Anda di halaman 1dari 5

UPN “VETERAN” YOGYAKARTA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Nama : Arfianza Famirza Fadli


NIM : 152200042
Kelas/Prodi : B/Administrasi Bisnis
Mata Ujian : Pengantar Ilmu Politik
Dosen : Dr. H. Lukmono Hadi

Soal :

1. Politik merupakan gejala serba hadir dalam masyarakat dan melekat pada lingkungan
hidup manusia. Kalau demikian apakah politik itu?
2. Dalam pandangan klasik melihat politik berfungsi membicarakan dan
menyelenggarakan hal-ihwal yang menyangkut kebaikan bersama.
a. Apakah yang dimaksud kebaikan bersama itu ?
b. Apakah yang harus dipandang sebagai substansi kebaikan bersama?
c. Siapakah yang harus menafsirkan suatu urusan merupakan kebaikan bersama atau
tidak?
3. Dewasa ini, sejumlah ilmuwan politik kembali menjadikan Negara sebagi focus kajian.
Kenapa?
4. Politik juga dipandang sebagai kegiatan mencari dan mempertahankan kekuasaan
dalam masyarakat.
a. Apakah yang dimaksud dengan kekuasaan?
b. Apa saja yang termasuk dalam kategori sumber kekuasaan?
c. Faktor-faktor apa saja yang biasanya dipertimbangkan oleh pemilik sumber
kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk mempengaruhi proses politik?
5. Setiap orang yang mempunyai hak untuk memerintah selalu menunjukkan sumber
haknya. Sebut dan jelaskan sumber kewenangan untuk memerintah?
6. Kenapa jabatan bersifat tetap, sedangkan orang yang memegang dan menjalankan
fungsi (tugas dan kewenangan) jabatan bersifat tidak tetap?
7. Secara umum terdapat beberapa cara peralihan kewenangan. Sebut dan jelaskan?
8. Presiden SBY sering dikatakan sebagai Presiden RI yang memiliki legitimasi politik
yang sangat besar. Apa maksudnya?
Jawaban :

1. Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang
antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara.
Pengertian ini merupakan upaya penggabungan antara berbagai definisi yang berbeda
mengenai hakikat politik yang dikenal dalam ilmu politik.

2. a. Rumusan kepentingan umum yang dikemukakan oleh para sarjana sangat bervariasi.
Sebagian orang mengatakan kepentingan umum merupakan tujuan-tujuan, moral, atau
nilai-nilai ideal yang bersifat abstrak, seperti keadilan, kebajikan, kebahagiaan, dan
kebenaran. Sebagian lagi merumuskan kepentingan umum sebagai keinginan orang
banyak sehingga mereka membedakan general will (keinginan orang banyak atau
kepentingan umum) dari will of all (keinginan banyak orang atau kumpulan keinginan
banyak orang). Sementara itu, ada yang merumuskan kepentingan umum sebagai
keinginan golongan mayoritas.
b. Aristoteles menjawab kebahagiaan. Disini, keadilan, perdamaian, kebajikan dan
kebenaran merupakan tujuan-tujuan moral yang perlu digapai. Dengan demikian,
kebaikan bersama yang menjadi tujuan dari politik dalam kacamata pemahaman klasik
lebih menekankan aspek filosofis (idea dan etik).
Samuel P. Huntington dalam (Surbakti : 1999 : 3), melukiskan kepentingan umum
secara singkat sebagai kepentingan pemerintah karena lembaga pemerintahan
dibentuk untuk menyelenggarakan kebaikan bersama.
c. Politik dalam hal ini pemerintah atau pemegang kuasa atas rakyat.

3. Karena mereka (para ilmuan) memandang negara tidak lagi sekadar arena persaingan
kepentingan di antara berbagai kepentingan dalam masyarakat, tetapi juga sebagai
lembaga yang memiliki otonomi (terlepas dari pengaruh masyarakat), dan memiliki
kemampuan (yang melaksanakan kebijaksanaan yang dibuat sendiri). Negara dilihat
sebagai lembaga yang memiliki kepentingan yang berbeda dari berbagai kepentingan
yang bersaingan atau bertentangan dalam masyarakat. Pandangan ini disebut juga
sebagai statist perspective (perspektif negara).
4. a. Kekuasaan merupakan kemampuan mempengaruhi pihak lain untuk berpikir dan
berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi. Kekuasaan dilihat sebagai
interaksi antara pihak yang mempengarubi dan dipengaruhi, atau yang satu
mempengaruhi dan yang lain mematuhi. Hubungan ini selalu diamati dan dipelajari
oleh ilmuwan politik yang mengikuti pandangan ketiga ini.
b. Yang termasuk dalam kategori sumber kekuasaan ialah sarana paksaan fisik,
kekayaan dan harta benda (ekonomi), normatif, jabatan, keahlian, informasi, status
sosial, popularitas pribadi, dan massa yang terorganisasi. Senjata tradisional, senjata
konvensional, senjata modern, penjara, kerja paksa, teknologi, dan aparat yang
menggunakan senjata-senjata ini merupakan sejumlah contoh sarana paksaan fisik.
c. Menurut Andrain, empat faktor yang biasanya dipertimbangkan oleh pemilik
sumber kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk mempengaruhi proses politik
meliputi kuatnya motivasi untuk mencapai tujuan tertentu, harapan akan keberhasilan
mencapai tujuan, persepsi mengenai biaya dan risiko yang timbul dalam mencapai
tujuan dan pengetahuan mengenai cara-cara mencapai tujuan tersebut. Dengan
mempertimbangkan keempat faktor maka asumsi yang selama ini dipegang bahwa
memiliki sumber kekuasaan berarti meniiliki kekuasaan politik belum tentu benar. Hal
itu disebabkan belum tentu semua orang yang memiliki sumber kekuasaan
menggunakan sumber itu untuk mempengaruhi proses politik.

5. Sumber kewenangan untuk memerintah :


• Pertama, hak memerintah berasal dari tradisi. Artinya, kepercayaan yang telah
berakar dipelihara secara terus menerus dalam masyarakat. Kepercayaan yang
mengakar ini berwujud keyakinan bahwa yang ditakdirkan menjadi pemimpin
masyarakat ialah dari keluarga tertentu, dan yang dianggap memiliki “darah biru”.
Siapapun yang menentang akan mendapatkan malapetaka (kualat).
• Kedua, hak memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau wahyu. Atas dasar itu, hak
memerintah dianggap bersifat sakral. Orang yang berkuasa berusaha menunjukan
pada khalayak kewenangannya memerintah masyarakat berasal dari kekuatan
sakral.
• Ketiga, hak memerintah berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik
penampilannya yang agung dan diri pribadinya yang populer maupun karena
memilki kharisma. Seorang pemimpin yang kharismatis ialah seorang yang
memiliki kualitas pribadi sebab mendapat “anugerah istimewa” dari kekuasaan
supranatural sehingga menimbulkan pesona dan daya Tarik bagi masyarakat.
• Keempat, hak memrinta berasal dari peraturan perundang-undangan yang mengatur
prosedur dan syarat-syarat menjadi pemimpin pemerintahan. Peraturan perundang-
undangan yang dimaksud antara lain, konstitusi, undang-undang, dan peraturan
pemerintah. UUD 1945, misalnya, tidak hanya mengatur tugas dan kewenangan,
tetapi mnegatur prosedur dan syarat-syarat menjadi presiden dan wakil presiden.
• Kelima, hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental seperti
keahlian dan kekayaan. Keahlian yang dimaksud terletak pada keahlian dalam ilmu
pengetahuan dan teknologi. Sedangkan kekayaan yang dimaksud adalah pemilikan
uang, tanah, barang-barang berharga, surat berharga, sarana dan alat produksi. Hal
itu didasarkan atas asumsi berikut ini. Keahlian diperlukan untuk melaksanakan
pemerintahan yang mampu mencapai tujuan masyarakat. Orang yang tidak
memiliki keahlian akan patuh kepada orang yang memiliki keahlian. Orang kaya
akan dapat menjalankan pemerintahan bukan untuk kepentingan sendiri, tetapi
untuk masyarakat umum.

6. Jabatan bersifat relatif tetap, sedangkan orang yang memegang dan menjalankan
fungsi (tugas dan kewenangan) jabatan bersifat tidak tetap. Hal ini disebabkan umur
manusia yang terbatas, kemampuan dan kearifan manusia yang juga terbatas. Di
samping itu, semakin lama seseorang memegang suatu jabatan, semakin dia
menganggap dan memperlakukan jabatan sebagai milik pribadinya. Akibatnya, tidak
hanya semakin tidak kreatif dia dalam melaksanakan fungsinya, tetapi juga cenderung
semakin menyalahgunakan jabatan untuk kepentingan pribadi ataupun kelompoknya.

7. Cara peralihan kewenangan :


• Turun-temurun, merupakan cara peralihan kewenangan yang digunakan di politik
otokrasi tradisional, seperti kerajaan maupun kesultanan di dunia. Pemegang
kekuasaan atau dalam kerajaan adalah seorang raja akan mengalihkan
kekuasaannya kepada keturunannya atau keluarga pemegang jabatan terdahulu.
• Pemilihan. Peralihan kewenangan dengan pemilihan dapat dilakukan secara
langsumg melalui badan perwakilan rakyat. Hal ini dipraktikkan dalam sistem
politik demokrasi.
• Peralihan kewenangan secara paksaan ialah jabatan dan kewenangan terpaksa
dialihkan kepada orang atau kelompok lain tidak menurut prosedur yang sudah
disepakati. Melainkan dengan menggunakan kekerasan, seperti revolusi dan kudeta,
dan ancaman kekerasan (paksaan tak berdarah). Pada umumnya, cara semacam ini
berlangsung dalam masyarakat-negara yang sistem politiknya belum stabil.

8. Dalam suatu praktik kekuasaan politik, legitimasi merupakan hal yang sangat penting.
Sebab, legitimasi berkaitan dengan keabsahan atau penerimaan masyarakat terhadap
penguasa atau pihak yang memiliki otoritas. Seandainya suatu kekuasaan tidak
terlegitimasi, maka akan muncul pembangkangan politik yang membuat keadaan
kepemimpinan tidak kondusif bekerja. Pada era kepemimpinan presiden SBY
sangat jarang terjadi pembangkangan politik karena kekuasaan pada era beliau
terlegitimasi secara kuat. Oleh sebab itu beliau dikatakan sebagai Presiden RI
yang memiliki legitimasi politik yang sangat besar.

Anda mungkin juga menyukai