Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KEKUASAAN DALAM NEGARA

Di susun

O l e h:

1.Eusebius Lolonlun

2.Febrian.D.K.Baderan

INSTITUT PEMERINTAHAN DALAM NEGERI

Kampus NTB

2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puja dan puji kita panjatkan


kehadira Allah yang telah memberikan kekuatan kepada kami
untuk dapat menyelesaikan makalah ini untuk pemenuhan
tugas SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA.
Kami sangat sadar bahwa setiap pencapaian adalah
buah dari kerja dan sokongan banyak pihak yang begitu luar
biasa, oleh karenanya tanpa mempermasalahkan hierarkinya,
maka Kami ingin sekali menyampaikan ucapanterima kasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak
yang memiliki andil terhadap pembuatan makalah ini baik
bantuan moriil maupun materiil.
Semoga makalah yang kami beri judul KEKUASAAN
DALAM NEGARA ini dapat menjadi suatu kontribusi positif
dan konstruktif bagi para pembaca, serta diharapkan dapat
menambah cakrawala berfikir kita dan tentunya dapat
menjadi ilmu yang bermanfaat bagi penulis khususnya.

Praya , 4 oktober 2016

penulis

[Pick the date]


DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR................................................................................ 2
DAFTAR
ISI.............................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang..4
B Rumusan Masalah .5
C. Tujuan penulisan. 5

BAB II. PEMBAHASAN


A. Defenisi kekuasaan ....................................... 6
B. Legitimasi Kekuasaan8
C. Sumber-Sumber Kekuasaan 10

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan............................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA16

[Pick the date]


[Pick the date]
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam setiap hubungan antara manusia maupun antara
kelompok sosial selalu tersimpul pengertian-pengertian kekuasaan dan
wewenang. kekuasaan, yang diartikan sebagai kemampuan untuk
mempengaruhi fihak lain menurut kehendak yang ada pada pemegang
kekuasaan tersebut. Kekuasaan terdapat di semua bidang kehidupan
dan dijalankan. Kekuasaan mencakup kemampuan untuk memenuhi
(agar yang diperintah patuh) dan juga untuk memberi keputusan-
keputusan yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi tindakan-tindakan fihak-fihak lainnya.
Max Weber mengatakan, kekuasaan adalah seseorang atau
kelompok orang untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan-
kemauannya sendiri, dengan sekaligus menerapkannya terhadap
tindakan-tindakan perlawanan dari orang-orang atau golongan-
golongan tertentu. Kekuasaan mempunyai aneka macam bentuk, dan
bermacam-macam sumber. Hak milik kebendaan dan kedudukan
adalah sumber kekuasaan. Birokrasi juga merupakan salah satu
sumber kekuasaan, di samping kemampuan khusus dalam bidang
ilmu-ilmu pengetahuan yang tertentu ataupun atas dasar peraturan-
peraturan hukum yang tertentu. Jadi kekuasaan terdapat dimana-mana,
dalam hubunga sosial maupun di dalam organisasi-organisasi sosial.
Tetapi biasanya kekuasaan tertinggi berada pada organisasi yang
dinamakan negara.
Secara formal Negara mempunyai hak untuk melaksanakan
kekuasaan tertinggi, kalau perlu dengan paksaan. Juga negaralah yang
membagi-bagikan kekuasaan yang lebih rendah derajatnya. Itulah
yang dinamakan kedaulatan (sovereginity). Kedaulatan biasanya
dijalankan oleh segolongan kecil masyarakat yang dinamakan diri the
rulig class, pasti ada yang menjadi pimpinannya. Meskipun menurut
hukum, dia tidak merupakan pemegang kekuasaan yang tertinggi.
Misalnya pada Negara-negara yang berbentuk kerajaan, sering terlihat
kenyataan bahwa seorang Perdana Menteri mempunyai kekuasaan
yang lebih besar dari Raja dalam menjalankan kedaulatan negara.

[Pick the date]


B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kekuasaan ?


2. Apa itu legitimasi kekuasaan?
3. Jelaskan Sumber-Sumber Kekuasaan ?

C. Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat diketahui bahwa tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Mengetahui apa itu kekuasaan.
2. Mengetahui apa itu legitimasi kekuasaan.
3. Mengetahui sumber-sumber kekuasaan.

[Pick the date]


BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi kekuasaan

Pengaertian Kekuasaan, Menurut Ossip K. Flechtheim, Kekuasaan sosial


adalah keseluruhan dari kemampuan, hubungan hubungan dan proses proses
yang menghasilkan ketaatan dari pihak lain untuk tujuan tujuan yang ditetapkan
pemegang kekuasaan. Dan Robert M. MacIver mengemukakan bahwa Kekuasaan
sosial adalah kemampuan untuk mengendalikan tingkah laku orang lain, baik
secara langsung dengan jalan memberi perintah, maupun secara tidak langsung
dengan mempergunakan segala alat dan cara yang tersedia.Sedangkan Max
Weber mengemukakan bahwa kekuasaan itu dapat diartikan sebagai suatu
kemungkinan yang membuat seorang aktor didalam suatu hubungan sosial berada
dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang
menghilangkan halangan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seseorang
atau sekelompok orang untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang atau
kelompok lain sedemikian rupa, sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan
keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.
Ketika membahas wewenang kita pasti akan bertemu dengan dengan dua
jenis pandangan terhadap kekuasaan yaitu Pandangan klasik (classical view) dan
Pandangan penerimaan (acceptance view). Menurut Louis A. Allen dalam
bukunya, Management and Organization, Wewenang adalah jumlah kekuasaan
(powers) dan hak (rights) yang didelegasikan pada suatu jabatan. Dan Menurut
Harold Koontz dan Cyril ODonnel dalam bukunya, The Principles of
Management : Authority adalah suatu hak untuk memerintah / bertindak.
Sedangkan Menurut G. R. Terry : Wewenang adalah kekuasaan resmi dan
kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain supaya bertindak dan taat kepada
pihak yang memiliki wewenang itu.
Jadi, Wewenang dapat kita artikan sebagai hak untuk melakukan sesuatu
atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar
mencapai tujuan tertentu sedangkan Kekuasaan adalah kemampuan untuk
menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk
mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok
Perbedaan ada pada kata hak dan kemampuan,jika dalam wewenang kita
dapat menggunakan hak kita untuk memerintah dan mengatur orang lain
sedangkan dalam kekuasaan ,kita memang memiliki kemampuan untuk mengatur
atau memerintah orang lain.

[Pick the date]


Kekuasaan mempunyai peranan yang dapat menentukan nasib berjuta-juta
manusia. Oleh karena itu, kekuasaan (power) sangat menarik perhatian para ahli
ilmu pengetahuan kemasyarakatan. Sesuai dengan sifatnya sebagai ilmu
pengetahuan kemasyarakatan. Tidak memandang kekuasaan sebagai sesuatu yang
baik atau yang buruk. Sosiologi mengakui kekuasaan sebagai unsur yang sangat
penting dalam kehidupan suatu masyarakat. Penilaian baik atau buruk senantiasa
harus diukur dengan kegunaannya untuk mencapai suatu tujuan yang sudah
ditentukan atau disadari oleh masyarakat. Karena kekuasaan sendiri mempunyai
sifat yang netral, maka menilai baik atau buruknya harus dililhat pada
penggunaannya bagi keperluan masyarakat. Kekuasaan senantiasa ada di dalam
setiap masyarakat baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar atau
rumit susunannya.
Tetapi walaupun selalu ada kekuasaan tidak dapat dibagi rata pada semua
anggota masyarakat. Justru karena pembagian yang tidak merata tadi timbul
makna yang pokok dari kekuasaan yaitu kemampuan untuk mempengaruhu fihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan.
Adanya kekuasaan cenderung tergantung dari hubungan antara fihak yang
memiliki kemampuan untuk melancarkan pengaruh dengan pihak lain yang
menerima pengaruh itu, rela atau karena terpaksa. Apabila kekuasaan dijelmakan
pada diri seseorang, biasanya orang itu dinamakan pemimpin dan mereka yang
menerima pengauruhnya adalah pengikut. Beda antara kekuasaan dan wewenag
(authority atau legalized power) ialah bahwa setiap kemampuan untuk
mempengaruhi fihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkan wewenang
adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang
mempunyai dukungan atau pendapat pengakuan dari masyarakat. Karena
memerlukan pengakuan masyarakat, maka di dalam suatu masyarakat yang sudah
kkompleks susunannya serta sudah mengenal pembagian kerja yang terperinci,
wewenang biasanya terbatas pada hal-hal yang diliputinya, waktunya dan cara
menggunakan kekusaan itu pengertian wewenang timbul pada waktu masyarakat
mulai mengatur pembagian kekuasaan dan menentukan pembagiannya. Tetapi
tidak ada masyarakatpun dalam sejarah manusia, yang berhasil dengan sadar
mengatur setiap macam kekuasaan yang ada di dalam masyrakat itu menjadi
wewenang. Kecuali itu tidak mungkin setiap macam kekuasaan yang ada,
diragukan dalam suatu peraturan dan hal itu juga sebenarnya tidak akan
menguntungkan bagi masyarakat. Apabila setiap macam kekuasaan menjadi
wewenang maka susunan kekkuatan masyarakat itu menjadi kaku. Karena tidak
dapat mengikuti perubahan-perubahan yang senantiasa terjadi di dalam
masyarakat.
Adanya wewenag hanya dapat menjadi efektif apabila didukung dengan
kekuasaan yang nyata. Akan tetapi acap kali terjadi bahwa letaknya wewenang
yang diakui oleh masyarakat dan letaknya kekuasaan yang nyata, tidak di satu
tempat atau tidak berada di satu tangan. Di dalam masyarakat yang kecil dan yang
susunannya bersahaja, pada umumnya kekuasaan yang dipegang oleh seseorang
atau kelompok orang meliputi bermacam bidang.
Kekuasaan itu lambat laun diidentifikasikan dengan orang yang
memegannya. Contoh yang demikian itu dalam Masyarakat Indonesia terdapat

[Pick the date]


pada masyarakat-masyarakat hukum adat (misalnya desa), yang terpencil letaknya
di mana semua kekuasaan pemerintahan, ekonomi dan sosial dipercayakan kepada
para msyarakat hukum adat tersebut untuk seumur hidup. Karena luasnya
kekuasaan dan besarnya kepercayaan kepada para kepala masyarakt hukum adat
tersebut untuk seumur hidup.
Sebaliknya di dalam masyarakat yang besar dan rumit, di mana terlihat berbagai
sifat dan tujuan hidup golongan yang berbeda-beda dan kepentingan yang tidak
selalu sama satu dengan lainnya, maka kekuasaan biasanya terbagi pada beberapa
golongan.
Karena itu terdapat perbedaan pemisahan secara teoritis dan nyata dari
kekuasaan politik, militer, ekonomi, agama dan seterusnya. Kekuasan yang
terbagi itu nampak dengan jelas di dalam masyarakat yang menganut dan
melaksankan demokrasi secara luas. Meskipun ada penguasa pemerintah otokratis
yang hendak memusatkan kekuasaan semua bidang dalam satu tangan secara
mutlak, namun di dalam masyarakat yang kompleks usaha yang demikian tidak
mungkin terlaksana sepenuhya. Yang mungkin adalah pemusatan sebagian.
Sedang kekuasaan nyata lainnya tetap dipegang oleh golongan-golongan
masyarakat yang dalam proses perkembangan masyarakat secara khusus telah
malatih diri untuk memegang kekuasaan.

B. Kekuasaan
Kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa,
sehingga tingkah laku itu menjadi sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang
yang mempunyai kekuasaan itu. Arti dari kekuasaan adalah kemampuan untuk
menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya kemampuan untuk
mengubah sikap atau tingkah laku individu atau kelompok. Kekuasaan juga
berarti kemampuan untuk mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau
kejadian. Kekuasaan tidak sama dengan wewenang, wewenang tanpa
kekuasaan atau kekuasaan tanpa wewenang akan menyebabkan konflik dalam
organisasi.
Secara umum ada dua bentuk kekuasaan:
1. Kekuasaan pribadi, kekuasaan yang didapat dari para pengikut
dan didasarkan pada seberapa besar pengikut mengagumi, respek dan terikat pada
pemimpin.
2. Kekuasaan posisi, kekuasaan yang didapat dari wewenang formal
organisasi.Kekuasaan tidak begitu saja diperoleh individu.
Kekuasaan sangat melekat dengan adanya sebuah kewenangan, semua
organisasi baik itu organisasi politik maupun organisasi pendidikan memiliki sifat
kekuasaan dan kewenangan. Contoh konkret dalam tataran organisasi pendidikan
dapat terlihat dari pemilihan seorang Rektor di Perguruan Tinggi Negeri. Seorang
Rektor dipilih oleh beberapa aspek yaitu banyaknya suara dan dukungan yang ia
dapat dari intern kampus yaitu yang diwakilkan oleh Wali Amanat dan faktor luar
kampus yaitu suara dukungan dari seorang Menteri Pendidikan Nasional. Jika
seseorang ingin menjadi seorang Rektor di Perguruan Tinggi Negeri maka ia

[Pick the date]


harus memiliki kekuasaan dan kewenangan yang sangat besar dalam mencari
dukungan dari Wali Amanat. Namun power besar sekalipun yang dimiliki seorang
calon Rektor di dalam sebuah Perguruan Tinggi Negeri tidaklah cukup untuk
menjadi seorang Rektor karena suara lainnya ditentukan oleh suara dari seorang
Menteri Pendidikan Nasional.
Sumber kekuasaan terdiri dari
1. Referent Power (kekuasaan rujukan) adalah kekuasaan yang timbul
karena karisma, karakteristik individu, keteladanan atau kepribadian yang
menarik.
Contoh : Kekuasaan rujukan dapat terlihat dari seorang Presiden Soekarno.
Soekarno memiliki power dan kharisma yang sangat besar yang menjadikannya
seseorang yang penting pada zaman kemerdekaan dulu. Kharisma seorang
Soekarno dapat terlihat ketika ia berpidato, saat ia berpidato tidak ada rakyat
Indonesia yang berani berbicara dan semua orang tunduk mendengarkan
pidatonya yang sangat berapi-api dan membakar semangat kemerdekaan saat itu.
Tak hanya didalam negeri kharisma seorang seorang Soekarno terlihat, hal ini
terbukti dengan banyaknya jalan raya yang diabadikan menggunakan namanya
seperti di negera Mesir. Beberapa Presiden Negara besar seperti Amerika, Rusia
dan beberapa Negara Arab pun sangat menghormati kharisma dan kekuasaan serta
kewenangan seorang Soekarno presiden pertama Indonesia.
2. Expert Power (kekuasaan kepakaran), yakni kekuasaan yang
berdasarkan karena kepakaran dan kemampuan seseorang dalam suatu bidang
tertentu, sehingga menyebabkan sang bawahan patuh karena percaya bahwa
pemimpin mempunyai pengalaman, pengetahuan dan kemahiran konseptual dan
teknikal.
Contoh : Kekuasaan kepakaran dapat terlihat dari seorang dokter di sebuah
rumah sakit. Seorang dokter dapat bekerja di rumah sakit memerlukan proses
yang panjang yaitu dengan lamanya pendidikan yang ia tempuh di Perguruan
Tinggi dan beberapa praktek lapangan yang telah ia lakukan, Seorang dokter
bekerja tidak hanya sendiri namun dibantu oleh beberapa asisten dokter dan suster
yang memiliki kemampuan yang berbeda dan dibawah kemampuan dokter
ahlinya. Asisten dan suster yang membantu dokter tersebut sangat menghormati
dan mematuhi perintah dokter tersebut karena ia meyakini bahwa dokter tersebut
memiliki kemampuan dan ilmu yang lebih dibandingkan dirinya. Hal ini
membuktikan bahwa keahlian, kemampuan dan keilmuan yang dimiliki seorang
dokter ahli mampu membuat seorang asisten dokter dan suster menjadin patuh dan
tunduk terhadap setiap perintah dokter tersebut.
3. Legitimate Power (kekuasaan sah), yakni kekuasaan yang dimiliki
seorang pemimpin sebagai hasil dari posisinya dalam suatu organisasi atau
lembaga.
Contoh : Kekuasaan sah dapat terlihat dari kekuasaan dan kewenangan
seorang kepala sekolah di suatu sekolah. Jabatan sebagai kepala sekolah didapat
oleh seseorang berdasarkan kemampuan dan usaha yang dilakukannya. Kepala
sekolah merupakan jabatan tertinggi dalam sebuah sekolah yang membawahi
bawahan seperti guru dan tenaga kependidikan. Segala peraturan dan kewenangan
yang dimiliki dan dikeluarkan oleh kepala sekolah menjadi suatu aturan yang

[Pick the date]


harus dipatuhi tanpa terkecuali oleh semua pegawai di sekolah tersebut. Hal ini
membuktikan bahwa jabatan seseorang disebuah organisasi mempengaruhi dan
membuat patuh orang-orang yang bersentuhan dengan kebijakan dari orang yang
memiliki jabatan tersebut.
4. Reward Power (kekuasaan penghargaan), adalah kekuasaan untuk
memberi keuntungan positif atau penghargaan kepada yang dipimpin. Tipe
kekuasaan ini memusatkan perhatian pada kemampuan untuk memberi ganjaran
atau imbalan atas pekerjaan atau tugas yang dilakukan orang lain.
Contoh : Kekuasaan pernghargaan dapat terlihat dari sebuah kebijakan
sertifikasi guru. Seorang guru yang telah tersertifikasi maka dapat memperbaiki
kualitas ekonomi yang dimilikinya karena dengan didapatkannya sertifikasi
tersebut maka gaji dan tunjangan yang dapatkannya akan meningkat dan
bertambah. Kebijakan sertifikasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah adalah untuk
meningkatkan kinerja dan produktifitas guru disekolah. Pemerintah
mengharapkan dengan ditingkatkannya gaji dan tunjangan bagi guru yang
tersertifikasi maka akan sebanding dengan produktifitas para guru dalam bekerja.
Hal ini membuktikan bahwa penghargaan (sertifikasi) yang didapatkan oleh
seorang guru dapat berakibat positif terhadap peningkatan kinerja seseorang
dalam bekerja.
5. Coercive Power (kekuasaan paksa), yakni kekuasaan yang didasari
karena kemampuan seorang pemimpin untuk memberi hukuman dan melakukan
pengendalian. Yang dipimpin juga menyadari bahwa apabila dia tidak
mematuhinya, akan ada efek negatif yang bisa timbul. Pemimpin yang bijak
adalah yang bisa menggunakan kekuasaan ini dalam konotasi pendidikan dan
arahan yang positif kepada anak buah. Bukan hanya karena rasa senang-tidak
senang, ataupun faktor-faktor subyektif lainnya.
Contoh : Kekuasaan paksaan dapat terlihat dari contoh perilaku
pengawasan yang dilakukan oleh seorang pengawas sekolah kepada kepala
sekolah dan guru. Pengawasan yang dilakukan meliputi beberapa aspek mulai dari
kinerja hingga perilaku yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam memimpin
sekolah dan perilaku guru dalam mengajar dikelas. Jika dalam aktivitas
pengawasan itu terlihat hal yang negatif atau buruk yang dilakukan oleh pegawai
disekolah maka laporan tersebut dapat mempengaruhi jabatan yang telah dimiliki
dan berbagai hukuman mulai dari pengurangan hak gaji atau tunjangan,
penurunan jabatan dan mutasi tempat kerja hingga pemecatan jabatan jika
pelanggaran yang dilakukannya itu sangat berat dan melanggar hukum. Hal diatas
menggambarkan jika hukuman dari suatu kebijakan akan memaksa seseorang
untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan dan memaksa pegawai tersebut agar
tidak melakukan hal yang negatif dan melanggar hukum serta agar meningkatkan
produktifitasnya dalam bekerja.
6. Information Power (kekuasaan informasi), yaitu kekuasaan yang
diperoleh seseorang dengan memegang informasi penting yang dimiliki oleh
orang yang kita kuasai.
Contoh : Tak dapat dipungkiri jika sebuah informasi merupakan hal yang
penting dalam kehidupan organisasi. Apalagi informasi itu dapat memperkuat
kekuasaan seseorang disuatu organisasi atau kelompok. Sebuah informasi dapat

[Pick the date]


memperkuat kekuasaan dapat digambarkan ketika seseorang yang memiliki
jabatan di sebuah organisasi dan ia mengetahui rivalnya melakukan suatu
kesalahan atau tindakan hukum dan dapat dijerat hukuman jika diketahui oleh
orang lain, maka informasi penting tersebut dapat kita gunakan untuk
menjinakkan kekuasaan rival kita di organisasi atau kelompok lain. Contoh lain
dari kekuasaan informasi adalah seorang gubernur yang memiliki kekuasaan dan
kewenangan sangat besar di suatu provinsi bisa terjatuh dari kursi jabatannya jika
seseorang atau lembaga seperti KPK memiliki informasi atau berkas bukti korupsi
Gubernur tersebut. Hal diatas menggambarkan bahwa informasi menjadi hal yang
penting dalam penentu kekuasaan dan kewenangan seseorang disuatu lembaga
atau organisasi.
7. Connection Power (kekuasaan hubungan), yaitu kekuasaan yang
diperoleh seseorang berdasarkan hubungan kekerabatan atau relasi.
Contoh : Dalam menjaga jabatan yang dimilikinya seorang pemimpin
pemerintahan misalnya Gubernur akan memilih bawahannya seperti sekretaris,
kepala dinas, kepala kasi dan pemimpin di beberapa kantornya berdasarkan
hubungan kekerabatan baik itu hubungan keluarga, kolegial dan hubungan politik
yang tentunya satu tujuan dan tidak akan bersikap kontra atau oposisi terhadap
Gubernur tersebut. Hal ini dilakukan agar setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh
Gubernur tersebut akan disetujui dan hal ini dilakukan guna menjaga jabatannya
di Pemerintahan tersebut agar bertahan lebih lama karena dengan banyaknya
orang-orang yang kontra dan oposisi maka akan menghambat dan dapat
berpengaruh negatif terhadap keberadaan pemimpin di sebuah organisasi
pemerintahan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa hubungan keluarga, kolegial
dan hubungan politik dapat mempengaruhi seseorang dalam memperoleh jabatan
disuatu organisasi.
Kekuasaan yang dapat dijumpai pada interaksi sosial antara manusia
maupun antar kelompok mempunyai beberapa unsur pokok yaitu:

1.Rasa takut. Perasaan takut pada seseorang (yang merupakan penguasa,


misalnya) menimbulkan suatu kepatuhan terhadap segala kemauan dan tindakan
orang yang ditakuti tadi. Rasa takut merupakan perasaan negatif, karena seseorang
tunduk kepada orang lain dalam keadaan terpaksa. Orang yang mempunyai rasa
takut akan berbuat segala sesuatu yang sesuai dengan orang yang ditakutinya, agar
terhindar dari kesukaran-kesukaran yang akan menimpa dirinya, seandainya dia
tidak patuh. Rasa takut juga menyebabkan orang yang bersangkutan meniru
tindakan-tindakan orang yang ditakutinya. Gejala ini yang dinamakan marched
dependent behavior. Gejala tak mempunyai tujuan kongkrit bagi yang
melakukannya. Rasa takut merupakan gejala universal yang terdapat di mana-
mana dan biasanya dipergunakan sebaik-baiknya dalam masyarakat yang
mempunyai pemerintahan otoriter.

2.Rasa cinta. Rasa cinta menghasilkan perbuatan-perbuatan yang pada


umumunya positif. Orang-orang lain bertindak sesuai dengan kehendak fihak

[Pick the date]


yang berkuasa, untuk menyenagkan semua fihak. Artinya ada titik-titik penemuan
antara fihak-fihak yang bersangkutan. Rasa cinta biasanya telah mendarah daging
(internalized) dalam diri seseorang atau sekelompok orang.
3. Kepercayaan. Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan
langsung anatar dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Misalnya, B sebagai
orang yang dikuasai mengadakan hubungan langsung dengan A sebagai
pemegang kekuasaan. B percaya sepenuhnya kepada A, kalau A akan selalu
bertindak dan berlaku baik. Dengan demikian maka setiap keinginan A akan
selalu dilaksanakan oleh B. Kemungkinan sekali bahwa B sama sekali tidak
mengetahui kegunaan tindakan-tindakannya itu. Akan tetapi, karena dia telah
menaruh kepercayaan kepada si A, maka maka dia akan berbuat hal-hal yang
sesuai dengan kemauan A yang merupakan penguasa, agar A tambah
mempercayai B. pada contoh tersebut, hubungan yang terjadi bersifat pribadi,
akan tetapi, mungkin saja hubungan demikian akan berkembang di dalam suatu
organisasi atau masayarakat secara luas. Soal kepercayaan memang sangat
penting demi kelanggengan suatu kekuasaan.
4.Pemujaan Sistem kepercayaan mungkin masih dapat disangkal oleh
orang-orang lain. Akan tetapi di dalam sistem pemujaan, seseorang atau
sekelompok orang-orang yang memegang kekuasaan, mempunyai dasar pemujaan
dari orang-orang lain. Akibatnya adalah segala tindakan penguasa dibenarkan atau
setidak-tidaknya dianggap benar.
Ke empat unsur tersebut merupakan sarana yang biasanya digunakan oleh
penguasa untuk dapat menjalankan kekuasaan, biasanya dilakukan secara
langsung tanpa perantara. Apabila dilihat dalam masyarakat, maka kekuasaan di
dalam pelaksanaannya dijalankan melalui saluran-saluran tertentu.

C. Wewenang
Sebagaimana halnya dengan kekuasaan, maka wewenang juga dapat
dijumpai dimana-mana, walaupun tidak selamanya kekuasaan dan wewenang
berada di satu tangan. Dengan wewenag dimaksudkan sebagai suatu hak yang
telah ditetapkan dalam tata tertib sosial untuk menetapkan kebijaksanaan,
menentukan keputusan-keputusan mengenai masalah-masalah penting dan untuk
menyelesaikan pertentangan-pertentanga.
Dengan lain perkataan, seseorang yang mempunyai wewenang bertindak sebagai
orang yang memimpin atau membimbing orang banyak. Apabila orang
membicarakan tentang wewenang, maka yang dimaksud adalah hak yang dimiliki
seseorang atau sekelompok orang. Tekanannya adalah pada hak, dan bukan pada
kekuasaan. Dipandang dari sudut masyarakat, maka kekuasaan harus
mendapatkan pengakuan dan pengesahan dari masyarakat agar menjadi
wewenang. Wewenang hanya mengalami perubahan dalam bentuk. Menurut
kenyataannya wewenag tadi tetap ada. Perkembangan suatu wewenag terletak
pada arah serta tujuanya untuk sebanyak mungkin memenuhi bentuk yang diidam-
idamkan masyarakat. Wewenang ada beberapa bentuk, sebagai beikut:
1. Wewenang Kharismatis, Tradisional dan Rasional (Legal).

[Pick the date]


Perbedaan antara wewenang kharismatis, tradisional dan rasional (legal)
dikemukakan oleh Max Weber. Pembedaan tersebut didasarkan pada hubungan
antara tindakan dengan dasar hukum yang berlaku. Di dalam membicarakan ke
tiga bentuk wewenang tadi Max Weber memperhatikan sifat dasar wewenag
tersebut, karena itulah yang menentukan kedudukan penguasa yang mempunyai
wewenang tersebut. Wewenang kharismatis merupakan wewenang yang
didasarkan pada kharisma, yaitu suatu kemampuan khusus (wahyu, pulung) yang
ada pada diri seseorang. Kemampuan khusus tadi melekat pada orang tersebut
karena anugrah Tuhan Yang Maha Esa.
Orang-orang di sekitarnya mengakui akan adanya kemampuan tersebut atas
dasar kepercayaan dan pemujaan, karena mereka menganggap bahwa sumber
kemampuan tersebut adalah sesuatu yang berada di atas kekuasaan dan
kemampuan manusia umumya. Wewenag kharismatik tidak diatur oleh kaidah-
kaidah, baik yang tradisional maupun rasional. Sifatnya adalah cenderung
irasional. Adakalanya kharisma dapat hilang, karena masyarakat sendiri yang
berubah dan mempunyai faham yang berbeda. Perubahan-perubahan mana
seringkali tak dapat diikuti oleh orang yang mempunyai wewenang kharismatis
tadi, sehingga dia tertinggal oleh kemajuan dan perkembangan masyarakat.
Wewenang tradisional dapat dipantau oleh seseorang maupun sekelompok orang.
Dengan kata lain, wewenang trsebut dimililiki oleh orang-orang yang menjadi
anggota kelompok. Kelompok mana sudah lama sekali mempunyai kekuasaan di
dalam suatu masarakat..

Wewenang rasional atau legal adalah wewenang yang disandarkan pada


sistem hukum yang berlaku dalam masyarakat. Sistem hukum di sini difahamkan
sebagai kaidah-kaidah yang telah diakui serta ditaati masyarakat, dan bahkan yang
telah diperkuat oleh negara.
Didalam masyarakat yang demikratis sesuai dengan sistem hukumnya, maka
orang yang memegang kekuasaan diberi kedudukan menurut jangka waktu
tertentu dan terbatas. Gunanya adalah supaya orang-orang yang memegang
kekuasaan tadi akan dapat menyelenggarakannya sesuai dengan kepentingan
masyarakat.
Proses perubahan wewenang kharismatis menjadi kekuasaan dan wewenang
yang tetap, tidak mustahil menimbulkan pertikaian-pertikaian. Bagi penganut
wewenang kharismatis, kadang-kadang tidaklah mudah untuk melupakan
kenyataan bahwa wewenang tersebut pernah melekat pada diri dan pribadinya.
Akan tetapi hal ini bukanlah merupakan penghalang besar terutama pada
masyarakat moderen, karena masyarakat umumnya rasional dan menghendaki
suatu landasan hukum yang kuat pada wewenang yang berlaku di dalam
masyarakat. Kesulitan-kesulitan mungkin akan dijumpai pada masyarakat-
masyarakat bersahaja yang masih memelihara sistem kepercayaan.

2. Wewenang Resmi dan Tidak Resmi.


Di dalam setiap masyarakat akan dapat dijumpai aneka macam bentuk
kelompok. Dalam kehidupan kelompok-kelompok tadi sering kali timbul masalah

[Pick the date]


tentang derajat resmi suatu wewenang yang berlaku didalamnya. Sering kali
wewenang yang berlaku dalam kelompok-kelompok kecil disebut sebagai
wewenang tidak resmi karena bersifat sepontan, situasional dan didasarkan pada
factor saling mengenal. Wewenang tidak resmi biasanya timbul dalam hubungan-
hubungan antar pribadi yang sifatnya situasional, dan sangat ditentukan oleh
kepribadian para fihak.
Wewenang resmi sifatnya sistematis, diperhitungkan dan rasional. Biasanya
wewenang tersebut dapat dijumpai pada kelompok-kelompok besar yang
memerlukan aturan-aturan tata tertib yang tegas dan bersifat tetap. Di dalam
kelompok tadi, karena banyakknya anggota, biasanya hak serta anggota,
kedudukan serta peranan, siapa-sipa yang menetapkan kebijaksanaan dan siapa
yang melaksanakannya, dan seterusnya di tetapkan dengan tegas. Walau
demikian, dalam kelompok-kelompok besar dengan wewenang resmi tersebut,
mungkin saja ada wewenang yang tidak resmi. Tidak semuanya dijalankan atas
dasar peraturan-peraturan resmi yang sengaja dibentuk. Bahkan demi lancarnya
perusahaan besar, misalnya kadangkala prosesesnya didasarkan pada kebiasaan
atau aturan-aturan yang tidak resmi.

3.Wewenang Pribadi dan Teritorial.


Pembedaan antara wewenang pribadi dengan teritorial sebenarnya timbul dari
sifat dan dasar kelompok-kelompok social tertentu. Kelompok-kelompok tersebut
mungkin timbul karena factor ikatan darah, atau nungkin karena faktor ikatan
tempat tinggal atau karena gabunga ke dua factor tersebut. Di Indonesia dikenal
kelompok-kelompok atas ikatan darah, misalnya marga, belah, dan seterusnya.
Sebaliknya dikenal pula nama desa, yang lebih didasarkan pada faktor territorial.
Wewenang pribadi sangat tergantung pada solidaritas antara angota-angota
kelompok, dan disini unsure kebersamaan sangt memegang peranan. Para individu
dianggap banyak memiliki kewajiban ketimbang hak. Struktur wewenang bersifat
konsentris, yaitu dari titik satu pusat lalu meluas melalui lingkaran-lingkaran
wewenang tertentu. Setiap lingkaran wewenang dianggap mempunyai kekuasaan
penuh di wilayah masing-masing.
Apabila bentuk wewenang ini dihubungkan dengan ajaran Max Waber, maka
wewenang pribadi lebih didasarkan pada tradisi dari pada peraturan-peraturan.
Juga mungkin didasarkan pada kharismatis seseorang. Pada wewenang territorial,
wilayah tempat tinggal memegang peranan yang sangat penting. Pada kelompok-
kelompok territorial unsure kebersamaan cenderung berkurang, karena didasarkan
factor-faktor individualisme. Hal ini tidaklah berarti bahwa kepentingan
perorangan diakui dalam kerangka kepentingan bersama. Pada wewenang
territorial ada kecenderungan untuk mengadakan sentralisasi wewenang yang
memungkinkan hubungan langsung dengan para warga kelompok. Walaupun di
sini dikemukakan antara perbedaan wewenang peribadi dan teritorial, namun di
dalam kenyataannya ke dua bentuk wewenang tadi dapat saja hidup
berdampingan.

[Pick the date]


4. Wewenang Terbatas dan Menyeluruh.
Suatu dimensi lain dari wewenang adalah perbedaaan antara wewenang
terbatas denagan wewenang menyeluruh. Apabila dibicarakan tenatang wewenang
terbatas, maka maksudnya adalah wewenang tidak mencakup semua sector atau
bidang kehidupan. Akan tetapi akan terbatas pada salah satu sector atau bidang
saja. Misalnya, seorang jaksa di Indonesia, mempunyai wewenang untuk atas
nama negara dan mewakili masyarakat menuntut seorang warga masyarakat yang
melakukan tindakan pidana. Namun jaksa tidak berwewenang mengadilinya.
Suatu wewenang menyeluruh berarti suatu wewenang yang tidak dibatasi oleh
bidang-bidang kehidupan tertentu. Suatu contoh adalah, misalnya, bahwa setiap
negara mempunyai wewenang yang menyeluruh atau mutlak untuk
mempertahankan kedaulatan wilayahnya. Jadi, apakah suatu wewenang bersifat
terbatas atau menyeluruh, tergantung pada sudut penglihatan pada fihak-fihak
yang ingin menyorotinya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bentuk dan sistem kekuasaan selalu menyesuaikan diri pada masyarakat
dengan adat-istiadat dan pola-pola perilakunya. Pada umumnya garis tegas antara
yang berkuasa dengan yang dikuasai selalu ada sehingga menimbulkan lapisan
kekuasaan atau piramida kekuasaan. Wewenang dapat kita artikan sebagai hak
untuk melakukan sesuatu atau memerintah orang lain untuk melakukan atau tidak
melakukan sesuatu agar mencapai tujuan tertentu sedangkan Kekuasaan adalah
kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain; artinya
kemampuan untuk mengubah sikap atau tingkah laku individu atau
kelompok Perbedaan ada pada kata hak dan kemampuan,jika dalam wewenang
kita dapat menggunakan hak kita untuk memerintah dan mengatur orang lain
sedangkan dalam kekuasaan ,kita memang memiliki kemampuan untuk mengatur
atau memerintah orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi, Rosdakarya: Bandung. 1996
Soekanto, kukuasaan dan Wewenang, : Jakarta 1990.)
Selo Soemardjan da Soemardi: Setangkai Bunga Sosiologi, edisi pertama,
Yayasan Badan Penerbit Fakultas Eonomi Universitas Indonesia.
Engkoswara, Administrasi Pendidikan.. Alfabeta: Bandung. 2010
sitiazizah.lecture.ub.ac.id dikutip tanggal 01/05/2015
viyan.staff.gunadarma.ac.id dikutip tanggal 01/05/2015

kuliah.esaunggul.ac.id dikutip tanggal 01/05/2015

[Pick the date]


[Pick the date]
[Pick the date]
[Pick the date]
mpus NTB

[Pick the date]

Anda mungkin juga menyukai