Anda di halaman 1dari 15

NAMA : MUHAMMAD RIZKI HAFAD

NIM : 07011282328041
KELAS/KAMPUS : A / INDRALAYA
FAKULTAS : ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN : ILMU ADMINISTRASI PUBLIK
MATKUL : PENGANTAR ILMU POLITIK

BAB I

NEGARA

 PENGERTIAN NEGARA
Negara adalah suatu organisasi teritorial yang mempunyai kekuasaan hukum
tertinggi dan ditaati oleh rakyat. Para ahli yang menganggap negara sebagai
aspekutama politik menaruh perhatian pada lembaga ini. Faktanya, definisi negara
yang digunakan oleh para sarjana yang mengikuti pendekatan institusional bersifat
tradisional dan cukup sempit.

A. Bentuk-bentuk negara dari masa ke masa


 BENTUK NEGARA PADA MASA YUNANI KUNO
 BENTUK NEGARA PADA MASA PERTENGAHAN
 BENTUK NEGARA PADA MASA MODERN
 Masa Yunani Kuno
Bentuk negara pada masa Yunani Kuno dibagi menjadi 3 yaitu:
1. MONARCHI, bentuk pemerintahan jika hanya ada satu orang yang berkuasa
2. OLIGARKI, bentuk pemerintahan jika ada beberapa orang yang berkuasa
3. DEMOKRASI, bentuk pemerintahan jika pemerintah berada di tangan rakyat.
 Masa Pertengahan
Bentuk negara pada masa pertengahan dibagi menjadi menjadi 2 yaitu :
1. REPUBLIK
2. KERAJAAN
Menurut Duguit, perbedaan pemerintahan secara Republik dan Kerajaan
terletak pada cara pengangkatan kepala negara.
 Masa modern
1. Negara kesatuan adalah suatu bentuk negara yang merdeka dan berdaulat yang
mana suatu pemerintahan pusat memerintah dan mengatur seluruh wilayah.
2. Negara Serikat, negara federal merupakan pemerintahan terpadu yang terdiri dari
beberapa negara bagian federal. ketika suatu negara bergabung pada federasi, secara
otomatis negara tersebut menyerahkan kekuasaanya pada amerika serikat.
BAB II
KEKUASAAN

A. Pengertian Kekuasaan
Kekuasaan berasal dari kata “kuasa” yang berarti kemampuan atau
kesanggupan untuk melakukan sesuatu. Kekuasaan merupakan konsep yang sangat
penting dalam ilmu sosial pada umumnya dan dalam ilmu politik pada khususnya.
Pada hal ini politik mengasumsikan inti kekuasaan politik artinya memperjuangkan
dan mempertahankan kekuasaan. Kekuasaan erat kaitannya dengan pengaruh atau
mempengaruhi, kekuasaan pada umumnya berupa relasi dalam arti terdapat satu
pihak yang meguasai dan satu pihak yang tunduk, satu pihak memberikan perintah
dan satu pihak harus patuh pada perintah tersebut.

B. Sumber Kekuasaan
Sumber sumber dalam kekuasaan dapat dilihat berdasarkan pada 2 hal yaitu:
a. Kekuasaan berdasarkan pada kedudukan.
1) Kekuasaan formal atau legal, kekuasaan dalam hal ini diperoleh karena dipilih atau
ditunjuk dan diperkuat dalam aturan maupun perundangan- undangan secara sah.
2) Kendali atas Sumber dan Ganjaran, seseorang memiliki kekuasaan untuk
memimpin dan memberikan ganjaran kepada anggota yang berada di bawahnya.
3) Kendali atas hukum dan ganjaran, umumnya berkaitan dengan hukuman maka
ganjarannya akan terkait dengan kendali atas hukuman. Biasanya kepemimpinan
seperti ini berdasarkan rasa takut.
4) Kendali atas informasi, dalam hal ini pihak yang memegang sumber informasi
dapat menjadi pemimpin.
5) Kendali ekologik, sumber ini disebut juga rekayasa terhadap situasi, contohnya
kendali dalam hal penempatan jabatan oleh seorang pemimpin.
6) Kekuasaan kepribadian, hal ini didasarkan pada kepribadian seseorang atau
sifatnya yang mempunyai keterampilan atau keahlian, maupun kharismanya.
b. Kekuasaan pada sumber politik
1) Kendali terhadap proses pembuatan keputusan, kekuasaan seseorang untuk
membuat sebuah keputusan misalnya dalam sebuah organisasi ketua atau pimpinan
mempunyai kuasa untuk menetukan sebuah keputusan akan dibuat dan dilaksanakan.
2) Koalisi kepemimpinan atas dasar kekuasaan politik, ditentukan juga akan hak dan
wewenang dalam membuat kerjasama dengan pihak lain.
3) Partisipasi pimpinan dalam mengatur partisipasi anggotanya, artinya pemimpin
mempunyai hak untuk mengatur dan menentukan bentuk partisipasi dan siapa saja
yang boleh terlibat.
4) Institusionalisasi, pemimpin mempunyai kekuasaan dalam penentuan dan
penetapan sesuatu sesuai tujuan dan fungsi institusi atau lembaganya.
Selain itu sumber kekuasaan juga diperoleh melalui legitimasi, kuasa atas sumber
informasi, keuangan, keahlian atau kritikalitas, hubungan sosial dalam masyarakat
dan karakter seseorang yang hebat.

