Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

NEGARA 2

Disusun Oleh :

Nama : Fazat Rofiah Ramadhani

Kelas : Bio 1.2

Nim : 20500119005

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Jurusan Pendidikan Biologi

Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar

2019

i
Kata Pengantar
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatu. Puji syukur saya panjatkan atas
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Negara 2 ini tepat pada waktunya.
Tak lupa pula saya kirimkan salawat serta salam atas junjungan Nabi Yullah Muhammad
SAW yang telah mengantarkan saya dan saudara/(i) dari alam yang gelap menuju alam
yang terang benderang.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
[dosen/guru] pada mata Kuliah PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan).
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Negara 2 bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada [bapak/ibu] [nama guru/dosen], selaku


[guru/dosen] [bidang studi/mata kuliah] [nama bidang studi/mata kuliah] yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya serta sumber-sumber buku yang menjadi referensi sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Gowa, 19 September 2019

Fazat Rofiah Ramadhani

ii
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................4

PENDAHULUAN..................................................................................................................4

A. Latar Belakang........................................................................................................4

B. Rumusan Masalah..................................................................................................5

C. Tujuan.....................................................................................................................5

BAB II..................................................................................................................................6

PEMBAHASAN....................................................................................................................6

A. Teori Asal Mula Negara..........................................................................................6

 Pandang Pemikiran Barat...................................................................................6

 Pandangan Pemikiran Islam..............................................................................10

B. Bentuk-Bentuk Negara.........................................................................................12

 Negara Kesatuan..............................................................................................12

 Negara Serikat......................................................................................................13

BAB III...............................................................................................................................14

PENUTUP..........................................................................................................................14

 Kesimpulan...........................................................................................................14

 Saran....................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan kondisi
masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat negara
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun
345-322 S.M, merumuskan negara dalam bukunya Political, yang disebut dengan negara
polis, yang pada saat itu masih dipahami negara disebut sebagai negara hukum, yang di
dalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia).
Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi
terselenggaranya negara yang baik, demi terwujudnya cita-cita seluruh warganya.

Beberapa dengan konsep pengertian negara menurut kedua tokoh pemikiran negara
tersebut, Nicollo Machiavelli (1469-1527), yang merumuskan negara sebagai negara
kekuasaan, dalam bukunya 'II Principle' yang dahulu merupakan buku referensi pada
raja. Machiavelli memandang negara dari sudut kenyataan bahwa dalam suatu negara
harus ada sesuatu kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang pemimpin negara atau raja.
Raja sebagai pemegang kekuasaan negara tidak mungkin hanya mengandalkan
kekuasaan hanya pada suatu negara karena lemahnya kekuasaan negara. Bahkan yang
lebih terkenal lagi acljaran Machiavellali tentang tujuan yang dapat menghalalkan segala
cara. Akibat ajaran ini muncullah berbagai praktik kekuasaan negara yang otoriter, yang
jauh dari nilai-nilai moral.

Teori negara menurut Machiavelli tersebut mendapatkan tantangan reaksi yang


kuat dari filsuf lagi seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan
Rousseau (1712-1778). Mereka mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi
hasil dari perjanjian masyarakat secara bersama. Menurut mereka manusia sejak
dilahirkan telah membawa hak-hak asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak
kemerdekaan. Dalam keadaan alamiah sebelum terbentuknya negara, hak-hak tersebut
belum ada yang menjamin perlindungan, sehingga dalam status naturalis, yaitu sebelum
terbentuknya negara, hak-hak itu dapat dilanggar. Konsekuensinya dalam kehidupan
alamiah tersebut terjadilah pembenturan kepentingan berkaitan dengan hak-hak
masyarakat tersebut. Dalam keadaan naturalis sebelum terbentuknya negara menurut
Hobbes akan menjadi homo homini lupus, yaitu manusia menjadi serigala bagi manusia
lain, dan akan timbul suatu perang semesta yang disebut sebagai belum omnium contre
omnes dan hukum yang berlaku adalah hukum rimba.

