Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ppkn
Diampu Oleh Dosen : H.Rosid Sutardi,S.Pd.,M.Si

Disusun Oleh:
Novika Oktavia
NIM................................

PPKN
EKONOMI SYARI’AH
STAI MUHAMMADIYAH GARUT
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb,
Puji serta syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesehatan
dan kelancaran sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad
SAW. Juga kepada keluarganya, sahabatnya serta kepada kita selaku umatnya.

Adapun tujuan pembuatan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah PPKn prodi
Ekonomi Syari’ah.

Maaf apabila dalam penulisanya masih terdapat banyak kekurangannya,


penulis pun berusaha agar apa yang di sampaikan dalam makalah ini bisa mudah
dipahami oleh pembaca. Kritik dan saran dari pembaca sangat berarti bagi penulis,
supaya penulis bisa lebih baik lagi dalam pembuatan makalah untuk kedepanya.
Sekian yang dapat penulis sampaikan. Wassalamualaikum Wr. Wb.

Garut, 10 September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Teori Asal Usul Negara ............................................................................ 2
B. Teori Negara dan Bangsa ......................................................................... 5
C. Syarat-Syarat Suatu Negara ...................................................................... 7
D. Masyarakat Dan Warga Negara ............................................................... 8
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 10
A. Kesimpulan ............................................................................................. 10
B. Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Istilah negara diterjemahkan dari kata-kata asing Staat (bahasa Belanda
dan Jerman); State (bahasa Inggris); Etat (bahasa Prancis). Istilah Staat
mempunyai sejarah sendiri. Istilah itu mula-mula dipergunakan dalam abad ke- 15
di Eropa Barat. Anggapan umum yang diterima bahwa kata Staat (state, etat) itu
dialihkan dari bahasa Latin status atau statum.

Secara etimologis kata status itu dalam bahasa Latin Klasik adalah suatu
istilah abstrak yang menunjukan keadaan yang tegak dan tetap, atau sesuatu yang
dimiliki sifat-sifat yang tegak dan tegak itu. Kata “negara” mempunyai dua arti.
Pertama, negara adalah masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan
politis. Dalam arti ini India, Korea Selatan, atau Brazil merupakan negara. Kedua,
negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang menata dan
dengan demikian menguasai wilayah itu. Sementara itu dalam ilmu politik, istilah
“negara” adalah agency (alat) dari masyarakat yang mempunyai kekuasaan yang
mengatur hubungan-hubungan manusia dalam masyarakat dan menertibkan
gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1) Apa saja teori asal usul negara dan bangsa?
2) Apa saja syarat suatu negara?
3) Apa yang dimaksud masyarakat dan warga negara?

C. Tujuan Penelitian
1) Mampu menjelaskan teori muasal negara dan bangsa.
2) Mengetahui syarat-syarat suatu negara.
3) Mampu mendeskripsikan arti masyarakat dan warga negara.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Asal Usul Negara


Ada beberapa teori yang menjelaskan tentang asal mula suatu negara,
yaitu teori teokrasi, teori hukum alam, teori perjanjian masyarakat, teori kekuatan
atau kekuasaan, teori positivisme, teori organis, teori garis kekeluargaan, dan teori
modern (Ismatullah dan Gatara, 2007: 57; Hufron dan Hadi, 2007: 89-92). Selain
delapan teori tentang asal mula suatu negara yang telah disebutkan, ada dua teori
lagi yang menjelaskan tentang asal mula atau terjadinya suatu negara. Terjadinya
suatu negara dapat dilakukan secara primer dan secara sekunder (Sabon, 2014:
41).

1. Teori Teokrasi
Teori teokrasi atau teori ketuhanan merupakan salah satu teori yang
mengkonstruksi tentang asal mula negara. Teori teokrasi yang mempunyai kaitan
dengan asal mula negara terdiri atas dua teori. Dua teori tersebut yaitu teori
teokrasi klasik dan theori teokrasi modern. Teori teokrasi klasik menyatakan
bahwa otoritas kekuasaan berasal Tuhan dan kemudian diberikan secara langsung
kepada manusia yang memerintah. Manusia yang mendapat kekuasaan tersebut
yang dianggap sebagai titisan Tuhan (Atmadja 2012: 24). Sebagai contoh
Iskandar Zulkarnaen yang dianggap sebagai putera Zeus, Fir’aun dari Mesir yang
juga dianggap sebagai titisan Dewa Ra atau Dewa Matahari.