C. Jenis-Jenis Kekuasaan
1. Legitimate Power
Kekuasaan yang sah juga dikenal sebagai kekuatan posisional. Ini berasal
dari posisi seseorang memegang dalam hierarki organisasi yang tinggi dan deskripsi
pekerjaan, misalnya pekerja junior perlu untuk melapor ke manajer dan manajer
memiliki kekuatan untuk menugaskan junior mereka. Kekuasaan posisional harus
dilaksanakan secara efektif, orang yang memanfaatkannya harus dianggap telah
mendapatkannya sah. Contoh kekuasaan yang sah adalah yang dipegang oleh CEO
perusahaan.
2. Expert Power
Pengetahuan adalah kekuatan. Seorang ahli memiliki pengetahuan atau
keahlian dalam bidang tertentu. Orang-orang seperti sangat dihargai oleh organisasi
untuk memecahkan masalah keterampilan mereka. Orang-orang yang memiliki
kekuasaan ahli dapat melakukan tugas-tugas penting dan karena itu dianggap sangat
diperlukan. Pendapat, ide dan keputusan orang dengan kekuatan ahli akan dianggap
tinggi oleh karyawan lain dan karenanya sangat mempengaruhi tindakan mereka.
Kepemilikan kekuasaan ahli biasanya batu loncatan untuk sumber daya seperti
tenaga sah. Misalnya, orang yang memegang kekuasaan ahli dapat dipromosikan ke
manajemen senior, sehingga memberinya kekuatan yang sah.
3. Referent Power
Kekuatan referen berasal dari hubungan interpersonal bahwa seseorang
memupuk hubungan dengan orang lain dalam organisasi. Orang memiliki kekuatan
referensi ketika orang lain menghormati dan sama seperti mereka. kekuatan referen
muncul dari karisma, sebagai orang yang karismatik mempengaruhi orang lain
melalui kekaguman, rasa hormat dan kepercayaan orang lain memiliki untuknya.
Kekuatan referen juga berasal dari hubungan pribadi bahwa seseorang memiliki
dengan orang-orang penting dalam hirarki organisasi, seperti CEO. Ini persepsi
hubungan pribadi bahwa dia telah yang menghasilkan kekuatannya atas orang lain.
4. Coercive Power
Kekuasaan koersif berasal dari kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
orang lain melalui ancaman, hukuman atau sanksi. Seorang anggota staf junior dapat
bekerja terlambat untuk memenuhi tenggat waktu yang telah diberikan. Untuk
menghindari tindakan tersebut, kekuasaan koersif ini dimiliki oleh atasannya untuk
menghukum, atau menegur karyawan lain. Kekuasaan koersif membantu mengontrol
perilaku karyawan dengan memastikan bahwa mereka mematuhi kebijakan dan
norma-norma organisasi.
5. Reward Power
Kekuatan Reward muncul dari kemampuan seseorang untuk mempengaruhi
alokasi insentif dalam suatu organisasi. Insentif ini termasuk kenaikan gaji, penilaian
positif dan promosi. Dalam sebuah organisasi, orang-orang yang memegang
kekuasaan reward cenderung mempengaruhi tindakan karyawan lainnya. kekuatan
reward, jika digunakan dengan baik, sangat memotivasi karyawan. Tetapi jika itu
diterapkan melalui kasih, penghargaan listrik dapat sangat menurunkan moral
karyawan dan mengurangi output mereka.
D. Sifat-Sifat Kekuasaan
1. Position Power
Sifat Position Power adalah kekuasaan yang sudah dimiliki oleh seseorang
pada suatu organisasi. Sifat kekuasaan ini biasanya ada pada seseorang yang
memiliki jabatan di suatu organisasi. Dalam hal ini, jabatan yang dimaksud, seperti
ketua atau dewan pembina. Apabila seseorang sudah memiliki jabatan ketua, maka ia
sudah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengarahkan anak buahnya.
2. Personal Power
Sifat Personal power adalah kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang bukan
di organisasi melainkan dalam hubungan sosialnya. Dengan kata lain, seseorang itu
sudah memiliki jabatan di lingkungan masyarakat, seperti jabatan RT, RW, Kepala
Desa, dan sebagainya. Biasanya seseorang yang memiliki sifat Personal Power ini
namanya sudah di lingkungan masyarakatnya. Hampir sama dengan seseorang yang
memiliki kuasa di suatu organisasi, individu yang memiliki Personal Power juga
harus bisa mengarahkan anggota masyarakatnya agar menciptakan hubungan yang
harmonis. Apabila pemegang kuasa tidak bisa menciptakan hubungan yang harmonis
antar anggota masyarakat, maka bisa memunculkan kesalahpahaman antar anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, dalam sifat Personal Power pemilik kuasa harus pandai
menjaga komunikasi dengan baik kepada seluruh anggotanya.
E. Kekuasaan negara
Kekuasaan negara adalah wewenang atau hak yang dimiliki oleh suatu
negara untuk mengatur dan mengendalikan segala aspek kehidupan masyarakat di
dalam wilayahnya. Kekuasaan negara meliputi kekuasaan politik, ekonomi, hukum,
dan lain sebagainya. Negara mempunyai kewenangan tertinggi dalam mengambil
keputusan dan menetapkan aturan yang harus ditaati oleh semua warga negara.
Kekuasaan negara memegang peranan penting dalam menjaga stabilitas dan
keamanan suatu negara. Adanya kekuasaan negara juga membuat negara dapat
melaksanakan tugas-tugasnya untuk memberikan perlindungan dan keadilan bagi
rakyatnya.
Kekuasaan ini terdiri dari 3 jenis kekuasaan, yang meliputi :
1. Kekuasaan legislatif, yaitu kekuasaan untuk membuat atau membentuk undang
undang.
2. Kekuasaan eksekutif, yaitu kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang.
3. Kekuasaan yudikatif, yaitu kekuasaan untuk mempertahankan undang-undang,
termasuk kekuasaan untuk mengadili setiap pelanggaran terhadap undang-undang.
Jenis kekuasaan tersebut dikemukakan oleh Montesqieu yang lebih dikenal dengan
'Trias Politika'.
BAB III
PENDEKATAN-PENDEKATAN DALAM ILMU POLITIK
A. Pengertian Politik
Pengertian politik adalah perilaku manusia, baik berupa aktivitas atau pun
sikap yang bertujuan mempengaruhi atau mempertahankan tatanan sebuah
masyarakat dengan menggunakan kekuasaan.