Dalam hal tersebut negara mempunyai tugas, yakni:

1. Mengendalikan dan mengatur gejala-gejala kekuasaan yang asosial, yakni yang


bertentangan sama satu lain, supaya tidak antagonistik yang membahayakan.
1
2. Mengorganisasikan dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-
golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dari masyarakat seluruhnya. Negara
menentukan bagaimana kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan yang
disesuaikan dengan satu sama lain dan diarahkan kepada tujuan nasional.

Negara memiliki beberapa teori-teori asal mula negara dalam berbagai macam
pandangan antara lain pandangan pemikiran Barat dan pandangan pemikiran Islam.
Dalam pandangan pemikiran Barat dan pandangan pemikiran Islam terdapat berbagai
pendapat-pendapat. Adapun bentuk-bentuk dari negara yaitu dalam bentuk negara
kesatuan dan negara federasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang mendasari teori asal mula terbentuknya negara?

2. Apa yang termasuk dalam bentuk-bentuk negara?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dasar teori asala muka terbentuknya negara.

2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk negara.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Asal Mula Negara

 Pandang Pemikiran Barat


Teori-teori tentang asal usul negara dapat dimasukkan kedalam dua golongan
besar, yakni pertama teori-teori yang spekulatif dan kedua teori-teori yang historis atau
teori-teori yang evolusionistis.

Adapun teori-teori yang masuk kategori teori-teori spekulatif adalah teori


perjanjian masyarakat, teori teokratis, teori kekuatan, teori patriarkal, teori matriarkal,
teori organis, teori daluwarsa, teori alamiah, dan lain-lain.

(1) Teori Perjanjian Masyarakat


Teori perjanjian masyarakat atau teori kontrak sosial menganggap perjanjian sebagai
dasar negara dan masyarakat. Teori ini dipandang tertua dan terpenting. Dalam teori ini
beranggapan bahwa negara dibentuk berdasarkan perjanjian-perjanjian masyarakat
dalam tradisi sosial masyarakat. Teori meletakkan negara untuk tidak berpotensi
menjadi negara tirani, karena keberlangsungannya bersandar pada kontrak-kontrak
sosial antar warga negara dengan lembaga negara. Penganut mazhab pemikiran ini
antara lain Hugo de Groot (Grotius), Thomas Hobbes, John Locke l, Jean Jacques
Rousseau.
a. Huge de Groot (Grotius)
Menurut Groutius, sebelum adanya negara, kehidupan rakyat pada suku-suku
primitif misalnya, sangat kacau. Hal ini disebabkan karena setiap orang bebas untuk
melakukan apa saja sesuai dengan kehendaknya. Masyarakat menjadi tidak tertib.
Karena alasan inilah maka negara kemudian didirikan, dengan kekuasaan yang mutlak.
Lebih lanjut Grotius mengatakan :

"Negara terjadi karena suatu persetujuan, karena tanpa negara orang tak dapat
menyelamatkan dirinya dengan cukup dari persetujuan itu lahirlah kekuasaan untuk
memerintah. Kekuasaan tertinggi untuk memerintah ini dinamakan kedaulatan.
Kedaulatan itu dipegang oleh orang yang tidak tunduk pada kekuasaan orang lain,
sehingga ia tidak dapat diganggu gugat oleh kemauan manusia. Negara adalah
berdaulat."

Pikiran Grotius ini kemudian dikembangkan oleh Thomas Hobbes, seorang filsuf dari
Inggris.

b. Thomas Hobbes

3
Menurut Hobbes kehidupan manusia terpisah dalam dua zaman, yakni kehidupan
sebelum ada negara, atau keadaan alamiah (status naturalis, state of nature), ada
keadaan setelah ada negara. bagi Hobbes keadaan alamiah sama sekali bukan keadaan
yang aman dan sejahtera, tetapi sebaliknya, keadaan alamiah merupakan suatu keadaan
sosial yang kacau, tanpa hukum, tanpa pemerintah, dan tanpa ikatan-ikatan sosial antar-
individu di dalamnya. Karenanya, menurut Hobbes, dibutuhkan kontrak atau perjanjian
akan menyerah semua hak-hak kodrat yang dimilikinya kepada seseorang atau sebuah
badan yang disebut negara.

