Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

PENYALAHGUNAAN WEWENANG KEPALA DAERAH


DALAM MUTASI JABATAN KEPALA DINAS
Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah pengantar sosiologi
Dosen Pengajar: Prof. Dr. Dra. Endah Sri Hartatik M. Hum

Disusun Oleh:
Nama: Clarisca Khafiya
NIM: 13040223120031
Kelas: Antropologi Sosial Kelas A
PROGAM STUDI ANTROPOLOGI SOSIAL
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kekuasaan menjadi salah satu variable penting dalam proses keputusan.
Bahkan perselisihan antara aktor yang saling memiliki kekuasaan, biasanya
dijadikan salah satu pembahasan penting serta menarik untuk dikaji lebih
mendalam di lingkungan Masyarakat ataupun media massa. Karena pada
proses tersebut, terjadi negosiasi, lobiying, dan tentunya saling menekan antar
aktor yang memiliki kekuasaan.
Kekuasaan menurut Dahl, dipandang pada kemampuan dari seseorang atau
kelompok untuk memerintah serta mempengaruhi orang lain ataupun
kelompok lain. Namun Dahl memfokuskan pada setiap Tindakan atau perilaku
yang dijalankan oleh pemilik kekuasaan dan hasil dari Tindakan yang
dijalankan oleh pemilik kekuasaan. Dahl adalah eseorang ilmuwan yang
berpandangan pluuralis, pada setiap melihat kekuasaan dapat difokuskan pada
setiap proses pembuatan keputusan, karena dalam setiap proses tersebut
terdapat konflikdan interaksi antar pemilik kekuasaan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Jelaskan pengertian kekuasan!
2. Mengapa penyalahgunaan kekuasaan bisa terjadi?
3. Berilah satu contoh studi kasus mengenai penyalahgunaan kekuasaan!
1.3. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas yang telah diberikan oleh dosen pengajar pada
mata kuliah pengantar sosiologi.
2. Untuk mengetahui apa pengertian dari kekuasaan.
3. Untuk mengetahui contoh dari penyalahgunaan kekuasaan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Kekuasaan


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kekuasaan adalah
kemampuan orang atau golongan untuk menguasai orang atau golongan lain
berdasarkan kewibawaan, wewenang, karisma, atau kekuatan fisik. Dari
pengertian kekuasaan menurut KBBI, maka dapat dikatakan bahwa kekuasaan
yang berasal dari kewibawaan dan wewenang ini biasanya dimiliki oleh para
pemimpin negara atau pejabat negara.
Kekuasaan adalah hak untuk bertindak. Hak yang dimiliki oleh seorang
individu atau kelompok untuk menggunakan hak tersebut harus konsisten dengan
kekuasaan yang diberikan , dan tidak boleh dilaksanakan melebihi hak atau
kapasitas individu atau kelompok tersebut sesuai dengan keinginan pelaku .
Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain agar
berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak pemberi pengaruh ( Ramlan
Surbakti, 1992 ) . Dalam perdebatan umum, kekuasaan dapat berarti kekuasaan
kolektif , kekuasaan raja , kekuasaan wakil negara. Oleh karena itu , tidak salah
jika dikatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain sesuai dengan keinginan orang yang memegang kekuasaan tersebut .