B. Sejarah Politik
Sejarah politik adalah narasi dan analisis peristiwa, gagasan, gerakan, organ
pemerintahan, pemilih, partai, dan pemimpin politik. Sejarah politik saling terkait
dengan bidang kajian sejarah lainnya, terutama sejarah diplomasi, juga dengan
sejarah konstitusi dan sejarah publik.
Secara umum, sejarah politik berfokus pada peristiwa-peristiwa yang
berkaitan dengan negara-negara dan proses politik formal. Menurut Hegel, Sejarah
Politik "adalah gagasan tentang negara dengan kekuatan moral dan spiritual di luar
kepentingan materi pelajaran : itu diikuti bahwa negara merupakan agen utama dalam
perubahan sejarah" Ini salah satu perbedaan dengan, misalnya, sejarah sosial, yang
berfokus terutama pada tindakan dan gaya hidup orang biasa, atau manusia dalam
sejarah yang merupakan karya sejarah dari sudut pandang orang biasa.
Contoh sejarah politik di Indonesia ;
 Indonesia masa pemerintahan Belanda.
 Pemilihan Umum di Indonesia tahun 1955.
 Masa orde lama Soekarno.
 Masa orde baru Soeharto.
 Masa reformasi Indonesia.
 Masa IPT 1965
Politik pada dasarnya merupakan suatu fenomena yang sangat berkaitan
dengan manusia, yang pada kodratnya selalu hidup bermasyarakat. Manusia adalah
makhluk sosial, makhluk yang dinamis dan berkembang, serta selalu menyesuaikan
keadaan sekitarnya. Sebagai anggota masyarakat, seseorang atau kelompok tentu
terikat oleh nilai-nilai dan aturan-aturan umum yang diakui dan dianut oleh
masyarakat itu. Oleh karena itu, politik akan selalu menggejala, mewujudkan dirinya
dalam rangka proses perkembangan manusia.
Dengan keterkaitan hal di atas, maka manusia inti utama realitas politik,
apapun pengamatan atau analisa politik tidak dapat begitu saja meninggalkan
manusia. Hal ini menunjukkan bahwa hakekat politik adalah perilaku manusia, baik
berupa aktivitas atau sikap yang bertujuan mempengaruhi atau mempertahankan
tatanan suatu masyarakat dengan menggunakan kekuasaan. Penyelenggaraan
kekuasaan secara konstitusional meliputi pembagian kekuasaan politik yang meliputi
masalah: sumber kekuasaan politik, proses legitimasi, pemegang kekuasaan tertinggi,
kekuasaan kekuasaan, fungsi-fungsi kekuasaan/tugas ringan dan tujuan politik
yang mudah dicapai.