c. John Locke

Berbeda dengan Hobbes yang melihat keadaan alamiah sebagai sesuatu keadaan
yang kacau, John Locke melihatnya sebagai suatu keadaan yang damai, penuh komitmen
baik, saling menolong antara individu-individu di dalam sebuah kelompok masyarakat.
Sekalipun keadaan alamiah dalam pandangan Locke merupakan sesuatu yang ideal, ia
berpendapat bahwa keadaan ideal tersebut memiliki potensial terjadinya kekacauan
lantaran tidak adanya organisasi dan pemimpin yang dapat mengatur kehidupan
mereka. Disini, unsur pemimpin atau negara menjadi sangat penting demi menghindar
konflik diantara warga negara bersandar pada alasan inilah negara mutlak didirikan.

Namun demikian, menurut Locke penyelenggara Negar atau pemimpin negara harus
dibatasi melalui suaru kontrak sosial. Dasar pemikiran kontrak sosial antara negara dan
warga dalam pandangan Locke ini merupakan suatu peringatan bahwa kekuasaan
pemimpin (penguasa) tidak pernah mutlak, tetapi selalu terbatas. Hal ini disebabkan
karena dalam melakukan perjanjian individu-individu warga negara tersebut tidak dapat
dilepaskan, sekalipun oleh masing-masing individu.

d. Jean Jacques

Berbeda dengan Hobbes dan Locke, menurut Rousseau keberadaan suatu negara
bersandar pada perjanjian warga negara untuk mengikatkan diri dengan suatu
pemerintah yang dilakukan melalui organisasi politik. Menurutnya, pemerintah tidak
memiliki dasar kontraktual, melainkan hanya organisasi politiklah yang dibentuk melalui
kontrak. Pemerintah sebagai pemimpin organisasi negara dibentuk dan ditentukan oleh
yang berdaulat dan merupakan Wakil-wakil dari warga negara. Yang berdaulat adalah
rakyat seluruhnya melalui kemauan umumnya. Pemerintah tidak lebih dari sebuah
komisi atau pekerjaan yang melaksanakan mandat bersama tersebut.

Melalui pandangannya ini l, Rousseau dikenal sebagai peletak dasar bentuk negara
yang kedaulatannya berada di tangan rakyat melalui perwakilan organisasi politik
mereka. Dengan kata lain, ia juga sekaligus dikenal sebagai penggagas paham demokrasi
yang bersumber pada kedaulatan rakyat, yakni rakyat berdaulat dan penguasa-penguasa
negara hanyalah merupakan wakil-wakil rakyat pelaksana mandat bersama.

(2) Teori Ketuhanan

4
Teori ketuhanan dikenal juga dengan istilah doktrin teokratis. Teori ini
ditemukan baik di Timur maupun di belahan Barat. Doktrin ketuhanan ini memperoleh
bentuknya yang sempurna dalam tulisan-tulisan para sarjana Eropa pada Abad
pertengahan yang menggunakan teori ini untuk membeberkan kekuasaan mutlak para
raja.

Doktrin ini memiliki pandangan bahwa hak memerintah yang dimiliki para raja
berasal dari Tuhan. Mereka dapar mandat Tuhan untuk bertahta seabgai penguasa. Para
raja mengklaim sebagai wakil Tuhan di dunia yang mempertanggungjawabkan
kekuasaan hanya kdpada Tuhan, bukan kepada manusia. Praktik kekuasaan model ini
ditentang oleh kalangan monarchomach (penentang raja). Menurut meraka raja tiran
dapat di turunkan dari mahkotanya, bahkan dapat dibunuh. Mereka beranggapan
bahwa sumber kekuasaan adalah rakyat.