Robert Mac Iver berpendapat bahwa kekuasaan adalah kemampuan


untuk mengendalikan perilaku orang lain, baik secara langsung dengan memberi
perintah atau tidak langsung dengan menggunakan alat dan metode apa pun yang
tersedia . Kekuasaan sering kali muncul dalam bentuk hubungan, dengan
penguasa dan yang diperintah .
Manusia berperan sebagai subjek dan objek kekuasaan. Misalnya Presiden
membuat hukum ( subyek kekuasaan ) tetapi juga harus menaati hukum ( subyek
kekuasaan ) Dalam ilmu sosial dan politik, kekuasaan adalah produksi sosial
dari suatu efek yang menentukan kapasitas , tindakan, keyakinan , dan perilaku
para aktor.
Kekuasaan tidak hanya mengacu pada ancaman atau penggunaan
kekuatan (paksaan) oleh satu aktor terhadap aktor lainnya, tetapi juga dapat
melalui cara-cara yang terbesar (seperti institusi). Kekuasaan juga dapat
mengambil bentuk struktural, karena kekuasaan memerintahkan para aktor
dalam ketertiban dengan satu sama lain (seperti membedakan antara tuan
dan budak, rumah tangga dan kerabatnya, majikan dan kayawannya, orang
tua dan anak, perwakilan politik dan pemilihnya. bentuk-bentuk diskursif,
karena kategori-kategori dan bahasa dapat memberikan legitimasi pada
beberapa perilaku dan kelompok di atas perilaku dan kelompok yang lain.
2.2. Faktor Penyebab Penyalahgunaan Kekuasaan
Ada 2 faktor yang menjadi penyebab penyalahgunaan kekuasaan, yaitu
sebagai berikut:
1. KUHP (Kitab Hukum Undang-Undang Pidana) dan aturan teknisdalam
penyidikan dan penuntutan, ketentuan-ketentuan dalam KUHP yang
interpretable, serta memberikan diskresi yang luas untuk apparat penegak
hukum diduga menjadi sumber terjadinya penyalahgunaan kekuasaan.
Hal ini dikarenakan hak Masyarakat untuk melakukan Upaya hukum
terhadap penyalahgunaan kekuasaan oleh apparat penegak hukum tidak
dilakukan secara proporsional.
2. Sistem kelembagaan apparat penegak hukum. Lembaga penegak hukum
masih mewarisi budaya ketertutupan dan solidaritas korps yang sangat
tinggi. Hal ini akan berdampak pada lemahnya sistem pengawasan
internal, sementara tingkat kesejahteraan apparat penegak hukum dan
biaya operasional penegak hukum yang sangat minim mendorong
terjadinya praktek-praktek pencarian dana baik untuk kesejahteraan
maupun untuk operasional secara tidak halal, hal ini tetu saja akan
menciderai wajah penegakan hukum di Indonesia dalam perspektif KUHP
terdapat beberapa ketentuan yang menimbulkan penyalahgunaan
kekuasaan. (Komisi Hukum Nasional 2010:208)

2.3. Studi Kasus Penyalahgunaan Wewenang Kepala Daerah


dalam Mutasi Kepala Dinas
Perubahan Aparatur Sipil Negara (ASN) menjadi motor penggerak yang
selalu menjadi permasalahan pelik dalam metode pengelolaan sumber daya
manusia di seluruh jajaran pemerintahan. Meskipun peraturan perundang-
undangan telah mengatur secara rinci mengenai rencana pelaksanaan transfer,
namun banyak transaksi transfer yang dilakukan tanpa prosedur tertentu
Secara definisi menurut Malayu Hasibuan dalam buku Manajemen Sumber
Daya Manusia (2017) menjelaskan bahwa mutasi adalah perubahan jabatan,
jabatan, letak, pekerjaan yang dilakukan baik secara horizontal maupun vertical
dalam suatu organisasi.
Dari segi kemanfaatan, membuat mutasi bermanfaat bagi setiap individu
ASN karena akan mendapat pengalaman baru, mempunyai wawasan yang lebih
luas dan terhindar dari kebosanan dan kebosanan. Sebaliknya untuk administrasi
internal akan terjadi pemerataan kualitas dan kinerja di setiap OPD.
Namun pelaksanaan mutasi tidak semata-mata dapat sesuai dengan keinginan
mutlak kepala daerah sebagai Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK). Dalam
pelaksanaan mutasi telah diatur secara rinci dalam Pasal 73 Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Pasal
190 sampai dengan Pasal 197 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil Peraturan Badan
Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Mutasi.
Sedangkan secara khusus pelaksanaan mutasi kepala dinas sebagai Jabatan
Tinggi Pratama (JPT) telah diatur pelaksanaannya dalam Pasal 130 sampai
dengan Pasal 134 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 11 Tahun
2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Namun demikian pelaksanaan mutasi di berbagai daerah di Indonesia oleh
kepala daerah masih saja terjadi tidak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Hal tersebut karena berbagai faktor seperti
ketidakcocokan gaya kepemimpinan, ketidaksukaan secara personal, terdapat
kepentingan politik dan juga karena alasan ketidakloyalitasan terhadap kepala
daerah.
Penyalahgunaan kekuasaan ditinjau dari hukum administrasi Kepala daerah
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pejabat negara terikat pada wewenang dan
wewenang jabatannya.

Menurut S.F Marbun dalam bukunya yang berjudul Hukum Administrasi


Publik I menjelaskan, meskipun yurisdiksi dan kewenangan mempunyai
persamaan, namun masih terdapat sedikit perbedaan. Wewenang disebut juga
dengan kekuasaan formal yang dikeluarkan dengan undang-undang, sedangkan
kekuasaan hanya berkaitan dengan bagian tertentu dari kekuasaan
Ada tiga cara untuk memperoleh kekuasaan, yang
1. . Artibusi, yaitu pendelegasian kekuasaan oleh lembaga legislatif kepada
suatu lembaga pemerintah, baik dengan menambah kekuasaan atau dengan
memberikan kekuasaan baru.
2. Delegasi, yaitu pemberian kekuasaan oleh suatu badan pemerintahan
kepada badan pemerintah lainnya, dengan cara pendelegasian kekuasaan
dipindahkan dari badan pemerintahan pertama ke badan pemerintahan
kedua
3. Secara Pendelegasian, yaitu cara yang dilakukan secara khusus memberi
wewenang kepada bawahan untuk mengambil keputusan atas nama orang
yang diberi kuasa
Namun dalam menjalankan kekuasaan dan wewenangnya, kepala daerah
tunduk pada batasan-batasan formal yang ditetapkan baik tertulis maupun tidak
tertulis. Batasan kewenangan yang tidak tertulis tersebut dikenal dengan asas
umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik, sebagaimana dijelaskan dalam
Pasal 4 UU No. 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia. Bahwa
negara hukum adalah suatu negara yang seluruh aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara, termasuk penyelenggaraan pemerintahan, harus
berlandaskan hukum dan asas-asas umum pemerintahan yang baik yang bertujuan
untuk meningkatkan kehidupan demokrasi yang sejahtera, adil, dan bertanggung
jawab.
Sedangkan pembatasan tertulis diatur dalam Pasal 52 UU No 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan, yang menjelaskan bahwa syarat sahnya suatu
keputusan harus ditentukan oleh pejabat yang berwenang, dilaksanakan menurut
tata cara dan sesuai dengan isi pokok keputusan.
Oleh karena itu, dapat dijelaskan bahwa penyalahgunaan kekuasaan yang
dilakukan oleh lembaga negara tidak dapat dibenarkan baik dari segi penggunaan
kekuasaan. Penerapan prinsip suka dan tidak suka ketika mengevaluasi kinerja
pengelola jasa bukanlah evaluasi yang obyektif. Kenyataannya, jabatan tersebut
harus sesuai dengan kualifikasi dan keterampilan, sehingga berprinsip ``orang
yang tepat di tempat yang tepat”
Sebab, merujuk pada Pasal 2 Ayat 2 Peraturan Badan Kepegawaian Negara
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019 tentang Tata Cara Melaksanakan
Mutasi, dalam melakukan mutagenesis harus disusun suatu rencana yang
memperhatikan poin-poin berikut: Karena itu perlu adanya kebijakan sesuai
dengan kompetensi, pola karir, kepegawaian, talent pool, transfer dan
pengembangan karir, prestasi kerja/evaluasi kinerja, perilaku kerja, persyaratan
organisasi, dan sifat teknis pekerjaan atau kualifikasi jabatan.
Namun banyak faktor yang menyebabkan terjadinya mutasi pimpinan dinas
ke JPT. Faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1. Adanya nepotisme antara pengelola daerah dengan ASN yang ditunjuk
mengisi posisi manajer pelayanan. Nepotisme ini biasanya terjadi sebagai
bentuk retribusi politik karena mendukung pemilihan kepala daerah atau
karena adanya hubungan persaudaraan atau persahabatan
2. Kedua, adanya reaksi politik karena pengelola dinas yang dimutasi tidak
mendukung pengelola daerah yang terpilih dalam pemilihan kepala
daerah
3. Ketiga, pengelola pelayanan tidak jujur dan tidak menjalankan perintah
pengelola wilayah
4. Kepala dinas menjadi lawan dalam kasus korupsi atau salah urus kepala
daerah.
Penyalahgunaan kekuasaan adalah kesalahan pemerintahan Dalam hukum
administrasi, suatu keputusan dinyatakan sah (wetmatigheid van bestuur), yaitu
harus memenuhi unsur-unsur kewenangan, tata cara, dan isi. Artinya suatu
keputusan memenuhi asas legalitas apabila pejabat yang mengambil keputusan
itu cakap, mengikuti prosedur dalam pengambilan keputusan, dan isi keputusan
tidak melanggar ketentuan undang-undang

