Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH TEORI LEGITIMASI NEGARA

Di susun guna memenuhi tugas

Mata Kuliah : Ilmu Negara

Dosen Pengampu : Ibu Aprilianita Khusnul A’in,SHI.MH

Di susun oleh :

Amartya Adis Firdayanti (2002026052)

Anastya Mawar Dini ( 2002026053)

PRODI HUKUM PIDANA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN WALISONGO SEMARANG

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat serta karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu
Negara dengan judul Teori Legitimasi Negara Shoalwat dan Salam semoga selalu tercurah ke
pangkuan nabi agung Muhammad SAW yang kita harapkan syafaatnya di yaumul qiyamah
nanti.

Kami menyadari sepenuhnya di dalam penulisan makalah ini banyak terdapat


kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan
makalah ini.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Aprilianita Khusnul A’in
SHI.MH yang telah membimbing kami,serta teman teman yang membantu menyelesaikan
makalah ini. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua dan khususnya bisa
bermanfaat bagi penyusun dan dapat menambah wawasan kita dalam mempelajari mata
kuliah Ilmu Negara.

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang…………………………………………………...…....................4

1.2..Rumusan Masalah ……………………………………………….......................4

1.3.Tujuan…………………………………………………………..….….................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Legitimasi kekuasaan Negara …………………………………………………5

B. Legitimasi dari segi objek ……………………………………………………..5-6

C. Kriteria Legitimasi………………………………………………………………6

D .Legitimasi kekuasaan Menurut Ahli……………………………………………6-7

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan……………………………………………………………………..8

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….9

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kekuasaan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi


tingkah laku orang lain sehingga orang lain menjadi sesuai dengan yang diinginkan oleh
orang yang memiliki kekuasaan tersebut.[ Namun dalam mempelajari kehidupan politik,
kekuasaan tidak hanya sebagai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain akan tetapi juga
dipandang sebagai kemampuan untuk mempengaruhi proses pembuatan kebijaksanaan yang
mengikat seluruh anggota masyarakat. Suatu kekuasaan akan memunculkan sebuah
kewenangan. Laswell dan Kaplan menyatakan bahwa wewenang (authority) merupakan
sebuah kekuasaan formal, atau dengan kata lain wewenang merupakan kekuasaan yang
memiliki keabsahan atau legitimasi. Kewenangan seseorang belum lengkap jika seseorang
belum mendapatkan legitimasi. Legitimasi merupakan penerimaan dan pengakuan
masyarakat terhadap hak moral pemimpin untuk memerintah, membuat, dan melaksanakan
keputusan politik. Secara garis besar legitimasi merupakan hubungan antara pemimpin
dengan yang dipimpin, hubungan itu lebih ditentukan oleh yang dipimpin karena penerimaan
dan pengakuan atas kewenangan.

1.2.Rumusan Masalah

A.Pengertian Teori Legitimasi Negara

B. Legitimasi dari segi objek

C. . kriteria legitimasi untuk menilai keabsahan suatu wewenang/kekuasaan

D. . Legitimasi kekuasaan menurut para ahli.

1.3.Tujuan

A.Untuk mengetahui pengertian teori legitimasi Negara

B.Untuk mengetahui legitimasi dari segi objek

C.Untuk mengetahui kriteria legitimasi

D.Untuk mengetahui legitimasi kekuasaan menurut para ahli.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Legitimasi kekuasaan Negara

Miriam Budiardjo: Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan anggota-anggota masyarakat


bahwa wewenang yang ada pada seseorang, kelompok, atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati. Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan wewenang itu sesuai
dengan asas-asas dan prosedur yang sudah diterima secara luas dalam masyarakat dan sesuai
dengan ketentuan-ketentuan dan prosedur yang sah;

David Easton: Keabsahan adalah keyakinan dari pihak anggota masyarakat bahwa sudah
wajar baginya untuk menerima baik dan menaati penguasa dan memenuhi tuntutan-tuntutan
dari rezim itu;

A.M. Lipset: Legitimasi mencakup kemampuan untuk membentuk dan mempertahankan


kepercayaan bahwa lembaga-lembaga atau bentuk-bentuk politik yg ada adalah yg paling
wajar untuk masyarakat itu.