Dalam sejarah tata negara Islam, pandangan teokratis serupa pernah dijalankan
oleh raja-raja muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW. Dengan mengklaim diri
sebagai wakil Tuhan atau bayangan-bayangan Allah di dunia (khalifatullah fi al-Ard,
dzillullah fi al-Ard), raja-raja Muslim tersebut umumnya menjalankan menjalankan
kekuasaan secara tiran. Serupah dengan raja-raja Eropa di Abad Pertengahan, raja-raja
Muslim merasa tidak harus mempertanggungjawabkan kekuasaannya kepada rakyat,
tetapi langsung kepada Allah. Paham teokrasi Islam ini pada akhirnya melahirkan doktrin
politik Islam sebagai agama sekaligus Kekuasaan (dieh wa dawlah). Pandangan ini
berkembang menjadi paham dominan bahwa dalam Islam tidak ada pemisahan antara
agama (church) dengan negara (state). Sama halnya dengan pengalaman kekuasaan
teokrasi di Barat, penguasaan teokrasi Islam menghadapi perlawanan dari kelompok-
kelompok anti-kerajaan. Di pengaruhi pemikiran sekuler Barat, menurut pandangan
modernis Muslim, kekuasaan dalam Islam harus dipertanggungjawabkan baik kepada
Allah maupun rakyat.

(3) Teori Kekuatan

Secara sederhana teori ini dapat diartikan bahwa negara terbentuk karena
adanya dominasi negara kuat melalui penjajahan. Menurut teori ini, kekuatan menjadi
pembenaran (raison d'etre) dari terbentuknya sebilah negara. Melalui proses
penaklukan dan oendudukan oleh suatu kelompok (etnis) atas kelompok tertentu
dimulailah proses pembentukan suatu negara. Dengan kata lain, terbentuknya suatu
negara karena pertarungan kekuatan dimana sang pemenang memiliki kekuatan untuk
membentuk sebuah negara.

Teori berawal dari kajian antropologi atas pertikaian yang terjadi dikalangan
suku-suku primitif, dimana sang pemenang pertikaian menjadi penentu utama
kehidupan suku yang dikalahkan. Bentuk penaklukan yang paling nyata dimasa modern
adalah penaklukan dalam bentuk penjajahan bangsa Barat atas bangsa-bangsa Timur.
Setelah masa penjajahan berakhir di awal abad ke-20, di jumpai banyak negara-negara

5
baru yang kemerdekaannya banyak ditentukan oleh penguasa kolonial. Negara Malaysia
dan Brunei Darussalam bisa dikategorikan ke dalam jenis ini.

(4) Teori Partriarkal

Dalam teori partriarkal bahwa ayahlah yang berkuasa dalam Keluarg itu dan
garis keturunan ditarik dari pihak ayah. Keluarga berkembang biak dan terjadilah
beberapa keluarga yang kesemuanya dipimpin oleh (ayah) kepada keluarga induk.
Lambat laun keluarga-keluarga merupakan kesatuan etnis yang besar dan terjadilah
suku patriarkal (gens) yang pertama. Kepala-kepala suku merupakan Primus inter pares,
sampai saat dibentuk semacam pemerintah yang disentralisasi. Suku-suku ini kemudian
menjadi persekutuan-persekutuan etnis yang bercorak ragam, dan inilah benih pertama
dari Negara. Negara adalah perkelompokan beberapa suku.

(5) Teori Organis

Esensi dari teori organis dapat disimpulkan sebagai berikut. Negara dapat
dianggap atau dipersamakan dengan makhluk hidup, manusia atau binatang. Individu
yang merupakan komponen-komponen negara dianggap sebagai sel-sel dari makhluk
hidup itu.

Nicholas da cusa (1401-1464) mengemukakan bahwa kehidupan korporal dari


negara dapat disamakan dengan anatomi makhluk hidup, yakni bahwa pemerintah
dapat disamakan sebagai tulang belulang manusia, undang-undang sebagai urat saraf,
raja sebagai kepala, dan para individu sebagai daging makhluk hidup itu. Fisiologi negara
sama dengan fisiologi makhluk hidup dengan kelahirannya, pertumbuhan,
perkembangan, dan kematiannya.