C. Pendekatan Legal/Institusional

Pendekatan institusionalisme atau kelembagaan mengacu pada negara sebagai


fokus kajian utama. [Setidaknya, ada dua jenis atau pemisahan institusi negara, yakni
negara demokratis yang berada pada titik "pemerintahan yang baik" dan negara
otoriter yang berada pada titik "pemerintahan yang jelek" dan kemudian berkembang
lagi dengan banyak varian yang memiliki sebutan nama yang berbeda-beda
Bahasan tradisional dalam pendekatan ini menyangkut antara lain sifat
undang-undangdasar, masalah kedaulatan, kedudukan, dan kekuasaan formal serta
yuridis dari lembaga-lembagakenegaraan seperti parlemen dan lain-lain.Dengan kata
lain, pendekatan ini mencakup unsur legal maupun institusional. Struktur
memengaruhi individu, mengacu pada Eropa (hal yang baik maupun buruk)
D. Pendekatan Behavioral

Pendekatan Perilaku(Behavioral) Ialah pandangan yang memfokuskan pada


perilaku aktor (di mana dalam konteks ini yaitu para politisi atau penyelenggara
pemerintah). Pendekatan Behavioral mulai muncul dan mulai berkembang di
Amerika pada tahun 1950-an seusai perang dunia II.
Sebab – sebab kemunculannya:
 Sifat Deskriptif dari ilmu politik dianggap tidak memuaskan
 Kekhawatiran jika ilmu politik tidak maju dengan pesat akan tertinggal dengan
ilmu – ilmu lainnya
 Terdapat keraguan dari kalangan pemerintah Amerika mengenai kemampuan
sarjana politik untuk menerangkan fenomena politik.
Contoh Pendekatan Perilaku:
Dalam mempelajari parlemen, maka yang dibahas adalah perilaku anggota perlemen,
yaitu: bagaimana pola pemberian suaranya (voting behavior) terhadap rancangan UU,
giat
atau tidaknya memprakarsai UU, kegiatan lobbying, dsb.
Ciri ciri pendekatan behavioral:
1. Pendekatan ini cenderung bersifat interdisipliner(tidak mempelajari dampak faktor
pribadi tetapi juga dampak faktor sosial,ekonomi,dan budaya)
2.merupakan suatu orientasi kuat untuk lebih mengilmiahkan ilmu politik.
3.pandangan bahwa masyarakat dapat dilihat sebagai suatu sitem sosial dan negara
sebagai suatu sistem politik yang menjadi subsistem dari sistem sosial.

