Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha kuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Teori Asal
Usul Negara tepat waktu. Makalah Teori Asal Usul Negara disusun guna
memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Ilmu Negara di program studi Ilmu
Hukum. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca tentang Teori Asal Usul Negara.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak selaku
dosen mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan
terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah
ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi
kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 5 Oktober 2023

Ayu Satimah

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................... 1
1.3. Tujuan Makalah........................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAAN
2.1. Teori Terbentuknya Negara...................................................... 2
1). Teori Ketuhanan..................................................................... 2
2). Teori Kekuatan....................................................................... 2
3). Teori Juridis........................................................................... 3
4). Teori Perjanjian Masyarakat.................................................. 3
5). Teori Negara Menurut Al-Qur’ana........................................ 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan................................................................................. 7
B. Saran............................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sejak kata “negara” diterima secara umum sebagai pengertian
yangmenunjukkan organisasi teritorial sesuatu bangsa yang memilki kedaulatan,
ia punmengalami berbagai pemahaman tentang hakikat dirinya.
Negara merupakan integrasi dari kekuatan politik, ia adalah organisasi
pokokdari kekuasaan politik. Negara adalah argency (alat) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia
hidup dalam suasana kerjasama, sekaligus suasana antagonistis dan penuh
pertentangan. Negara adalah organisasi yang dalam sesuatu wilayah dapat
memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan kekuasaan
lainnya dan yang dapat menetapkan tujuan-tujuan dari kehidupan bersama itu.
Negara menetapkan cara-cara dan batas-batas sampai dimana kekuasaan dapat
digunakan dalam kehidupan bersama itu, baik oleh individu dangolongan atau
asosiasi, maupun oleh negara itu sendiri. Dengan demikian ia dapat
mengintegrasikan dan membimbing kegiatan-kegiatan sosial dari penduduknya ke
arahtujuan bersama.
Bayangkan, bila suatu kelompok masyarakat tidak mempunyai negara, apa
yang akan terjadi? Bagaimana bila tidak ada wilayah, tidak ada pemerintahan,
tidak ada kepala negara? Apakah teratur? Dapatkah mereka menjalankan aturan
bersama? Dapatkah mereka melakukan aktivitas hidup dengan tertib?
Tampaknya, manusia tidak akan dapat hidup dengan teratur tanpa adanya
negara.Mereka juga tidak akan hidup tertib dan menjamin keamanan bersama,
tanpa adanyan egara. Tanpa adanya wilayah, ketertiban umum, bagi masyarakat
juga tidak mungkin terjamin.

1.2. Rumusan Masalah:


1. Apa itu teori asal mula negara ?
2. Bagaimana pandangan para pemikir klasik dalam mengenai asal mula
negara?

1.3. Tujuan Makalah:


1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Negara

1
2. Mengetahui teori asal usul negara telah diusulkan oleh para pemikir
klasik dan kontemporer
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Teori Terbentuknya Negara


Secara garis besar teori tentang asal mula negara dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok :
a. Teori yang bersifat spekulasi, yang terdiri dari teori Ketuhanan, Teori
Kekuatan, dan Teori Juridisb.
b. Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori
evolusi.
1). Teori Ketuhanan
Yaitu suatu teori yang menganggap bahwa asal mula negara dan
kekuasaan seorang penguasa adalah semata-mata berasal dari Tuhan.
Pelopor teori ini antara lain Agustinus, Thomas Aquino, dan Frederick
Julius Sthal. Timbulnya negara itu adalah atas kehendak Tuhan. Segala
sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak-Nya. Friederich Julius Stahl
(1802-1861) menyatakan bahwa negara tumbuh secara berangsur-angsur
melaui proses evolusi, mulai dari keluarga, menjadi bangsa dan kemudian
menjadi negara. Negara bukan tumbuh disebabkan berkumpulnya kekuatan
dari luar, melainkan karena perkembangan dari dalam. Ia tidak tumbuh
disebabkan kehendak manusia, melainkan kehendak Tuhan, ́ katanya.
Demikian pada umumnya negara mengakui bahwa selain merupakan hasil
perjuangan atau revolusi, terbentuknya negara adalah karunia atau kehendak
Tuhan. Ciri negara yang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat pada UUD
berbagai negara yang menganut teori Ketuhanan dapat dilihat pada UUD
berbagai negara yang antar lain mencatumkan frasa: Berkat rahmat
Tuhanatau By the grace of God.
Teori Ketuhanan (teokrasi) pada prinsipnya mengandung 3 pokok masalah :
 Negara itu dibentuk dibawah kuasa Tuhan ;
 Kekuasaan seorang Raja adalah atas pemberian Tuhan;
 Mereka menganggap bahwa tidak ada kedaulatan selain kedaulatan
Tuhan
2). Teori Kekuatan
Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan bahwa negara yang
pertama adalah hasil dari dominasi dari kelompok yang kuat terhadap

2
kelompok yang lemah. Dalam teori kekuatan, faktor kekuatanlah yang
dianggap sebagai faktor tunggal yang menimbulkan negara. Negara
dilahirkan karena pertarungan kekuatan dan yang keluar sebagai pemenang
adalah pembentuk negara. Faktor kekuatan itu juga dapat berupa kekuatan
ekonomi dan kekuatan otak. Tokoh dari teori kekuatan antara lain : Ludwig
gunplowitz, Karl Marx, H.j.Laski, dan Machiavelli.
Beberapa pandangan dari teori kekuatan diantaranya :
 Negara adalah suatu organisasi dari kekuasaan yang kuat untuk
menindak organisasi yang lemah
 Negara adalah alat kaum kapitalis yang menguasai alat-alat produksi
 Negara adalah organisasi pemaksa
3). Teori Juridis
Teori juridis di bagi dalam beberapa teori, yakni teori patrialchal,
teorimatrialchal, teori patrimonial.
a) Teori patrialchal maksudnya, bahwa pemimpin pertama dari manusia
ituadalah semula dari seorang bapak yang merupakan kepala keluarga
kecil,yang kemudian akan menjadi keluarga yang lebih besar yang
akhirnya membentuk suatu masyarakat, dan masyarakat membentuk
suatu negaradengan garis bapak sebagai pimpinan
b) Sedangkan teori matrialchal hampir sama dengan teori patrialchal,
hanyagaris ibu yang menentukan
c) Sedangkan teori patrimonial juga hampir sama dengan teori
diatas,namun yang menentukan adalah garis ibu dan bapak.
4). Teori perjanjian masyarakat
Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara,
manusia hidup sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu
belum ada masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga
kekacauan mudah terjadidi mana pun dan kapan pun. Teori perjanjian
masyarakat beranggapan bahwa Negara di bentuk berdasarkan perjanjian-
perjanjian masyarakat. Tanpa peraturan, kehidupan manusia tidak berbeda
dengan cara hidup binatang buas,sebagaimana dilukiskan oleh Thomas
Hobbes, manusia seakan-akan merupakan bintang dan menjadi mangsa
dari manusia yang fisik lebih kuat daripadanya. Keadaan ini dilukiskan
dalam peribahasa Latin homo homini lupus. Manusia saling bermusuhan,
saling berperang satu melawan yang lain. Keadaan inidikenal sebagai
“bellum omnium contra omnes” (perang antara semua melawan semua).
Bukan perang dalam arti peperangan yang terorganisasikan, tetapi perang
dalam arti keadaan bermusuhan yang terus menerus antara individu dan
individu lainnya.[4]Teori Perjanjian Masyarakat diungkapkannya dalam