2. Teori Hukum Alam


Hukum alam ada yang sifatnya irrasional dan rasional. Hukum Alam yang
irrasional dapat ditemukan dengan menggunakan metode induktif (logika induktif:
khusus-umum). Contoh hukum alam yang irrasional seperti hukum yang lahir dari
Tuhan atau Firman Tuhan, hal-hal yang bersifat mistis, dan sejenisnya. Adapun
hukum alam yang rasional adalah hukum alam yang ditemukan melalui metode
deduktif (logika deduktif: umum-khusus), yang merupakan metode yang didapat
melalui observasi.

2
3. Teori Perjanjian Masyarakat
Teori perjanjian masyarakat diperkenalkan oleh tokoh yang bernama
Thomas Hobbes, yang lahir pada tahun 1588 dan meninggal pada tahun 1679.
Hobbes menyatakan bahwa yang berlaku pada masa sebelum adanya negara
adalah hukum rimba. Di masa tersebut, yang berlaku adalah prinsip homo homini
lupus, yang berarti manusia menjadi serigala bagi manusia lain. Selain itu, juga
berlaku prinsip belum omnium contra omnes¸ yang artinya semua lawan semua.
Kemudian, untuk mengakhiri hukum rimba di tegah masyarakat, maka
masyarakat membuat kontrak sosial atau perjanjian masyarakat. Kontrak sosial
tersebut berupa penyerahan kewenangan atau kekuasaan kepada raja untuk
memerintah. Artinya masyarakat secara bersama-sama berjanji untuk
menyerahkan kekuasaan kepada raja yangditunjuk untuk memerintah agar hukum
rimba tidak terjadi lagi (Atmadja, 2012: 26-27).

4. Teori Kekuatan
Teori kekuatan juga dapat disebut sebagai teori kekuasaan. Teori kekuatan
sendiri dapat dibagi menjadi dua: teori kekuatan fisik dan teori kekuatan ekonomi.
Teori kekuatan fisik menyatakan bahwa kekuasaan adalah bentukan orang-orang
yang paling kuat, berani, dan berkemauan teguh untuk memaksakan kemauannya
kepada pihak yang lemah. Voltaire menyatakan bahwa raja yang pertama
merupakan “the winning hero”. Teori kekuatan fisik mendeklarasikan bahwa
negara dapat muncul disebabkan oleh kemenangan dari pihak yang secara fisik
lebih unggul dan kuat dari pihak lain (Atmadja, 2012: 33).

5. Teori Positivisme
Teori positivisme juga turut menjelaskan tentang asal mula negara. Hans
Kelsen, salah satu tokoh positivisme hukum, sering mengaitkan antara teori
hukum, negara, dan hukum internasional. Sebenarnya Hans Kelsen bukan
merupakan bagian penuh dari aliran positivisme empiris, dan juga bukan
merupakan bagian penuh dari aliran hukum alam. Menurut para ahli, Hans Kelsen
lebih pada posisi di tengah-tengah antara dua aliran tersebut (Asshiddiqie dan
Safaat, 2006:9). Walaupun demikian, karya-karya Hans Kelsen yang selalu

3
mempromosikan teori hukum murni membuat Hans Kelsen dapat dianggap
cenderung pada teori hukum positivisme. Selain mempromosikan teori hukum
murni yang dekat dengan teori hukum positivisme, Hans Kelsen juga mengkaji
tentang negara. Salah satu buku yang ditulisnya, yaitu General Theory of Law and
State, khususnya pada bagian dua, mengkaji tentang negara (Kelsen, 1949: 181).

6. Teori Organis
Teori organis dalam kaitan dengan asal mula negara lebih mensimulasikan
negara seperti anatomi manusia. Negara dianggap sama dengan makhluk hidup
yang mempunyai struktur seperti kepala, badan, kaki, tangan, otak dan lain.lain.
Kepala, badan, kaki, tangan dapat disamakan dengan struktur lembaga negara,
sedangkan otak dapat disamakan dengan pemerintah yang menjalankan kekuasaan
negara.

7. Teori Garis Kekeluargaan


Teori garis kekeluargaan, atau teori patriarkhal-matriarkhal, merupakan
salah satu teori asal mula negara. Teori garis kekeluargaan fokus pada penciptaan
negara yang bersumber dari adanya keluarga. Negara dapat terbentuk dari adanya
keluarga kecil yang saling bersatu, dan kemudian membentuk keluarga yang lebih
besar, sampai pada akhirnya tercipta atau terbentuk sebuah negara. Garis
kekeluargaan yang dimaksud juga dapat berbentuk suku atau keturunan. Oleh
karena itu, teori ini menganggap bahwa negara bisa jadi lahir dari keluarga atau
suku yang berasal garis keturunan bapak (patriarkhal), atau bisa juga dari garis
keturunan ibu (matriarkhal) (Ismatullah dan Gatara, 2007: 66).