E. Pendekatan Neo Marxis

Pendekatan Neo-Marxis adalah perkembangan dari teori Marxis asli yang


muncul sebagai respon terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik dalam
masyarakat pasca -Perang Dunia II. Neo-Marxis memperluas dan memperluas
konsep-konsep klasik Marxis sambil menggabungkan unsur-unsur dari teori sosial
lainnya. Ciri Utama: 1. Pembaruan Konsepsi Kekuasaan:
Fokus dalam pendekatan Neo-Marxisme adalah kekuasaan serta konflik yang
terjadi dalam negara. Mereka berseberangan dengan analisis structural-functional dari
para behavioralis karena terlalu mengutamakan harmoni dan keseimbangan sosial
dalam suatu sistem politik. Bagi kalangan Neo-Marxis, konflik antar kelas merupakan
proses dialektis paling penting dalam mendorong perkembangan masyarakat dan
semua gejala politik harus dilihat dalam rangka konflik antar kelas ini.
Ciri Utama Neo Marxis
1. Memberi interpretasi dan memangkas sistem terhadap bagian yang tidak penting.
2. Adanya perhatian khusus yang bersifat lebih filosofis terhadap tulisan-tulisan
pemuda Marx karena Neo-Marxis ingin mengubah objektifikasi atau dalam kata lain
memperlakukan manusia sebagai benda/barang yang lebih fungsional.
3. Moral dan etika, yang Neo-Marxis pertanyakan terhadap sosialisme ilmiah karena
di dalamnya moralitas dibangun oleh apparatus totaliter, yang me-manisfestasi-kan
dirinya sebagai instrumen represi.

F. Pendekatan pilihan Rasional

Teori pilihan rasional berhubungan erat dengan teori pengambilan keputusan.


Atau Teori pilihan rasional juga berasumsi bahwa seseorang memiliki preferensi di
antara beberapa pilihan alternatif yang memungkinkan orang tersebut menyatakan
pilihan yang diinginkannya.
Pendekatan ini menganggap bahwa individu dan kelompok memiliki tujuan
dan preferensi yang jelas dan mereka membuat pilihan yang rasional untuk mencapai
tujuan tersebut. Dengan mempertimbangkan segala hal yang mempengaruhi
pilihan mereka dan digunakan untuk memahami perilaku dan keputusan politik,
termasuk pemilihan politik, maupun negosiasi
Pendekatan pilihan rasional juga berguna untuk memahami perilaku
politik.Misalnya, pendekatan ini memfokuskan pada analisis logis dan objektif dari
tindakan politik,yang membantu memahami alasan dan motivasi individu dan
kelompok dalam membuat keputusan dan tindakan politik yang mempengaruhi
masyarakat dan negara.

G. Pendekatan Institusional baru

Pendekatan intitusional (the institutional approach) memandang profesi dari


segi proses institusionalatau perkembangan asosiasional. Maksudnya kemajuan suatu
pekerjaan kearah pencapaian statusideal suatu profesi dilihat atas dasar tahap-tahap
yang harus dilalui untuk melahirkan proses pelembagaan suatu pekerjaan menuju
profesi yang sesungguhnya.

H.L. Wilensky (1976) mengemukakan lima langkah untuk


memprofesionalkan suatu pekerjaan:
1. Memunculkan suatu pekerjaan yang penuh waktu atau fulltime, bukan
pekerjaan sambilan.
2. Menetapkan sekolah tempat menjalani proses pendidikan atau pelatihan.
3. Mendirikan asosiasi profesi. Bentuk asosiasi itu bermacam-macam seperti
persatuan guru(PGRI), ikatan petugas bimbingan indonesia (IPBI) dan
sebagainya.
4. Melakukan perlakuan politisi utntuk memperjuangkan adanya perlindungan
hukum terhadapasosiasi atau penghimpunan tersebut.
5. Mengadopsi secara formal kode etik yang ditetapkan.

Berbeda dengan Wilensky, T. Caplow (1975) mengemukakan lima tahap


memprofesionalkan pekerjaan :
1. Menetapkan perkumpulan profesi, yang merupakan sebuah organisasi yang
keanggotaannyaterdiri dari orang-orang yang seprofesi atau seminat.
2. Mengubah dan menetapkan pekerjaan itu menjadi suatu kebutuhan.
3. Menetapkan dan mengembangkan kode etik.
4. Melancarkan agitasi untuk memperoleh dukungan masyarakat.
5. Secara bersama mengembangkan fasilitas latihan, yang merupakan wahana
bagi
penyandang profesi untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya men
uju sosok profesi yangsesungguhnya.
Tahap-tahap untuk memprofesionalkan suatu pekerjaan diatas, tidak mutlak
dilakukan secara rijid. Artinya tidak mutlak harus “menetapkan pekerjaan terlebih”
dahulu melainkan dapat diawali dengan mendirikan sekolah-sekolah atau universitas
sebagai wahana pendidikan.

Kajian intitusional baru :


Pendekatan institusional baru lebih banyak mengkaji tentang bagaimana
mengajak masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam pengambilan keputusan, hal
ini bertujuan untuk membentuk institusi yang lebih bernilai dalam konteks tertentu.

Inti intitusional baru :


A. Inti dari Institusional baru dirumuskan oleh Robert E. Goodin Sebagai Berikut
: pola norma dan pola peran yang telah berkembang dalam kehidupan sosial,
B. perilaku dari mereka yangmemegang peran itu. Peran itu telah ditentukan
secara sosial dan mengalami perubahanterus-menerus
C. pembatasan-pembatasan ini dalam banyak hal juga memberikeuntungan bagi
individu atau kelompok dalam mengejar proyek mereka msing-masing
D. Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang membatasi kegiatan individu dan
kelompok, juga memengaruhi pembentukan prefensi dan motivasi dari aktor
dan kelompok-kelompok.
H. Teori Ketergantungan

 Pengertian Teori
Teori ketergantungan adalah kelompok yang menguruskan penelitiannya pada
hubungan antara negara dunia pertama dan dunia ketiga.
 Sejarah singkat teori ketergantungan
Dari ketergantungan atau kelompok ini mulai pada tahun 1960an tetapi mulai
menarik perhatian besar pada tahun 1970-an dan tahun 1980-an yang dirintis oleh
Paul Baran yang kemudian disusul oleh Andre Gundar Frank. (Kelompok ini bertolak
belakang dari konsep Lanin mengenai imperialisme.
Kelompok ini berpendapat bahwa imperialisme masih hidup, tetapi dalam
bentuk lain yaitu dominasi ekonomi dari negara negara kaya terhadap negara negara
yang kurang maju (Underdeveloperd). Negara negara maju memang sudah
melepaskan tanah jajahannya tetapi tetap mengendalikan atau mengontrol
ekonominya.)
Pembangunan yang dilakukan negara - negara yang kurang maju atau dunia
ketiga hampir selalu berkaitan erat dengan kepentingan pihak Barat yaitu:
1. negara bekas jajahan dapat menyediakan sumber daya manusia dan sumber daya
alam. (Investasi dari negara negara maju diuntungkan karena negara kurang maju
dapat memberlakukan gaji atau upah yang kecil bagi tenaga kerjanya,sewa tanah
yang rendah, dan bahan baku yang murah.)

2. Negara kurang maju dapat menjadi pasar untuk hasil produksi negara maju
sedangkan produksi untuk ekspor sering ditentukan oleh negara maju. (Eksploitasi ini
menyebabkan negara kurang maju mengalami kemiskinan terus menerus karena
pengaruh strategi ekonomi dan politik dari negara maju, dan kemiskinan
mencerminkan ketergantungan itu).

(Dari kedua kaitan yang saya sebutkan yang paling ekstrim) Menurut pelopor
Teori ketergantungan Andre Gundar Frank tahun 1960-an bahwa penyelesaian
masalah itu hanyalah melalui revolusi sosial secara global. SEmentara penulis lain
seperti Henrique Cardoso 1979 menganggap bahwa pembangunan yang independen
ada kemungkinan terjadi sehingga resolusi sosial tidak mutlak harus terjadi.

Tulisan tulisan kalangan pendukung teori ketergantungan (dependencia)


menarik yang pada awalnya memusatkan perhatian pada negara negara Amerika
Selatan Mereka mengubah pandangan dan membuka mata kita terhadap akibat dari
dominasi ekonomi. Bisa terlihat dari membeludaknya hutang dan kesenjangan sosial
ekonomi dari pembangunan di banyak negara dunia ketiga.

Anda mungkin juga menyukai