B.Legitimasi dari segi objek:

• Legitimasi Materi Wewenang, mempertanyakan wewenang dari segi fungsinya: untuk


tujuan apa wewenang dpt dipergunakan dg sah? Wewenang tertinggi dlm dimensi politis
kehidupan manusia menjelma dlm 2 lembaga yg sekaligus merupakan 2 dimensi hakiki
kekuasaan politik; dalam hukum sbg lembaga penataan masyarakat yg normatif, dan dlm
kekuasaan (eksekutif) negara sbg lembaga penataan efektif dlm arti mampu mengambil
tindakan. Terhadap hukum dikemukakan pertanyaan tentang hukum yang macam apa yang
boleh dianggap sah. Apakah sembarang hukum asal pernah ditetapkan? Apakah hukum harus
mempunyai ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu sehingga kita dapat membedakan antara hukum
yang sah dan hukum yg tidak sah?. Terhadap negara, pertanyaan paling fundamental adl
apakah negara memang berhak ada: apakah dpt dibenarkan bhw dlm setiap masyarakat tdp
lembaga pusat yg berwenang utk menetapkan norma-norma kelakuan bg para anggota
masyarakat dan memaksakan ketaatan? Sejauh mana negara berhak utk menuntut ketaatan
dari warga-warganya dan sejauh mana para warga wajib taat thd negara?

• Legitimasi Subjek Kekuasaan (wewenang), mempertanyakan apa yg menjadi dasar


wewenang seseorang atau sekelompok org utk membuat UU dan peraturan bg masyarakat
dan utk memegang kekuasaan negara.

Frans Magnis Suseno: Ada 3 macam legitimasi subjek kekuasaan:

• Legitimasi Religius: mendasarkan hak utk memerintah pada faktor-faktor yang adi
duniawi, jd bkn pd kehendak rakyat atau pd suatu kecakapan empiris khusus penguasa;

5
• Legitimasi Eliter: mendasarkan hak utk memerintah pd kecakapan khusus suatu
golongan utk memerintah. Paham legitimasi itu berdasarkan anggapan bahwa utk memerintah
masyarakat diperlukan kualifikasi khusus yg tdk dimiliki oleh seluruh rakyat. Mereka yg
memilikinya merupakan elite masyarakat dan dg sendirinya berhak utk memegang
kekuasaan. Dibedakan menjadi 4: legitmasi Aristokratis, Legitimasi Pragmatis, Legitimasi
Ideologis, & Legitimasi Teknokratis.

• Legitimasi demokratis: mendasarkan prinsip kedaulatan rakyat.

C. kriteria legitimasi untuk menilai keabsahan suatu wewenang/kekuasaan

• Legitimasi Sosiologis: mempertanyakan mekanisme motivatif mana yg nyata-nyata


membuat masyarakat mau menerima wewenang penguasa. Atau motivasi-motivasi manakah
yg mendasari keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa wewenang yg ada pd seseorang,
kelompok, atau penguasa adl wajar dan patut dihormat;

• Legalitas: kesesuaian dg hukum yg berlaku;

• Legitimasi Etis: mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dr segi


norma-norma moral.

D. Legitimasi kekuasaan menurut para ahli

• Plato: Negara memerlukan kekuasaan yang mutlak, diperlukan utk mendidik


warganya dg nilai-nilai moral yg rasional. Negara ideal mengandung ketidakadilan thd
manusia; tdk ada kebebasan bg manusia individu, sebab Plato mengucilkan semua
keindividuan yg pribadi dr konsep negaranya, demi mempertahankan moral yg baku;

• Thomas Aquinas: Negara harus tunduk pada gereja (Katolik), negara adl wakil gereja
di dunia, karena itu sdh sepatutnyalah kalau negera memperoleh kekuasaan yang mutlak;

• Niccolo Machiavelli: “Tidak ada manfaatnya kalau kita mempersoalkan legitimasi


moral kekuasaanya. Yang menentukan ialah teknik untuk merebut dan untuk
mempertahankannya”.

• Hugo de Groot: Kemutlakan kekuasaan negara diperoleh bukan karena negara


dianggap sbg wakil Tuhan di dunia, tetapi karena hal ini sebenarnya menguntungkan rakyat
sendiri;

• Thomas Hobbes: Negara harus (1) kuat tanpa tanding sehingga dpt memastikan,
seperlunya memaksakan, ketaatan para anggota masyarakat thd peraturan-peraturannya; (2)
negara hrs menetapkan suatu tatanan hukum, tentangnya berlaku, bahw setiap org yg tdk
menaatinya akan dihukum mati;

6
• George Hegel: Negara modern memiliki hak utk memaksakan keinginannya kpd
warganya. Krn negara mewakili keinginan umum, negara merupakan manifestasi dr sesuatu
yg ideal dan universal. Negara adalah penjelmaan dr kemerdekaan rasional, yg menyatakan
dirinya dlm bentuk yg objektif. Karena itu, negara berada di atas masyarakat, lebih utama dan
lebih tinggi drpd masyarakat yg dibabawahinya.

• Karl Marx, murid spiritual Hegel, namun pandangannya bertolakbelakang: Negara pd


hakikatnya adl aparat atau mesin opresi (penindasan), tirani dan eksplotasi kaum pekerja
oleh pemilik alat-alat produksi (kaum kapitalis) dan pemegang distribusi kekayaan yg
mencelakakan kelas pekerja.

Jadi tidak aneh kita temukan dlm khazanah Marxisme konsep mengenai layunya negara
setelah terjadi revolusi sosialis. Artinya setelah berlangsungnya revolusi sosialis, akan
terbentuk suatu kediktatoran proletariat dan kemudian melalui kekuasaan kaum proletar itu
perbedaan kelas dpt dimusnahkan sampai terwujud masyarakat tanpa kelas. Dalam
masyarakat tanpa kelas inilah negara sebagai aparat penindas kelas kapitalis akan layu dg
sendirinya, akan lenyap utk selama-lamanya (the whitering away of the state).

Jika Hegel berpendapat bahwa kuat dan mekarnya negara berarti tercapainya cita-cita
manusia (the flowering of the state is the fulfillment of the destiny of man), maka Marx justru
menganggap lenyapnya negara sebagai summum bonum, sebagai kebijakan puncak.

Masyarakat mengurus dirinya sendiri, tanpa ada lembaga kekuasaan yg permanen, kalau ada
persolalan diselesaikan secara ad hoc, masyarakat komunis adl masyarakat tanpa negara.

• Antonio Gramsci, yg mengembangkan teori ttg ‘kekuasaan hegemonik’, yakni


kekuasaan dr satu kelompok masyarakat yg diterima atau dianggap sah oleh kelompok-
kelompok masyarakat lainnya. Jadi walaupun partai politik sebenarnya melayani kepentingan
kaum borjuasi, ternyata kaum buruh tetap mendukung pemerintah yg dijalankan oleh partai
ini. Kekuasaan hegemonik melalui ideologi, seperti di negara-negara dunia ketiga yg
menganut sistem kapitalis mempersembahkan kebijakan-kebijakan pembangunan;

• Francis Fukuyama: Dengan berakhirnya Perang Dingin yg berlansung + 50 tahun


antara komunisme ala Uni Soviet dan demokrasi liberal Barat, maka kita mencapai “akhir
sejarah”. Sejarah perkembangan ideologi politik umat manusia akan berakhir dg kemenangan
kapitalisme dan demokrasi liberal. Suatu negara yg kuat ditandai oleh kemampuannya
menjamin bhw hukum dan kebijakan yg dilahirkannya ditaati oleh masyarakat, tanpa hrs
menebarkan ancaman, paksaan, dan kecemasan yg berlebihan. Elemen dasar negara yg kuat
adl otorita yg efektif dan terlembaga. Negara membatasi pd hal-hal yg elementer, seperti:
sistem pertahanan dan peradilan, sarana infrastruktur, dan pencetakan mata uang. Sifat
Intervensionis bs dilakukan utk menjaga otoritas.

7
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Legitimasi atau keabsahan adalah keyakinan anggota-anggota masyarakat bahwa


wewenang yang ada pada seseorang, kelompok, atau penguasa adalah wajar dan patut
dihormati. Kewajaran itu berdasarkan persepsi bahwa pelaksanaan wewenang itu sesuai
dengan asas-asas dan prosedur yang sudah diterima. Legitimasi pada prinsipnya sebagai
kekuatan penguasa yangditerima oleh rakyatnya dalam ajaran legitimasi ini pemberi
legitimasidisebut sebagai pemberi dan disebut juga sebagai penerima atas manfaat legitimasi
yang diberikan kepada penguasa. Jadi kepentingan rakyatdalam teori legitimasi kekuasaan ini
ditempatkan di atas segala-galanya.

8
DAFTAR PUSTAKA

Huda Ni’matul,2010, Ilmu Negara, Jakarta : Raja Grafindo

Moh.Sunardi,2005, Ilmu Negara, Jakarta : Gaya Media Pratama

Anda mungkin juga menyukai