8. Teori Modern
Teori selanjutnya yang bisa menjelaskan tentang asal mula negara yaitu
teori modern. Kranenburg menjelaskan bahwa negara lahir karena adanya
komunitas manusia yang disebut sebagai bangsa. Negara akan lahir apabila
terdapat suatu bangsa. Oleh karena itu, bangsa menjadi fondasi bagi terciptanya
negara. Pendapat Kranenberg ini menyimpulan bahwa tidak akan mungkin ada
negara jika tidak ada komunitas yang disebut bangsa. Keadaan tersebut

4
menyebabkan penguasa dari sebuah negara adalah bangsa yang menciptakan
negara. Penjelasan dari Kranenberg bertolak belakang dengan penjelasan
Logemann, yang menjelaskan bahwa negara lebih dulu ada sebelum tercipta
bangsa. Logemann berpandangan bahwa negara, dengan kekuasaan yang
dimilikinya, kemudian menciptakan suatu bangsa, sehingga bangsa itu ada karena
adanya suatu negara (Hufron dan Hadi, 2016: 91).

B. Teori Negara dan Bangsa


1. Pengertian Negara
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Pada prinsipnya setiaap warga mayaraka menjadi anggota
dari suatu negara dan harus tunduk pada kekuasaan negara. Melalui kehidupan
bernegara dengan pemerintah yang ada di dalamnya, masarakat ingin mewujutkan
tujuan tujuan tertentu sepertti teerwujudnya kertentaraman, ketertiban, dan
kesejahteraan masyrakat.

Agar pemerintah suatu negara memiliki kekuasaan untuk mengatur


kehidupan masayakat tidak bertindak seenaknya, maka ada system aturan tersebut
menggambarakan suatu hierakhi atau pertindakan dalam aturan yang paliing
tinggi tingkatanya sampai pada aturan yng paling rendah.

Negara dan konstitusi adalah dwitunggal. Jika diibaratkan bangunan,


negara sebagai pilar-pilar atau tembok tidak bisa berdiri kokoh tanpa pondasi
yang kuat, yaitu konstitusi Indonesia. Hampir setiap negara mempunyai
konstitusi, terlepas dari apakah konstitusi tersebut telah dilaksanakan dengan
optimal atau belum. Yang jelas, konstitusi adalah perangkat negara yang perannya
tak bisa dipandang sebelah mata.

2. Pengertian Bangsa dan Negara


Suatu kelompok manusia yang dianggap memiliki identitas bersama, dan
mempunyai kesamaan bahasa, agama, budaya, dan sejarah. Dalam pengertian
lainnya, bangsa adalah sekelompok manusia yang dipersatukan karena memiliki
persamaan sejarah dan cita-cita yang mana mereka terikat di dalam satu tanah air.

5
Sedangkan, pengertian bangsa dalam arti sosiologis/antropologis adalah
perkumpulan orang yang saling membutuhkan dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan bersama dalam suatu wilayah Sedangkan, dalam arti politis Pengertian
Bangsa adalah suatu masyarakat dalam suatu daerah yang sama dan tunduk pada
kedaulatan negara sebagai satu kekuasaan tertinggi ke luar dan ke dalam.

Dalam Insiklopedia Indonesia, dasar Negara berarti pedoman dalam


mengatur kehidupan penyelenggaraan ketatanegaraan Negara yang mencakup
berbagai kehidupan. Dasar Negara yang di gunakan di Indonesia adalah Pancasila,
nilai-nilai luhur yang terkandung. Pancasila telah ada dalam kalbu bangsa jauh
sebelum Indonesia merdeka. Secara historis pengertian Negara senantiasa
berkembang sesuai dengan kondisi masyarakat pada saat ini. Pengertian tentang
Negara telah banyak di definisikan oleh para ahli filsuf Yunani Kuno, para ahli
abad pertengahan, sampai abad modern. Beberapa pendapat tersebut antara lain:

a. Pendapat Aristoteles (Schmandt, 2002), negara adalah komunitas


keluarga dan kumpulan keluarga yang sejahtera demi kehidupan yang
sempurna dan berkecukupan.
b. Jean Bodin (Schmandt, 2002), negara sebagai pemerintahan yang
tertata dengan baik dari beberapa keluarga serta kepentingan bersama
mereka oleh kekuasaan berdaulat.
c. Riger Soltau, (Budiardjo, 2007; Agustino, 2007; Kaelan dan Achmad
Zubaidi, 2007), negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau
mengendalikan persoalan bersama atas nama masyarakat.
d. Robert M. Mac Iver (Soehino,1998;Agustino,2007), negara adalah
asosiasa yang menyelenggarakan penertiban dalam suatu wilayah
berdasarkan sistem hukum diselenggarakan oleh pemerintah diberi
kekuasaan memeksa.
e. Miriam Budiardjo (2007), negara adalah suatu daerah teritorial yang
rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan berhasil menuntut dari
warganya untuk ketaatan melalui kekuasaan yang sah.

6
C. Syarat-Syarat Suatu Negara
Negara sebagai subyek hukum internasional harus memiliki unsur
kualifikasi-kualifikasi yang memberikan definisi atau pengertian tentang negara
serta unsur-unsur terbentuknya negara. Menurut pasal 1 Konvensi Montevideo
1993 unsur suatu negara adalah:

1. Penduduk yang tetap


2. Wilayah yang pasti
3. Pemerintahan
4. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.

Dalam konteks hukum internasional negara dimanifestasikan atau terbentuk


oleh setidak-tidaknya unsur-unsur yang sebagaimana tertuang dalam Konvensi
Montevideo Tahun 1993 tentang Hak dan Kewajiban Negara:

1. A Permanent Population (Penduduk Yang Permanen)


Rakyat atau masyarakat merupakan unsur utama terbentuknya suatu negara.
Jika membicarakan negara, maka sebenarnya yang dibicarakan adalah masyarakat
manusia, sehingga adanya manusia merupakan suatu keharusan, dan manusia itu
berbentuk kelompok mayarakat.

2. Defined Teritory (Wilayah Yang Pasti)


Defined territory adalah suatu wilayah yang berfungsi sebagai tempat
bermukim penduduknya. Suatu wilayah dapat dikatakan sebagai pasti atau tetap
apabila wilayah tersebut sudah mempunyai kejelasan batas-batas wilayahnya yang
dituangkan melalui demarkasi dan dilineasi batas wilayah. Pengertian wilayah
adalah suatu ruang yang meliputi wilayah darat, wilayah laut, dan wilayah udara.
Wilayah udara mencakup ruang angkasa sesuai dengan batas wilayah darat dan
laut. Wilayah darat adalah wilayah yang telah dikukuhkan oleh batas-batas yang
jelas menjadi wilayah negara. Wilayah laut adalah wilayah perairan yang dekat
dengan pantai. Negara menempati suatu teritorial dengan batas-batas tertentu yang
dianggap sebagai esensi utama suatu negara.

7
3. Goverment (Pemerintahan Yang Berdaulat)
Penduduk yang mendiami atau bermukim disuatu wilayah, hidup dengan
mengorganisasikan diri mereka yang kemudian disebut sebagai negara. Guna
mengatur penggunaan dan pengamanan wilayah serta mengatur hubungan
masyarakat dengan wilayah agar dapat mengatur dan membina tata tertib dalam
masyarakat, maka perlu adanya suatu kekuasaan. Kekuasaan ini dipegang dan
dijalankan oleh pemerintah negara. Pemerintah adalah perwakilan negara untuk
menjalankan kekuasaan negara demi tercapainya suatu tujuan negara.

4. A Capacity To Enter The Relation With Other States (Kemampuan Untuk


Mengadakan Hubungan Dengan Negara Lain)
Kemampuan untuk mengadakan hubungan hukum internasional dengan
negara lain tidak dapat diamati secara langsung karena bersifat subjektif dan
situasional. Kemampuan untuk mengadakan hubungan hukum internasional ini
memerlukan proses panjang melalui adanya pengakuan Adanya negara-negara
lainterhadap keberadaan atau eksistensi negara yang bersangkutan. Dengan
demikian adanya pengakuan masyarakat internasional mengandung nilai hukum
yang melandasi eksistensi suatu negara baik secara de facto (pada kenyataannya)
dan de jure (berdasarkan hukum).

D. Masyarakat Dan Warga Negara


1. Pengertian Masyarakat
Secara umum Pengertian Masyarakat adalah sekumpulan individu-
individu yang hidup bersama, bekerja sama untuk memperoleh kepentingan
bersama yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, dan adat istiadat
yang ditaati dalam lingkungannya. Masyarakat berasal dari bahasa inggris yaitu
"society" yang berarti "masyarakat", lalu kata society berasal dari bahasa latin
yaitu "societas" yang berarti "kawan". Sedangkan masyarakat yang berasal dari
bahasa arab yaitu "musyarak". Pengertian Masyarakat dalam Arti Luas adalah
keseluruhan hubungan hidup bersama tanpa dengan dibatasi lingkungan, bangsa
dan sebagainya. Sedangkan Pengertian Masyarakat dalam Arti Sempit adalah
sekelompok individu yang dibatasi oleh golongan, bangsa, teritorial, dan lain

8
sebagainya. Pengertian masyarakat juga dapat didefinisikan sebagai kelompok
orang yang terorganisasi karena memiliki tujuan yang sama. Pengertian
Masyarakat secara Sederhana adalah sekumpulan manusia yang saling
berinteraksi atau bergaul dengan kepentingan yang sama. Terbentuknya
masyarakat karena manusia menggunakan perasaan, pikiran dan keinginannya
memberikan reaksi dalam lingkungannya.

2. Pengertian Warga Negara


Warga negara adalah orang yang menghuni sebuah negara, kota, atau
tempat. Warga negara adalah anggota suatu negara. Ia bisa orang asli atau orang
yang dinaturalisasi yang secara hukum merupakan bagian dari negara tersebut.
Warga negara dapat berarti "penghuni tempat tertentu". Untuk diakui sebagai
warga resmi sebuah kota, kota, atau negara, seseorang biasanya harus memenuhi
persyaratan tertentu. Sebagai imbalannya, seseorang mendapat hak tertentu,
seperti hak untuk memilih.

Warga negara adalah seseorang yang berhak atas hak asasi manusia dan
kebebasan di bawah konstitusi. Menurut UUD 1945 Pasal 26, ayat (1), warga
negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain
yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Definisi ini
disebutkan kembali dalam pasal 1 UU No. 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan RI yang menjelaskan bahwa warga negara Indonesia adalah
orang-orang bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan
dengan undang-undang sebagai warga negara Indonesia.

Menurut Legal Information Institute, warga negara adalah orang yang


berdasarkan tempat lahir, kewarganegaraan salah satu atau kedua orang tuanya,
atau naturalisasi diberikan hak dan tanggung jawab penuh sebagai anggota suatu
bangsa atau komunitas politik.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Negara merupakaan salah satu bentuk organisasi yang ada dalam
kehidupan masyarakat. Terdapat beberapa teori yang menceritakan asal mula
terbentuknya suatu negera salah satunya yaitu teori modern yang menyatakan
bahwa negara lahir karena adanya komunitas manusia yang disebut sebagai
bangsa.

Manusia sebagai warga negara atau masyarakat sangat berperan penting


terhadap terbentuknya suatu negara. Negara tidak akan terbentuk salah satunya
jika tidak ada masyarakat yang hidup di dalamnya. Begitupun juga warga atau
masyarakan yang menjadi syarat di akuinya suatu wilaiah disebut negara.

B. Saran
Agar negara bisa di akui di ranah internasional, sekurangnya wajib
memiliki bebrapa unsur sebagai berikut:

1. Penduduk yang tetap


2. Wilayah yang pasti
3. Pemerintahan
4. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain.

10
DAFTAR PUSTAKA

A. Hamid S. Attamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesai


dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara, Jakarta: Pasca Sarjana UI.
Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1981, Seminar Hukum Jaminan Tahun 1978,
Bandung: Binacipta.
Aidukaite, Jolanta, 2009. “Old Welfare State Theories and New Welfare Regimes
in Eastern Europe: Challenges and Implications”, Communist and Post-
Communist Studies, 42: 23-39.
Asshiddiqie, Jimly, 2005 (a). Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,
Jakarta: Konstitusi Press. ________________, 2005 (b). Hukum Tata Negara dan
Pilar-Pilar Demokrasi, Jakarta: Konstitusi Press. ________________, 2005 (c).
Makalah. Demokrasi dan Hak Asasi Manusia.disampaikan dalam studium general
pada acara The 1st NationalConverence Corporate Forum for Community
Development, Jakarta, 19 Desember. hlm. 1-21.

11

Anda mungkin juga menyukai