3
buku Leviathan. Ketakutan akan kehidupan berciri survival of the fittest,
itulah yang menyadarkan manusia akan kebutuhannya: negara yang
diperintah oleh seorang raja yang dapat menghapus rasa takut.
Demikianlah akal sehat manusia telah membimbing dambaan suatu
kehidupan yang tertib dan tenteram.
Maka, dibuatlah perjanjian masyarakat (sosial contract). Perjanjian
antar kelompok manusia yang melahirkan negara dan perjanjian itu sendiri
disebut pactum unions, bersamaan dengan itu terjadi pula perjanjian yang
disebut pactum subiectionis yaitu perjanjian antar kelompok manusia
dengan penguasa yang diangkat dalam pactum unionis. Isi pactum
subiectionis adalah pernyataan penyerahan hak-hak alami kepada
penguasa dan berjanji akan taat kepadanya. Penganut teori Perjanjian
Masyarakat antara lain: Grotius (1583-1645), John Locke (1632-1704),
Immanuel Kant (1724-1804), Thomas Hobbes (1588-1679), J.J.Rousseau
(1712-1778). Ketika menyusun teorinya itu, Thomas Hobbes berpihak
kepada Raja Charles I yang sedang berseteru dengan Parlemen. Teorinya
itu kemudian digunakan untuk memperkuat kedudukan raja. Maka ia
hanya mengakui pactum subiectionis, yaitu pactum yang menyatakan
penyerahan seluruh haknya kepada penguasa dan hak yang sudah
diserahkan itutak dapat diminta kembali. Sehubungan dengan itulah
Thomas Hobbes menegaskan idealnya bahwa negara seharusnya berbentuk
kerajaan mutlak/absolut.
John Locke menyusun teori Perjanjian Masyarakat dalam bukunya
TwoTreaties on Civil Government, bersamaan dengan tumbuh
kembangnya kaumborjuis (golongan menengah) yang menghendaki
perlindungan penguasa atas diri dan kepentingannya. Maka John Locke
mendalilkan bahwa dalam pactum subiectionis tidak semua hak manusia
diserahkan kepada raja. Seharusnya ada beberapa hak tertentu (yang
diberikan alam) tetap melekat padanya. Hak yang tidak diserahkan itu
adalah hakazasi manusia yang terdiri: hak hidup, hak kebebasan, dan hak
milik. Hak-hak itu harus dijamin raja dalam UUD negara. Menurut John
Locke, negara sebaiknya berbentuk kerajaan yang berundang-undang
dasar atau monarki konstitusional.
Jean Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract Social
berpendapat bahwa setelah menerima mandat dari rakyat, penguasa
mengembalikan hak-hak rakyat dalam bentuk hak warga negara (civil
rights) Ia juga menyatakan bahwa negara yang terbentuk oleh Perjanjian
Masyarakat harus menjamin kebebasan dan persamaan. Penguasa sekadar
wakil rakyat, dibentuk berdasarkan kehendakrakyat (volonte general).
Maka, apabila tidak mampu menjamin kebebasan dan persamaan,
penguasa itu dapat diganti. Mengenai kebenaran tentang terbentuknya

4
negara oleh Perjanjian Masyarakat itu, para penyusun teorinya sendiri
berbeda pendapat. Grotius menganggap bahwa Perjanjian Masyarakat
adalah kenyataan sejarah, sedangkan Hobbes, Locke, Kant, dan Rousseau
menganggapnya sekadar khayalan logis.
5). Teori Negara Menurut Al-Qur’ana
a). Negara sebagai Penggolongan Umat Manusia
Manusia selalu hidup dalam golongan, ada golongan yang bernama
keluarga, tetangga, lorong kampung, daerah dan negara. Semua golongan
tempat manusia menjadi sebagai anggotanya tidak dibuat atau diciptakan
oleh manusia. Golongan-golongan yang beraneka ragam itu terjadi karena
watak manusia itu sendiri. Hukum Qur’an mengatakan bahwa golongan
itusudah dijadikan oleh Tuhan dan sudah menjadi sunnah-Nya dalam
kehidupan manusia. Dengan demikian maka Qur’an menolak teori
perjanjian masyarakat dalam pembentukan Negara seperti yang
dikemukakan oleh Hobbes dan Locke. Hukum Qur’an juga menolak teori
teokrasi dalam terbentuknya Negara.
b). Kekuasaan dalam Negara
Mengenai timbulnya kekuasaan dalam Negara Qur’an mempunyai
pendirian yang berlainan dari teori-teori kekuasaan dalam Negara seperti
berikut :
 Hobbes dengan teori perjanjian masyarakat, mengatakan bahwa
kekuasaan yang ada dalam negara itu adalah kekuasaan yang
diberikanoleh orang ramai kepada pemegang kekuasaan itu (homo
homini lupus) dalam teorinya. Hobbes mengatakan bahwa manusia
memakai manusia untuk menegakkan keamanan dan ketertiban.
 Dan Lock mengatakan bahwa kekuasaan yang diberikan kepada
pemegang kekuasaan dalam Negara itu adalah kekuasaan untuk
mejamin keselamatan jiwa, kemerdekaan dan harta benda setiap
orang.
 Rousseau mengatakan bahwa yang mempunyai kekuasaan itu
bukanlan yang memegang kekuasaan dalam negara. Namun, yang
mempunyai kekuasaan itu adalah rakyat yang telah mengadakan
perjanjian masyarakat. Pemegang kekuasaan hanyalah pelaksana
belaka dari kekuasaan atas nama rakyat, yang mempunyai hak untuk
membatasinya,merubahnya dan mencabut apabila dikehendakinya.
Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia itu dijadikan sebagai
penguasa dalam negara, dan Tuhan menjadikan segolongan manusia
mempunyai kelebihan dari golongan yang lain. Kelebihan itu dapat berupa
kelebihan dalam keagungan darah dan keturunan (zaman feodalisme dan
monarchi absolute) Kelebihan dalam soal keagamaa (abad pertengahan)