(6) Teori Patrimonial

Oleh raja mempunyai hak milik terhadap daerahnya, maka semua penduduk di
daerahnya itu harus tunduk kepadanya. Sebagai contoh, yaitu negara-negara pada abad
pertengahan dimana hak memerintah dan menguasai timbul dari pemberian tanah.
Dalam keadaan perang sudah menuadi kebiasaan bahwa raja-raja menerima bantuan
dari kaum bangsawan untuk mempertahankan negara dari serangan-serangan musuh
dari luar. Jika perang sudah selesai dengan kemenangan si raja, maka sebagai tanda jasa
para bangsawan yang ikut membela dan membantunya dapat sebidang tanah sebagai
hadiah.

Pemberian sebidang tanah kepada para bangsawan, maka berpindah semua hak
atas tanah itu kepada mereka, sehingga mereka mendapatkan hak untuk memerintah
terhadap semua yang ada di atas tanah itu.

(7) Teori Alamiah

Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles. Menurut Aristoteles negara
adalah ciptaan alam. Kodrat manusia membenarkan adanya negara, karena manusia
6
pertama-tama adalah makhluk politik dan baru kemudian makhluk sosial. Karena kodrat
itu, maka manusia ditakdirkan untuk hidup bernegara.

Negara adalah organisasi rasional dan etis yang memungkinkan manusia mencapai
tujuan dalam hidupnya untuk mencapai yang baik dan adil. Karena itu, Aristoteles
melihat tujuan dan raison d'etre dari negara adalah dalam memberikan dan
mempertahankan hidup yang baik bagi individu yang merupakan komponen-komponen
dari negara.

(8) Teori Historis

Intisari teori historis atau teori evolusionistis atau gradualistic theory ialah
bahwa lembaga-lembaga sosial tidak dibuat, tapi tumbuh secara evolusioner sesuai
dengan kebutuhan-kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yang diperuntukkan
guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, maka lembaga-lembaga itu tidak luput
dari pengaruh tempat, waktu, dan tutunan-tutnan zaman.

 Pandangan Pemikiran Islam


(1) Ibnu Abi Rabi'

Menurut Ibnu Abi Rabi' bahwa manusia tidak mungkin dapat mencukupi kebutuhan
alaminya sendiri tanpa bantuan yang lain, sehingga mereka saling memerlukan. Hal itu
mendorong mereka saling membantu dan berkumpul serta menetap di satu tempat.
Dari proses demikianlah maka tumbuh kota-kota.

(2) Al-Farabi

Menurut Farabi manusia adalah makhluk sosial, makhluk yang mempunyai


kecenderungan yang alami untuk bermasyarakat, karena tidak mampu memenuhi segala
kebutuhan sendiri tanpa bantuan atau kerja sama dengan pihak lain. Adapun tujuan
bermasyarakat itu tidak semata-mata memenuhi kebutuhan pokok hidup, tetapi juga
untuk menghasilkan kelengkapan hidup yang akan memberikan kepada manusia
kebahagiaan, tidak saja material, tetapi juga spiritual, tidak saja di dunia, tetapi juga di
akhirat nanti.

(3) Al-Mawardi

Menurut Mawardi perbedaan bakat, pembawaan, dan kemampuan antara


manusialah yang mendorong bagi mereka untuk saling membantu. Kelemahan manusia,
yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi semua kebutuhan sendiri, dan
terdapatnya keanekaragaman dan perbedaan bakat, pembawa, kecenderungan alami
serta kemampuan, semua itu mendorong manusia untuk bersatu dan saling membantu,
dan akhirnya sepakat untuk mendirikan negara.

Satu hak yang sangat menarik dari gagasan ketatanegaraan Mawardi ialah hubungan
antara Ahl al-'Aqdi wa al-Halli atau Ahl al-ikhtiar dan imam atau kepala negara

7
merupakan hubungan dua pihak peserta kontrak sosial atau perjanjian atas dasar
sukarela, satu kontrak atau persetujuan yang melahirkan kewajiban dan hak bagi kedua
bela pihak atas dasar timbal balik. Oleh karena itu, imam, selain berhak untuk ditaati
oleh rakyat dan untuk menuntut loyalitas penuh yang harus di penuhi terhadap
rakyatnya, seperti memberikan perlindungan kepada mereka dan mengelola
kepentingan mereka dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab. Al-Mawardi
memenuhi kontraknya itu pada abad XI, sedangkan di Eropa teori kontrak sosial baru
muncul untuk pertama kalinya pada abad XVI.

