bahw setiap org yg tdk
menaatinya akan dihukum mati;
6
• George Hegel: Negara modern memiliki hak utk memaksakan keinginannya kpd
warganya. Krn negara mewakili keinginan umum, negara merupakan manifestasi dr sesuatu
yg ideal dan universal. Negara adalah penjelmaan dr kemerdekaan rasional, yg menyatakan
dirinya dlm bentuk yg objektif. Karena itu, negara berada di atas masyarakat, lebih utama dan
lebih tinggi drpd masyarakat yg dibabawahinya.
Jadi tidak aneh kita temukan dlm khazanah Marxisme konsep mengenai layunya negara
setelah terjadi revolusi sosialis. Artinya setelah berlangsungnya revolusi sosialis, akan
terbentuk suatu kediktatoran proletariat dan kemudian melalui kekuasaan kaum proletar itu
perbedaan kelas dpt dimusnahkan sampai terwujud masyarakat tanpa kelas. Dalam
masyarakat tanpa kelas inilah negara sebagai aparat penindas kelas kapitalis akan layu dg
sendirinya, akan lenyap utk selama-lamanya (the whitering away of the state).
Jika Hegel berpendapat bahwa kuat dan mekarnya negara berarti tercapainya cita-cita
manusia (the flowering of the state is the fulfillment of the destiny of man), maka Marx justru
menganggap lenyapnya negara sebagai summum bonum, sebagai kebijakan puncak.
Masyarakat mengurus dirinya sendiri, tanpa ada lembaga kekuasaan yg permanen, kalau ada
persolalan diselesaikan secara ad hoc, masyarakat komunis adl masyarakat tanpa negara.
7
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
8
DAFTAR PUSTAKA