5
kelebihan dalam bidang kekayaan (masa kapitalisme) kelebihan dalam
kekuatan politik (pemerintahan parlementer). Dan harus pula kita ketahui
bahwa kelebihan itu tidak hanya padahal-hal yang baik namun juga dalam
arti kata yang buruk seperti kelebihan dalam kelicinan dan kancil. Ini bisa
kita lihat dalam pertumbuhan kekuasaan dalam Negara semenjak
terjadinya Negara dalam masyarakat umat manusia bahwa, yang
memegang kekuasaan itu selalu golongan yang mempunyai kelebihan
dibanding dengan golongan yang lain.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Teori Terbentuknya Negara Secara garis besar teori tentang asal mula negara
dapat dikelompokkan dalam dua kelompok :
Teori yang bersifat spekulasi
1. Teori Ketuhanan (teokrasi) pada prinsipnya mengandung 3 pokok masalah;
 Negara itu dibentuk dibawah kuasa Tuhan ;
 Kekuasaan seorang Raja adalah atas pemberian Tuhan;
 Mereka menganggap bahwa tidak ada kedaulatan selain kedaulatan
Tuhan
2. Teori Kekuatan Teori kekuatan secara sederhana dapat diartikan bahwa
negara yang pertama adalah hasil dari dominasi dari kelompok yang kuat
terhadap kelompok yang lemah.
3. Teori garis kekeluargaan, atau teori Juridis, merupakan salah satu teori asal
mula negara. Teori garis kekeluargaan fokus pada penciptaan negara yang
bersumber dari adanya keluarga. Negara dapat terbentuk dari adanya
keluarga kecil yang saling bersatu, dan kemudian membentuk keluarga yang
lebih besar, sampai pada akhirnya tercipta atau terbentuk sebuah negara.
Garis kekeluargaan yang dimaksud juga dapat berbentuk suku atau
keturunan. Oleh karena itu, teori ini menganggap bahwa negara bisa jadi
lahir dari keluarga atau suku yang berasal garis keturunan bapak
(patriarkhal), atau bisa juga dari garis keturunan ibu (matriarkhal).
Teori yang bersifat Historis sosiologis, disebut juga sebagai teori evolusi.
1. Teori ini disusun berdasarkan anggapan bahwa sebelum ada negara, manusia
hidup sendiri-sendiri dan berpindah-pindah. Pada waktu itu belum ada
masyarakat dan peraturan yang mengaturnya sehingga kekacauan mudah
terjadidi mana pun dan kapan pun. Teori perjanjian masyarakat beranggapan
bahwa Negara di bentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat.
2. Al-Qur’an mengatakan bahwa manusia itu dijadikan sebagai penguasa dalam
negara, dan Tuhan menjadikan segolongan manusia mempunyai kelebihan
dari golongan yang lain. Kelebihan itu dapat berupa kelebihan dalam
keagungan darah dan keturunan (zaman feodalisme dan monarchi absolute)
Kelebihan dalam soal keagamaa (abad pertengahan) kelebihan dalam bidang
kekayaan (masa kapitalisme) kelebihan dalam kekuatan politik
(pemerintahan parlementer).

7
B. Saran

Walaupun penulis menginginkan kerapian dan kesempurnaan ketika menyusun


makalah ini. Namun pada kenyataannya masih banyak sekali kekurangan-
kekurangan yang perlu diperbaiki ulang oleh penulis. Persoalan ini dikarenakan
masih sangat sedikitnya pengetahuan penulis.

Maka dari itu penulis sangat berharap sekali bahwa para pembaca selalu
memberikan sebuah kritikan dan saran kepada penulis agar penulis bisa
menjadikan saran dan kritikan yang diberikan oleh para pembaca ini dijadikan
sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.

8
DAFTAR PUSTAKA
Ubaidillah, A,....(et al.), Pendidikan Kewargaan Demokrasi, HAM & Masyarakat
Madani, (Jakarta: IAIN Jakarta Press, 2000), cet. I.
Rosyada, Dede,...(et al.), Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Denokrasi,
Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani, (Jakarta: ICCE UIN Syarif
Hidayatullah, 2000), cet. I.
http://www.scribd.com/doc/47869739/TEORI-TERBENTUKNYA-NEGARA-17-
03-2012.
http://dhymas.wordpress.com/teori-negara-menurut-quran/-16-03-2012.
http://makalah85.blogspot.com/2008/11/hubungan-antara-negara-dan-
agama.html-17-03-12.

Anda mungkin juga menyukai