(4) Imam Ghazali

Ghazali berpendapat bahwa manusia itu makhluk sosial. Ia tidak dapat hidup
sendirian, yang disebabkan oleh dua faktor: pertama, kebutuhan akan keturunan demi
kelangsungan hidup manusia hal itu hanya mungkin melalui pergaulan antara laki-laki
dan perempuan serta keluarga dan kedua, saling membantu dalam menyediakan bahan
makanan, pakaian, dan pendidikan anak. Manusia demi kesejahteraan dan
keamanannya dia memerlukan tempat tinggal atau rumah yang kokoh dan kuat untuk
melindunginya dari udara panas, udara dingin, hujan, dan gangguan orang jahat atau
pencuri dan serangan dari luar. Untuk itu semua diperlakukan kerja sama dan saling
membantu antarsesama manusia, antara lain dengan membangun pagar-pagar tinggi di
sekeliling pusat perumahan, dan disanalah lahir negara karena dorongan kebutuhan
bersama.

(5) Ibnu Kaldun

Adanya organisasi bermasyarakat merupakan suatu keharusan bagi hidup manusia.


Manusia diciptakan oleh Tuhan dalam bentuk atau keadaan yang hanya mungkin hidup
dan bertahan dengan bantuan makanan. Sementara itu, kemampuan manusia (orang)
tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan.

Manusia supaya hidup perlu makanan dan untuk aman harus dapat membela diri
terhadap serangan dari makhluk-makhluk hidup lain. Dua hal tersebut tidak dapat
dilakukan seorang diri, maka diperlukan adanya kerja sama antarsesama manusia, dan
itulah sebabnya mengapa organisasi kemasyarakatan merupakan suatu keharusan bagi
hidup manusia.

Setelah organisasi kemasyarakatan terbentuk dan peradaban merupakan suatu


kenyataan di dunia ini, maka masyarakat membutuhkan seseorang dengan pengaruhnya
dapat bertindak sebagai penengah dan pemisah antara para anggota masyarakat. Tokoh
yang mempunyai kekuasaan dan wibawa yang memungkinkannya bertindak sebagai
penengah, pemisah, dan sekaligus hakim itu adalah raja atau kepala negara.

Teori tentang asal mula timbulnya negara dari lima pemikiran Islam diatas mirip satu
sama lain, yaitu tampak sekali adanya pengaruh alam pikiran Yunani, dengan diwarnai
oleh pengaruh aqidah Islam. Agak berbeda dari pemikiran-pemikiran Yunani, pemikiran-

8
pemikiran Itu baik secara eksplisit maupun implisit menyatakan bahwa tujuan bernegara
tidak semata-mata memenuhi kebutuhan lahiriah manusia saja, tetapi juga kebutuhan
rohaniah dan ukhrawiah.

B. Bentuk-Bentuk Negara
Negara memiliki bentuk yang berbeda-beda. Secara umum dalam konsep dan teori
modern, negara terbagi ke dalam dua bentuk: negara kesatuan (unitarianisme) dan
negara serikat (federasi).

 Negara Kesatuan
Negara kesatuan adalah bentuk negara yang mempunyai kemerdekaan dan kedaulatan
atas seluruh wilayah atau daerah yang dipegang sepenuhnya oleh satu Pemerintah
Pusat. Kedaulatan sepenuhnya dari Pemerintah Pusat disebabkan karena di dalam
negara kesatuan itu tidak terdapat negara-negara yang berdaulat. Meskipun didalamnya
negara-negara kesatuan wilayah-wilayah negara dibagi dalam bagian-bagian negara
tersebut tidak mempunyai kekuasaan asli seperti halnya negara-negara bagian didalam
bentuk Negara Federasi.

Pada saat ini suatu Negara Kesatuan dapat dibedakan dalam 2 bentuk:

1. Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi

Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi adah sistem pemerintahan yang


langsung dipimpin oleh pemerintah pusat, sementara pemerintah daerah dibawanya
melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Model pemerintahan Order Baru dibawah
pemerintahan Presiden Soeharto adalah salah satu contoh sistem pemerintahan model
ini.

2. Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi

Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi adalah kepala daerah diberi


kesempatan dan kewenangan untuk mengurus urusan pemerintah di wilayahnya sendiri.
Sistem ini dikenal dengan istilah otonomi daerah atau swatarta. Sistem pemerintahan
Negara Malaysia dan pemerintahan pasca Orde Baru di Indonesia dengan sistem
otonomi khusus dapat dimasukkan ke model ini.

 Negara Serikat
Negara serikat atau federasi merupakan bentuk negara gabungan yang terdiri
dari beberapa negara bagian dari sebuah negara serikat. Pada mulanya negara-negara
bagian tersebut merupakan bagian negara yang merdeka, berdaulat, dan berdiri sendiri.
Setelah menggabungkan diri dengan negara serikat, dengan sendirinya negara tersebut
melepaskan sebagian dari kekuasaannya dan menyerahkan kepada negara serikat.

9
Di samping dua bentuk ini, dari sisi pelaksanaan dan mekanisme pemilihannya,
bentuk negara dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok: monarki, oligarki, dan
demokrasi.

a. Monarki

Pemerintahan monarki adalah model pemerintahan yang dikepalai oleh raja


atau ratu. Dalam praktiknya, monarki memiliki dua jenis: monarki absolut dan monarki
konstitusional. Monarki absolut adalah model pemerintahan dengan kekuasaan tertinggi
di tangan satu orang raja atau ratu. Termasuk dalam kategori ini adalah Arab Saudi.
Adapun, monarki konstitusional adalah bentuk pemerintahan yang kekuasaan kepala
pemerintahannya (perdana menteri) dibatasi oleh kekuatan-kekuatan konstitusi negara.
Praktik monarki konstitusional ini adalah yang paling banyak dipraktikkan di beberapa
negara, seperti Malaysia, Thailand, Jepang, dan Inggris. Dalam model monarki
konstitusional ini, kedudukan raja hanya sebatas simbol negara.

b. Oligarki

Model pemerintahan oligarki adalah pemerintahan yang dijalankan oleh


beberapa orang yang berkuasa dari golongan atau kelompok tertentu.

c. Demokrasi

Pemerintahan model demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang bersandar


pada kedaulatan rakyat atau mendasarkan kekuasaannya pada pilihan dan kehendak
rakyat melalui mekanisme pemilihan umum (pemilu).

10
BAB III

PENUTUP

 Kesimpulan
Negara merupakan integrasi dari kekuasaan politik yang merupakan organisasi
pokok dari kekuasaan politik. Negara adalah agency (alat) dari masyarakat yang
mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan-hubungan manusia dalam
masyarakat dan menertipkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat. Manusia hidup
dalam suasana antagonis dan penuh pertentang. Beberapa pendapat menyatakan
mengenai teori-teori terbentuknya suatu negara, antara lain: pendapat pemikiran barat
dan pendapat pemikiran islam. Semua teori-teori yang mengemukakan pendapatnya
mengenai terbentuknya negara memiliki kemiripan antara satu sama lain, yaitu tampak
sekali adanya pengaruh alam pikiran Yunani, dengan diwarnai oleh pengaruh aqidah
Islam. Tidak hanya itu, terdapat pula bentuk-bentuk dari negara yaitu negara kesatuan
dan negara serikat.

 Saran
Diharapkan para pembaca lebih mudah dalam memahami teori-teori terbentuknya
negara dengan pemikiran pendapat dari sumber yang berbeda-beda. Diharapkan pula
masyarakat mendapatkan pengetahuan lebih luas mengenai bentuk-bentuk negara.

11
DAFTAR PUSTAKA

Huda, N. 2015. Ilmu Negara, Depok: PT Rajagrafinoo Persada.

Ubaedillah, A dan Rozak, Abdullah. 2016. Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat
Madani, Jakarta: KENCANA.

Hendratno, Edie Toet. 2009. Negara Kesatuan, Desentralisasi, dan Federalisme, Jakarta
Selatan: Graha Ilmu.

Rahayu, Ani Sri. 2016. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Jakarta: PT
Bumi Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai