Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Komunikasi Politik
Disusun Oleh :
Kelompok 13
2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Komunikasi Politik ini dengan
pembahasan “Konsep-Konsep yang Berkaitan Erat dengan Kekuasaan”.
Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Muhammad Alfikri, S.Si, M.KOM selaku
dosen mata kuliah Komunikasi Politik yang telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masi ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati,
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat penyusunan makalah
selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata, kami berharap makalah tentang “Konsep-Konsep
yang Berkaitan Erat dengan Kekuasaan” ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.
Kelompok 13
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana sesorang atau sekelompok orang dapat
menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah pihak pertama, perumusan yang
paling umum dikenal yaitu kekuasaan merupakan kemampuan seseorang pelaku untuk
mempengaruhi pelaku seorang pelaku lain dalam hal ini kekuasaan selalu berlangsung
minimal antara dua pihak jadi di antara pihak itu terkait atau saling berhubungan. Jika bicara
kekuasaan selalu identik dengan politik yang dimana dapat kita lihat politik tanpa kekuasaan
itu seperti agama tanpa moral,namun satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa konsep
kekuasaan bukan satu-satunya konsep dalam ilmu politik, kekuasaan merupakan suatu hal
yang selalu berhubungan antar manusia, dalam pemegang kekuasaan dapat seorang indivu,
kelompok, ataupun pemerintah sasaran kekuasaan dapat berupa indivu ataupun kelompok.
Dalam kehidupan kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat baik itu dalam
masyarakat yang multikultur ataupun majemuk walaupun kekuasaan selalu ada namun
kekuasaan tidak dapat dibagi rata pada semua anggota masyarakat, justru karena pembagian
yang tidak merata tadi timbul makna pokok dari bentuk kekuasaan yaitu adanya orang atau
individu yang dapat mempengaruhi pihak lain karena adanya suatu hal yang dikuasai.
PEMBAHASAN
Ada banyak definisi kekuasaan yang telah dekemukakan oleh para tokoh. Barbara
Goodwin (2003) berpendapat bahwa kekuasaan adalah suatu hubungan dimana seseorang
atau sekelompok orang dapat menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain ke arah
tujuan dari pihak pertama. Menurut Max Weber, kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam
suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan
apa pun dasar kemampuan ini. Talcott Parsons mengatakan, “Kekuasaan adalah kemampuan
untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat oleh kesatuan-kesatuan
dalam suatu sistem orgnaisasi kolektif.” Dari berbagai definisi yang dikemukakan para tokoh,
pada intinya kekuasaan adalah kemampuan seseorang atau sekelompok orang untuk
mempengaruhi pihak lain dalam mencapai sebuah tujuan tertentu.
Kekuasaan tentu tidak begitu saja diperolah namun ada proses dan hal yang
menunjang untuk menempatkan diri pada pemegang kekuasaan, sumber kekuasaan itu sendiri
sangat lah bermacam-macam ada dengan kekayaan, sarana paksaan fisik, keahlian,
kedudukan serta agama.
Kekayaan, merupakan sumber kekuasaan, yang dimana kekayaan dapat berupa uang,
emas, tanah dan barang-barang berharga, orang yang memiliki kekayaan dalam jumlah besar
setidak-tidaknya secara potensial akan memiliki akan memiliki kekeuasaan. misalnya seorang
tuan tanah mempunyai lahan perkebunan yang luas dan tuan tanah tersebut secara langsung
mempunyai kekuasaan atas pekerja-pekerja di tanah tersebut. sarana paksaan fisik
merupakaan sumber kekuasaan yang lebih bersifat memaksa sehingga membuat orang lain
dapat mengikuti apa yang dikehendaki. Misal seorang preman dipasar untuk mempengaruhi
pola prilaku orang lain, preman tersebut menggunakan senjata sebagai ancaman, dan dalam
hal ini secara tidak langsung dapat kita lihat bahwa preman tersebut dapat mempengaruhi
pola prilaku orang lain dengan ancaman senjata yang dimiliki.
Keahlian, merupakan sumber kekuasaan yang muncul dari penilaian orang lain
bahwa pemberi pengaruh mempunyai pengetahauan khusus yang tidak dimiliki orangt lain.
Misal seorang dokter sebagai kepala rumah sakit, dalam hal ini penempatan kekuasaannya
bedasarkan keahliannya.
Agama, merupakan sumber kekuasaan yang yang didapat melalui keyakinan bahwa
indivu itu (ulama/pendeta) harus wajib diperhitungkan dari proses pembuatan suatu
keputusan sehingga dalam hal ini indivu tersebut ulama/pendeta mempunyai kekuasaan
terhadap orang lain atau umatnya.
1. Kekuasaan Legislatif.
2. Kekuasaan Eksekutif.
3. Kekuasaan Federatif.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kekuasaan adalah suatu hubungan dimana sesorang atau sekelompok orang dapat
menentukan tindakan seseorang atau kelompok lain kearah pihak pertama, perumusan yang
paling umum dikenal yaitu kekuasaan merupakan kemampuan seseorang pelaku untuk
mempengaruhi pelaku seorang pelaku lain dalam hal ini kekuasaan selalu berlangsung
minimal antara dua pihak jadi di antara pihak itu terkait atau saling berhubungan. Jika bicara
kekuasaan selalu identik dengan politik yang dimana dapat kita lihat politik tanpa kekuasaan
itu seperti agama tanpa moral,namun satu hal yang perlu digaris bawahi bahwa konsep
kekuasaan bukan satu-satunya konsep dalam ilmu politik, kekuasaan merupakan suatu hal
yang selalu berhubungan antar manusia, dalam pemegang kekuasaan dapat seorang indivu,
kelompok, ataupun pemerintah sasaran kekuasaan dapat berupa indivu ataupun kelompok.
DAFTAR PUSTAKA
Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Penerbit PT Grasindo, 2010, hlm.
7.
Ibid, hlm. 8.
Barbara Goodwin, Using Political Ideas, edisi ke-4, West Sussex, England: Barbara
Goodwin, 2003, hlm. 16.