Menurut buku Darda Shahrizal ``Hukum Tata Usaha Negara dan Peradilan
Tata Usaha Negara'', kepala daerah belum tentu mematuhi peraturan yang ada
dalam menjalankan kekuasaannya. Faktanya, pengelola pemerintahan seringkali
menimbulkan kerugian bagi rakyat melalui penyalahgunaan kekuasaan dan
tindakan sewenang-wenang.
Oleh karena itu, penyalahgunaan hak istimewa terjadi ketika beberapa faktor
terpenuhi, seperti:
1. Kepala daerah yang bertindak secara sah mempunyai kewenangan untuk
bertindak
2. Aspek kepentingan umum tidak sepenuhnya diperhitungkan dalam
mempertimbangkan keputusan pemerintah; dan ketiga, tindakan tersebut
menimbulkan kerugian nyata bagi pihak-pihak tertentu
Akibat penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh Manajer Wilayah,
ASN yang menduduki posisi Manajer Pelayanan dirugikan karena tidak
mengikuti prosedur dan terhambatnya kemajuan karir. Agar penyalahgunaan
kekuasaan dapat dianggap sebagai tindakan salah pemerintahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 huruf d Peraturan Ombudsman Nomor 26 Tahun 2017
tentang Tata Cara Penerimaan, Penyidikan, dan Pelaporan, maka penyalahgunaan
kekuasaan harus merupakan perbuatan yang melampaui batas otoritas itu menjadi
dan menggunakan suatu kekuasaan untuk tujuan apa pun selain tujuan yang
dimaksudkan adalah melanggar hukum.
Dalam proses pelayanan publik, berdasarkan Pasal 351 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
dinyatakan bahwa warga negara (ASN mutasi) berhak mengajukan pengaduan
kepada Ombudsman mengenai penyelenggaraan pelayanan publik.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kekuasaan memang tak hanya terdapat pada satu sektor saja, tetapi terdapat
pada banyak sektor, seperti sektor politik, sektor ekonomi, sektor suatu
lingkungan, dan lain-lain. Kekuasaan itu secara umum diartikan sebagai sebuah
kewenangan yang sudah dimiliki oleh individu atau kelompok untuk menjalankan
sesuatu, baik yang bersifat wajib atau hanya hak saja. Oleh sebab itu, kekuasaan
hanya sebagai pengertian atau pemahaman saja, jika tidak diterapkan atau
dijalankan.
Kekuasaan yang telah dijalani oleh individu atau kelompok bisa ada yang
memiliki dampak baik untuk lingkungan dan orang lain, serta ada juga yang
memiliki dampak buruk terhadap lingkungan dan orang lain. Dengan kata lain,
kekuasaan yang berada di tangan individu atau kelompok yang baik akan
menghasilkan dampak yang baik juga, bahkan bisa memberikan manfaat untuk
individu atau kelompok yang tidak memiliki kuasa. Semakin banyak orang yang
memiliki kuasa tergerak hatinya untuk membantu orang lain, maka akan
memberikan perubahan bagi kehidupannya.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Antlov, Hans. 2022. Negara Dalam Desa: Patronase Kepemimpinan Lokal


Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama
Firna Novi Anggoro, ”Peengujian Unsur Penyalahgunaan Wewenang Terhadap
Keputusan Dan/Atau Tindakan Pejabat Pemerintahan Oleh PTUN”,
Jurnal Fiat Justitia, Vol.10 Issue 4, Oktober-Desember 2016
Pasal 73 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara
Pasal 190 sampai dengan Pasal 197 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil Peraturan
Badan Kepegawaian Negara Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2019
tentang Tata Cara Pelaksanaan Mutasi.
Pasal 130 sampai dengan Pasal 134 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil
Pasal 52 UU No 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
Pasal 11 huruf d Peraturan Ombudsman Nomor 26 Tahun 2017
tentang Tata Cara Penerimaan, Penyidikan, dan Pelaporan
Pasal 351 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah
Malayu Hasibuan dalam buku ”Manajemen Sumber Daya Manusia” tahun 2017
https://www.studocu.com/id/document/universitas-lampung/hukum-tata-
negara/faktor-penyebab-penyalahgunaan-wewenang/45460334

Anda mungkin juga menyukai